Вы находитесь на странице: 1из 4

penerapan asidimetri alkalimetri

penerapan yang paling jelas adalah penentuan zat-zat anorganik, organik dan biologis
yang tak terbilang jumlahnya, bersifat asam atau basa secara langsung. Tak kalah penting
adalah penentuan yang di dahului reaksi mengubah zat yang dianalisa menjadi asam atau
basa yang kemudian dititrasi dengan basa atau asam baku; jadi cara-cara titrasi tak langsung.
Selain titik akhir berdasarkan perubahan warna indikator, juga dilakukan titrasi
dengan penentuan titik akhir berdasar pengukuran pH. Disini di buat kurva pH lawan mL
titrant; titik akhir terdapat pada bagian yang paling curam pada titik balik kurva tersebut.
Pengukuran pH dilakukan dengan mengukur pH (pH meter) yang menggunakan dua buah
elektroda dan diukur perbedaan potensial antara kedua elektroda itu. pH suatu larutan
sebanding dengan perbedaan potensial tersebut.

Analisa unsur
Beberapa unsur penting dalam bahan organik dan organis dapat ditentukan

secara tidak langsung dengan titrasi asam-basa. . umumnya unsur-unsur ini


nonmetal.
1. Penentuan nitrogen secara kjeldahl
Cara ini terutama penting untuk penentuan kadar protein dan sudah merupakan
cara baku untuk biji-bijian, daging, dan bahan biologis lain. Pada dasarnya bahan
dioksidasi asam sulfat pekat panas sehingga hancur. Tahap ini disebut tahap digestion
atau pencernaan. Disini nitrogen diubah menjadi ion ammonium. Pada tahap
berikutnya, larutan ditambah basa kuat sehingga bereaksi basa lalu didestilasi. Proses
ini membebaskan gas ammoniak serta memindahkannya kedalam destilat. Hasil
destilasi tersebut ditampung dalam HCl baku yang tertentu jumlahnya untuk mengikat
NH3 tersebut dan setelah destilasi selesai, destilat dititrasi dengan NaOH baik untuk
menentukan kelebihan asam. Selisih HCl yang ditammbahkan dengan yang dititrasi
merupakan jumlah yang diikat oleh NH3 sehingga dapat dihitung berapa NH3 yang
terdestilasi dan dengan demikian berapa N di dalam bahan yang dianalisa. Untuk
memperoleh % protein, nilai % N tersebut dikalikan suatu faktor empiris, 6.25.
kebanyakan protein mengandung kadar N hampir sama yaitu sekitar 16%
Dalam modifikasi winkler , NH 3 (destilat) ditangkap dalam larutan sam borat
yang tidak perlu diukur tepat jumlahnya. Garam ammonnium yang terbentuk inilah
yang kemudian dititrasi dengan HCl baku.
Analisa bahan anorganik

1. Garam ammonium
Bahan didestilasi seperti dalam analisa kjeldhal setelah penambahan basa kuat
berlebih; destilat lalu ditampung dan dititrasi seperti dalam analisa kjeldhal.
2. Nitrit dan nitrat
Penentuan bahan-bahan ini didahului dengan raduksinya menjadi ammonium
lalu penambahan basa kuat brlebih dan destilasi dan seterusnya seperti dibicarakan
dalam cara kjeldhal. Untuk mereduksi dipakai logam campuran devarda (50% Cu, 45%
Al, dan 5% Zn). Atau dapat juga dipakai logam campuran atnd (60% Cu, 40% Mg).
3. Campuran karbonat
Bila misalnya dibuat campuran antara natrium hidroksida, natrium
kabornat dan natrium bikarbonat, maka titrasi dapat mengungkapkan apa yang
terdapat, zat tunggal ataukah campuran. Dalam hal ini hanya dua zat yang dapat
ditemukan dalam campuran, karena kemungkinan adanya reaksi diantara zat-zat
yang dicampur. Misalnya bila NaOH dan NaHCO 3 dicampur, pasti terjadi reaksi
membentuk Na2CO3. Maka hasil akhir pencampuran dapat Na2CO3 saja (tunggal)
atau Na2CO3 bercampur dengan NaOH NaHCO3 tergantung dari zat mana yang
lebih banyak ketika dicampurkan. Hasil titrasi dapat menyatakan secara kualitatif
susunan campuran (apa yang ada) disamping susunan kuantitafnya.
Tabel analisa unsur berdasarkan titrasi penetralan
Unsur

Diubah

Hasil penyerapan atau pengendapan

titrasi

N
S
C
Cl(Br)
F
P

menjadi
NH3
SO2
CO3
HCl
SiF4
H3PO4

NH3 + H+ NH4+
SO2 + H2O H2SO4
CO2 + Ba(OH)2 BaCO3 + H2O
HCl + H2O Cl- + H2O+
SiF4 + H2O H2SiF6
12 H2MoO4 + NH4+ + H3PO4 (NH4)3PO4 .

HCl berlebih/ NaOH


NaOH
Ba(OH)2 berlebih/ NaOH
NaOH
NaOH
NaOH berlebih/ HCl

12 MoO3

+ 12 H2O + 3 H+

(NH4)3PO4 . 12 MoO3 + 26 OH HPO42- +


12 MoO42- + 14 H2O + 3 NH3

Analisa bahan organik


Titrasi penetralan cocok untuk penetapan secara langsung atau tak langsung beberapa gugus
fungsional organik. Berikut diberikan pokok-pokok untuk gugus-gugus yang paling umum.
1. Gugus asam karboksilat dan sulfonat

Kedua gugus asam ini merupakan bangun yang paing umum, yang memberikan sifat
asam pada zat organik. Kebanyakan asam karboksilat mempunyai konstan pengionan antara
10-4 dan 10-6 sehingga mudah dititrasi. Indikator yang digunakan harus punya trayek pH
didaerah basa contoh penentuan yang penting ialah kandungan asam dalam buah-buahan.
Banyak asam karboksilat tidak larut dalam air; dalam hal ini asam di larutkan dalam
etanol dan di titrasi dengan larutan basa dalam air. Atau asam direaksikan dengan basa
berlebih dan kelebihan basa ditentukan dengan titrassi.
Asam sulfonat umumnya asam kuat dan mudah larut dalam air. Oleh karena itu
titrassinya sederhana.
Titrasi penetralan juga digunakan untuk menentukan berat molekul atau berat
ekivalen asam organik yang sudah murni; dapat juga ditentukan konstan pengionnya
berdasar pH pada titik tengah titrasi. Data ini membantu dalam analisa ualitatif asam yang
bersangkutan.
2. Gugus amina
Amina alifatis umumnya bersifat basa dengan konstan pengionan seekitar 10 -5
sehingga dapat dititrasi langsung dengan asam kuat. Amina aromatis seperti misalnya
anilin dan turunannya dan juga amina siklis, biasanya terlalu lemah (K b 10-10) untuk
dititrasi sebagai larutan dalam air, tetapi mudah sekali dititrasi dengan pelarut bukan air
misalnya dalam asam asetat glasial (pekat).
3. Gugus ester
Ester dipersabunkan (sponifikasi) dengan larutan baku basa yang diketahui tepat
jumlahnya : R1COOR2 + OH- R1COO- + HOR2
Kelebihan basa kemudian ditentukan berdasar titrasi dengan asam.
Reaktifitas ester dalam saponifikasi sangat berbeda-beda; ada yang bereaksi cepat
sekali sehingga dapat dititrasi secara langsung dengan basa, ada pula yang membutuhkan
waktu pemanasan berjam-jam. Umumnya diperlukan saponifikasi selama satu sampai dua
jam.
4. Gugus hidroksil
Gugus ini dalam zat organik diesterkan dengan anhidrida asam karboksilat
atau asam klorida. Dua pereaksi yang paling banyak dipakai ialah anhidrida asetat dan
anhidrida ftalat. Reaksi dengan anhidrida asetat ;
(CH3CO)2O + ROH CH3COOR + CH3COOH
Setelah selesai, ditaambahkan air untuk mereaksikan kelebihan anhidrida :
(CH3CO)2O + H2O 2 CH3COOH
Asam asetat yang terbentuk dalam kedua reaksi ini ditentukan dengan titrasi.
Dibuat sebuah blanko anhidrida untuk menentukan banyaknya, juga berdasar titrasi.

Selisih kedua titrasi terjadi karena reaksi anhidrida dengan ROH hanya membentuk
satu molekul CH3COOH maka selisih tersebut menunjukkan banyaknya ROH.
5. Gugus karbonil
Banyak aldehida dan keton dapat ditentukan dengan hidroksilamina hidroklorida.
Reaksinya menghasilkan oksim :
R1
R1
C = O + NH2OH.HCl C = NOH + HCl + H2O
R2
R2
(R2 mungkin sebuah atom hidrogen). Asam klor ida yang terbebaskan dititrasi, juga
disini reaksi berbeda-beda kecepatannya, tetapi umumnya tiga puluh menit cukup
untuk aldehida, sedang banyak keton perlu direfluks selama satu jam atau lebih.
Penentuan garam
Kandungan garam total suatu larutan dapat ditentukan dengan melewatkan
larutan tersebut pada tabung penukar ion, sehingga garamnya diubah menjadi asam
atau basa sesuai dengan penukar ionnya. Jumlahnya asam atau basa ekivalen dengan
garam dan jumlahnya ditentukan dengan titrasi. Jadi misalnya garam suatu kation
divalen dilewatkan dalam penukar kation, dua mol hidrogen dibebaskan oleh setiap
mol kation tersebut :
M++ + 2 penukar-kation H penukar-kation 2-M++ + 2 H+

Вам также может понравиться