Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Metode seismik adalah suatu metode yang sering digunakan untuk
mengetahui suatu lapisan atau struktur yang ada pada bawah permukaan bumi,
terutama untuk suatu ekplorasi yang dimana eksplorasi tersebut untuk mencari
keberadaan minyak dan gas. Metode pada seismik penggunaannya memerlukan
suatu alat yang dioperasikan pada atas permukaan bumi, tentunya harus
menguasai ilmu geofisika dan ilmu geologi yang secara umum metode ABC dan
plus minus serta GRM ini memerlukan ilmu geologi karena tujuan pencarian yang
berada pada bawah permukaan bumi sangat berhubungan dengan geologinya
yakni tentang lapisan bumi, struktur bumi, batuan yang berbeda-beda dll dan
untuk ilmu geofisika diperlukan untuk pengoperasian alat serta melakukan
pengolahan data yang didapat dari alat geofisika tentunya menggunakan metode
ABC dan plus minus serta GRM, sampai dengan melakukan pemodelan data
menjadi suatu interpretasi yang bisa dibaca dan dipahami. Metode ABC dan plus
minus serta GRM ini adalah metode paling sederhana namun untuk hasil yang
didapatkannya yakni cukup kasar, metode ini memerlukan waktu terhadap jarak.
Dari data yang didapatkan bisa dibuat grafik dan sebuah peta yang dimana data
tersebut didapat dari sebuah alat yaitu dengan menggunakan palu lalu muncul
sumber atau getaran yang akan ditangkap oleh seismometer dan untuk
pengambilan datanya diambil pada waktu first brake pada seismometer.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud pada pertemuan acara ini untuk pemahaman cara pengolahan data
dan cara pengambilan serta pembacaan data dari pengukuran menggunakan alat
seismometer. Dan juga cara penggunaan metode T-X ini pada lapangan yang
dikukurnya.
Sedangkan untuk tujuan pada acara pengambilan data pada lapangan ini
yakni menghasilkan forward dan reverse yang nantinya didapatkan rata-rata
forward dan rata-rata reverse untuk dijadikan suatu grafik dan peta.
1
Studi kasus mengenai geologi regional Yogyakarta hanya terbatas pada daerah
sleman, Yogyakarta, Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Regional Yogyakarta
DIY terletak di bagian tengah-selatan pulau jawa, secara geografis terletak
pada 703-8012 Lintang Selatan dan 110000-110050 Bujur Timur.
A. Fisiografi
Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur yang meliputi
kawasan Gunungapi Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan
dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan
(Bemmelen, 1949) (lihat Gambar 2.1). Zona Solo merupakan bagian dari Zona
Depresi Tengah (Central Depression Zone) Pulau Jawa.
Satuan perbukitan terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo.
Perbukitan ini mempunyai kelerengan antara 40 150 dan beda tinggi 125 264
m. Beberapa puncak tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat ( 264 m) di
Perbukitan Jiwo bagian barat dan G. Konang (lk. 257 m) di Perbukitan Jiwo
bagian timur.
Gambar 2.1. Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari
van Bemmelen, 1949).
Baturagung,
Subzona
Wonosari
dan
Subzona
Gunung
Sewu
.
Tabel 2.1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa penulis.
1. Formasi Wungkal-Gamping
Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya
di Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini
di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa
batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa
batugamping. Jadi umur Formasi Wungkal-Gamping ini adalah Eosen Tengah
sampai dengan Eosen Akhir (Sumarso dan Ismoyowati, 1975).
2. Formasi Kebo-Butak
Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak di
lereng dan kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian
bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan
aglomerat. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi
oleh arus turbid. Ketebalan dari formasi ini lebih dari 650 meter.
3. Formasi Semilir
Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi
penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan
serpih serta terdapat andesit basal sebagai aliran lava bantal. Penyebaran lateral
Formasi Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan. Ketebalan
formasi ini diperkirakan lebih dari 460 meter.
Formasi Semilir ini menindih secara selaras Formasi Kebo-Butak, namun
secara setempat tidak selaras (van Bemmelen, 1949). Formasi ini menjemari
dengan Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu, namun tertindih secara tidak
selaras oleh Formasi Oyo (Surono, dkk., 1992).
4. Formasi Nglanggran
Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa
Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan
aliran lava andesit-basal dan lava andesit serta kepingannya terdiri dari andesit
dan sedikit basal, berukuran 2 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada
breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau
berupa kepingan.
Formasi ini juga tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis di sebelah
barat hingga tinggian G. Panggung di sebelah timur. Ketebalan formasi ini di
dekat Nglipar sekitar 530 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Semilir
5
dan Formasi Sambipitu dan secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan
Formasi Wonosari. Sementara itu, dengan ditemukannya fragmen batugamping
terumbu, maka lingkungan pengendapan Formasi Nglanggran ini diperkirakan di
dalam laut.
5. Formasi Sambipitu
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu. Secara lateral,
penyebaran formasi ini sejajar di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki
selatan Subzona Baturagung, namun menyempit dan kemudian menghilang di
sebelah timur. Ketebalan Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter.
Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar,
kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan
serpih, batulanau dan batulempung. Kandungan fosil bentoniknya menunjukkan
adanya percampuran antara endapan lingkungan laut dangkal dan laut dalam.
Dengan hanya tersusun oleh batupasir tuf serta meningkatnya kandungan karbonat
di dalam Formasi Sambipitu ini diperkirakan sebagai fase penurunan dari kegiatan
gunungapi di Pegunungan Selatan pada waktu itu (Bronto dan Hartono, 2001).
6. Formasi Oyo
Lokasi tipe formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada
bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur
dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan.
Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter dan kedudukannya menindih secara
tidak selaras di atas Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu
serta menjemari dengan Formasi Oyo. Lingkungan pengendapannya pada laut
dangkal (zona neritik) yang dipengaruhi kegiatan gunungapi.
7. Formasi Wonosari
Formasi ini oleh Surono dkk., (1992) dijadikan satu dengan Formasi
Punung yang terletak di Pegunungan Selatan bagian timur karena di lapangan
keduanya sulit untuk dipisahkan, sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung.
Ketebalan formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di
bagian bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas
menjemari dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat
yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Lingkungan
Gambar 2.2. Stratigrafi Jalur Pegunungan Selatan menurut beberapa peneliti (Samodro,
1990)
D. Tektonik
Struktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian barat berupa
perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan. Pada Formasi Semilir di sebelah
barat, antara Prambanan-Patuk, perlapisan batuan secara umum miring ke arah
baratdaya. Sementara itu, di sebelah timur, pada tanjakan Sambeng dan Dusun
Jentir, perlapisan batuan miring ke arah timur. Perbedaan jurus dan kemiringan
batuan ini mungkin disebabkan oleh sesar blok (anthithetic fault blocks;
Bemmelen, 1949) atau sebab lain, misalnya pengkubahan (updoming) yang
berpusat di Perbukitan Jiwo atau merupakan kemiringan asli (original dip) dari
bentang alam kerucut gunungapi dan lingkungan sedimentasi Zaman Tersier
(Bronto dan Hartono, 2001).
Struktur sesar pada umumnya berupa sesar turun dengan pola anthithetic
fault blocks (van Bemmelen,1949). Sesar utama berarah baratlaut-tenggara dan
setempat berarah timurlaut-baratdaya. Di kaki selatan dan kaki timur Pegunungan
Baturagung dijumpai sesar geser mengkiri.
2.2. Geologi Lokal Sleman
Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 1071503
sampai
dengan
1002930
Bujur
Timur
Tambakbayan, Babarsari ini berdasarkan cara terjadinya ada 2 cara, yaitu tanah
residu dengan kemiringan 0 5%, dan tanah tertransportasikan akibat air
permukaan, banjir, dan longsor yang menempati tempat-tempat di sekitar sungai
dengan relief yang bervariasi (bergelombang, dataran banjir, sekitar lereng terjal).
Tanah ini disebut juga tanah alluvium.
2.3. Penelitian Terdahulu
Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh angkatan 2013 di daerah
Jembatan Babarsari, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta pada tanggal 25 - 26
Maret 2015 dengan menggunakan metode T X yaitu metode intercept time dan
critical distance. Sehingga didapatkan nilai kecepatan lapisan pertama V1 =
621,75 m/s dan nilai kecepatan lapisan V2 = 957,21 m/s pada lintasan kelompok
6. Dari penelitian yang dilakukan, dapat diperkirakan bahwa lapisan pertama
merupakan soil yang merupakan lapisan lapuk yang belum terlitifikasi sedangkan
pada lapisan kedua merupakan pasir. Diperkirakan material ini berasal aktifitas
endapan vulkanik Gunung Merapi. Pada daerah lintasan 6 merupakan perkiraan
terjadinya daerah rawan longsor sebab pada daerah terebut meiliki kemiringan
lereng yang paling curam dibandingkan daerah yang lainnya. Selain faktor itu,
faktor dari batuan yang kurang padat juga bisa menjadi penyebab terjadinya
longsoran dan juga ditemukan adnaya bekas longsoran lama pada daerah
penelitian.
10
BAB III
DASAR TEORI
3.1. Metode Seismik Refraksi
Seismik refraksi merupakan salah satu metode seismik aktif yang bekerja
berdasarkan gelombang seismik yang direfraksikan mengikuti lapisan-lapisan
bumi di bawah permukaan.
Metode ini hanya memanfaatkan gelombang langsung dan gelombang P
refraksi yang menjalar pada bidang batas lapisan batuan. Metode seismik refraksi
melakukan pengukuran waktu tempuh gelombang P (pada setiap titik sepanjang
bidang batas lapisan) yang dihasilkan dari sumber energi implusif.
Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan
sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi
umumnya terjadi pada muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan
batuan cadas. Grafik waktu datang gelombang pertama seismik pada masingmasing geofon memberikan informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari
horison-horison geologi ini. Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu
penampang silang untuk menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan
pertama dari bantalan batuan cadas.
Seismik bias dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan
dari posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini,
gelombang yang terjadi setelah usikan pertama (first break) diabaikan, sehingga
sebenarnya hanya data first break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset)
dan waktu jalar dihubungkan oleh sepat rambat gelombang dalam medium.
Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam
material dan dikenal sebagai parameter elastisitas.
3.2 Hukum Dasar
Hal-hal yang menjadi dasar pada pemantulan dan pembiasan gelombang adalah :
Asas Fermat
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu
penjalarannya.
11
Prinsip Huygens
Titik-titik yang dilewati gelombang akan menjadi sumber gelombang baru.
Front gelombang yang menjalar menjauhi sumber adalah superposisi front
gelombang-front gelombang yang dihasilkan oleh sumber gelombang baru
tersebut.
Hukum Snellius
Gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas antara dua
medium, menurut persamaan :
sin i V 1
=
sinr V 2
(3.1)
dimana:
i
= Sudut datang
= Sudut bias
V1
V2
13
Dengan menggunakan persamaan (1) dapat dihitung harga Tg dan hg, dengan
mensubstitusikan sin ic = (V1/V2).
(3.3)
atau
(3.4)
Sebelum menghitung hg, pertama menghitung Tg dengan menggunakan
grafik hubungan jarak dengan waktu pengukuran menggunakan metode delay
time dan pengukuran dilakukan bolak-balik.
Besarnya waktu perambatan gelombang seismik dari sumber getaran ke
geophone adalah Tt.
(3.5)
Jika Tg-1 adalah waktu tiba dari S1, Tg-2 adalah waktu tiba dari S2 dan dengan
menggunakan persamaan (4) diperoleh :
(3.6)
Gambar 3.3
14
(3.8)
Dengan mensubstitusikan persamaan di atas diperoleh :
(3.9)
Tg-2 adalah waktu yang diperlukan gelombang seismik untuk menjalar dari
lintasan S2 F E G.
(3.10)
Dengan mensubstitusikan persamaan di atas diperoleh :
(3.11)
Jika Tg-1 Tg-2 maka diperoleh :
(3.12)
3.5.Metode ABC
15
(3.13)
dengan :
(3.14)
Maka, kedalaman di bawah geophone (hc) dapat dicari dengan :
16
(3.15)
atau
(3.16)
3.6 Metode Plus-Minus
Metode Plus-Minus (Hagedoorn) merupakan turunan dari metode delay
time untuk kasus yang lebih kompleks seperti :
Bidang batas lapisan yang tidak rata
Mencari tebal lapisan lapisan lapuk
Untuk menghitung static correction pada data seismik refleksi
Metode Hagedoorn menggunakan asumsi bahwa :
a. Bidang batas lapisan C-F adalah lurus
b. Kemiringan refraktor < 10o
Metode ini menggunakan dua jenis analisis, yaitu :
Didapat persamaan ;
17
(3.17)
(3.18)
(3.19)
3.6.1. Analisa Plus-Time (T+)
Plus Time adalah jumlah waktu rambatan gelombang dari geophone pada
sumber forward dan geophone dari sumber reverse di kurangi dengan travel time
antara sumber keduanya. Tujuannya : Untuk analisa Kedalaman (Depth).
Dapat dirumuskan dengan;
(3.20)
Sehingga disederhanakan menjadi; (II.18)
(3.21)
Maka di dapat kedalaman di titik D ;
(3.22)
Sedangkan, untuk mecari kecepatan V1 di dapat dari inverse slope gelombang
arrival lapisan pertama (Sf ke Xf atau Sr ke Xr).
2.6.2. Analisa Minus-Time (T-)
Minus Time adalah pengurangan waktu rambatan gelombang dari geophone
pada sumber forward dan geophone dari sumber reverse lalu dikurangi dengan
travel time antara sumber keduanya. Analisa ini digunakan untuk mendeterminasi
kecepatan refraktor (V2).
18
2 X
T
(3.25)
Pada metode ini pertama kali dihitung fungsi kecepatan untuk tiap-tiap
geophone sesuai jarak (XY), misalnya XY = 1,2 3,.dst (gambar a). fungsi
tersebut diberikan sebagai :
19
(3.27)
avg
dimana :
(3.29)
hp=
T G V avg
cos i
(3.30)
dengan,
20
1 V avg
sin
I=
V
Geometri
kedalaman
mengeplot kedalaman
(3.31)
bidang
pembias
dapat
diperoleh
dengan
21
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
22
23
2
3
4
5
6
Gambar 4.1
Peralatan dan
Perlengkapan Seismik Refraksi
1. Seismometer
Alat yang paling penting yaitu seismometer yang fungsinya untuk
menangkap atau merekam gelombang yang diberikan pada source, yang
dimana alat ini juga sangat sensitif dengan adanya getaran sedikit pun
yang berada disamping alat seismometer ini, untuk sekitar alat ini harus
tidak boleh adanya suatu gerakan yang menimbulkan suatu getaran atau
gelombang. Setelah menangkap gelombang atau getaran lalu dapat dicatat
waktu first brake yang didapat.
2. Kompas Geologi
Alat kompas geologi ini dilapangan memiliki fungsi untuk menentukan
arah yang diperlukan. Dan tidak hanya itu saja namun juga digubakan
untuk mengukur kemiringan lapisan, kelurusan lapisan dan azimuth.
Untuk acara pengambilan data dimanapun tempatnya harus menggunakan
kompas geologi.
24
3. GPS
Alat yang satu ini yaitu GPS (Global Positioning System) yang digunakan
untuk menentukan suatu tempat penelitian dengan menentukan suatu
koordinat. Alat ini digunakan harus dengan lokasi yang terbuka tanpa
halangan agar sinyal yang didapatkan semakin kuat dengan begitu titik
memungkinkan untuk semkakin akurat, meskipun kelemahannya bisa
mencapai 0-5 meter melencengnya.
4. Meteran
Meteran ini dilapangan memiliki fungsi yaitu untuk mengukur jarak
pemukulan source dengan geophone yang dimana geophone tersebut perlu
jarak untuk menaruhnya.
5. Geophone
Alat geophone ini salah satu alat penangkap suatu getaran dari source, alat
ini ada 4 yang dipakai waktu lapangan acara ini. Alat geophone ini juga
menyambung dengan seismometer yang bersambungan dengan sebuah
kabel.
6. Plat besi
Tempat pemukulan palu ini dinamakan Plat besi yang memiliki fungsi
untuk memusatkan suatu getaran dengan sedikit memendam plat besi ini
sedikit masuk kedalam tanah, yang berguna untuk tidak bergoyang waktu
pemukulan source dilakukan.
7. Palu Seismik
Palu seismik ini tentunya berguna untuk sumber buatan yang akan
menghasilkan suatu getaran dengan memukulkan palu tersebut pada
sebuah plat besi yang sudah ditempatkan. untuk pemukulan harus
dihantamkan satu kali saja, tidak boleh ada hantaman tambahan dari palu
yang berakibat akan merusak data yang ditangkap. Untuk pemukulan
harus segera diangkat setelah memukulnya.
25
Mulai
Data
Tentukan titk
refraktor
XY Direct
Grafik Analisa
Grafik Analisa
Profil
Kecepatan
Kedalaman
Kedalaman
Grafik T-X
Selesai
26
Pertama kali dilakukan aitu dengan menyiapkan semua alat seismik yang
akan digunakan, alat tersebut berupa GPS, kompas geologi, seismometer,
palu seismik, plat besi, meteran, payung, geophone dan log book. semua
peralatan tersbut tidak boleh ada yang kurang atau ketinggalan. karena semua
lata semua berhubungan maka harus lengkap.
Langkah awal yang dilakukan untuk acara lapangan ini yaitu dengan
menentukan arah dan azimuthnya. data nantinya bisa berupa reverse maupun
forward.
Setelah itu menancapkan geophone pada tanah sesuai jarak yang diinginkan
dengan kabel yang terbatas. maksimal penancapan geophone yaitu 3 meter.
sebelum palu berhantaman dengan plat besi perlu ditekan tombol enter pada
seismometer untuk menyiapkan alat melakukan perekaman gelombang yang
dihasilkan dari pemukulan palu. Dan juga harus mengatur pada seismometer
yaitu dengan mengecek gain yang digunakan untuk memperkuat sinyal.
Setelah semuanya siap, lalu melakukan pengambilan data dengan cara
memukulkan palu seismik pada plat besi dengan tenaga yang sedikit besar
agar getaran atau gelombang yang dihasilkan bisa maksimal.
Kemudian untuk pencatatan gelombang yang dicatat yaitu first brake atau
puncak dari gelombang awal. Pada setiap geophone harus dicatat karena
gelombang akan menjalar pada semua geophone.
28
29
Unuk langkah awal yang harus dilakukan setelah pengambilan data, lalu
data yang didapatkan dan dicatat pada loogbook dipindahkan pada microsoft
exel, dengan format sesuai seperti pada loog book.
Memasukan data lapangan pada microsoft exel juga memiliki syarat yaitu
dengan mengkalikan 0.4 pada semua data yang dimasukan forward maupun
reverse.
Setelah itu mencari rata-rata forward maupun reverse dan dilakukan pemilihan
data pada reverse maupun forward. Setelah itu melakukan pembuatan sebuah
grafik yang berfungsi untuk suatu perbandingan grafik ABC dan Plus-Minus
serta GRM. Setelah membuat grafik lalu menentukan titik cross over yang
digunakan untuk pemahaman letak titik refraksi.
Untuk pemilihan data reverse maupun forward memiliki fungsi agar grafik bisa
bagus dan masuk akal.
Pada setiap line dibuat peta kedalaman dan peta kecepatan, sebagai
pemahaman dari data yang telah diambil dan diukur sebeleumnya.
Lalu dari peta ABC dengan peta Plus-Minus serta GRM dibuat perbandingan
yang dimana perbandingan tersebut untuk pemahaman dari data saja agar
mengerti.
Selesai.
30
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Tabel Pengolahan Data
31
Grafik T-X
75
60
45
Linear ()
Waktu (ms)
30
Linear ()
15
0
Linear ()
10
12
14
16
Linear ()
Offset (m)
Dari grafik T-X ITM diatas bisa dibuat karena dengan penggabungan data
forward dan data reverse yang digunakan untuk melihat suatu perbandingan data
yang telah didapatkannya. Dari grafik ini bisa dilihat dan dipahami bahwa
gelombang forward memerlukan penjalaran gelombang dengan waktu yang
lamanya tidak melebihi dari penjalaran gelombang reverse. Yang dimana pada
gelombang forward dimualai dari 0 sampai dengan titik cross overnya yaitu
sampai memerlukan waktu 23ms dan sedangkan untuk titik cross over pada
reverse dimulai dari titik 0 sampai 22,8ms. Setelah terjadi refraksi lalu dilanjutkan
dengan gelombang refraksi sampai dengan waktu pada forward 35ms dan
sedangkan waktu yang ditempuh reverse untuk mencapai maksimal yaitu
memerlukan waktu 27,84ms. Untuk offset pada forward dimulai dari 0 sampai
15,36meter sedangkan untuk reverse dimulai dari 15,36 meter sampai 0 meter.
Warna biru adalah gelombang forward yang belum terefraksi dan warna abu-abu
adalah gelombang yang terefraksi dari forward dan sedangkan warna merah
adalah gelombang reverse yang belum terefraksi sedangkan warna kuning yaitu
gelombang yang sudah terefraksi. Dari semua nilai yang ada diatas dari sebuah
grafik bisa dimengerti daripada dari data mentahnya.
32
Tac-Tbc(s)
10
12
14
16
18
-0.04
-0.08
Offset (m)
33
Kedalaman (m)
1
0.5
0
-0.51
-1
Offsett (m)
34
T-(s)
T+
0
0
0
Delta X
35
T-(s)
T0.01
0.01
0
Delta X
36
10
12
14
16
Kedalaman (m)
0
-0.01
-0.01
Offset (m)
37
Tg(s) 0
0
0
10
12
14
16
Offset (m)
38
Tv(s) 0.02
0.01
0
10
12
14
16
Offset(m)
39
Profil Kedalaman
0
0
10
12
14
16
-0.5
-1
kedalaman (m)
-1.5
-2
-2.5
Offset (m)
40
5.6 Pembahasan
5.6.1 Penampang Kecepatan ABC Kelompok 2 & 3
41
42
43
Peta V1 ABC ini tidak jauh berbeda dengan peta V1 GRM maupun V1
Plus Minus, ketiganya memiliki prinsip yang sama namun juga ada sedikit
perbedaan. Pada metode ini sama juga mengandalkan jarak kritis. Pada gambar
dapat dijelaskan bahwa lintasan kelompok 2 berada pada koordinat 9142038
dengan nilai kedalaman sekitar 380 meter sampai 400 meter. Yang dimana peta ini
pada saat penjalaran gelombang banyak melewati lapisan yang dimana lapisan
tersebut meiliki densitas kecepatan yang berbeda-beda. dengan adanya asumsiasumsi seismik yang semakin dalam semakin kompak dan kecepatan semakin
44
tinggi atau bertambah. Warna biru pada peta diatas menunjukan bahwa kedalaman
sangat dalam atau maksimal kedalaman yang memiliki nilai 400 meter. Untuk
mencapai nilai kedalaman maksimal waktu rambat gelombang juga memerlukan
waktu yang sedikit lama. Pada peta diatas dibuat untuk suatu pemahaman data
yang telah diolah agar pembaca maupun pembuat mampu memahami dari data
yang telah didapatkan pada saat lapangan. Dan untuk keterangan juga sudah
terlihat jelas untuk nilai kedalaman dan masing-masing koordinat.
45
Peta V2 CDM ini tidak jauh berbeda dengan peta V1 CDM keduanya memiliki
prinsip yang sama namun juga ada sedikit perbedaan. Pada metode ini sama juga
mengandalkan jarak kritis. Pada gambar dapat dijelaskan bahwa lintasan
kelompok 2 berada pada koordinat 9142038 dengan nilai kedalaman sekitar 380
meter sampai 400 meter. Yang dimana peta ini pada saat penjalaran gelombang
banyak melewati lapisan yang dimana lapisan tersebut meiliki densitas kecepatan
yang berbeda-beda. dengan adanya asumsi-asumsi seismik yang semakin dalam
semakin kompak dan kecepatan semakin tinggi atau bertambah. Warna biru pada
46
peta diatas menunjukan bahwa kedalaman sangat dalam atau maksimal kedalaman
yang memiliki nilai 400 meter. Untuk mencapai nilai kedalaman maksimal waktu
rambat gelombang juga memerlukan waktu yang sedikit lama. Pada peta diatas
dibuat untuk suatu pemahaman data yang telah diolah agar pembaca maupun
pembuat mampu memahami dari data yang telah didapatkan pada saat lapangan.
Dan untuk keterangan juga sudah terlihat jelas untuk nilai kedalaman dan masingmasing koordinat.
47
Peta diatas adalah peta kedalam dengan metode ABC, Plus Minus, dan
GRM dimana menggunakan data yang sudah diolah. Pada ketiga peta diatas dapat
kita lihat terdapat perbedaan pada setiap petanya. Pada peta dengan metode ABC
mempunyai warna yang agak kemerahan yang menandakan bahwa memiliki nilai
kecepatan yang tinggi, kemudian pada peta dengan metode Plus Minus cenderung
orange dan sedikit mempunyai warna hijau, sedangkan pada peta GRM warna
merah orange hampir sama dengan warna hijau.
48
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Pada acara lapangan dengan menggunkana metode seismik ABC Plus-Minus
dan GRM ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pada metode ABC dan Plus-Minus dapat dibuat profil kedalaman dan
kecepatan suatu rambat gelombang. Profil meiliki kedalaman
maksimal yaitu 1,08 meter dengan offset 0. Sedangkan minimal
terdapat nilai kedalaman 1.005meter dengan offset 16meter.
6.2. Saran
Pada acara kali ini sangat diperlukan tenaga dan ketelitian diri yang tinggi
serta pemahaman tentang penggunaan software maupun alat untuk pengukuran
49
data dan kerjasama tim yang harus dijaga agar pada saat melakukan pengukuran
dilapangan tidak terjadi kejanggalan didalam tim tersebut. Melakukan pengukuran
dengan benar agar tidak memakan waktu yang lama karena data saat pengambila
salah.
50