Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PERCOBAAN II
METODE EKSTRAKSI CYMBOPOGON NARDUS (L.) RENDLE
OLEH
NAMA
NIM
: O1A1 14 032
KELAS
:A
KELOMPOK
: VI (ENAM)
ASISTEN
: RAHMI ARDANI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
PERCOBAAN II
METODE EKSTRAKSI JATROPHA GOSSYPIFOLIA
A. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui prinsip terekstraksinya komponen kimia dari bahan alam.
2. Mengenal jenis-jenis metode ekstraksi bahan alam.
3. Mampu melakukan ekstraksi bahan alam.
B. Tinjauan Pustaka
Pada tahun tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah
berkembang menjadi satu disiplin tersendiri, berada diantara kimia organic bahan
alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang
perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organic yang dibentuk dan ditimbun
oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta
metabolismenya, penyebaran secara ilmiah, dan fungsi biologisnya (Harborne,
J.B., 1987).
Tanaman mengandung senyawa penting yang dikenal sebagai fitokimia,
kelompok senyawa alami yang bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan
mengobati penyakit. Kelompok senyawa kimia tanaman yang mem-berikan efek
farmakologis adalah senyawa metabolit sekunder, terdiri dari minyak atsiri,
flavonoid, alkaloid, steroid dan triterpenoid yang akan memberikan aroma, bau
yang spesifik serta kualitasnya (Hernani dan Nurdjanah, 2009).
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah
ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan
menggunakan tekanan (Ditjen POM, 1995).
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat
didalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan
metode yang tepat. Sedangkan ekstrak adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan
yang diekstraksi merupakan bahan alam. (Ditjen POM, 1986)
panen,
penangan
pasca
panen,
teknologi
ekstraksi,
teknologi
- Gelas kimia
- Toples
- Seperangkat elat evaporator
2) Bahan
Bahan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
- Air suling
- Aluminium foil
- Serbuk simplisia (Jatropha cortex)
- Kertas saring
- Pelarut organik
D. PROSEDUR KERJA
1. Metode Maserasi
Metode maserasi
(Sereh)
- Ditimbang 230 gr sampel yang telah dihaluskan dan
-
Hasil Pengamatan
ORGANOLEPTIS
SAMPEL
BOBOT
BOBOT
RENDA
SIMPLISI
EKSTRAK
MEN
51,82
22,53 %
A
1.
RASA
WARNA
BAU
(Cymbopogon
Agak
Coklat
Khas
nardus (L.)
pedas
kehijaua
aromati
aromati
Sereh
Rendle.)
k
b. Perhitungan Rendamen
Rendamen=
Bobot Ekstrak
X 100
Bobot Simplisia
51,82
X 100
230
= 22. 53 %
230 gram
b. Gambar pengamatan
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
Simplisia
Sereh
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
Nama
Ekstrak
Cairan
Penyari
:Sereh
:Metanol
F. Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis,
perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari
senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah
segala jenis zat kimia atau nutrient yang diturunkan dari sumber tumbuhan,
termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia berasal dari kata phytochemical.
Phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan chemical yang berarti zat kimia. Secara
harfiah fitokimia berarti senyawa kimia yang terdapat pada tanaman, tokehingga
salah satu objek utama dalam peelitian fitokimia adalah bahan-bahan dari tanaman
yangmengandung senyawa kimia tertentu, yang juga dikenal sebagai simplisia.
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah
ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan
menggunakan tekanan.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut, jadi ekstrak ialah sediaan yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi tanaman yang berkhasiat obat dengan ukuran partikel tertentu, dan
menggunakan medium pengekstraksi.
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibedakan menjadi dua
cara yaitu ; cara dingin dan cara panas. Cara dingin terbagi menjadi dua
yaitu; maserasi dan perkolasi, sedangkan cara panas terbagi menjadi empat jenis
yaitu; refluks, soxhlet, digesti, infus, dan dekok.
Tujuan dari ekstraksi untuk memperoleh ekstrak. Manfaat ekstrak dalam
bidang farmasi adalah dapat menjadi pengetahuan dasar dalam farmasi. Terutama
bagi pengobatan herbal sehingga dapat memberikan informasi ilmiah tentang
morfologi, anatomi, dan kandungan kimia tanaman yang digunakan sebagai obat
tradisional, serta dapat memberikan informasi ilmiah tentang tanaman yang
digunakan dalam pemanfaatan obat modern.
Ekstrak dapat dibedakan berdasarkan konsistensi, komposisi dan senyawa
aktif
menjadi 3 yaitu ekstrak cair (extracta fluida) contohnya tingtur, ekstrak semi solid
(extracta spissa) contohnya ekstrak kental, dan ektrak kering (extracta sicca)
contohnya ekstrak kering. Dan berdasarkan komposisinya terbagi menjadi dua
yaitu ekstrak alami contohnya obat herbal alami tidak mengandung solvent (air,
etanol) dan eksipien (laktosa, sakarosa) dan ekstrak non alami yang dapat
berbentuk campuran gliserin, propilenglikol).
Syarat-syarat pelarut yang ideal adalah (1) selektivitas pelarut hanya boleh
melarutkan ekstrak yang diinginkan. (2) kelarutan pelarut
serapat mungkin
memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar. (3) reaktivitas pelarut tidak
boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan ekstraksi. (4)
titik didih, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan destilasi dan reaktivitasi.
Metode ekstrasi yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu dengan cara
metode ekstrasi maserasi. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin.
Semakin lama waktu ekstraksi maka akan semakin lama waktu kontak
antara pelarut dan solute sehingga perolehan ekstrak semkin besar. Namun bila
waktu yang dibutuhkan terlalu lama maka secara otomatis proses ekstraksi
tersebut berlangsung secara tidak efisien.
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman
melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan
terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi).
Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan
didalam sel dan larutan diluar sel. Maserasi biasanya dilakukan selama 3 hari
sampai bahan-bahan melarut. Keuntungan metode maserasi adalah unit alat yang
dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam, biaya operasionalnya
relatif rendah, prosesnya relatif hemat penyari, dan tanpa pemanasan.
Tahapan selanjutnya setelah melakukan maserasi yaitu proses pemisahan,
edapan di saring dan di ambil maseratnya percobaan ini dilakukan proses
evaporasi dengan menggunakan alat Rotary vakum evaporator. evaporasi adalah
proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan
menjadi gas (contohnya uap air). Rotary vakum evaporator merupakan suatu
instrumen yang tergabung antara beberapa instrumen, yang menggabung menjadi
satu bagian, dan bagian ini dinamakan rotary vakum evaporator.
Rotary vakum evaporator adalah instrumen yang menggunakan prinsip
destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan
tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar
pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya.Instrumen ini lebih
disukai, karena hasil yang diperoleh sangatlah akurat. Bila dibandingkan dengan
teknik pemisahan lainnya, misalnya menggunakan teknik pemisahan biasa yang
menggunakan metode penguapan menggunakan oven karena pada instrumen ini
memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan yang lainnya
dimana teknik yang digunakan dalam rotary vakum evaporator terletak pada
pemanasan dan dapat menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu
alas bulat dengan kecepatan tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut
akan menguap dan senyawa yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap
namun mengendap. Pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa
yang terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.
Praktikum ini digunakan pelarut metanoll. Metanol digunakan sebagai
pelarut karean adanya gugus hidroksil (OH) pada alkohol memberikan sifat polar,
sedangkan gugus alkil (R) merupakan gugus non polar. Proporsi dari kedua gugus
tersebut merupakan faktor yang enentukan sifat alkohol, untuk mengekstrak
sampel uji, lebih baik menggunakan etanol dari pada metanol karena antioksidan
yang hendak diekstrak diharapkan dapat diaplikasikan pada produk makanan,
minuman dan obat-obatan sehingga aman untuk dikonsumsi sedangkan metanol
bersifat toksik. Pada praktikum ini simplisia sereh didapatkan nilai rendamen
sebesar 22,53 %.
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa;
a) Proses terekstraksinya zat aktif dalam tanaman adalahpelarut organik
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yangmengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi
perbedaan konsentrasiantara zat aktif di dalam sel dan pelartu
organik di luar sel. Larutan dengankonsentrasi tinggi akan berdifusi
keluar sel, dan proses ini berulang terus sampaiterjai kesetimbangan
antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel.
b) Jenis-jenis metode ekstrasi bahan alam dibedakan menjadi dua yaitu
ekstrasi secara dingin dan ektrasi secara panas. Proses ektraksi secara
dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan, hal ini
diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia
yang tidak tahan pemanasan dan bahan alam yang mempunyai
tekstur yang lunak, yang termasuk ekstraksi secara dingin umumnya
dikenal dengan ekstrasi maserasi dan perkolasi, sedangkan Ekstraksi
secara panas dilakukan untuk mengkstraksi komponen kimia yang
tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyakminyak menguap yang mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu
pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel
simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel untuk
melarutkan komponen kimia. Metode ekstraksi yang termasuk cara
panas yaitu metode refluks dan destilasi uap.
c) Metode ekstraksi komponen kimia dari bahan alam dilakukan
dengan menggunakan metode maserasi. Metode maserasi merupakan
cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. UI :
Press. Jakarta
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, pp. 334, 336, 337.
Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Edisi ke dua, ITB, Bandung.
Hernani & nurdjanah., 2009. Aspek peneringan dalam mempertahankan
keuntungan metabolit sekunder pada tanaman obat. Perkembangan
teknologi tro Vol 21 no 2: 33-39
Saifudin, A., Rahayu, & Teruna. 2011. Standardisasi Bahan Obat Alam. Graha
Ilmu : Yogyakarta.