Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SUPERVISOR:
dr. Aga Shahri Putera Ketaren, Sp.OT
PENYUSUN:
Tan Fransisca Dian
(110100098)
Togu Naipospos
(110100301)
Nova Desrita
(110100070)
Josephine Choo
(110100470)
M. Khairuna Syahputra
(110100073)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada
waktunya.
Pada makalah ini, saya menyajikan kasus mengenai penyakit Blount.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik Departemen Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi, Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik Medan.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan pula terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Aga Shahri Putera Ketaren, Sp.OT, atas kesediaan
beliau sebagai supervisor saya dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Oktober 2016
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1
1.1. Latar
Belakang
...............................................................................................................
1
1.2. Tujuan
Penulisan
...............................................................................................................
2
1.3. Manfaat
Penulisan
...............................................................................................................
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
3
2.1. Definisi
Penyakit
Blount
...............................................................................................................
3
2.2. Epidemiologi
Penyakit
Blount
...............................................................................................................
3
2.3. Etiologi
Penyakit
Blount
...............................................................................................................
3
2.4. Faktor
Risiko
Penyakit
Blount
...............................................................................................................
4
2.5. Klasifikasi
Penyakit
Blount
...............................................................................................................
4
2.6. Patogenesis
Penyakit
Blount
...............................................................................................................
4
2.7. Diagnosis
Penyakit
Blount
...............................................................................................................
6
iv
2.7.1. Anamnesis
6
2.7.2. Pemeriksaan
7
2.7.3. Pemeriksaan
7
2.8. Diagnosis Banding Penyakit Blount
11
2.9. Tatalaksana Penyakit Blount
12
2.9.1. Pengobatan Non-Operatif
12
2.9.2. Pengobatan Operatif
13
2.10. Komplikasi Penyakit Blount
16
2.11. Prognosis Penyakit Blount
17
Fisik
Penunjang
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada
anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat
penting karena memiliki gambaran makroskopis dan gambaran klinis yang
sangat bervariasi sehingga sering kali terdiagnosis ketika tumor tulang ini
sudah mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek.1,2
Osteosarkoma berasal dari sel-sel mesenkimal pembentuk tulang dan
merupakan keganasan tulang utama yang paling umum. Osteosarkoma
memiliki distribusi usia dengan gambaran bimodal, memiliki puncak pertama
selama remaja dan puncak kedua pada usia dewasa yang lebih tua. Puncak
pertama adalah dalam kelompok umur 10-14 tahun, bertepatan dengan
percepatan pertumbuhan pubertas. Hal ini menunjukkan hubungan yang erat
antara percepatan pertumbuhan remaja dan osteosarkoma. 2,3,4 Puncak kejadian
kedua pada orang dewasa adalah lebih tua dari 50 tahun, hal ini cenderung
merupakan keganasan yang berhubungan dengan penyakit Paget dengan
prognosis sangat jelek. Osteosarkoma didapati kira-kira 3 orang per 10.000 di
Amerika Serikat. Angka kejadian osteosarkoma lebih banyak pada laki-laki
daripada perempuan, dengan angka kejadian 5,4 perjuta orang per tahun pada
laki-laki dan 4,0 perjuta pada wanita, dengan insiden yang lebih tinggi pada
orang kulit hitam (6,8 perjuta orang pertahun) dibandingkan dengan kulit
putih (4,6 perjuta orang pertahun).5,6
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedi Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004)
tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas
(72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang
osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari
seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Di
Bandung dilaporkan oleh Darmaji Ismono pada tahun 1997-2001 dijumpai 79
kasus tumor tulang, tumor ganas 34 kasus (43%) dan jinak 45 kasus (57%).
Sedangkan di RSHAM sendiri, dari 27 kasus tumor tulang, 10 kasus (37%)
dijumpai kasus tumor jinak dan 17 kasus (63%) adalah kasus tumor tulang
ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus terdiagnosa dalam
stadium lanjut.7
Osteosarkoma umumnya terjadi pada tulang panjang ekstremitas tepatnya
pada metaphyseal plate, dan yang paling sering adalah pada tulang femur,
tibia dan humerus. Osteosarkoma yang muncul pada permukaan tulang, 20
kali lebih sering dari yang muncul pada bagian medulari. Pasien dengan
osteosarkoma pada permukaan biasanya terjadi pada dekade atau usia yang
lebih tua dibandingkan osteosarkoma pada sentral tulang.2,3,7,8,9,10
Gejala klinis osteosarkoma tidak spesifik, gejala yang paling sering
ditemukan adalah rasa sakit selama beberapa minggu sampai bulan. Rasa sakit
sering juga terjadi pada saat tidak beraktifitas bahkan mengganggu tidur
pasien. Yang paling umum adalah massa yang berbatas tegas dan tidak keras.
Bisa juga terjadi warna kemerahan pada lesi, distensi pada pembuluh darah
vena, atau tanda-tanda lain dari gangguan hipervaskular, lemas, hilangnya
fungsi atau penurunan rentang gerak. Gejala-gejala tersebut adalah tanda atau
alasan untuk melakukan penyelidikan klinis lebih lanjut. Selain itu, gambaran
radiologis akan sangat membantu untuk menegakkan diagnosis dan
mengetahui aggresifitasnya.2,3,6
1.2.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah untuk lebih mengerti dan
Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis agar dapat lebih
mengetahui dan memahami mengenai Osteosarkoma.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Histologi Tulang
Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras dalam tubuh manusia dan
kemampuannya untuk menahan stress diposisi ke dua setelah kemampuan tulang
rawan terutama tulang rawan jenis fibrous cartilage. Sebagai unsur utama
kerangka tubuh, ia menyokong struktur-struktur tubuh lainnya, melindungi organorgan vital seperti yang terdapat di dalam rongga tengkorak dan dada, serta
mengandung sum-sum tulang tempat di mana sel-sel darah dibentuk.11,12
Tulang dewasa diklasifikasikan menurut bentuknya menjadi tulang
panjang (seperti femur), tulang pipih atau flat (seperti panggul), dan tulang
pendek (seperti tulang tangan dan kaki). Tulang panjang (dan beberapa tulang
pendek seperti tulang metakarpal) dibagi menjadi tiga wilayah topografi: diafisis,
epifisis, dan metafisis. Diafisis merupakan bagian poros tulang. Epifisis tampak di
kedua ujung tulang dan sebagian tertutup oleh tulang rawan artikular. Metafisis
merupakan
persambungan
antara
bagian
diafisis
dan
epifisis.
Dalam
arteri yang masuk dari diafisis dan berakhir pada lempeng epifisis. Epifisis
menerima suplai darah dari anastomosis pembuluh darah yang luas. Kortek
diafisis, dipasok oleh pembuluh yang masuk melalui kanal Volkmann dan
berkomunikasi dengan sistem Haversian. Arteri yang fungsinya memberi nutrisi
memasuki kanal meduler pada sekitar tengah diafisis, membagi, dan meluas baik
distal dan proksimal. Pertukaran metabolisme kalsium dan fosfor terjadi terutama
pada metafisis. Pembuluh getah bening yang ada di jaringan ikat yang melapisi
periosteum, tetapi tidak di korteks atau medula.11,12,14,15
Osteoblas adalah sel-sel yang memproduksi tulang yang berasal dari
sumsum tulang, dimana sel mesenkimal berada. Osteoblas bertanggung jawab
untuk sintesis komponen matriks tulang (kolagen dan glikoprotein). Osteoblas
terletak pada permukaan jaringan tulang dan secara berdampingan, dalam suatu
cara yang menyerupai epitel sederhana. Bila sedang mensintesis matriks tulang,
osteoblas berbentuk kuboid dan mempunyai suatu sitoplasma yang basofilik. Bila
kegiatan sintesis sedang tidak aktif, menjadi gepeng atau pipih dan sifat basofilik
sitoplasmanya berkurang. Osteoblas memiliki nukleus bulat dan besar dangan
kromatin halus yang tersebar merata. Matriks tulang yang baru disintesis, belum
mengalami kalsifikasi, dan terletak di dekat osteoblas disebut dengan osteoid atau
prebone. Di dalam osteoblas yang aktif telah ditemukan granul sitoplasmik
dengan PAS positif yang mungkin merupakan prekursor mukopolisakarida netral
matriks tersebut.11,12,13
Osteosit adalah sel matur yang ditemukan terbungkus di dalam
lapisanlapisan matriks tulang yang telah mengalami mineralisasi. Didalam
kanalikuli yang mengandung lakuna, terdapat juluran filipodial osteosit dari selsel
berdekatan
berhubungan
melalui
gap
junction.
Penggabungan
ini
memungkinkan aliran ion dan molekul kecil antar sel (misalnya hormon yang
mengatur pertumbuhan dan perkembangan tulang). Hubungan filipodial di antara
osteosit yang berkapsul memberikan suatu mekanisme dimana nutrisi dan
metabolit dapat mengalir di antara pembuluh darah dan osteosit yang jauh. Bila
dibandingkan dengan osteoblas, osteosit lebih pipih dan mempunyai retikulum
endoplasmic yang kasar dan badan golgi yang jauh berkurang dan kromatin inti
yang lebih padat. Kematian osteosit diikuti dengan resorpsi matriksnya.11,12
Osteoklas adalah sel yang motil (dapat bergerak) dan sangat besar.
Osteoklas mempunyai sitoplasma yang lebar dengan jumlah inti 6-50 atau lebih.
Osteoklas biasanya menonjol di atas permukaan matriks dan kadang-kadang
saling overlapping dengan osteoblas dan osteoklas lain.13
2.2. Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan keganasan primer pada tulang yang sering
terjadi, dengan insiden yang tinggi pada anak-anak dan dewasa, dan menghasilkan
matriks osteoid. Meskipun bisa terjadi pada semua umur, puncak kejadian
biasanya pada dekade kedua dan ketiga kehidupan. Distribusi secara statistik
sejajar dengan pertumbuhan tulang. Tulang memiliki tingkat pertumbuhan yang
cepat, dan ketika osteosarkoma terjadi pada dekade kedua atau setelah proses
terhentinya pertumbuhan tulang, sering dihubungkan dengan adanya abnormalitas
lain pada tulang. Kemungkinan adanya predisposisi dari faktor genetik seperti LiFraumeni atau sindroma Beckman-Wiederman, kelainan yang mendasari penyakit
Paget atau displasia fibrosa yang memiliki kecenderungan untuk menjadi
osteosarkoma, atau radiasi sebelumnya yang melibatkan tulang.17,19,20
dan
beberapa
eksostosis
yang
turun
temurun
dan
10
Gambar 2.3. Foto polos dari osteosarcoma dengan gambaran Codman Triangle
(panah)19,21
11
12
Osteosarkoma lokal dapat diterapi dengan limb salvage, reseksi bedah yang luas
untuk apendikular tumor, dan eksisi pembedahan dengan kombinasi dengan
radiasi untuk tumor dengan batas reseksi yang tidak yakin negatif.2,11,17,18,19,34,35
Sebelum tahun 1970, prognosis untuk osteosarkoma sangat buruk, karena
angka kelangsungan hidup pasien kurang dari 10-20% untuk pasien dengan lesi
lokal yang diterapi dengan operasi. Setelah diperkenalkannya terapi neo-adjuvant
dan adjuvant sistemik seperti kemoterapi, angka kelangsungan hidup meningkat
secara drastis sekitar 65-75% pada pasien yang terbukti tanpa adanya metastasis.
Perubahan pada kemoterapi sejalan dengan perkembangan ilmu bedah yang
berdampak terhadap kontrol dan evaluasi maupun teknik penegakan diagnosa.
16,17,18,19
13
BAB 3
KESIMPULAN
Blount disease (tibia vara atau osteokondrosis deformans tibia) merupakan
gangguan pertumbuhan yang relatif jarang terjadi, ditandai dengan gangguan
osifikasi aspek medial dari fisis tibia proksimal. Secara klinis diklasifikasikan
menjadi onset awal dan onset lanjut. Onset awal disebut juga infantile type. Onset
lanjut selanjutnya dibagi menjadi dua, yaitu juvenile type dan adolescence type.
Blount disease lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan laki-laki,
dengan predisposisi pada anak berkulit hitam, obesitas, dan anak-anak keturunan
Skandinavian. Gangguan ini bermanifestasi pada usia 2 tahun pada infantile type,
dan setelah usia 8 tahun pada juvenile dan adolescence type. Infantile type terjadi
5 kali lebih sering dibandingkan tipe lainnya.
Etiologi dari Blount disease saat ini masih belum diketahui dan mungkin
multifaktorial.
Faktor
genetik,
humoral,
biomekanik,
dan
lingkungan
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Rosenberg AE. Bones, Joints and Soft Tissue Tumors. In: Kumar, Abbas,
Fausto, Aster, editors. Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.p. 1293-1302
2. Fletcher C, Unni KK, Mertens F. Pathology and Genetics of Tumours of
Soft Tissue and Bone. France: IARC Press; 2002. p. 233-57, 259-64, 2978, 309-10, 313-6, 338-43
3. Kindblom LG. Bone tumors :Epidemiology, classification, pathology
(Cited 2010, April 31).
4. Junqueira L. Histologi Dasar. Edisi 8. Jakarta: EGC; 1998.h. 136-143
5. Kahle W. Atlas Berwarna Dan Teks Anatomi Manusia Sistem Lokomotor.
Jakarta: Penerbit Hipokrates; 1995.h. 14-20
6. An YH, Kylie L. Martin Handbook of histology methods for bone and
Cartilage. New Jersey: Humana Press Inc; 2003.p. 99-321
7. Anonymous Bone (cited 2013, December 02).
8. Moesbar Nazar. Profil Tumor Tulang di RSUP. Haji Adam Malik Medan.
Majalah Kedokteran Nusantara, volume 39, Nomor 3, September, 2006. h
217-220
9. Brown SP, Rupert E.Sinopsis Anatomi. Jakarta: Hipokrates; 1994.h. 199200
10. Tortora JG, Bryan D. Principle of Anatomi And Physiology. 11th edition.
USA: Biological Science Textbook; 2006.p. 172-6
11. Munandar A. Iktisar Anatomi Alat Gerak dan Ilmu Gerak. Edisi I. Jakarta:
EGC; 1994.h. 135
12. Weidner N, Lin GY, Kyriaskos M. Joint and Bone Pathology. In: Weidner
N, Cote RJ, Suster S, Weiss LM, editors. Modern Pathology. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2009.p. 1784-1812
13. Kierszenbaum Abraham L MD. Histology and Cell Biology: an
Introduction to Pathology, Second edition. Elseiver Inc; 2007. p.134- 162.
15
14. Bone
tissue
(cited
2013,
19
December),
available
at
http://www.studyblue.com/notes/note/n/bone-tissue/238269
15. Bone
ossification,
(cited
2013,
19
December),
available
at
at
http://classes.midlandstech.edu/carterp/courses/bio210/chap06/lectur
e1.html
16. Bone
ossification
(cited
2013,
19
December),
available
http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/bone/bone.html
17. Stradding H. Bone sarcoma : diagnosis, management and follow up.
Cancer Nursing Practise 2010(10):31-38.
18. Folpe AL, Inwards CY. Soft Tissue Pathology. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2010.p. 309-29, 330-51, 367-78, 401-7
19. Rosai J. Rosai and Ackerman Surgical Pathology. 10th ed. Mosby;
ALsevier. 2010.p.2146-94
20. Mehlman,
C.T.,
Osteosarkoma,
2016,
available
http://emedicine.medscape.com/article/1256857-overview#a2
at: