Вы находитесь на странице: 1из 19

FORMAT RANCANGAN PENYULUHAN

A. LATAR BELAKANG
Stroke menempati urutan kedua sebagai penyebab kecacatan di negara maju dan
penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik (Lipska et al., 2007; van der
Worp et al., 2007). Dan lebih dari dua pertiga penderita stroke di dunia berasal dari negara
berkembang, di mana usia rata-rata penderitanya 15 tahun lebih muda daripada penderita di
negara maju (Lipska et al., 2007). Sedangkan di negara-negara barat sendiri, stroke
merupakan penyebab kematian tersering ketiga setelah penyakit jantung dan kanker dan
mungkin penyebab utama kecacatan (Davenport et al.,1999). Menurut WHO, 15 juta orang di
dunia mengalami stroke setiap tahunnya. Dan dari 15 juta orang tersebut, 5 juta orang
meninggal dan 5 juta orang lagi mengalami kecacatan permanen dan menjadi beban bagi
keluarganya.
Di Indonesia prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk dan
berdasarkan hasil Surkesnas 2001 penyakit sistem sirkulasi darah berupa penyakit jantung,
stroke, hipertensi, merupakan penyebab utama kematian yaitu 26,3% kematian. Daerah yang
memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000
penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000
penderita stroke, 6 diantaranya telah didignosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menujukkan
sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun
angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Data menunjukkan bahwa stroke menempati urutan
pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke, bersama-sama
dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan
penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia (Departemen Kesehatan R.I,
2009).
Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di
Negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik
sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik (Davenport et al.,1999; van der Worp et
al., 2007). Ada banyak faktor risiko dari stroke, diantaranya hipertensi, obesitas,
hiperlipidemia, diabetes mellitus, merokok, kelainan jantung dan konsumsi alkohol (Arboix
et al., 2001; Lipska et al., 2007; Yamamoto et al., 1988). Dampak dari serangan stroke sangat
bergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan, dan juga usia serta status kesehatan sebelum
stroke. Stroke hemoragik memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dari iskemik. Sekitar
20% dari penderita stroke akan bergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatan sehari-

hari (seperti mencuci, berpakaian, dan berjalan) pada 12 bulan pertama. Dan sekitar 10-16%
penderita stroke memiliki risiko untuk mengalami serangan ulang, dan risiko kematian akibat
stroke menjadi dua kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum (davenport et al., 1999).
Dampaknya tidak hanya terhadap penderita tetapi juga terhadap keluarga dimana rasa cemas,
stres, sedih, dan perubahan psikologis tidak dapat dihindari. Bila dibiarkan, ini akan berlanjut
pada depresi (Sutrisno,2007).
Keluarga merupakan sumber bantuan yang terpenting bagi anggota keluarganya atau
bagi individu yang dapat mempengaruhi gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya
menjadi berorientasi pada kesehatan. Usaha pencegahan serangan stroke yang dapat
dilakukan adalah menyingkirkan faktor risiko(konsumsi alkohol, merokok, dan lain-lain),
terutama bagi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes melitus,
dan kolesterol darah tinggi. Peran keluarga menjadi penting dalam pencegahan karena
sebagian besar faktor risiko serangan stroke dapat dimodifikasi/diubah dengan mengubah
gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat. Survei Gallop pada tahun 1985 memastikan
bahwa saat berhubungan dengan masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapat bantuan
yang lebih banyak dari keluarga mereka (Setyowati,2007). Keluarga juga merupakan sistem
pendukung utama memberi pelayanan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) anggota
keluarga. Oleh karena itu, asupan pelayanan/perawatan yang berfokus pada keluarga bukan
hanya memulihkan keadaan pasien, tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga
tersebut (Effendy, 1998).
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit dan di rumah, banyak pasien yang
beranggapan telah sembuh dan tidak bakal terkena stroke lagi sehingga mereka berpikiran
bisa berbuat apa saja, mulai dari konsumsi makanan hingga pola hidup. Pada studi Profesor
Alexandre Croquelois dan Julien Bogousslavsky di Centre Hospitalier Universataitre
Vaudois, Lausanne, Swiss, didapati 66 persen dari 286 pasien stroke mengidap hipertensi, 24
persen perokok berat, 16 persen mempunyai riwayat diabetes, dan 62 persen berkolesterol
tinggi. Akan tetapi, 65 persen dari 286 pasien tersebut tidak menyadari mereka mempunyai
penyakit-penyakit

tersebut(Sutrisno,2007).

Tingkat

kesadaran

yang

rendah

inilah

dikhawatirkan bisa memicu terulangnya kembali stroke. Bila itu terjadi lagi, serangan stroke
akan lebih ganas dan berat. Beberapa riset menunjukkan 20 persen pasien stroke akan
meninggal dalam sebulan setelah serangan pertama bila terkena stroke berulang. Karena itu,
pasien dan keluarga harus memerhatikan faktor risiko pasien terutama hipertensi, kolesterol
dan diabetes(Sutrisno,2007). Dalam kehidupan pasien sehari-hari di lingkungan keluarga,

anggota keluarga seharusnya memperhatikan bagaimana perilaku pasien terhadap pencegahan


stroke, sehingga tidak menimbulkan kerugian yaitu dengan pengobatan teratur, minum obat,
olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum alkohol, diet garam atau lemak dan
memeriksakan anggota keluarga yang sakit (Notoatmodjo,2003).
B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan Umum
Diharapkan peserta didik dapat memahami dan dapat mencagah sedini mungkin
terhadap penyakit stroke hemoragik sesuai dengan materi-materi yang telah
disampaikan tim penyuluh.
b. Tujuan Khusus
Peserta didik dapat :
b1. Memahami pengertian stroke hemoragik.
b2. Menjelaskan etiologi dari stroke hemoragik.
b3. Menyebutkan gejala klinis stroke hemoragik.
b4. Menyebutkan faktor resiko stroke hemoragik.
b5. Menjelaskan pencegahan stroke hemoragik.
b6. Memahami data kesembuhan stroke hemoragik.
C. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Topik

: Stroke Hemoragik Dikalangan Lansia

2. Sasaran

: Masyarakat Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah

3. Target

: 40 orang lansia

4. Waktu

: Rabu, 17 Mei 2014 pukul 08.00-08.40 WIB

5. Tempat

: Aula Kantor Camat Sungai Pinyuh

6. Media/alat

a. Leafleat, layar monitor, infocus, speaker, laptop untuk untuk penyampaian materi
berupa audio visual.
b. Alat pendukung kursi dan meja.
c. Properti pendukung role play dan demonstrasi.

7. Proses Belajar Mengajar :


TAHAP
KEGIATAN
Pendahuluan

KEGIATAN PENGAJAR
1.

Memberi salam

2.

Menyebutkan kontrak

waktu penyuluhan
3.

Menyampaikan tujuan

KEGIATAN MAHASISWA
1. Peserta menjawab salam
2. Peserta memperhatikan

ESTIMASI
WAKTU
08.00-08.05

3. Peserta memperhatikan
4. Peserta memperhatikan

diadakannya penyuluhan
4.

Menjelaskan pokok

materi yang akan dibahas dan


metode yang akan digunakan
Penyajian

untuk mencapai tujuan.


1.
Menjelaskan materi
secara benar dan jelas
2.

Memberikan kontak

dan feedback kepada peserta


4.

Memberikan

demonstrasi
5.

08.05-08.30

2. Peserta memperhatikan

Memberikan contoh

yang mudah dipahami


3.

1. Peserta memperhatikan

3. Peserta memperhatikan
4. Peserta memperhatikan
5. Peserta bertanya
6. Peserta memperhatikan
7. Peserta menjawab
8. Peserta memperhatikan

Memberi kesempatan

untuk bertanya
6.

Menjawab pertanyaan

7.

Melemparkan

pertanyaan
8.
Penutup

Memberikan

reinforcement positif
1.
Menyimpulkan materi
2.

Memberikan rencana

selanjutnya
3.

Memberi salam

1. Peserta memperhatikan
2. Peserta memperhatikan
3. Peserta menjawab salam

08.30-08.40

8. Penugasan Kelompok
a. Penanggung Jawab : Seluruh anggota kelompok
Bertanggung jawab terhadap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
b. Observer : Septri Sari
Bertanggung jawab mengamati jalannya kegiatan dan mengevaluasi kegiatan.
c. Penyaji : Agus Martini
Bertanggung jawab menyajikan materi penyuluhan.
d. Moderator : Mariani
Bertanggung jawab memandu jalannya kegiatan.
e. Notulis : Kartika Sari
Bertanggung jawab mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir.
f. Perlap : M. Untung Saputra
Bertanggung jawab menyediakan media dan alat selama penyuluhan.
g. Demonstrasi : Kartika Sari
Bertugas memberikan demonstrasi kepada peserta.
h. Role Play : Faisal Mahlufi dan Septiana Estela
Bertugas sebagai pemeran drama dan pelengkap peserta penyuluhan.
9. Pengorganisasian Tempat
DO

N
PY

Keterangan :
PY

: Penyaji

P P P

P P P

: Notulen

P P P

P P P

: Observasi

P P P

P P P

: Peserta

P P P

P P P

: Demonstrator

: Camat Sungai Pinyuh

D. METODE PENYULUHAN
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Diskusi/tanya jawab

d. Evaluasi terhadap materi penyuluhan untuk mengetahui seberapa paham peserta


memahami materi penyuluhan
E. MATERI PENYULUHAN
a. Pengertian Stroke Hemoragik
b. Etiologi Stoke Hemoragik
c. Gejala Klinis
d. Faktor Risiko
e. Pencegahan Stroke Hemoragik
f. Data Kesembuhan Stroke
F. RENCANA EVALUASI
Aspek

Waktu

Metode

Alat

Evaluator

1. Kognitif
Setelah materi Pertanyaan
2. Afektif
selesai
3. Psikomotor

1. Daftar

Tim penyaji

pertanyaan
2. Alat peraga

1. Evaluasi struktur
a. Rancangan Penyuluhan telah dikonsultasikan selama 3 hari sebelumnya.
b. Peralatan dan media telah dipersiapkan selama 3 hari sebelumnya.
c. Pembagian tugas telah dilaksanakan.
d. Kontrak tempat dan waktu penyuluhan selama 3 hari sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Minimal 85% (34 dari 40 orang) peserta penyuluhan hadir pada pertemuan
pendidikan kesehatan.
b. Minimal 5% (2 dari 40 orang) peserta aktif pada penyuluhan dengan tanya jawab
kegiatan.
c. Masing-masing anggota kelompok pelaksana penyuluhan menjalankan tugasnya
dengan baik dan penuh tanggung jawab.
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan rencana yang telah dirancang.
b. Peserta penyuluhan dapat :
b1. Menjelaskan kembali pengetian dari stroke hemoragik.
b2. Menyebutkan 2 dari 3 penyebab dari stroke hemoragik.

b3. Menjelaskan 4 dari 8 pencegahan stroke hemoragik.


c. Peserta mampu mengaplikasikan cara-cara pengontrolan tekanan darah yang sesuai
dengan penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian
Stroke hemoragik adalah stroke yang di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak (
Nanda, 2013).
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro
Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara
cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang
terganggu.(Harsono,1996 ).
Stroke hemoragik adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama
beberapa tahun. ( Smeltzer C. Suzanne, 2002 ).

2. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
3. Gejala Klinis
Pada penyakit stroke hemoragik ini memiliki gejala-gejala klinis antara lain:
a. Nyeri kepala hebat
b. Kesadaran menurun
c. Koma

d. Riwayat hipertensi (darah tinggi) kronis


e. Pembengkakkan dibagian leher belakang sampai ke kepala bagian belakang
f. Kejang-kejang

4. Faktor Resiko
Pada stroke hemoragik terdapat beberapa faktor resiko. Faktor resiko ini terbagi atas
faktor yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah, antara lain:

5.

Dapat Diubah
Hipertensi

Tidak Dapat Diubah


Usia

Diabetes

Gender

Kadar kholesterol tinggi

Ras

Merokok

Riwayat stroke/TIA

Penyakit jantung

Keadaan Hypercoagulative
(darah sangat kental)

Obesitas

Konsumsi alkohol berlebihan

Aktivitas kurang

Stress
Pencegahan Stroke Hemoragik
Pencegahan dari Stroke (PREVENT) antara lain:
a. Proper diet and exercise
b. Reduce high blood pressure and cholesterol
c. Eliminates stress
d. View diabetes and heartbeat irregularities as high risk
e. End smoking habit

f. Never neglect stroke warning signs


g. Take your medication as prescribed
Untuk mencegah pemendekan otot dan ligmen pada pasien stroke pengeturan posisi saat
berbaring diberikan posisi antirotasi. Posisi itu meliputi:

Sendi bahu dalam posisi berputar ke luar dan sedikit melebar

Sendi siku lurus dan dalam posisi ke luar

Sendi pergelangan tangan dan jari-jari lurus

Sendi panggul dalam posisi memutar ke dalam

Sendi lutut sedikit menekuk

Sendi pergelangan kaki menekuk 90 derajat.

Selain pengatur posisi berbaring, posisi pada saat duduk di kursi (bila pasien sudah
dapat duduk) juga harus diperhatikan. Sikap duduk yang baik untuk pasien stroke adalah:

Bokong dan panggul tidak miring

Badan dalam keadaan bersandar

Bahu lurus dengan panggul

Telapak kaki menapak di lantai

Lengan disangga

Sedangkan untuk mengontrol tekanan darah, kita dapat menggunakan tensi meter. Jenis
tensi meter bermacam-macam salah satunya adalah tensi meter digital. Berikut ini cara
menggunkan tensi meter digital :
1. Kenakan manset melingkar pada bagian lengan kiri atas. (disarankan lengan kiri)
2. Letak manset, hingga 1-2 cm diatas siku lengan.
3. Rekatkan manset hingga pas di lengan.
4. Untuk melakukan pengukuran usahakan alat di taruh di atas meja dan kita duduk dikursi
agar posisi manset sejajar dengan jantung
5. Duduklah dengan posisi badan tegak dan rilexs.
6. Tekan tombol "START", tunggu sampai alat berhenti memompa.
7. Lihat angka pada layar monitor ketika berhenti memompa.
8. Jika pengukuran selesai manset akan mengempis sendiri
9. Tekan "START/STOP" Untuk mematikan alat
6. Data Kesembuhan Stroke

Berdasarkan data dari National Stroke Association :


a. 10% pulih hampir sempurna.
b. 25% pulih dengan minor impairmen.
c. 40% mengalami gejala sisa impairmen moderat hingga berat yang memerlukan
perawatan khusus.
d. 10% memerlukan perwatan jangka panjang di nursing home fasilitas rawat jangka
panjang lain.
e. 15% meninggal.
f. Sekitar 14% penderita mengalami serangan stroke kedua dalam satu tahun pertama
pasca stroke.
7. Penatalaksanaan ganguan body alighment
a) Membantu klien berdiri
Cara:
Posisi berdiri dilakukan dengan cara menganjurkan pasien pada posisi berdiri. Kepala
tegak,dan mata menghadap lurus kedepan,dari belakang bahu dan pinggul harus lurus dan
sejajar.
b) Membantu klien duduk
Pengertian :
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien.
Tujuan :
1) Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
2) Mempertahankan kenyamanan
Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan sebelum tindakan dilakukan
2) Tempatkan paien pada posisi telentang
3) Singkirkan batal dari tempat tidur
4) Perawat menghadap ketempat tidur
5) Tempatkan kaki meregang dengan satu kaki lebih mendekat ke tempat tidur dibanding
kaki yang lain
6) Tempatkan tangan yang lebih dekat ke pasien dibawah bahu, yang menypokong
kepala, dan tulang belakang
7) Tempatkan tangan yang lain dipermukan tempat tidur

8) Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan anda dari kaki depan
ke kaki belakang
9) Dorong dengan arah beralawan tempat tidur dengan menggunakn lengan yang
ditempatkan dipermukaan tempat tidur
10) Turunkan tempat tidur
11) Observasi posisi kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan
12) Catat prosedur dan cuci tangan
c) Mengatur posisi tidur
Cara :
Letakkan pasien dengan posisi lateral, semua bantal dan penyokong posisi
dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan
vertebra harus lurus dengan alas yang ada.
Apabila dijumpai kelainan pada pasien maka terdapat penurunan sensasi atau
gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
d) Mengatur posisi fowler
Pengertian :
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan.
Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan.
2) Memfasilitasi fungsi pernafasan.
Alat dan Bahan : Penopang/bantal
Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Lakukan persiapan seperti disebut diatas.
3) Tinggikan kepala tempat tidur 45 -60 derajat.
4) Topangkan kepala diatas tempat tidur atau bantal kecil.
5) Gunakan bamtal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrol secara sadar atau tidak dapat menggunakan tangan dan lengan.
6) Tempatkan bantal tipis dipunggung bawah.
7) Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk dibawah paha.
8) Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk dibawah pergelangan kaki.

9) Tempatkan papan kaki didasar telapak kaki pasien.


10) Turunkan tempat tidur.
11) Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi tekanan.
12) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
e) Mengatur posisi dorsal recumbent
Pengertian :
Posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentnag dengan kedua lutut fleksi
diatas tempat tidur.
Tujuan :
1) Perawat daerah genatelia.
2) Pemeriksaan genetalia.
3) Posisi pada proses persalinan
Alat dan bahan :
1) Bantal.
2) Tempat tidur khusus.
3) Selimut.
Prosedur kerja ;
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2) Cuci tangan.
3) Pasien dalam keadaan berbaring (telentang).
4) Pakian bawah dibuka.
5) Tekuk lutut dan diregangakan.
6) Pasang selimut untuk menutupi area genetali.
f)

Posisi Sim
Pengertian : Pada posisi ini pasien berbaring miring baik ke kanan atau ke kiri
Tujuan

1) Memberikan kenyamanan.
2) Melakukan Huknah.
3) Memberikan obat per anus (supositoria).
4) Melakukan pemeriksaan daerah anus.

Alat dan bahan : Bantal


Prosedur kerja :
1) Cuci tangan.
2) Lakukan persiapan seperti di uraikan di atas.
3) Tempatkan kepala datar di tempat tidur.
4) Tempatkan pasien dalam posisi telentang.
5) Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada abdomen.
6) Tempatkan bantal kecil di bawah kepala.
7) Tempatkan bantal di bawah lengan setinggi bahu, sokong lengan lain di atas tempat
tidur.
8) Tempatkan bantal di bawah tungkai atas yang di fleksikan,yang menyokong tungkai
setinggi panggul.
9) Tempatkan bantal pasien parallel dengan permukaan pelantar kaki.
10) Turunkan tempat tidur.
11) Observasi posisi kesejajaran tubuh,tinkat kenyamanan,dan titik potensi tekanan titik.
12) Cuci tangan setelah prsedur di lakukan.
13) Catat prosedur.
g) Posisi Trendelenburg
Pengertian : Posisi ini menempatkan pasien ditempat tidur dengan bagian bagian
kepala lebih rendah dari bagian kaki.
Tujuan :
Melancarkan peredaran darah ke otak.
Prosedur Kerja :
1) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2) Cuci tangan.
3) Pasien dalam keadaan berbaring terlentang.
4) Tempatkan bantal di atas kepala dan ujung tempat tidur.
5) Tempatkan bantal di atas lipatan lutut.
6) Tempatkan balok,penopang di bagian kaki tempat tidur.
7) Atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.
8) Cuci tangan.
h) Posisi Litotomi

Pengertian : Pada posisi ini,pasien di tempatkan pada posisi telentang dengan


mengangkat kedua kaki dan ditarik keatas abdomen.
Tujuan :
a.

Pemeriksaan alat genetalia.

b. Proses persalinan.
c. Pemasangan alat kontrasepsi.
Alat dan Bahan :
1) Bantal.
2) Tempat tidur khusus
3) Selimut atau kain penutup.
Prosedur kerja :
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan.
3) Pasien dalm keadaan berbaring(telentang).
4) Angkat kedua paha dan tarik keatas adomen.
5) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha.
6) Letakkan bagian lutut atau kaki pada penyangga kaki di tempat tidur khusus untuk
posisi litotomi.
7) Pasang selimut.
8) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
i). Posisi Genu pectoral (Knee Chest).
Pengertian : Pada posisi genu pectoral pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk
dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan :
Pemeriksaan daerah rectum dan sigmoid.
Alat dan Bahan :
a. Tempat tidur
b. Selimut.
Prosedur Kerja :
1) Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2) Cuci tangan.
3) Minta pasien untuk mengamil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada matras tempat tidur.

4) Pasang selimut untuk menutupi daerah perineal pasien.


5) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

KESIMPULAN
Di Indonesia prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk dan
berdasarkan hasil Surkesnas 2001 penyakit sistem sirkulasi darah berupa penyakit jantung,
stroke, hipertensi, merupakan penyebab utama kematian yaitu 26,3% kematian. Daerah yang
memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000
penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000
penderita stroke, 6 diantaranya telah didignosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menujukkan
sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun
angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Data menunjukkan bahwa stroke menempati urutan
pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke, bersama-sama
dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan
penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia (Departemen Kesehatan R.I,
2009).
Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di
Negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik
sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik (Davenport et al.,1999; van der Worp et
al., 2007). Ada banyak faktor risiko dari stroke, diantaranya hipertensi, obesitas,
hiperlipidemia, diabetes mellitus, merokok, kelainan jantung dan konsumsi alkohol (Arboix
et al., 2001; Lipska et al., 2007; Yamamoto et al., 1988). Dampak dari serangan stroke sangat
bergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan, dan juga usia serta status kesehatan sebelum
stroke. Stroke hemoragik memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dari iskemik. Sekitar

20% dari penderita stroke akan bergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatan seharihari (seperti mencuci, berpakaian, dan berjalan) pada 12 bulan pertama. Dan sekitar 10-16%
penderita stroke memiliki risiko untuk mengalami serangan ulang, dan risiko kematian akibat
stroke menjadi dua kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum (davenport et al., 1999).
Dampaknya tidak hanya terhadap penderita tetapi juga terhadap keluarga dimana rasa cemas,
stres, sedih, dan perubahan psikologis tidak dapat dihindari. Bila dibiarkan, ini akan berlanjut
pada depresi(Sutrisno,2007).
Keluarga merupakan sumber bantuan yang terpenting bagi anggota keluarganya atau
bagi individu yang dapat mempengaruhi gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya
menjadi berorientasi pada kesehatan. Usaha pencegahan serangan stroke yang dapat
dilakukan adalah menyingkirkan faktor risiko(konsumsi alkohol, merokok, dan lain-lain),
terutama bagi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes
mellitus, dan kolesterol darah tinggi. Peran keluarga menjadi penting dalam pencegahan
karena sebagian besar faktor risiko serangan stroke dapat dimodifikasi/diubah dengan
mengubah gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat. Survei Gallop pada tahun 1985
memastikan bahwa saat berhubungan dengan masalah kesehatan.
SARAN
Harapannya adalah agar masyarakat di Kalimantan Barat khususnya masyarakat
Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah dapat terhindar dari penyakit stroke
hemoragik, sehingga tingkat kesehatan masyarakat dapat meningkat serta masyarakat
Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah dapat mengaplikasikan diet rendah lemak,
garam, berhenti merokok, memulai latihan dengan olahraga teratur, serta mengontrol faktor
stroke.

DAFTAR PUSTAKA
Ewles, L dan Simnet, I., 1994, Promoting Health, A Practical Guide 2nd ed.(Terjemahan oleh
Ova Emilia), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta
puskesmasbatuputihberau.wordpress.com/promkes/info-kesehatan/perilaku-hidup-bersih-dansehat-phbs-di-sekolah/, diakses tanggal 14 Mei 2014
dinkes.malangkota.go.id/index.php/kiat-sehat/127-phbs-di-berbagai-tatanan
diskesklungkung.net/?page_id=357
http://www.kanopiinsansejahtera.com/tips-governess/18-rehabilitasi-pasien-stroke-dirumah.html, diakses tanggal 14 Mei 2014
http://alatkesehatanjogja.com/produk-23-tensimeter-digital-omron-sem1--tensimeteromron.html, diakses tanggal 14 Mei 2014

FORMAT PENILAIAN PENKES


KEGIATAN

BOBOT

PERSIAPAN
1. Salam pembuka

2. Kontrak waktu

3. Menyebutkan tujuan

4. Materi dan alat yang digunakan

PELAKSANAAN
1. Penjelasan tujuan penyuluhan

2. Penjelasan materi secara benar dan jelas

3. Berbicara dengan jelas dan tak terlalu keras

4. Menggunakan bahasa yang sederhana dan

mudah dimengerti
5. Menggunakan nada suara bervariasi

6. Kontak mata

7. Menggunakan gerak sikap wajar

8. Mendengarkan dengan baik

9. Demonstrasi/contoh

10

10. Member kesempatan untuk bertanya

11. Menjawab pertanyaan


EVALUASI

NILAI

1. Melemparkan pertanyaan

2. Memberikan reinforcement positif


PENUTUP

1. Menyimpulkan materi

2. Rencana selanjutnya

3. Kata penutup

NILAI TOTAL

Вам также может понравиться