Вы находитесь на странице: 1из 15

Dhea Putri Herdany

1801424120
TUGAS GSLC 1 TAX DAN BUSINESS MANAGEMENT

1. Jelaskan hal- hal sebagai berikut


a. Merger
Merger adalah proses difusi atau penggabungan dua perseroan dengan salah satu
diantaranya tetap berdiri dengan nama perseroannya sementara yang lain lenyap
dengan segala nama dankekayaannya dimasukan dalam perseroan yang tetap
berdiri tersebut.
Tipe-Tipe Marger
Merger berdasarkan aktivitas ekonomik dapat diklasifikasikan dalam lima tipe,
yaitu:
1. Merger Horisontal
Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaanyang
bergerak dalamindustri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaanperusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah
satu tujuan utama merger danakuisisi horisontal adalahuntuk mengurangi
persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas
produksi,pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas
administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya
struktur pasar pada industri tersebut.Apabila hanya terdapat sedikit pelaku
usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan
mengarah pada monopoli.
2. Merger Vertikal
Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksiatau operasi. Merger dan
akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaanyang berada pada industri hulu
memasuki industri hilir atau sebaliknya.Merger danakuisisi vertikal dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan
usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka
stabilisasi pasokan dan pengguna.Tidak semua perusahaan memiliki bidang
usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk
menjaminbahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka
perusahaantersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok.
Mergerdan akuisisi vertikalini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi
kebelakang atau ke bawah (backward/downwardintegration) danintegrasi ke
depan atau ke atas (forward/upward integration).

3. Merger Konglomerat
Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masingmasing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Mergerdan akuisisi
konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi
bidang bisnisnya dengan memasukibidang bisnis yang berbeda sama sekali
dengan bisnis semula.Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan
secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah
konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat
beragam dalam industri yang berbeda.
4. Merger Ekstensi Pasar
Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger
dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk
masing-masing perusahaan.Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan
oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansidan penetrasi
pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat
tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awaldi negara yang akan
dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi
keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan
produk terhadap konsumen luar negeri.
5. Merger Ekstensi Produk
Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh duaatau lebih
perusahaanuntuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah
merger perusahaan akanmenawarkanlebih banyak jenis dan lini produk
sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini
dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan
pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas
riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.
Alasan-alasan Melakukan Merger
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar
saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi.
Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika
melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat
mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi
(economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya
overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah
pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika

perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena
fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi
internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal.
Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki
likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan
dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya
dana dengan biaya rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak
adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan
yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar
untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan
perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan
atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki
kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang
menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini
perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah
pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang
diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari
pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang
lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan
saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil.
g. Melindungi diri dari pengambilalihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan
yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan
membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini,
kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding
firm yang berminat
Manfaat Merger
Perusahaan yang melakukan merger atau mengakuisisi perusahaan lain
mempunyai berbagai tujuan yang memberikan manfaat kepada perusahaan
tersebut.

Pertama, adanya merger akan dapat meningkatkan pendapatan


perusahaan. Peningkatan pendapatan perusahaan dikarenakan perusahaan
melakukan pemasaran yang baik, strategi yang lebih dan terfokus, serta
penguasaan pasar. Pada sisi lain, pendapatan perusahaan menjadi
terdiversifikasi karena perusahaan melakukan penggabungan usaha
Kedua, salah satu alasan utama mengapa perusahaan mau melakukan merger
karena perusahaan akan mengalami efisiensi dalam biaya operasi
dibandingkan dengan dua perusahaan yang terpisah. Salah satu contoh
penurunan biaya dapat dilakukan dengan melakukan pemasaran secara
bersama untuk produk berbeda dibandingkan dengan dua perusahaan
terpisah. Operasi perusahaan dapat diefisienkan, terutama dalam bidang
sumber daya manusia yang menangani kepegawaian. Pembayaran gaji dapat
dilakukan dengan satu divisi yang menggunakan teknologi lebih baik.
Pengiklanan perusahaan dapat dilakukan sekaligus dibandingkan dengan dua
perusahaan yang sendiri-sendiri. Biaya iklan lebih murah karena biaya
iklan hanya satu dengan adanya merger. Cara ini efektif dan sangat
menguntungkan perusahaan.
Penggabungan dua perusahaan juga memberikan keuntungan terhadap
jaringanperusahaan yang semakin besar bila dibandingkan dengan sendirisendiri.Dalam kasus ini akan timbul biaya produksi yang mengalami
penurunan dan kuantitas produksi akan mengalami peningkatan sehingga
pendapatan perusahaan mengalami peningkatan. Dengan adanya efisiensi yang
dilakukan, maka laba perusahaan akan meningkat sehingga harga saham akan
mengalami peningkatan.
Ketiga, kapitalisasi pasar perusahaan mengalami peningkatan bila
perusahaan melakukan merger. Bila perusahaan berdiri sendiri, maka
kapitalisasinya tidak mengalami peningkatan secara cepat dikarenakan
pertumbuhan laba yang kecil. Tetapi, dengan merger perusahaan, maka
kapitalisasi saham perusahaan lebih besar dikarenakan adanya harapan
investor terhadap perusahaan yang akan mengalami peningkatan pendapatan
sesuai dengan tujuan merger tersebut.
Keempat, adanya merger akan memberi peningkatan kualitas sumber daya
manusia di perusahaan merger. Pegawai yang baik akan bekerja dan
mentransfer pengetahuan kepada pegawai yang belum memahami. Artinya,
antarpegawai akan saling memberi pengetahuan untuk meningkatkan
kemajuan perusahaan. Diskusi antarpegawai akan terjadi karena mereka saling
bertukar informasi untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki.
Kelima, adanya merger bagi dua perusahaan akan memperbaiki posisi
keuangan perusahaan serta kualitas neraca perusahaan. Semakin baiknya
posisi dan kualitas neraca perusahaan, membuat perusahaan semakin
mempunyai bargaining di pasar, baik dalam rangka memasarkan produk
perusahaan maupun mendapatkan bahan baku. Kualitas neraca perusahaan
juga memberikan citra yang baik kepada investor dan akhirnya
meningkatkan nilai saham perusahaan di bursa. Bagi bank yang mempunyai

pinjaman di perusahaan tersebut semakin yakin dananya akan kembali


sehingga perusahaan dapat meningkatkan kreditnya dengan kualitas neraca
tersebut.
Keenam, keuntungan pajak merupakan salah satu tindakan merger. Bila
perusahaan melakukan merger atau akuisisi, maka perusahaan dapat
memperoleh keuntungan pajak dengan adanya kerugian operasi dari
perusahaan yang diakuisisi. Laba bersih yang besar pada perusahaan yang
mengakuisisi mengakibatkan perusahaan membayar pajak yang tinggi, tetapi
dengan masuknya perusahaan yang rugi mengakibatkan pajak yang
dibayarkan berkurang. Keuntungan pajak juga dapat diperoleh dengan cara
meningkatkan kapasitas utang perusahaan yang belum terpenuhi. Perusahaan
menggunakan seluruh utangnya sehingga pajak yang dibayarkan mengalami
penurunan.
Ketujuh, adanya merger akan memberi kualitas keputusan yang diambil
menjadi lebih berkualitas. Pengambil keputusan perusahaan merger akan
diperoleh dari pegawai yang berkualitas karena pegawai yang tinggal di
perusahaan merger adalah mereka yang mempunyai kualitas. Akibatnya,
pegawai yang mengambil keputusan akan selalu mempertimbangkan
keputusannya untuk kepentingan perusahaan dan umum, serta tidak
melanggar peraturan yang ada
Kelebihan merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding
pengambilalihan yang lain
Kekurangan Merger
Harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing
perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan
waktu yang lama.

b. Revaluasi Aset
revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau karena
rendahnya nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan
oleh devaluasi atausebab lain, sehingga nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan
tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar. Revaluasi sebenarnya tidak hanya
bisa dilakukan pada aktiva tetap ataupun aktiva lainnya saja tapi dapat dilakukan
pada kewajiban dan bagian kekayaan lainnya. Berikut bahasan lain mengenai
revaluasi :
1. Syarat-syarat Revaluasi

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan dengan syarat telah


memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak
terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali.
Aktiva tetap perusahaan yang dapat dinilai kembali adalah aktiva tetap
berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
Penilaian kembali dapat meliputi seluruh atau sebagian aktiva tetap
perusahaan termasuk aktiva tetap perusahaan yang sudah pernah
dilakukan penilaian kembali berdasarkan ketentuan yang berlaku
sebelumnya dan hanya dapat dilakukan penilaian kembali paling
banyak 1 (satu) kali dalam tahun buku yang sama.

2. Wajib Pajak yang Boleh Melakukan Revaluasi


Wajib Pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT), tidak
termasuk perusahaan yang memperoleh ijin menyelenggarakan
pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dolar Amerika
Serikat.
Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa
pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali.
Mendapat persetujuan Diretur Jenderal Pajak.
3. Manfaat Revaluasi Aktiva Tetap bagi Perusahaan
Dapat menciptakan performance of balance sheet yang lebih baik,
sebagai akibat meningkatnya nilai aktiva dan modal;
Meningkatkan kepercayaan para pemegang saham, karena kenaikan
nilai aktiva dapat dicatat sebagai tambahan nilai saham (saham bonus);
Meningkatkan kepercayaan kreditur, sebagai dampak membaiknya
beberapa rasio keuangan perusahaan, khususnya yang ditunjukkan oleh
debt to assets ratio dan debt to equity ratio.
Penghematan pajak yang terjadi sebagai akibat bertambah besarnya
nilai penyusutan aktiva, yang dapat memberikan penghematan pajak
sebesar 30% dari nilai tambah penyusutan. Sementara keuntungan dari
revaluasi aktiva hanya dikenakan pajak final sebesar 10%.

c. Leasing
Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.

Leasing didukung oleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:


1. Fleksibel, artinya struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan yaitu besarnya pembayaran atau periode lease dapat diatur
sedemikian rupa sesuai dengan kondisi perusahaan.
2. Tidak diperlukan jaminan, karena hak kepemilikan sah atas aktiva yang di
lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang
dihasilkan oleh aktiva yang dilease sudah merupakan jaminan bagi lease itu
sendiri.
3. Capital saving, yaitu tidak menyediakan dana yang besar, maksimum hanya
menyediakan down payment yang jumlahnya dalam kebiasaan lease tidak
terlalu besar, jadi dalam hal ini bisa dikatakan menjadi suatu penghematan
modal bagi lessee, yaitu lessee dapat menggunakan modal yang tersedia untuk
keperluan lain. Karena leasing umumnya membiayai 100% barang modal yang
dibutuhkan.
4. Cepat dalam pelayanan, artinya secara prosedur leasing lebih sederhana dan
relatif lebih cepat dalam realisasi pembiayaan bila dibandingkan dengan kredit
investasi bank, jadi tanpa prosedur yang rumit dan hal itu memberikan
kemudahan bagi para pengusaha untuk memperoleh mesin-mesin dan
peralatan yang mutakhir untuk memungkinkan dibukanya suatu bidang usaha
produksi yang baru atau untuk memodernisasi perusahaan.
5. Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional, artinya
pembayaran lease langsung dihitung sebagai biaya dalam penentuan laba rugi
perusahaan, jadi pembayarannya dihitung dari pendapatan sebelum pajak,
bukan dari laba yang terkena pajak.
6. Sebagai pelindung terhadap inflasi, artinya terhindar dari resiko penurunan
nilai uang yang disebabkan oleh inflasi, yaitu lessee sampai kapan pun tetap
membayar dengan satuan moneter yang lalu terhadap sisa kewajibannya.
7. Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa lease.
8. Adanya kepastian hukum, artinya suatu perjanjian leasing tidak dapat
dibatalkan dalam keadaan keuangan umum yang sangat sulit, sehingga dalam
keadaan keuangan atau moneter yang sesulit apapun perjanjian leasing tetap
berlaku.
9. Terkadang leasing merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan aktiva
bagi suatu perusahaan, terutama perusahaan ekonomi lemah, untuk dapat
memodernisasi pabriknya.
Klasifikasi Leasing
1. Capital Lease
Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan.
Lessee yang akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri
jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga
mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga, syaratsyarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut.

Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut


kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee.
Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan
membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang berupa rental
untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang
dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor.
Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki
barang yang dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan
bahwa lessor membeli suatu barang atas permintaan lessee dan akan
dipergunakan oleh lessee.
b. Sale and lease back
Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang
yang telah dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini
kemudian dilakukan suatu kontrak leasing antara lessee dengan lessor.
Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini memiliki
tujuan yang berbeda dibandingkan dengan direct finance lease. Di sini
lessee memerlukan cash yang bisa dipergunakan untuk tambahan
modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa
dengan sistem sale and lease back memungkinkan lessor memberikan
dana untuk keperluan apa saja kepada kliennya dan tentu saja dana
yang dibutuhkan sesuai dengan nilai objek barang lease.
2. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan
kepada lessee untuk jangka waktu tertentu. Dalam praktik lessee
membayar rental yang besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga
barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor.
Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor tidak
memperhitungkan biaya-biaya tersebut karena setelah masa lease berakhir
diharapkan harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak
ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.
3. Sales type lease (Lease Penjualan)
Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang menjual
lease barang hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease diakui dua
macam pendapatan yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan
bunga atas jasa pembelanjaan selama jangka waktu lease.
4. Leverage Lease
Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider.
Lessor tidak membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga

barang melainkan hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian sisa dari
harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit provider.
5. Cross Border Lease
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan
dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan
lessee terletak pada dua negara yang berbeda.
Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan dalam cross border lease
meliputi nilai jutaan dollar Amerika Serikat. Seperti Pesawat terbang
bermesin jet dari Pabrikan Boeing dan Airbus.
Prosedur Mekanisme Leasing
Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme
yang harus dijalankan yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,
mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang
dimaksudkan.
2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan
kepada lessor disertai dokumen lengkap.
3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk
memberikan fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui
lessee (lama kontrak pembayaran sewa lease), setelah ini maka kontrak
lease dapat ditandatangani.
4. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi
untuk peralatan yang dilease dangan perusahaan asuransi yang
disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam kontrak lease. Antara
lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
5. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan
supplier peralatan tersebut.
6. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lessee.
Untuk mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut,
supplier akan menandatangani perjanjian purna jual.
7. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan
kepada suppplier.
8. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti
pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada lessor.
9. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.
10. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease.
Aspek perpajakan yang berkaitan dengan leasing.
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000 dan surat Keputusan
Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 Pasal 16 ayat 2

menyatakan: Lessee tidak memotong pajak penghasilan pasal 23 atas


pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan
perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi. Dalam pasal tersebut
dengan jelas menyatakan bahwa angsuran-angsuran atau pembayaran
yang diterima lessor dari lessee untuk jenis transaksi finance lease
tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan.
Pasal 17 ayat 2 menyatakan:
a. Pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau
terutang oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
b. Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas
pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau
terutang kepada lessor.
Pasal 17 ayat 2a mengatur tentang perlakuan pembayaran leasing
oleh lessee. Di sini dijelaskan bahwa pembayaran leasing dari
lessee kepada lessor untuk transaksi operational lease diperlukan
pemotongan pajak penghasilan pasal 23 karena menurut pajak
diperlakukan sebagi sewa-menyewa biasa.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
a. Perlakuan PPN atas transaksi capital lease:
1) Berdasarkan ketentuan pasal 13 Peraturan Pemerintah nomor
50 tahun 1994 huruf d dan e, Pengumuman Direktur Jenderal
Pajak No. Peng- 139/PJ.63/1989 dan Pasal 1 angka 4
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep05/PJ/1994,
penyerahan jasa dalam transaksi capital lease dari lessor kepada
lessee adalah penyerahan jasa yang terutang PPN, karena lessor
sebagaiperusahaan jasa persewaan barang dengan demikian
adalah pengusaha kena pajak.
2) Pengalihan barang dalam transaksi operating lease bukan
merupakan penyerahan barang kena pajak karena pengalihan
barang tersebut adalah dalam rangka persewaan biasa.
3) Besarnya PPN yang terutang adalah 10% dari Nilai
Penggantian.
4) PPN sebagaimana dimaksud dalam angka 3) merupakan PPN
Keluaran bagi lessor dan merupakan PPN Masukan bagi lessee
dalam hal lessee adalah Pengusaha Kena Pajak. PPN yang
dibayar atas perolehan barang kena pajak (BKP) yang dilease
merupakan PPN Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan
PPN Pajak Keluaran lessor.
b. Dalam hal transaksi sale and lease back tanpa hak opsi, PPN
masukan atas perolehan barang tidak boleh dikreditkan oleh lessee.
Dalam hal lessee kemudian melease kembali barang tersebut, maka
lessor harus mengenakan PPN yang terutang atas jasa persewaan
barang yang dilakukan.

2. Carilah Contoh beserta solusinya dari masing-masing di atas


a. Merger
Merger Bank Lippo dan Bank Niaga
Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank
Niaga pada tahun 2008. Ingat sifat dari merger adalah penggabungan antara dua
perusahaan yang mana yang satu mempunyai ukuran yang relatif lebih kecil
daripada yang lainya. Antara Bank Lippo dan Bank Niaga, keduanya bergabung
untuk memperkuat posisinya di kancah persaingan global.
Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo dan Bank Niaga
Mereka menyetujui untuk menggabungkan perusahaan dengan kriteria merger.
Dari merger kali ini perusahaan yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank
Lippo sehingga Bank Lippo merelakan untuk diganti saham yang beredar dengan
saham Bank Niaga. Dengan demikian dengan harga tertentu yang telah disepakati
mereka berdua tiap saham Bank Lippo dihargai dengan harga tertentu sehingga
mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli oleh Bank Niaga sehingga saham
Bank Lippo berganti nama dengan saham Bank Niaga. Setelah kesepakatan
keduanya, kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka setelah
merger menjadi Bank CIMB Niaga.
Nah inilah hasil yang diharapkan dari merger kali ini yaitu Leverage (Pengungkit)
kekuatan kedua Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta more
creating value bagi CIMB Niaga. Kalau kita ingin mengetahui bagaimana kinerja
mereka after (setelah) Merger, maka kita dapat menggunakan beberapa metode
yang sudah umum dikalangan manajer perusahaan

Dinilai dengan Metode Earning perusahaan Setelah Merger. (EPS/ Earning


Per Share)
Dihitung Market Share nya ini merupakan pekerjaan khusus bagi manajer
pemasaran untuk menghitung perluasan pasar setelah melakukan merger
Menghitung Kapitalisasi Pasarnya atau Economic Gain nya

Untuk melihat tentang keefektifan dari merger suatu perusahaan, maka analis
keuangan perlu melakukan di antara tiga hal diatas. Lalu bagaimana dengan
Merger Bank Lippo, dan Bank Niaga ?
Metode Earning Per Share
Kita lihat laporan keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger. Mengapa
harus melihat laporan keuanganya? Laporan keuangan suatu perusahaan
mengandung banyak informasi tentang perusahaan. Di dalamnya kita bisa
mengukura bagaimana sebuah perusahaan bisa berkembang dan bagaimana

perusahaan akan mengalami financial distress (gejala-gejala penyakit financial).


Maka dari itu, dalam metode ini kita mengukurnya dengan Earning Per Share
(Pendapatan Per Lembar Saham). Hal ini dapat diketahui dengan melihat earning
dibagi dengan jumhlah lembar saham, dengan kalimat yang lebih jelas yaitu laba
per lembar saham.
Pada sebuah penelitian mahasiswa Univ.Padjadjaran bahwa earnings per share
Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat sebanyak 0.29842 poin dari
Rp13.87444 menjadi Rp14.17289. Artinya tiap lembar saham meninkat erningnya
sebesar 0.29842 satuan.
Namun peningkatan ini tidak lebih besar signifikan secara statistik dengan t hitung
(-0.07) t tabel (1.761). Hal ini dimungkinkan karena pertambahan tidak terlalu
banyak dan juga adanya pertambahan jumlah saham beredar sebanyak
11.051.151.514 yang didapat dari konversi saham.
Capital Gain
Capital gain Bank CIMB Niaga juga meningkat setelah merger sebanyak
2.8223867 poin dari 5.109399% menjadi 7.9317857%. Namun, hal ini tidak lebih
besar signifikan secara statistik dengan t hitung (-0.26) t tabel (1.761). Hal ini
dimungkinkan karena tidak banyaknya pertambahan dan harga saham yang
fluktuatif. Debt to equity ratio Bank CIMB Niaga setelah merger meningkat
sebanyak 4.09958 poin dari 28.26778% menjadi 24.16882%. Hal ini berkebalikan
dengan hipotesis yang dibuat yaitu DER setelah merger lebih kecil signifikan
daripada sebelum merger. Hasil penelitian ini juga tidak signifikan secara statistik
dengan t hitung (-1.38) -t tabel (-1.761). Hal ini dimungkinkan karena adanya
pertambahan hutang Bank CIMB Niaga dari Bank Lippo melalui merger.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah EPS, capital gain dan DER meningkat
setelah merger
Market Share
Pada cara penilaian ini dibutuhkan marketer yang mengukur berapa market share
sebelum dan sesudah merger. Yaitu cakupan pasarnya apa ada peningkatan setelah
melakukan penggabungan atau malah mengalami penurunan.

b. Revaluasi Aset
Revaluasi Hotel Montana Dua Malang
Selisih nilai pada aktiva tetap sebelum dan sesudah revaluasi sebesar Rp.
5.420.090.031,24. Dari selisih revaluasi tersebut dikenakan pajak 10% bersifat final, sehingga
pajak yang harus dibayar akibat adanya revaluasi adalah sebesar Rp. 542.009.003,12. Selisih
revaluasi akan tampak pada neraca sisi pasiva di bagian modal. Sedangkan pengaruhnya
terhadap laporan laba rugi perusahaan terlihat pada biaya usaha pada poin depresiasi aktiva
tetap.

Perhitungan penghematan pajak


nilai komersial per 31 Desember 2001 sebagai berikut :
- Tanah Rp 900.000.000.
- Bangunan permanent (20 tahun) Rp 1.200.000.000.
- Akumulasi penyusutan bangunan 7 tahun (Rp 420.000.000)
- Peralatan dan kendaraan kelompok 2 Rp 1.600.000.000.
- Akumulasi penyusutan peralatan dan kendaraan 7 tahun (Rp 1.400.000.000).
Hasil penilaian sesuai harga pasar
- Tanah Rp 3.960.000.000
- Bangunan Rp 2.420.000.000
- Peralatan / kendaraan Rp 920.000.000
Prediksi laba tahun 2002 (sebelum penyusutan) : Rp 350.000.000

Jika melakukan revaluasi


Aktiva Tetap
Tanah
Bangunan
Peralatan dan
Kendaraan

Nilai Buku
(dalam Rp)
900.000.000
780,000,000
200,000,000

Harga Pasar
(dalam Rp)
3.960.000.000
2.420.000.000
920.000.000

1.880.000.000

5.420.000.000
542.000.000

PPh final 10%


Laba
Penyusutan
Bangunan = Rp 3.960.000.000 x 5%
Peralatan&kendaraan = Rp920.000.000
12,5%
Penghasilan Kena Pajak
Pajak PPh badan 25%
Jumlah pajak yg harus dibayar

Jika tidak melakukan revaluasi


Laba
Penyusutan
Bangunan

Rp
(Rp
x (Rp

350.000.000
198.000.000)
115.000.000)

Rp
37.000.000
Rp
9.250.000
Rp 551.250.000

Rp 350.000.000
(Rp

Selisih Lebih Revaluasi


(dalam Rp)
3.060.000.000
1.640.000.000
720.000.000

60.000.000)

Peralatan&kendaraan
Penghasilan Kena Pajak
Pajak PPh badan 25%

(Rp 20.000.000)
Rp 270.000.000
Rp 67.500.000

c. Leasing
PT. SAMUDRA menyewa peralatan pabrik dari PT. SAKURA untuk masa sewa 5 tahun dengan
syarat sebagai berikut :
1. Sewa dibayar dimuka tiap tgl 2 Januari. Untuk tahun pertama jatuh pada tanggal 2
Januari 2001.
2. Jumlah sewa tahun pertama dan kedua masing-masing sebesar Rp. 30.000.000,00.
Sementara untuk tahun ketiga , keempat dan kelima masing-masing Rp.
20.000.000,00.
Dari data contoh diatas, jumlah sewa untuk masa 5 tahun adalah 2 X Rp.
30.000.000,00 + 3 X Rp.20.000.000,00. Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah
sewa tiap tahun adalah Rp.120.000.000,00.: 5 = Rp 24.000.000,00
Pembayaran sewa untuk tahun 2001 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal
sebagai berikut.
Jan. 2 Beban Sewa
Sewa Dibayar Dimuka
Kas

Rp. 24.000.000,00 Rp. 6.000.000,00 Rp. 30.000.00,00

Pembayaran sewa untuk tahun 2002 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal
sebagai berikut.
Jan. 2 Beban sewa
Sewa dibayar Dimuka
Kas

Rp. 24.000.000,00 Rp. 6.000.000,00 Rp. 30.000.000,00

Pembayaran sewa untuk tahun 2003 (tahun ketiga) sebesar Rp. 20.000.000,00.
dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Jan. 2 Beban sewa
Sewa dibayar Dimuka Kas

Rp. 24.000.000,00
Rp. 4.000.000,00
Rp. 20.000.000,00

Demikian pula untuk pembayaran sewa tahun keempat dan kelima, dicatat dengan jurnal
seperti pembayaran sewa tahun ketiga diatas, sehingga akun Sewa Dibayar Dimuka selama
masa sewa guna usaha (secara keseluruhan) akan tampak seperti dibawah ini

Sewa Dibayar Dimuka

Jan. 2, 2001 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2003 Rp. 4.000.000,00


Jan. 2, 2002 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2004 Rp. 4.000.000,00
Jan. 2, 2005 Rp. 4.000.000,00
Pada ahir masa guna, akun Sewa Diby\ayar Dimuka tidak mempunyai saldo. Ada
kalanya sewa pada tahun-tahun pertama lebih kecil daripada sewa tahun-tahun terahir.
Misalnya : dari data contoh dimuka, sewa pada tahun pertama, kedua dan ketiga masingmasing sebesar Rp.20.000.000,00. Sementara sewa untuk tahun keempat dan kalimat
masing-masing Rp.30.000.000,00. Dalam hak demikian, pembayaran sewa untuk pertama,
kedua dan ketiga, masing-masing dicatat dalam jurnal berikut :
Jan. 2

Beban sewa Rp. 24.000.000,00 Hutang Sewa


Rp. 4.000.000,00
Kas
Rp. 20.000.000,00

Pembayaran sewa untuk tahun keempat dan kelima, masing-masing dicatat dengan jurnal
sebagai berikut :
Jan. 2
Beban sewa
Rp. 24.000.000,00 Hutang Sewa
Rp. 6.000.000,00 Kas
Rp. 30.000.000,00
Dalam hal jatuh tempo pembayaran sewa pada saat periode akuntansi sedang berjalan,
misalnya dari data pada contoh dimuka, pembayaran sewa untuk tahun 2001 jatuh pada tgl
1 April 2001. Dalam hal demikian pada ahir periode harus dibuat penyesuaian. Jurnal
penyesiaian yang dibuat 31 Desember 2001, sebagai berikut :
Des.31

Sewa Dibayar Dimuka


Beban Sewa

Rp. 6.000.000,00 Rp. 6.000.000,00

(mencatat sewa bulan Januari, Februari dan Maret 2002 yang telah dibayar tahun 2001)
Sehubungan dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal
Sehubungan dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal periode tahun 2002, dibuat
jurnal pembalik sebagai berikut :
Jan. 2

Beban Sewa
Rp. 6.000.000,00 Sewa Dibayar Dimuka
Rp. 6.000.000,00

Вам также может понравиться