Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Keluhan awal.
Keluhan awal akut mungkin disebabkan adanya gangguan fisiologis akut.
disebabkan oleh
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis yang diteliti dan lengkap selain dari anamnesis, adalah sangat
penting dilakukan dalam rangka menegakkan diagnosa. Di dalam pemeriksaan fisik,
dilakukan pemeriksaan abdomen yang mencakupi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
Pada kebiasaannya auskultasi dilakukan yang terakhir tetapi dilakukan setelah inspeksi adalah
dengan tujuan supaya efek bunyi didalam abdomen tidak terdapat perubahan atau terkena
efeknya setelah dilakukan palpasi dan perkusi.1
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti suhu, tekanan darah, berat badan, tinggi badan,
Body Mass Index (BMI), frekuensi pernapasan, serta frekuensi nadi.
b. Inspeksi : saat bernapas ada bagian yang tertinggal atau tidak, ada tonjolan atau tidak,
dan sebagainya.
c. Palpasi : meningkatnya fremitus menandakan adanya konsolidasi.
d. Perkusi : normal adalah sonor; hipersonor ditemukan pada hiperinflasi paru; dan redup
e.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : bilas lambung , pemeriksaan dahak (jarang) gram,
BTA, biakan. Lavase lambung harus dilakukan 3 hari berturut-turut, dini hari, dan
6) Pemeriksaan histopatologi
Jarang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi misalnya dari kelenjar limfe.
7) Pemeriksaan fungsi paru
Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada bronkhiektasis hebat.
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TBC anak yang memerlukan tindakan operatif.
Pemeriksaan terhadap sumber penularan Dicari sumber infeksi baik dari keluarga
maupun orang lain, dilakukan pemeriksaan sputum, foto paru, pemeriksaan darah.
Bila positif sebaiknya diisolasi untuk mengurangi kontak dan dilakukan pengobatan. 2
D. Working Diagnosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. TB Anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak
usia 0-14 tahun. Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung dari tingkat penularan,
lama pajanan, daya tahan pada anak. Pasien TB dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar daripada pasien TB dengan BTA negatif.
Pasien TB dengan BTA negatif masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB.
Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan
hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto
Toraks positif adalah 17%. Tuberkulosis anak merupakan faktor penting di negara-negara
berkembang karena jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 4050% dari jumlah
seluruh populasi.2
E. Differential Diagnosis
1) Brochitis Asthma
Merupakan suatu penyakit asma yang mengganggu saluran bronkial yang memiliki ciri
bronkospasme periodik dikenal dengan kontraksi spasme di saluran nafas. Orang awam
biasa menyebutnya dengan penyakit mengi. Penyakit asma bronchial disebabkan oleh
banyak faktor. Ada dua sebab umum yaitu sebab intrinsik dan ekstrinsik, yakni : 3
Penyebab intrinsik
Penyebab intrinsik biasanya adalah penyebab yang disebabkan oleh faktor dalam diri
seseorang. Hal itu bisa terjadi karena penyakit seperti flu, adanya aktivitas fisik yang
berat, atau karena faktor emosi. Penyakit asma yang disebabkan oleh faktor instrinsik
biasanya membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Biasanya terjadi pada orang yang
berumur lebih dari 40 tahun. Jika dibiarkan terlalu lama bisa menyebabkan penyakit
bronchitis kronik. 3
Penyebab ekstrinsik
Penyebab yang kedua adalah karena adanya faktor ekstrinsik atau faktor luar. Biasanya
disebabkan karena debu, serbuk sari, bulu atau hal lain yang memicu timbulnya asma.
Jenis penyakit asma karena faktor ekstrinsik ini biasanya akan sembuh sendiri seiring
bertambahnya usia. Gejala asma bronchial : 3
- Mengalami sesak nafas yang disertai dengan bunyi atau mengi.
- Sesak di dada akibat nafas yang sesak.
- Batuk-batuk kering yang kemudian berlanjut dengan batuk berdahak yang biasanya
terjadi di malam hari.
2) Bronchitis
Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada pembuluh bronkus,trakea dan
bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang
pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi, gejala bronchitis: 3
- Batuk
- Adanya lendir, baik yang tidak berwarna, putih atau berwarna kuning kehijauan
- Napas sesak
- Lelah
- Demam ringan dan menggigil
- Rasa tidak nyaman pada dada
3)
Pneumonia
Infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru..
Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan
merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap
tahun.gejala pneumonia yaitu demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu
makan kurang, keluhan gastrointestinal, batuk, takipneu, sesak napas, dan sianosis. 3
F. Epidemiologi
Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis
sebagai Global Emergency . Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8
juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam)
positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
WHO jumlah terbesar kasus TBC terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TBC
di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.
Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.
Diperkirakan angka kematian akibat TBC adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun.
Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TBC
terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per
100.000 penduduk. Angka mortalitas tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000
penduduk, prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TBC
yang muncul. 4
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TBC setelah India
dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian akibat
TBC. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan
akut pada seluruh kalangan usia. 4
G. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan
lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat,
lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan
mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Unsur lain yang terdapat pada
dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan.
Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat
tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat
warna tersebut dengan larutan asam alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel
dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. 4
H. Patogenesis
Seseorang akan terinfeksi kuman TB kalau dia menghirup droplet yang mengandung
kuman TB yang masih hidup dan kuman tersebut mencapai alveoli paru (catatan: Seseorang
yang terinfeksi biasanya asymptomatic/tanpa gejala). Sekali kuman tersebut mencapai paru
maka kuman ini akan ditangkap oleh makrofag dan selanjutnya dapat tersebar ke seluruh
tubuh. Jika seorang anak terinfeksi TB, dia pasti sudah mengalami kontak cukup lama dengan
orang yang menderita TB.Orang yang terinfeksi kuman TB dapat menjadi sakit TB bila
kondisi daya tahan tubuhnya menurun. Sebagian dari kuman TB akan tetap tinggal dormant
dan tetap hidup sampai bertahun-tahun dalam tubuh manusia. Hal ini dikenal sebagai infeksi
TB laten. Paru merupakan port dentre dari 98% kasus infeksi TB. Seseorang dengan infeksi
TB laten tidak mempunyai gejala TB aktif dan tidak menular.Kuman TB dalam percik renik
(droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (<5 m), akan terhirup dan dapat mencapai
alveolus.. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme
imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons imunologis spesifik.Akan tetapi, pada
sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat
menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang
sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat
dihancurkan akan terus berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis
makrofag. Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus
primer Ghon. 5
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar
limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus
primer.Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau
tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),
sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
paratrakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan
kompleks primer (primary complex). 5
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks
primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda dengan pengertian
masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman
hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB bervariasi selama 212 minggu,
biasanya berlangsung selama 48 minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman
berkembang biak hingga mencapai jumlah 103104, yaitu jumlah yang cukup untuk
merangsang respons imunitas selular 5
Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah terjadi.Setelah
terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat diketahui
dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin positif.Selama
masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif.Pada sebagian besar individu dengan sistem imun
yang berfungsi baik, pada saat sistem imun selular berkembang, proliferasi kuman TB
terhenti.Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila
imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera
dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular mediated immunity, CMI). 5
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi
nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan
enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan
paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini,
tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB. 5
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi akibat fokus di paru atau di
kelenjar limfe regional.Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis
atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan
mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru
(kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal pada awal
infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga bronkus dapat
terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal menimbulkan hiperinflasi
di segmen distal paru melalui mekanisme ventil (ball-valve mechanism). Obstruksi total dapat
menyebabkan atelektasis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat
merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial
atau membentuk fistula.Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus
sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut sebagai
lesi segmental kolaps-konsolidasi. Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas
selular, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen.Pada penyebaran limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer, atau berlanjut menyebar
secara limfohematogen. Dapat juga terjadi penyebaran hematogen langsung, yaitu kuman
masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh.Adanya penyebaran
hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik. 5
Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran
hematogenik tersamar (occult hematogenic spread).Melalui cara ini, kuman TB menyebar
secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman
TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh, bersarang di organ yang
mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe
superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti otak, hati, tulang, ginjal,
dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif
(tenang), demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang di apeks paru disebut dengan
fokus Simon, yang di kemudian hari dapat mengalami reaktivasi dan terjadi TB apeks paru
saat dewasa. 5
Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogenik generalisata
akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB
masuk dan beredar di dalam darah menuju ke seluruh tubuh.Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya
manifestasi
klinis
penyakit
TB
secara
akut,
yang
disebut
TB
ini membantu tenaga kesehatan agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun
pemeriksaan penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya
underdiagnosis maupun overdiagnosis TB. Penilaian/pembobotan pada sistem skoring
dengan ketentuan sebagai berikut:6
Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai nilai
tertinggi yaitu 3.
Uji tuberkulin bukan merupakan uji penentu utama untuk menegakkan diagnosis TB pada
anak dengan menggunakan sistem skoring.
Pasien dengan jumlah skor 6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT.
Setelah dinyatakan sebagai pasien TB anak dan diberikan pengobatan OAT (Obat Anti
Tuberkulosis) harus dilakukan pemantauan hasil pengobatan secara cermat terhadap respon
klinis pasien. Apabila respon klinis terhadap pengobatan baik, maka OAT dapat dilanjutkan
sedangkan apabila didapatkan respons klinis tidak baik maka sebaiknya pasien segera dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini, pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan: 6
1. Foto toraks menunjukan gambaran efusi pleura atau milier atau kavitas
2. Gibbus, koksitis
3. Tanda bahaya:
- Kejang, kaku kuduk
- Penurunan kesadaran
- Kegawatan lain, misalnya sesak napas
Kontak dengan pasien pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti tertulis hasil
laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa diperoleh dari TB 01 atau dari
hasil laboratorium.
opname).
Dilakukan dengan parameter BB/TB atau BB/U. Penentuan status gizi untuk anak
usia <5 tahun merujuk pada buku KIA Kemenkes, sedangkan untuk anak usia >5
2) Penegakan Diagnosis
-
Anak dengan skor 6 yang diperoleh dari kontak dengan pasien BTA positif dan hasil
uji tuberkulin positif, tetapi TANPA gejala klinis, maka dilakukan observasi atau
diberi INH profilaksis tergantung dari umur anak tersebutFoto toraks bukan
Pada anak yang pada evaluasi bulan ke-2 tidak menunjukkan perbaikan klinis
sebaiknya diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan faktor penyebab lain misalnya
kesalahan diagnosis, adanya penyakit penyerta, gizi buruk, TB MDR maupun masalah
dengan kepatuhan berobat dari pasien. Apabila fasilitas tidak memungkinkan, pasien
dirujuk ke RS. Yang dimaksud dengan perbaikan klinis adalah perbaikan gejala awal
yang ditemukan pada anak tersebut pada saat diagnosis. 5,6
K. Komplikasi
Sejumlah kecil anak-anak (1-2%) mengalami komplikasi setelah vaksinasi BCG.
Komplikasi paling sering termasuk abses lokal, infeksi bakteri sekunder, adenitis supuratif
dan pembentukan keloid lokal. Kebanyakan reaksi akan sembuh selama beberapa bulan. Pada
beberapa kasus dengan reaksi lokal persisten dipertimbangkan untuk dilakukan rujukan.
Begitu juga pada kasus dengan imunodefisiensi mungkin memerlukan rujukan.
Dapat terjadi penyebaran secara limfogen/ hematogen yang akan mengakibatkan TBC
milier, meningitis TBC, bronkogenik, pleuritis, peritonitis, perikarditis, TBC tulang dan sendi.
6
Kemoprofilaksis primer maupun sekunder. yang digunakan adalah INH 510mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan. 7
N. Prognosis
Semakin dini deteksi, penanganannya, kerja sama yang baik dari pasien, semakin baik
prognosisnya. Begitu sebaliknya.
O. Kesimpulan
TB masih merupakan masalah utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi BCG pada anak
dan pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita Tb dewasa. Disamping itu dengan adanya
penyakit karena HIV, maka perhatian pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan.
Diagnosis TB pada anak sering sulit karena gambaran rontgen paru dan gambaran klinis
tidak selalu khas dan sedangkan penemuan basil TB sulit, sehingga diagnosis TB anak
menggunakan skoring TB.
Daftar pustaka
1.