Вы находитесь на странице: 1из 9

KERACUNAN

Keracunan dalah masuknya zat yang berlaku sebagai


racun, yang memberikan gejala sesuai dengan macam,
dosis dan cara pemberiannya.
Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :
1. Sakit mendadak.
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.
4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama
kasus percobaan bunuh diri, pembunuhan atau
kecelakaan.
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat
dalam waktu lama atau lingkungan pekerjaan yang
berhubungan dengan zat kimia.

GEJALA UMUM KERACUNAN


1. Hipersalivasi (air ludah berlebihan)
2. Gangguan gastrointestinal : mual-muntah
3. Mata : miosis

KERACUNAN MAKANAN

Keracunan makanan adalah penyakit yang


disebabkan oleh karena mengkonsumsi makanan
yang mengandung bahan berbahaya/toksik atau
yang terkontaminasi. Kontaminasi bisa oleh
bakteri, virus, parasit, jamur, atau toksin.
Bongkrek (tempe bongkrek, asam bongkrek)
Tempe bongkrek dibuat dari ampas kelapa. Tempe
bongkrek yang beracun mengandung racun asam
bongkrek yang dihasilkan oleh Pseudomonas
cocovenenan yang tumbuh pada tempe ampas
kelapa yang tidak jadi. Pada tempe yang jadi,
pseudomonas ini tidak tumbuh.
Gejala keracunan bervariasi mulai dari yang
sangat ringan hanya: pusing, mual dan nyeri
perut sampai berat berupa: gagal sirkulasi dan
respirasi, kejang dan kematian.
Antidotum spesifik keracunan bongkrek belum
ada. Terapi nonspesifik ditujukan untuk

menyelamatkan nyawa, mencegah absorbsi


racun lebih lanjut dan mempercepat ekskresi.
Atasi gangguan sirkulasi dan respirasi, beri
arang aktif.
Jengkol (asam jengkol)
Jengkol adalah suatu jenis buah yang biasanya
dimakan sebagai lalapan.
Gejala dapat timbul 5-12 jam setelah makan
jengkol. Gejala keracunan: kolik, oliguria atau
anuria, hematuria, gagal ginjal akut. Gejala
tersebut timbul sebagai akibat sumbatan
saluran kemih oleh kristal asam jengkol.
Penatalaksanaannya ditujukan untuk
mencegah terbentuknya kristal dengan
memberikan natrium bikarbonat 0,5 2 gram 4
kali perhari secara oral. Bila terjadi gagal
ginjal akut maka penatalaksanaan sesuai
dengan gagal ginjal akut. Tidak ada antidotum
spesifik.

Sianida (HCN)
Sianida merupakan zat kimia yang sangat toksik
dan banyak digunakan dalam berbagai industri.
Juga terdapat pada beberapa jenis umbi atau
singkong.
Gejala dapat berupa nyeri kepala, mual,
muntah, sianosis, dispnea, delirium dan
bingung. Dapat juga segera diikuti pingsan,
kejang, koma dan kolaps kardiovaskular yang
berkembang sangat cepat.
Penatalaksanaan keadaan gawat darurat
lakukan pembebasan jalan napas, berikan
oksigen 100%. Berikan natrium-tiosulfat 25%
IV dengan kecepatan 2,5-5 ml/menit sampai
klinis membaik. Tiosulfat relatif aman dan
dapat diberikan meskipun diagnosisnya masih
meragukan.
Tatalaksana koma, kejang, hipotensi atau syok
dengan tindakan yang sesuai. Jangan lakukan
emesis karena korban dapat dengan cepat
berubah menjadi tidak sadar.

KERACUNAN BOTULISME
Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang
spesifik, akibat penyerapan toksin/racun yang
dikeluarkan oleh kuman Clostridium botulinum.
Toksin botulinum mempunyai efek yang sangat
spesifik, yaitu menghambat hantaran pada serabut
saraf kolinergik dan mengadakan sparing dengan
serabut adrenergic, Toksin mengganggu hantaran
saraf di dekat percabangan akhir dan di ujung
serabut saraf.
Kuman clostridium botulinum masuk ke dalam
tubuh melalaui saluran cerna. Makanan yang
tercemar oleh kuman clostridium.
Biasanyaterdapat juga makanan kaleng yang udah
habis masa berlakunya. Angka kematian akibat
keracunan botulisme ini sangat tinggi.
Botulinum merupakan racun terhadap saraf,
diproduksi oleh bakteri Clostridium botulinum.
Bakteri anaerob ini sering tumbuh pada makanan
atau bahan makanan yang diawetkan dan proses
pengawetan tidak baik seperti: sosis, bakso, ikan

kalengan, daging kalengan, buah dan sayur


kalengan, madu.
Gejala Klinis
Gejala akut dapat muncul 2 jam 8 hari
setelah menelan makanan yang
terkontaminasi. Semakin pendek waktu antara
menelan makanan yang terkontaminasi dengan
timbulnya gejala makin berat derajat
keracunannya. Gejala awal dapat berupa suara
parau, mulut kering dan tidak enak pada
epigastrium. Dapat pula timbul muntah,
diplopia, ptosis, disartria, kelumpuhan otot
skeletal dan yang paling berbahaya adalah
kelumpuhan otot pernapasan. Kesadaran tidak
terganggu, fungsi sensorik dalam batas
normal. Pupil dapat lebar, tidak reaktif atau
dapat juga normal. Gejala pada bayi meliputi
hipotoni, konstipasi, sukar minum atau makan,
kepala sukar ditegakkan dan refleks muntah
hilang.
Botulisme dapat bervariasi sebagai penyakit yang

ringan sampai dengan penyakit yan berat dan


dapat menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam.
Bila gejala timbul lebih cepat, maka keadaannya
lebih serius dan berat.
Gejala klinis tersebut dapat berupa:
Mual dan murah
Rasa lemah, pusing dan vertigo (perasaan
berputar-putar)
Rasa kering pada mulut dan tenggorokan,
kadang-kadang disertai rasa nyeri
Gejala neurologis berupa gangguan penglihatan
(mata kabur), disfagia, kelelahan dan diikuti
dengan gangguan otot-otot pernafasan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meliputi dekontaminasi
dengan memuntahkan isi lambung jika korban
masih sadar, dapat juga dilakukan bilas
lambung. Arang aktif dapat diberikan (jika
tersedia). Jika tersedia dapat diberikan
antitoksin botulinum pada keracunan
simtomatik (perlu dilakukan uji alergi
sebelumnya).

Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena

kegagalan pernafasan. Tindakan segera yang kita


lakukan adalah:
Menjaga jalan nafas tetap terbuka dan
mengontrolan vital sign
Muntahkan korban
Pemberian susu dan air kelapa dapat
dipertimbangkan
Segera rujuk ke RS
KERACUNAN INSEKTISIDA GOLONGAN
ORGANOFOSFAT (CHOLINESTERASE
INHIBITOR INSECTICIDES)
Insektisida golongan penghambat kolinesterase
sangat toksis dan insiden keracunan oleh bahan ini
cenderung meningkat karena senyawa
organofosfat banyak digunakan sebagai bahan
pengganti untuk DDT, setelah pelarangan DDT di
beberapa negara.
Yang termasuk senyawa organofosfat misalnya
paration, malation, systox, TEPP, HEPP, OMPA,
sedangkan yang lain adalah golongan carbonates
misalnya dimethan, matacil.
Insetisida ini bekerja dengan menghambat dan
mengaktivasikan enzim asetilkolinesterase. Enzim
secara normal menghanurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, ganglion
otonom, ujung-ujung saraf parasimpatis dan ujung-

ujung saraf motorik hambatan asetilkolinesterase


menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar
asetilkolin pada tempat-tempat tersebut.
Gejala Klinis
Gejala klinis biasanya muncul dalam 2 jam
setelah kontak
Kejang yang diikuti dengan penurunan kesadaran
dan depresi pernafasan
Penglihatan kabur, kejang perut, muntah dan
diare
Perangsangan kelenjar sekretoris menyebakan
rinorea, salivasi, banyak keringat
Pada kulit menimbulkan gatal-gatal atau dapat
menimbulkan ekzem
Penatalaksanaan
Cegah kontak selanjutnya misal melepaskan
pakaian, cici kulit yang terkontaminasi
Bilas lambung bila racun tertelan
Kontrol vital sign
Segera rujuk ke rumah sakit terdekat

Вам также может понравиться