Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAGIAN BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Bagian pertama dari diktat ini diambil dari buku terjemahan Anatomi
Werner Platzer sedangkan bagian kedua sepenuhnya diterjemahkan dari buku
Anatomi Gardner, Gray, dan O Rahilly. Buku ini dimaksudkan untuk
melengkapi pembelajaran Anatomi selain preparat tulang.
Diktat terjemahan dari Anatomi Gray dkk adalah revisi dari terjemahan
terdahulu. Beberapa perbaikan telah dilakukan, pertama, terjemahannya
dikoreksi, kedua, buku ini diperlengkapi dengan gambar, dan dicetak dengan
mesin fotokopi digital. Pada terjemahan yang lalu, gambar dan keterangannya
dipisah dalam satu buku, tetapi sekarang keterangan gambar sudah
diterjemahkan dan gambar digabungkan dengan teks. Pada diktat ini, semua
istilah yang digunakan adalah istilah bahasa Indonesia, dengan harapan
mempermudah mahasiswa ujntuk belajar.
Buku terjemahan ini tidak diperdagangkan dan hanya untuk kepentingan
proses belajar-mengajar di kalangan sendiri. Hanya untuk mahasiswa FKGUnej, tidak untuk mahasiswa di luar Unej.
Pada kesempatan ini kembali saya menyampaikan terima kasih kepada
dosen yang mengajari saya Anatomi dan Bahasa Inggris. Dosen yang
mengajari Anatomi di Bagian Anatomi FK-Unair, selama dua semester (2 x 14
SKS), adalah dr. Sri Muntarsih Legowo dan dr. Supratiknyo Bambang
Saputra. Saya juga berterimakasih kepada dosen Bahasa Inggris, yang
mengajari selama setahun, di ITB: Jim Callachor MA, Keith Lesana MA, dan
Tim Hudner MA.
ttd.
Penerjemah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR ISI
ANATOMI UMUM .
KERANGKA
JENIS TULANG ..
KARTILAGO ...
VERTEBRAE SERVIKALES
1
2
3
5
5
5
5
8
10
10
13
14
14
16
17
17
18
18
19
20
20
23
25
25
30
34
35
37
37
38
39
44
47
47
49
50
51
Fontanela .
PERTUMBUHAN KRANIUM
OS HIOID ..
51
52
53
ANATOMI UMUM
Werner Platzer
KERANGKA
Kerangka tubuh atau skeleton meliputi skeleton aksial (tulang kepala,
tulang leher, dan trunkus) dan skeleton apendikular (tulang-tulang anggota
badan atas dan bawah). Tulang mungkin tidak terletak tidak pada kerangka
tulang. Ia seringkali menggantikan kartilago hialin seperti kartilago laringis.
Selain itu, kadang dibentuk di dalam jaringan lunak, seperti jaringan parut.
Tulang terletak di tempat yang bukan semestinya disebut tulang heterotropik.
JENIS TULANG
(1) Tulang panjang. Tulang panjang adalah tulang yang panjangnya melebihi
lebar dan ketebalannya. Termasuk di sini: klavikula, humerus, radius, ulna
di anggota badan atas; femur, tibia, dan fibula di anggota badan bawah.
Juga termasuk di sini, karpal, metatarsal, dan falanges.
Setiap tulang panjang mempunyai satu shaft dan dua ujung, yang biasasanya
artikular. Shaft dikenal secara teknis sebagai diafisis. Ujung dari tulang
panjang sedang tumbuh biasanya berupa kartilago atau jika masih mulai
osifikasi epifiseal, terpisah dari shaft oleh kartilago cakram epifiseal. Shaft
dari tulang panjang adalah tube dari tulang kompakta dan rongga di
dalamnya adalah rongga sumsum (marrow cavity). Rongga ini berisi
sumsum merah atau kuning atau kombinasi keduanya.
Epifisis dan metaphisis terdiri dari trabekula yang irregular, yang membentuk
tulang spongiosa atau tulang canselosa. Ruang antara tulang berisi sumsum
tulang. Bagian eksternal tulang dari epiphisis dan metaphisis berisi selapis
tipis tulang kompakta, dan tulang pada permukaan artikular dilapisi
kompakta, biasanya hialin. Shaft dari tulang panjang dikelingi jaringan
ikat, tersusun atas jaringan fibrus yang liat, yang berperan sebagai
membrane pembatas dan lapisan dalam yang seluler dan osteogenik.
Permukaan dalam tulang kompakta dilapisi lapisan seluler, endosteum.
Periosteum kontinyu dengan ujung tulang yang bertemu dengan kapsul
persendian, tetapi tidak menutup kompakta artikularis. Periosteum juga
berperan sebagai tempat perlekatan muskulus dan tendon. Bundel serabut
collagen dari tendon menyebar ke periosteum; beberapa kontinyu di dalam
dan berpenestrasi ke dalam tulang. Seringkali zone perlekatan tendon
berupa tendon atau tulang. Di mana tendon berkontak dengan tulang dalam
perlekatannya. Periosteum di bawahnya kadang fibrokartilago.
(2) Tulang pendek. Tulang pendek hampir sama semua demensinya. Mereka
terjadi pada tangan dan kaki, dan terdiri dari tulang spongiosa dan sumsum
pembuahan, ketika jempol kaki dan jari-jari kaki terletak pada tepi sepalik
dari kaki.
Anterior atau sentral berarti dekat bagian depan tubuh. Posterior atau
dorsal berarti dekat ke belakang. Dalam kasus bagian tertentu (misalnya
lidah, penis, kaki) istilah dorsal diberi arti khusus berdasarkan anatomi
banding (posterosuperior, anterior, dan superior). Pada ekstremitas atas
istilah palmaris (volar) berarti anterior. Di kaki, plantar berarti inferior.
Superior berarti lebih dekat ke ujung atas tubuh, sedangkan lebih dekat
ke ujung bawah berarti inferior. Kranial atau cephalic kadang-kadang bukan
superior dan inferior; rostral dekat bagian depan untuk daerah hipofiseal
pada embrio awal dan daerah hidung dan mulut dalam kehidupan setelah
tahap embrio. Pada anggota badan, proksimal dan distal digunakan untuk
menunjukkan dekat dan jauh dari ujung anggota badan.
Internal dan eksternal berarti lebih dekat atau lebih jauh dari pusat
organ atau rongga. Superfisial dan profundus berarti lebih dekat atau lebih
jauh dari permukaan tubuh.
Medius digunakan untuk struktur yang terletak di antara dua struktur
lain, antara anterior dan posterior, superior dan inferior, atau internal dan
eksternal.
VERTEBRAE SERVIKALES
10
Kranium
Kerangka kepala dan leher terdiri dari kranium, os hioid dan vertebra
servikalis. Bagian-bagian dari tulang ini sebaiknya diulang pada waktu
mempelajari kepala dan leher. Vertebrae sudah diuraikan, sedangkan kranium
dan os hioid dibahas di sini.
1. KRANIUM
Kranium diperlengkapi dengan: (1) rongga otak, (2) rongga untuk
sensoris khusus (penglihatan, pendengaran, keseimbangan, pembauan dan
pengecapan), (3) muara-muara, saluran udara dan makanan, (4) gigi dan
rahang untuk pengunyahan
Kranium tersusun atas banyak tulang yang sebagian besar dipersatukan
oleh suatu persendian imobil. Salah satu tulangnya yaitu mandibula atau
rahang bawah bisa bergerak bebas, dihubungkan dengan kranium melalui
10
11
11
12
bahwa beberapa
12
13
13
14
14
15
koronalis disebut bregma dan pada bayi merupakan bagian membraneus yang
dinamakan fontanela anterior. Tempat persilangan sutura sagitalis dan sutura
lambdoidea disebut lambda. Verteks atau puncak kranium terletak pada sutura
sagitalis dekat tengah-tengahnya dan terletak beberapa sentimeter di belakang
bregma. Eminensia parietalis adalah bagian paling konveks pada tiap-tiap os
parietalis. Beberapa sentimeter di depan lambda terdapat lubang kecil
foramen parietale, kadang-kadang pada satu sisi atau kedua sisi sutura
sagitalis. Ia merupakan tempat untuk vena emisaria parietale.
15
16
pada bagian posterior kepala; oleh karena itu, tak dapat dilihat apabila kita
memandang kepala dari atas. Pusatnya disebut inion. Pada tiap-tiap sisi
terdapat lengkungan lingir yang mulai dari protuberansia oksipitalis eksterna
ke arah lateral disebut linea nukhae superior. Ini menandai batas atas regio
kolli. Linea nukhae suprema, kalau ada terletak 1 cm di atas linea nukhae
superior dan lebih melengkung.
Gambar 1-5 Kepala. Radiogram posteroanterior, kunci diagram (Meschan, Normal Radiographic Anatomy, Saunders, Philadelphia, 2nd ed., 1959).
ASPEK ANTERIOR KRANIUM
Pada aspek anterior kranium nampak forehead, orbita, penonjolan tulang
pipi, os nasale, maksila dan mandibula.
Dahi (Forehead)
Os frontale membentuk kerangka dahi. Di bawah pada tiap-tiap sisi
bidang median, ia berartikulasi dengan os nasale dan os zigomatikum.
Pertemuan antara os frontale dengan kedua os nasale disebut nasion. Regio di
atas nasion dan di antara kedua alis mata disebut glabela. Arkus supersiliaris
adalah suatu peninggian yang berjalan ke lateral dari tiap-tiap sisi glabella.
Kedua belahan os frontale terpisah sampai dengan umur enam tahun
oleh sutura frontalis. Pada beberapa kasus, garis pemisah tersebut
bertahan sampai dengan masa dewasa dan disebut sutura metopika.
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
Fosa Temporalis
Linea temporalis yang merupakan tempat perlekatan aponeurosis
temporalis, dimulai dari prosesus zigomatikus osis frontalis. Ia melengkung ke
belakang menyilang os frontale dan os parietale dengan jarak variabel
terhadap sutura sagitalis. Bagian belakang (yang tidak jelas) dari linea
temporalis menghubungkan lingir pada os temporale yang disebut krista
supramastoidea (gbr 1-10). Bagian tengah linea temporalis biasanya dobel
(gbr 1-9) dan garis bawah menunjukkan batas dari muskulus temporalis.
Fosa temporalis, yang merupakan tempat melekatnya muskulus
temporalis, dibatasi oleh linea temporalis di atas dan arkus zigomatikus pada
bagian bawah. Lantainya, yang merupakan origo muskulus temporalis,
tersusun atas bagian-bagian os parietale, os frontale, ala magna osis
sphenoidalis dan pars squamosa osis temporalis. Daerah di mana ke empat
tulang ini saling berdekatan disebut pterion (gbr 1-11). Pterion menutupi
ramus anterior dari arteri meningea media pada aspek internus kranium
dan juga sesuai dengan batang utama sulkus lateralis serebri. Pusat dari
pterion kira-kira 4 cm di atas titik tengah arkus zigomatikus dan jarak
yang sama di belakang prosesus zigomatikus osis frontalis.
Pada dinding anterior fosa temporalis, pada os zigomatikus terdapat
foramen zigomatiko-temporalis, untuk saraf dengan nama yang sama.
Fosa Infratemporalis (table 1-2)
Celah antara arkus zigomatikus dan kranium diisi oleh muskulus
temporalis dan vena, arteri, nervus temporalis profundus. Pada celah ini, fosa
temporalis di atas dihubungkan terhadap fosa infratemporalis di bawah. Fosa
infratemporalis adalah celah yang bentuknya tak teratur di posterior
maksila. Medial terhadap pemisahnya dengan fosa temporalis, atap fosa
infratemporalis dibentuk oleh fasies infratemporalis ala magna osis
sphenoidalis (gbr. 1-18). Ke arah medial, fosa infratemporalis dibatasi
lamina lateralis prosesus pterigoideus osis sphenoidalis (gbr. 1-12); kearah
lateral, dibatasi ramus dan prosesus koronoideus mandibulae.
Fosa infratemporalis berisi bagian bawah muskulus temporalis dan
muskulus pterigoideus medialis dan lateralis; arteri maksilaris dan cabangcabangnya, pleksus venosus pterigoideus; nervus maksilaris, nervus
mandibularis dan khorda timpani.
Di atas fasies posterior maksila, diantara bagian tersebut dengan ala
magna osis sphenoidalis, fosa infratemporalis berhubungan dengan orbita
melalui fisura orbitalis inferior. Fisura ini kontinyu ke posterior dengan
fisura pterigomaksilaris, suatu celah yang terletak diantara lamina lateralis
dan maksila.
Fosa infratemporalis berhubungan dengan fosa
23
24
24
25
TABEL 1-2 Batas dan muara Fosa Infratemporalis
dan Fosa Pterigopalatina
Aspek
Superior
Lamina lateralis
dan ala magna
Lamina perpendiculris
osis palatini
Terbuka
Tidak ada
Fisura pterigomaksilaris
ke fosa infratemporalis
25
26
26
27
Gambar 1-14 Basis kranii. Kunci untuk gambar 1-13. Gambar di atas
menunjukkan adanya foramina dan kanal-kanal.
Suatu aliran pendek yaitu kanalis hipoglosi sepasang, terletak
bersem-bunyi di atas bagian depan masing-masing kondilus (gbr 1-16,
panah). Ia dilalui nervus 12 dan beberapa pembuluh darah kecil.
Prosesus jugularis menonjol ke arah lateral dari tiap-tiap kondilus ke
arah os temporale dan bagian depannya concave disebut insisura jugularis.
Insisura ini merupakan bagian posterior dari foramen jugulare, suatu lubang
besar diantara os oksipital dan pars petrosa osis temporalis. Prosesus
transversus atlantis terletak tepat di bawah prosesus jugularis (gbr 1-16).
Suatu tonjolan ke arah bawah yaitu prosesus paramastoideus mungkin
mencapai prosesus transversus atlas.
27
28
TABEL 1-3 Muara-muara utama pada basis kranii
Muara
Pada Aspek Inferior
Foramen magnum
Lokasi
Antara bagian dari os
oksipital
Kanalis hipoglosi
Foramen stilomastoideum
Foramen jugulare
Kanalis karotikus
Foramen spinosum
Foramen ovale
Foramen laserum
Foramina palatina
mayor et minor
Foramina insisiva
Pada Aspek Superior
Lamina kribrosa
Kanalis optikus
Fisura orbitalis sup.
Foramen rotundum
Foramen ovale
Foramen spinosum
Foramen lacerum
Meatus akustikus internus
Foramen jugulare
Kanalis hipoglosi
Foramen magnum
Medula oblongata
Tonsila serebeli
Spatial subarakhnoid
Radiks spinalis N.accessrius
Rr. meningealis dari N.C 1-3
Pleksus simphatikus
aa. vertebralis
aa. spinalis anterior
Lig. apikalis dentis
Lig. cruciform atlantis
Membrana tectoria
Di atas condilus occiptalis
N. hipoglosus
di antara prosesus stiloideus
N. Fasialis
dan mastoideus
Antara insis. jugularis osis oksipi
N. X dan XI
talis dan fosa jugularis pars petrosa
N. glosopharingeus
Sinus petrosus inferior
Di dalam pars petrosa
Arteria karotis interna
Di atas fasies infratemporal
a dan v meningea mediana
ala magna
R. meningealis n. mandibularis
Di atas fasies infratemp. ala magna
N. Mandibularis
Antara pars petrosa osis temporalis,
Tertutup, in vivo
os sphenoidalis dan os oksipital
Pada sudut posterolateral palatum
Aa dan Nn palatinus majus
durum
Di dalam fosa insisiva di belakang
nn. Nasopalatinus
gigi insisivus.
Posterolateral dari krista galli
Di antara korpus dan ala parva
N. Olfaktorius
N. Optikus
Arteria optalmica
Di antara ala magna & ala parva
Nn. cranialis 3, 4 dan 6.
R. opthalmikus n 5
Vv. Opthalmika
Di bawah fis. orbitalis superior
N. maksilaris
Di belakang for. rotundum
N. mandibularis
Posterolateral foramen ovale
A dan v meningea media
R. meningeal nervus V2
Antara pars petrosa dan os sphenoid
Tertutup in vivo
Pada permukaan posterior pars petrosa N. Fasialis
N. vestibulocochlearis
A dan vena labirintine
Ujung anteromedial celah untuk
V. jugularis interna
sinus sigmoideus
Nn. vagus dan accesorius
N. glosopharingeus
Sinus petrosus inferior
Di atas margin bagian depan
N. hipoglosus
foramen magnum
Di antara partes oksipitalis
lihat aspek inferior
28
29
Gambar 1-16 Aspek inferior basis kranii dengan atlas pada tempatnya.
Interval di depan ligamentum tranversum atlas adalah untuk dens aksis.
Prosesus tranversus atlas tepat di belakang foramen jugularis dan di bawah
prosesus jugularis osis oksipitalis. Nervus kraniales 9, 10 dan 11 keluar dari
foramen jugulare yang terletak tepat di belakang kanalis karotikus (yang
ditempati arteri karotis interna. Nervus kranialis 12 muncul lebih medial,
yakni melalui kanalis hipoglosi (tanda panah). Nervus kranialis 7 muncul agak
lateral dari foramen stilomastoideus (berdasar von Lanz dan Wachsmuth).
29
30
Gambar 1-17 Aspek inferior os temporale kanan. Posisi tulang ini pada
basis kranii, lihat gambar 1-13. Daerah yang ditandai asterisk berartikulasi
dengan daerah yang sesuai (lihat Gbr 1-23) di atas prosesus jugularis osis
oksipitalis.
Os. Temporale (gbr.1-10, 1-17 dan 1-21)
Kata temporal berasal dari kata latin tempus (waktu) dan digunakan
karena uban pada umumnya pertama-tama nampak pada daerah ini.
Semua bagian os temporale (partes petrosa, mastoidea, squamosa,
prosesus stiloideus dan timpanika) dapat diidentifikasi pada bagian bawah
basis kranii (gbr 1-17). Batas-batas os temporale harus diamati pada kranium
secara keseluruhan. Os temporale sangat penting mengingat bahwa ia
30
31
berisi auris media dan auris interna. Sifat-sifat tertentu dari os temporale
telah diuraikan pada waktu mengurai aspek lateral kranium.
1. Pars squamosa. Pars squamosa adalah tulang yang pipih dan tipis
terletak vertikal pada sisi lateral kranium. Ia mempunyai fasies serebralis pada
bagian medial dan fasies temporalis pada bagian lateral.
Prosesus zigomatikus (zygoma) membentang di depan mulai dari pars
squamosa untuk berartikulasi dengan prosesus temporalis osis zigomatikus
sehingga membentuk arkus zigomatikus. Arkus zigomatikus melanjutkan diri
ke posterior dan nampak seperti bercabang menjadi dua akar, akar yang
anterior meneruskan diri dan kontinyu dengan tuberkulum artikulare, yaitu
suatu tonjolan kecil di depan cekungan yang dalam yang disebut fosa
mandibularis. Fosa mandibularis dan tuberkulum artikulare adalah
bagian yang fundamental dari pars squamosa osis temporallis. Tepitepinya merupakan tempat perlekatan kapsula dari persendian temporo
mandibular. Kapitulum mandibulae menempati fosa mandibularis pada
waktu mulut menutup dan menempel pada tuberkulum artikulare pada
waktu mulut membuka (gbr. 6-5, B dan C). Discus artikularis terletak di
antara basis kranii dan kapitulum mandibulae.
Akar posterior arkus zigomatikus bertemu krista supramastoidea.
Bagian dari akar posterior tepat di depan meatus akustikus eksternus disebut
tuberkulum postglenoidalis.
2. Pars timpanika. Pars timpanika osis temporale terdiri dari tympanic
plate yang melengkung yang pada bagian posterior berfusi dengan pars
mastoidea dan pars petrosa, membentuk selubung pada prosesus stiloideus.
Aspek superiornya membentuk lantai dan dinding anterior meatus akustikus
eksternus. Fasies anteriornya dipisahkan terhadap kapitulum dan kolum
mandibulae (dan kapsula) oleh glandula. Parotis. Pada fosa mandibularis
timpanik plate dipisah dengan squama temporalis oleh fisura squamo
timpanika. Bagian medial dari fisura petrotimpanika ini biasanya ditempati
bagian dari tegmen timpani (bagian dari pars petrosa) yang membentuk
dinding anterolateral pars osea tuba auditiva. Oleh karena itu fisura terbagi
menjadi fisura petrosquamosa di bagian depan dan fisura petrotimpanika di
posterior (gbr. 1-17). Fisura petro timpanika dilalui khorda timpani pada
waktu keluar dari kranium.
3. Pars stiloideus. Pars stiloideus osis temporalis tersusun atas prosesus
stiloideus.
Foramen stilomastoideum, yang dilalui nervus fasialis yang keluar dari
os temporale, terletak diantara prosesus stiloideus dan prosesus mastoideum.
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
juga membentuk septum nasi bagian posterior. Pada bagian lateral masingmasing dibatasi oleh lamina medialis. Pada bagian superior dibatasi oleh
pertemuan antara os vormer dengan lamina medialis tepat di bawah korpus
sphenoidalis. Bagian dari os vormer ini disebut ala, dan dia bertemu dengan
prosesus vaginalis yang terletak medial dari lamina medialis (suatu saluran
kecil yaitu kanalis vomero vaginalis bisa terdapat pada pertemuan ini).
Processus vaginalis overlap ke arah anterior dengan prosesus sphenoidalis
osis palatini (suatu saluran kecil kanalis palatovaginal terdapat pada tempat
ini, gbr. 1-13).
Palatum durum. Palatum durum, atau kerangka langit-langit keras
terletak di atap rongga mulut dan lantai dasar kavum nasik. Ini dibentuk
oleh prosesus palatinus maksilae di anterior dan lamina horisontalis osis
palatini di posterior (gbr 1-13). Keempat prosesus dipersatukan oleh sutura
krusiformis (gbr. 1-14). Torus palatinus adalah suatu peninggian pada bagian
medial yang sering diketemukan pada permukaan palatum. Fasies inferior
palatum durum dilapisi mukoperiosteum rongga mulut. Celah palatum
adalah suatu keadaan dimana belahan kanan dan kiri palatum gagal
untuk bertaut pada bidang median pada perkembangannya.
Di anterior di belakang gigi insisivus ada suatu cekungan, fosa insisiva
yang dilalui nervus nasopalatina dari kavum nasi melalui kanalis insisivum
dan foramina insisiva. Margo posterior palatini merupakan tempat perlekatan
palatum mole (aponeurosis palatini). Pada bidang medial pada margo
posterior terdapat spina nasalis posterior. Di bagian posterolateral palatum
terdapat lubang pada tiap-tiap sisi yaitu foramen palatina majus. Ini
merupakan ujung inferior kanalis palatina mayus, yang dilalui vena dan
nervus palatina mayor dari fosa pterigopalatina. Satu atau lebih foramen
palatinus minus dan kanalis palatinus minus yang berisi vena, arteri, dan
nervus palatinus minus.
Os palatina berbentuk huruf L dan terdiri (1) lamina perpendicularis
yang menempel pada bagian posterior aspek medial maksila dan (2) lamina
horisontalis, yang menonjol ke medial dan saling bertemu dengan
pasangannya pada sisi kontra lateral dan membentuk palatum durum bagian
posterior. Pada tempat pertemuan kedua lamina dari prosesus pterigoideus
terdapat prosesus piramidalis yang menonjol posterolateral dan memisahkan
maksila terhadap prosesus pterigoideus. Prosesus orbitalis dan prosesus
sphenoidalis menjulur ke atas dari puncak lamina pendikularis dan membatasi
foramen sphenopalatina.
KAVUM KRANII
36
37
37
38
Pada bidang median terdapat alur yang dangkal yaitu sulkus sagitalis
yang berjalan ke belakang pada permukaan interna kalvaria. Semakin ke
belakang alur ini semakin lebar, dan dilalui sinus sagitalis superior. Sejumlah
cekungan, yaitu foveolae granulares terdapat pada tiap-tiap sisi lateral dari
sulkus sagitalis.
Mereka ini ditempati lakuna lateralis dan granula
arakhnoidalis. Semakin tua umur seseorang makin bertambah jumlahnya.
Satu atau dua foramen parietalis bisa terdapat pada tempat yang sesuai
dengan fasies eksternanya. Mereka dilalui vena emisaria. Fasies interna
kalvaria kranii mempunyai ciri khas adanya sejumlah alur vaskular yang
dilalui arteri, vena meningea. Yang paling besar adalah pada os parietale dan
dilalui cabang dari arteri dan vena meningea media. Cabang-cabang terminal
arteri meningea media terpisah dari tulangnya oleh adanya venae yang
menemani. Alur-alur yang lingirnya lebih tajam dilalui oleh venae diploikae.
Fosa Kranii Anterior (gbr 1-20)
Fosa kranii anterior dimuati oleh lobus frontalis hemispheria
serebri. Lantainya tersusun atas bagian-bagian dari tiga tulang: os
ethmoidalis, os frontalis dan os sphenoidalis.
Krista galii adalah tonjolan median yang menonjol ke atas dari os
ethmoidalis. Bersama dengan krista frontalis di depannya merupakan
perlekatan lipatan durameter, falx serebri. Suatu celah kecil di depan krista
galli di antara os ethmoidalis dan os frontale, umumnya merupakan lubang
buntu dan disebut foramen caecum. Kadang ini dilalui vena dari mukosa
kavum nasi yang menuju sinus sagitalis superior. Di posterior dan pada
tiap-tiap sisi lateral dari krista galli, terdapat lamina kribrosa yang
mempunyai banyak lubang kecil, mereka ini dilalui filamen dari nervus
olfaktorius dari mukosa kavum nasi ke bulbus olfaktorius. Lamina
kribrosa mensuport bulbus olfaktorius. Os ethmoidalis berartikulasi di
belakang dengan jugum sphenoidale, yaitu bagian dari korpus sphenoidales.
Os ethmoidalis diuraikan dengan kavum nasi.
Di sebelah lateral, sebagian besar fosa kranii anterior dibentuk oleh
lamina orbitalis osis frontalis. Tiap-tiap lamina cembung dan terdapat
cekungan dan tonjolan-tonjolan yang ditempati sulci dan giri. Ia merupakan
atap orbita dan sinus ethmoidalis dan bagian bawah dari sinus frontalis.
Lamina orbitalis ke belakang berartikulasi dengan ala parva osis
sphenoidalis, tetapi sutura mungkin gterobliterasi. Ala parva mempunyai
tepi posterior yang tajam, krista sphenoidalis, yang menggantung di atas
fosa kranii media dan menonjol ke sulkus lateralis dari hemispheria
serebri. Ia berakhir dibagian medial dan pada prosesus klinoideus
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
Gambar 1-22. Kepala anak-anak. A. Radiogram lateral anak berumur 23 tahun. Dua phalanges dewasa menutupi korpus mandibulae. Sutura jelas,
termasuk sutura squamosa. Impresiones digitatae terlihat jelas. Perhatikan
juga gigi-gigi dan ukuran relatif-nya terhadap mandibula. Sinkhondrosis
neurosentral terlihat pada vertebra servikalis, yang mengalami rotasi.
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
OS HIOID
Os hioid terletak pada leher bagian depan, di antara larynx dan
mandibula, setinggi VC III. Ia tidak berartikulasi dengan tulang yang
lain, tetapi menggantung pada prosesus stiloideus oleh ligamenttum
stilohioid. Os hioid terdiri atas korpus dan kornu mayus dan kornu
minus. (gbr. 1-28).
53
54
54