Вы находитесь на странице: 1из 54

KRANIOLOGI

UNTUK KEDOKTERAN GIGI

UNTUK KALANGAN SENDIRI


TIDAK UNTUK DIPERDAGANGKAN

BAGIAN BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER

KATA PENGANTAR
Bagian pertama dari diktat ini diambil dari buku terjemahan Anatomi
Werner Platzer sedangkan bagian kedua sepenuhnya diterjemahkan dari buku
Anatomi Gardner, Gray, dan O Rahilly. Buku ini dimaksudkan untuk
melengkapi pembelajaran Anatomi selain preparat tulang.
Diktat terjemahan dari Anatomi Gray dkk adalah revisi dari terjemahan
terdahulu. Beberapa perbaikan telah dilakukan, pertama, terjemahannya
dikoreksi, kedua, buku ini diperlengkapi dengan gambar, dan dicetak dengan
mesin fotokopi digital. Pada terjemahan yang lalu, gambar dan keterangannya
dipisah dalam satu buku, tetapi sekarang keterangan gambar sudah
diterjemahkan dan gambar digabungkan dengan teks. Pada diktat ini, semua
istilah yang digunakan adalah istilah bahasa Indonesia, dengan harapan
mempermudah mahasiswa ujntuk belajar.
Buku terjemahan ini tidak diperdagangkan dan hanya untuk kepentingan
proses belajar-mengajar di kalangan sendiri. Hanya untuk mahasiswa FKGUnej, tidak untuk mahasiswa di luar Unej.
Pada kesempatan ini kembali saya menyampaikan terima kasih kepada
dosen yang mengajari saya Anatomi dan Bahasa Inggris. Dosen yang
mengajari Anatomi di Bagian Anatomi FK-Unair, selama dua semester (2 x 14
SKS), adalah dr. Sri Muntarsih Legowo dan dr. Supratiknyo Bambang
Saputra. Saya juga berterimakasih kepada dosen Bahasa Inggris, yang
mengajari selama setahun, di ITB: Jim Callachor MA, Keith Lesana MA, dan
Tim Hudner MA.
ttd.
Penerjemah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR ISI
ANATOMI UMUM .
KERANGKA
JENIS TULANG ..
KARTILAGO ...
VERTEBRAE SERVIKALES

1
2
3
5
5
5
5
8

KRANIUM DAN OS HIOID ..........................................................


KRANIUM ..
Anatomi radiologik .
Aspek Superior Kranium ........................................
Aspek Posterior Kranium ...................................................
ASPEK ANTERIOR KRANIUM.............................................
Dahi
Orbita
Prominence of cheek .
Pars Osea Nasus Eksternus
Maksila dan Mandibula .
ASPEK LATERAL KRANIUM ..
Ciri-ciri Tertentu Os Temporale
Fosa Temporalis
ASPEK INFERIOR KRANIUM .
Os. Oksipital .
Os. Temporale ..
Os sphenoidales .
Khoanae dan Os Palatina ..
KAVUM KRANII
Kalvaria .
Fossa Kranii anterior .
Fossa Kranii media ...
Fossa Kranii anterior .
MANDIBULA
Korpus Mandibula
Ramus Mandibulae .
PERKEMBANGAN KRANIUM ..
Kranium Neonatal ..

10
10
13
14
14
16
17
17
18
18
19
20
20
23
25
25
30
34
35
37
37
38
39
44
47
47
49
50
51

Fontanela .
PERTUMBUHAN KRANIUM
OS HIOID ..

51
52
53

ANATOMI UMUM

Werner Platzer
KERANGKA
Kerangka tubuh atau skeleton meliputi skeleton aksial (tulang kepala,
tulang leher, dan trunkus) dan skeleton apendikular (tulang-tulang anggota
badan atas dan bawah). Tulang mungkin tidak terletak tidak pada kerangka
tulang. Ia seringkali menggantikan kartilago hialin seperti kartilago laringis.
Selain itu, kadang dibentuk di dalam jaringan lunak, seperti jaringan parut.
Tulang terletak di tempat yang bukan semestinya disebut tulang heterotropik.
JENIS TULANG
(1) Tulang panjang. Tulang panjang adalah tulang yang panjangnya melebihi
lebar dan ketebalannya. Termasuk di sini: klavikula, humerus, radius, ulna
di anggota badan atas; femur, tibia, dan fibula di anggota badan bawah.
Juga termasuk di sini, karpal, metatarsal, dan falanges.
Setiap tulang panjang mempunyai satu shaft dan dua ujung, yang biasasanya
artikular. Shaft dikenal secara teknis sebagai diafisis. Ujung dari tulang
panjang sedang tumbuh biasanya berupa kartilago atau jika masih mulai
osifikasi epifiseal, terpisah dari shaft oleh kartilago cakram epifiseal. Shaft
dari tulang panjang adalah tube dari tulang kompakta dan rongga di
dalamnya adalah rongga sumsum (marrow cavity). Rongga ini berisi
sumsum merah atau kuning atau kombinasi keduanya.
Epifisis dan metaphisis terdiri dari trabekula yang irregular, yang membentuk
tulang spongiosa atau tulang canselosa. Ruang antara tulang berisi sumsum
tulang. Bagian eksternal tulang dari epiphisis dan metaphisis berisi selapis
tipis tulang kompakta, dan tulang pada permukaan artikular dilapisi
kompakta, biasanya hialin. Shaft dari tulang panjang dikelingi jaringan
ikat, tersusun atas jaringan fibrus yang liat, yang berperan sebagai
membrane pembatas dan lapisan dalam yang seluler dan osteogenik.
Permukaan dalam tulang kompakta dilapisi lapisan seluler, endosteum.
Periosteum kontinyu dengan ujung tulang yang bertemu dengan kapsul
persendian, tetapi tidak menutup kompakta artikularis. Periosteum juga
berperan sebagai tempat perlekatan muskulus dan tendon. Bundel serabut
collagen dari tendon menyebar ke periosteum; beberapa kontinyu di dalam
dan berpenestrasi ke dalam tulang. Seringkali zone perlekatan tendon
berupa tendon atau tulang. Di mana tendon berkontak dengan tulang dalam
perlekatannya. Periosteum di bawahnya kadang fibrokartilago.
(2) Tulang pendek. Tulang pendek hampir sama semua demensinya. Mereka
terjadi pada tangan dan kaki, dan terdiri dari tulang spongiosa dan sumsum

tulang dibungkus selapis tipis tulang kompakta. Mereka diselubungi


periosteum kecuali pada permukaan artikular.
(3) Tulang sesamoid. Tulang sesamoid adalah tipe dari tulang pendek terjadi
di tangan dan kaki, tertanam di dalam tendon atau kapsul persendian.
Mereka berukuran dan jumlahnya berariasi. Beberapa terlihat sebagai
perubah arah tarikan tendon. Yang lain sangat kecil sehingga secara
fungsional tidak dapat dilihat.
(4) Tulang aksesoris. Tulang aksesoris atau supernumerari, adalah tulang yang
tidak selalu ada. Mereka ini termasuk beberapa tulang sesamoid dan
epifisis yang tidak menyatu pada usia dewasa. Secara medikolegal dipermasalahkan karena keliru dengan fraktur, terlihat dari kardiogram.
(5) Tulang pipih. Tulang pipih termasuk tulang kosta, sternum, scapula, dan
banyak tulang tengkorak. Mereka tipis dan cenderung melengkung atau
membengkok dari pada datar. Tulang pipih terdiri dua lapis tulang
kompakta dengan tulang spongiosa penghubung dan sumsum tulang.
Lapisan spongios pada tulang tengkorak disebut diploe. Ia banyak berisi
saluran venus. Beberapa tulang misalnya os lacrimale dan bagian dari
scapula sedemikian tipis sehingga hanya terdiri dari selapis tipis tulang
kompakta. Fasies artikularis dari tulang pipih terbungkis oleh kartilago
atau, dalam hal beberapa tulang tengkorak, dengan jaringan ikat fibrus.
(6) Tulang iregular. Tulang iregular adalah tulang yang tidak dapat
dimasukkan dalam satu klasifikasi. Mereka meliputi beberapa tulang dari
tengkorak, vertebrae dan coksae. Mereka terutama terdiri dari tulang
spongiosa dan terbungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Bagian dari
tulang irregular yang sangat tipis mungkin terdiri dari tulang kompakta.
Tulang pneumatik adalah rongga atau sinus berisi udara.
KARTILAGO
Pada kartilago, sel-sel terletak dalam ruang kecil yang disebut lacuna,
terpisah oleh suatu matriks yang solid tetapi fleksibel. Malangnya, karena
jaringan ini kekurangan suplai darah, kalau terluka ia sembuh lebih lama.
Ada tiga tipe kartilago berdasar tipe serabut di dalam matriks.
Kartilago hialin. Kartilago ini merupakan tipe yang paling banyak,
hanya berisi serabut collagen yang halus. Matrik memiliki warna jernih
seperti susu (milk glass apperance). Tipe kartilago ini ada di hidung, ujung
tulang panjang dan costa, dan pada cincin pendukung pada trakhea. Skeleton
fetal juga terdiri atas kartilago jenis ini. Pada saatnya kartilago ini digantikan
oleh tulang.

Kartilago elastik. Kartilago ini lebih banyak memiliki serabut elastik


daripada kartilago hialin. Oleh karena itu, kartilago ini lebih fleksibel dan dia
terdapat pada, misalnya sebagai kerangka telinga luar.
Fibrokartilago mempunyai matrik yang terdiri serabut collagen yang
kuat. Ia terdapat pada struktur yang terkena beban tegangan dan, seperti pada
bantalan antara vertebrae pada tulang belakang, dan pada tempurung lutut.
TERMINOLOGI
Semua deskripsi dalam anatomi manusia dinyatakan dalam kaitannya dengan
posisi anatomi, suatu konvensi di mana tubuh tegak, dengan kepala, mata,
dan jari-jari kaki menghadap ke depan tungkai atas di samping dan telapak
tangan menghadap ke depan.
Bidang median. Bidang vertikal imajiner yang memanjang melalui
tubuh sehingga tubuh dibagi menjadi dua bagian kanan dan kiri. Bidang
median memotong permukaan depan dan belakang tubuh, sehingga disebut
garis tengah posterior dan anterior.
Bidang sagital. Setiap bidang vertikal melalui tubuh yang sejajar dengan
bidang median. Bidang sagital, diberi nama demikian karena sejajar dengan
sutura sagitalis. Bidang yang paralel dengan bidang sagital masih juga disebut
bidang sagital.
Bidang frontal atau koronal. Bidang vertikal yang tegak lurus dengan
bidang median dan memisahkan tubuh menjadi bagian depan dan belakang.
Bidang horizontal. Bidang yang tegak lurus dengan bidang median dan
koronal, yang memisahkan tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Bidang transversal. Transversal berarti terletak atau menyilang, yaitu,
tegak lurus pada sumbu longitudinal suatu struktur tertentu. Jadi, potongan
melintang suatu arteri tidak selalu horisontal. Bidang transversa pada tangan
horisontal, sedangkan bagian transversal pada kaki adalah koronal.
Medial. Berarti lebih dekat bidang median, dan lateral, jauh dari itu.
Jadi, dalam posisi anatomi, jempol tangan adalah lateral dari jari kelingking,
sedangkan pada kaki, jempol terletak di sebelah medial kelingking. Adalah
kesalahan umum mengacu rotasi medial dan lateral sebagai rotasi internal
dan eksternal. Intermediate berarti terletak di antara dua struktur, satunya
medial dan lainnya lateral. Pada ekstremitas atas, radial berarti lateral, dan
ulnar berarti medial; Pada ekstremitas bawah, fibula atau peroneal berarti
lateral dan tibia adalah medial. Perbatasan anggota tubuh tempat jempol,
disebut preaksial, dan sebaliknya, postaksial. Kedua istilah ini didasarkan
pada susunan anggota badan dalam embrio pada minggu keenam setelah

pembuahan, ketika jempol kaki dan jari-jari kaki terletak pada tepi sepalik
dari kaki.
Anterior atau sentral berarti dekat bagian depan tubuh. Posterior atau
dorsal berarti dekat ke belakang. Dalam kasus bagian tertentu (misalnya
lidah, penis, kaki) istilah dorsal diberi arti khusus berdasarkan anatomi
banding (posterosuperior, anterior, dan superior). Pada ekstremitas atas
istilah palmaris (volar) berarti anterior. Di kaki, plantar berarti inferior.
Superior berarti lebih dekat ke ujung atas tubuh, sedangkan lebih dekat
ke ujung bawah berarti inferior. Kranial atau cephalic kadang-kadang bukan
superior dan inferior; rostral dekat bagian depan untuk daerah hipofiseal
pada embrio awal dan daerah hidung dan mulut dalam kehidupan setelah
tahap embrio. Pada anggota badan, proksimal dan distal digunakan untuk
menunjukkan dekat dan jauh dari ujung anggota badan.
Internal dan eksternal berarti lebih dekat atau lebih jauh dari pusat
organ atau rongga. Superfisial dan profundus berarti lebih dekat atau lebih
jauh dari permukaan tubuh.
Medius digunakan untuk struktur yang terletak di antara dua struktur
lain, antara anterior dan posterior, superior dan inferior, atau internal dan
eksternal.
VERTEBRAE SERVIKALES

Kolumna vertebralis mempunyai empat kurvatura: konkaf ke anterior,


kurvature thorakika dan sakral; konkaf posterior, kurvatura servikal dan
lumbal. Kurvatura pathologis: konkafitas anterior (secondary curvature)
disebut lordosis. Kurvatura lateral disebut skoliosis.
Columna vertebralis terdiri dari 33-34 vertebrae dan diskus intervertebralis. Vertebrae terdiri: 7 vertebrae servikales, 12 vertebrae thorakales, 5
vertebrae lumbales, 5 vertebrae sakrales, dan 4-5 vertebrae koksigeales. Vertebrae sakrales bersatu membentuk os sakrum, dan vertebrae koksigeales
bersatu membentuk os koksigis.
Vertebra pertama, atlas, kedua aksis dan ke tujuh vertebra prominens
dibedakan dari sisa vertebra servikalis lainnya. Hanya ada sedikit perbedaan
antara vertebrae servikales 3 6. Korpus vertebrae terletak tepat di belakang
arkus vertebrae mempunyai bagian anterior, pedikel dan bagian posterior,
lamina. Pada tempat peralihan antara kedua bagian tersebut terdapat procesus
artikularis superior dan procesus artikularis inferior yang menonjol ke kranial
atau kaudal. Terdapat lekukan sempit antara korpus dan prosesus artikularis
inferior, insisura vertebralis superior insisura vertebralis inferior yang lebih
luas terdapat antara korpus dan prosesus artikularis inferior. Prosesus

artikularis mempunyai fasies artikularis yang superior menghadap ke dorsal


dan yang inferior menghadap ke ventral. Dari median kedua lamina, bertemu
prosesus spinosus yang menonjol ke dorsal dan pada vertebrae servikalis ke
3-6 ujungnya bercabang. Antara korpus dan arkus vertebrae servikalis
terdapat foramen vertebralis yang relatif besar. Prosesus transversus
terbentang ke lateral.
Tuberkulum anterius vertebrae servikalis ke 6 sangat besar dan
disebut tuberkulum karotikum. Pada permukaan sendi bagian atas korpus
vertebra servikalis ke 37 di lateral terdapat dua protuberansia, prosus
uncinatus.
Vertebra servikalis ke 7 mempunyai prosesus spinosus yang besar yang
biasanya dapat diraba sebagai prosesus spinosus kolumna vertebralis yang
tertinggi, oleh karena itu ia dinamakan vertebra prominen.
Atlas
Atlas (vertebra servikalis I) berbeda dengan vertebra lainnya karena
tidak mempunyai korpus vertebra. Pada atlas terdapat arkus anterior dan
arkus posterior. Kedua arkus pada bidang median-sagital memiliki
protuberansia kecil, tuberkulum anterius tuberkulum posterius. Lateral dari
foramen vertebralis atlas yang besar terletak massa lateralis masing-masing
mermpunyai fovea artikularis superior, konkaf dan fovea artikularis inferior
rata. Pada sisi dalam arcus anterior terdapat permukaan sendi untuk dens,
fovea dentis. Dari foramen transversarium yang terletak pada procesus
transversus terdapat alur sulkus arteriae vertebralis berjalan melalui arkus
posterior, dan dilewati arteri vertebralis.
Aksis
Aksis (vertebra servikalis I) berbeda dari vertebra servikalis 3-6 karena
adanya dens epistrophei atau prosesus odontoid ujungnya membulat disebut
apeks dentis. Permukaan anterior dentis mempunya permukaan sendi, fasies
artikularis anterior. Permukaan posterior mempunyai fasies artikularis
posterior yang lebih kecil, fasies artikularis posterior.
Fasies artikularis lateralis miring ke lateral. Prosesus transversus
mengandung foramen transversarium. Prosesus spinosus besar dan seringkali
bercabang pada ujungnya. Ia berkembang dari bagian sendi arkus vertebrae
yang seringkali dengan korpus vertebrae mencakup foramen vertebralis.

KRANIUM & OS HIOID

10

Gardner - Gray - ORahilly


Alih bahasa: Dr. drg. Purwanto MKes

Kranium
Kerangka kepala dan leher terdiri dari kranium, os hioid dan vertebra
servikalis. Bagian-bagian dari tulang ini sebaiknya diulang pada waktu
mempelajari kepala dan leher. Vertebrae sudah diuraikan, sedangkan kranium
dan os hioid dibahas di sini.
1. KRANIUM
Kranium diperlengkapi dengan: (1) rongga otak, (2) rongga untuk
sensoris khusus (penglihatan, pendengaran, keseimbangan, pembauan dan
pengecapan), (3) muara-muara, saluran udara dan makanan, (4) gigi dan
rahang untuk pengunyahan
Kranium tersusun atas banyak tulang yang sebagian besar dipersatukan
oleh suatu persendian imobil. Salah satu tulangnya yaitu mandibula atau
rahang bawah bisa bergerak bebas, dihubungkan dengan kranium melalui

10

11

persendian sinovial, yaitu sendi temporomandibular. Beberapa tulang yang


menyusun kranium (misal os parietale) berpasangan, sedangkan yang lain
(misal: os frontale dan os oksipital) tunggal. Kranium terdiri atas tabula
eksterna dan tabula interna yang merupakan substantia kompakta dan diploe
yang merupakan substantia spongiosa di bagian tengah. Tabula interna lebih
tipis dan lebih jelas dibanding tabula eksterna. Kranium diselubungi dan
dilapisi periosteum, yang membungkus bagian luar adalah perikranium dan
yang melapisi bagian interna endokranium (bagian dari duramater).
Istilah kranium (bahasa latin tengkorak atau skull) kadang-kadang
dibatasi dan hanya meliputi tengkorak tanpa mandibula. Istilah kalvaria
(kalvarium = tidak tepat) merujuk pada atap tengkorak dan tidak termasuk
tulang-tulang wajah (gbr. 1-1).
Tulang-tulang tertentu pada kranium membatasi kavum kranii, yang
merupakan tempat otak dan pembungkusnya. Tulang ini adalah os frontale, os
ethmoidale, os sphenoidale, os oksipital, os temporale dan os parietale; dua
yang terakhir berpasangan.
Selain sebagian dari os frontale, kerangka wajah tersusun pula atas
beberapa pasang tulang (os nasale, os lakrimale, os zigomatikum dan maksila)
dan mandibula. Sedangkan yang lain, merupakan tulang tunggal, adalah os
vomer, dua pasang tulang yaitu os palatina dan konkhae nasalis inferior
terletak lebih profundus.
Bermacam-macam tulang tersebut di atas bisa diidentifikasi dengan
bantuan gambar 1-1 s/d 1-3 dan 1-9.
Persendian fibrus imobil antara sebagian besar tulang-tulang
kranium disebut sutura. Sutura ini nampak sebagai garis-garis yang tidak
teratur pada orang dewasa muda. Jaringan penghubung antara tulang-tulang
tersebut disebut ligamentum suturale. Suatu sutura biasanya terdiri dari
beberapa lapisan. Meskipun pertumbuhan dewasa terjadi pada sutura-sutura,
perkembangan kranium terutama disebabkan oleh pertumbuhan otak. Searah
dengan bertambahnya umur, beberapa sutura mengalami obliterasi,
dikarenakan fusi tulang-tulang yang berdekatan. Tetapi penutupan suturasutura tidak reliable untuk menentukan tingkat umur. Selain itu sinostosis
prematur yang abnormal bisa saja terjadi, sebaliknya penutupan yang lambat
bisa terjadi pada kasus kretinisme dan hidrosephali.
Suatu tulang sirkumskrip yang disebut osa saturarum (gbr 1-2) kadangkadang terlihat di antara sutura-sutura.
Meskipun masih menjadi perdebatan posisi sutura nampaknya ditentukan
oleh tulang-tulang secara individu dan tidak secara bebas seperti yang terjadi
pada eksperimen pada tikus in utero. Banyak sutura bisa diamati secara

11

12

radiografis tetapi penutupan sutura yang diperkirakan secara radiografis tidak


sesuai dengan penutupan yang ditentukan secara anatomis.
Untuk memudahkan uraian, kranium diletakkan sedemikian rupa
sehingga margo inferior orbita dan margo superior meatus akustikus
eksternus terletak pada dataran horisontal, yang disebut orbitomeatal
plane (gbr 2-11).

Gambar 1-1 Aspek superior kranium. Perhatikan


bagian sutura lebih bergerigi dari yang lain.

bahwa beberapa

Orbitomeatal plane diterima sebagai standard pada kongres antropologi


di Frankfurt 1884. Ringkasnya ia melalui margo superior meatus akustikus
eksternus dan margo inferior orbita kiri. Bidang orbito meatal sesuai dengan
horisontal plane alami yang melalui kranium, yaitu subjek pada posisi anatomi
dan pandangan diarahkan ke kaca vertikal dimana ia memancangkan
pandangannya setinggi pupil.
Uraian-uraian berikut berkenaan dengan kranium secara keseluruhan
Mengenai pertimbangan tiap-tiap tulang pada kranium dan pekerjaan lebih
detail sebaiknya dikonsultasikan. Sebagai peraga bisa digunakan preparat
kering kranium yang masih cukup utuh dan baik.

12

13

Gambar 12 Aspek posterior kranium. Ditunjukkan adanya tulang


sutural (osa suturarum); yang paling sering terjadi adalah sepanjang sutura
lambdoidea.
Kranium terdiri dari hampir 85 foramina, kanals, dan fisura. Beberapa
daripadanya kurang penting dan perhatian pertama-tama diarahkan pada
lubang-lubang dimana merupakan tempat saraf dan cabang-cabang yang besar
lewat (tabel 1-3). Lubang-lubang untuk (1) medula spinalis dan arteri
vertebrales, (2) vena jugularis interna, dan (3) arteri karotis interna sebaiknya
diidentifikasi lebih dulu.
Muara atau lubang masuk ini dapat dilihat secara jelas pada aspek
inferior kranium (gbr 1-14). Mereka disebut (1) foramen magnum, yang
merupakan lubang yang besar (+35 mm), ovoid, terletak pada bidang median,
(2) foramen jugulare, pada tiap sisi, terletak segaris dengan bagian depan
foramen magnum, kira-kira 30 mm dari garis median, dan (3) kanalis
karotikus pada tiap sisi tepat di depan foramen jugulare.
Anatomi radiologik
Anatomi radiologik untuk kranium adalah suatu studi yang sangat khusus
dan details, jika diperlukan harus dicari pada literatur yang sesuai.
Aspek yang paling sering digunakan pada radiograph kepala adalah
aspek lateral kanan dan kiri), postero-anterior (alis mata dan hidung
menempel pada film: gbr 1-5), dan antero-posterior (oksiput menempel di film
seperti pada Townes posisiton: gbr: 1-6). Pandangan tambahan meliputi

13

14

antero-posterior khusus (dagu menempel pada film dan tidak diikutsertakan


seperti pada projeksi Waters) untuk menunjukkan beberapa sinus paranasalis.

Gambar 1-3 Aspek anterior kranium. Perhatikan bahwa insisura


supraorbitalis, foramen infraorbitalis dan foramen mentale berdekatan pada
garis vertikal.
Daerah-daerah yang terkalsifikasi mungkin didapatkan secara
normal pada komisura habenularis, korpus pinealis, pleksus khroroideus
(glomera) dan ventrikulus lateralis atau pada falx serebri.
Aspek Superior Kranium (gbr. 1-1)
Kranium umumnya ovoid bila dilihat dari atas dan yang posterior lebih
lebar. Empat tulang dapat diidentifikasi: os frontale di anterior, os oksipital di
posterior, dan os parietale kanan dan kiri. Tulang-tulang ini dipersatukan oleh
sutura-sutura.
Sutura antara kedua os parietale disebut sutura sagitalis (L, panah).
Sambungan tulang yang terletak di antara os parietale dan os frontale adalah
sutura koronaria. Di antara os parietale dan os oksipital adalah sutura
lambdoidea (Gk, huruf L), penamaan bidang sagital dan bidang koronal sesuai
dengan suturanya. Tempat persilangan antara sutura sagitalis dan sutura

14

15

koronalis disebut bregma dan pada bayi merupakan bagian membraneus yang
dinamakan fontanela anterior. Tempat persilangan sutura sagitalis dan sutura
lambdoidea disebut lambda. Verteks atau puncak kranium terletak pada sutura
sagitalis dekat tengah-tengahnya dan terletak beberapa sentimeter di belakang
bregma. Eminensia parietalis adalah bagian paling konveks pada tiap-tiap os
parietalis. Beberapa sentimeter di depan lambda terdapat lubang kecil
foramen parietale, kadang-kadang pada satu sisi atau kedua sisi sutura
sagitalis. Ia merupakan tempat untuk vena emisaria parietale.

Gambar 1-4 Kepala. Radiogram lateral, kunci diagram (dari I Meschan,


Normal Radiographic Anatomy, Saunders, Philadelphia, 2nd ed., 1959).
Aspek Posterior Kranium (gbr. 1-2)
Bagian belakang kranium tersusun atas os parietale, os oksipital dan pars
mastoidea osis temporalis. Sutura sagitalis dan sutura lambdoidea bertemu
pada lambda yang kadang-kadang bisa dirasakan sebagai suatu cekungan pada
orang hidup. Ujung bawah sutura lambdoidea bertemu dengan sutura
parietomastoidea dan sutura oksipitomastoidea pada tiap-tiap sisi pada suatu
titik yaitu asterion. Sutura oksipitomastoidea memisahkan os oksipital
terhadap parsmastoidea osis temporalis. Suatu lubang vaskular, foramen
mastoideum, sering berada di dekat sutura ini, ia merupakan tempat lewat
vena emmisaria (mastoidea).
Protuberansia oksipitalis eksterna adalah penonjolan di medial kirakira di tengah-tengah garis antara lambda dan foramen magnum. In vivo
dia teraba dan umumnya terletak sedikit ke bawah dari bagian paling cembung

15

16

pada bagian posterior kepala; oleh karena itu, tak dapat dilihat apabila kita
memandang kepala dari atas. Pusatnya disebut inion. Pada tiap-tiap sisi
terdapat lengkungan lingir yang mulai dari protuberansia oksipitalis eksterna
ke arah lateral disebut linea nukhae superior. Ini menandai batas atas regio
kolli. Linea nukhae suprema, kalau ada terletak 1 cm di atas linea nukhae
superior dan lebih melengkung.

Gambar 1-5 Kepala. Radiogram posteroanterior, kunci diagram (Meschan, Normal Radiographic Anatomy, Saunders, Philadelphia, 2nd ed., 1959).
ASPEK ANTERIOR KRANIUM
Pada aspek anterior kranium nampak forehead, orbita, penonjolan tulang
pipi, os nasale, maksila dan mandibula.
Dahi (Forehead)
Os frontale membentuk kerangka dahi. Di bawah pada tiap-tiap sisi
bidang median, ia berartikulasi dengan os nasale dan os zigomatikum.
Pertemuan antara os frontale dengan kedua os nasale disebut nasion. Regio di
atas nasion dan di antara kedua alis mata disebut glabela. Arkus supersiliaris
adalah suatu peninggian yang berjalan ke lateral dari tiap-tiap sisi glabella.
Kedua belahan os frontale terpisah sampai dengan umur enam tahun
oleh sutura frontalis. Pada beberapa kasus, garis pemisah tersebut
bertahan sampai dengan masa dewasa dan disebut sutura metopika.

16

17

Gambar 1-6 Kepala. Radiogram anteroposterior (projeksi Towne) dan


kunci diagram. Dengan proyeksi ini, subyek dalam posisi supinasi dan bagian
belakang kepala
menempel film, garis dari sudut lateral mata ke
protuberansia oksipital eksterna tegak lurus terhadap film. Sinar sentral
diposisikan sedikit kaudal, dari dahi ke protuberansia oksipitalis eksterna (dari
I Meschan, Normal Radiographic Anatomy, Saunders, Philadelphia, 2nd ed.,
1959).
Orbita
Orbita adalah rongga yang dibatasi tulang yang merupakan tempat
mata. Pada pertemuannya dengan wajah, tiap-tiap orbita mempunyai
margo superior, lateralis, inferior dan medial.
Margo superior/margo supraorbitalis dibentuk oleh os frontale. Bagian
medial mempunyai ciri khas yaitu adanya insisura supra orbitalis (atau
foramen pada beberapa kranium), yang dilalui arteri/ vena supraorbitalis.
Medial dari foramen tersebut, margo supraorbitalis disilang oleh vena/ arteri
nervus supratrokhlearis. Ke arah lateral margo supra orbitalis berakhir pada
prosesus zigomatikus osis frontalis yang dapat diraba in vivo. Pada setiap
margo supraorbitalis, os frontale membelok dengan tajam ke arah belakang
sebagai lamina orbitalis yang membentuk sebagian besar atap orbita.
Margo lateralis dibentuk oleh os zigomatikus dan os frontale, margo
superior dibentuk oleh maksila, os lakrimale, dan os frontale.
Di bawah margo inferior orbita, pada maksila ada lubang foramen
infraorbitale, yang dilalui arteri dan nervus infraorbitalis.
Prominence of Cheek

17

18

Prominence of cheek dibentuk oleh os zigomatikus (malar) (gbr 1-7). Os


zygomatikum terletak pada sisi bawah dan sisi lateral orbita menempel pada
orbita dan menempel pada maksila. Di sini terdapat (1) fasies lateralis pada
wajah, (2) fasies orbitalis, yang mendukung dinding lateral orbita; dan (3)
fasies temporalis yang terletak pada fosa temporalis. Prosesus frontalis
berartikulasi dengan prosesus zigomatikus osis frontalis dan prosesus
temporalis berartikulasi dengan prosesus zigomatikus osis frontalis. Pada
aspek lateral, os zigomatikum ditembus oleh lubang kecil foramen
zigomatiko-fasiale yang dilalui oeh nervus dengan nama yang sama.

Gambar 1-7 Permukaan lateral os zigomatikus kanan. Fasies orbitalis


dan temporalis tidak terlihat. Prosesus frontalis dan temporalis berartikulasi
dengan prosesus zigomatikus osis frontalis dan temporalis.
Pars Osea Nasus Eksternus
Pars osea nasus eksternus dibentuk oleh os nasale dan maksila, ia
berakhir di depan apertura piriformis. Bagian yang lentur dari nasus
eksternus mempunyai kerangka tulang rawan yang dicengkeramkan ke
apertura piriformis oleh jaringan fibrus. Kedua apertura di bagian atas
dibatasi oleh os nasale dan bagian lateral dan inferior oleh mandibula.
Melalui apertura ini, kavum nasi bisa terlihat, dibagi oleh septum nasi menjadi
bagian kanan dan kiri, masing-masing sering disebut kavum nasi. Bagian
depan septum nasi terdiri atas kartilago, bagian belakang oleh os vomer
dan os ethmoidalis. Pada tiap-tiap dinding lateral kavum nasi terdapat
tiga atau empat lembar tulang bergelombang disebut konkha nasalis
(turbinates), celah di bawahnya disebut meatus nasi. Pada bidang median
margo inferior apertura piriformis terdapat spina nasalis anterior, yang
merupakan satu tonjolan tulang yang tajam yang dibentuk oleh bersatunya
maksila, kanan dan kiri.
Os nasale terletak di antara prosesus frontalis osis maksilae dan
keduanya saling bertemu pada bagian medial. Mereka berartikulasi dengan os
frontale di atas, sedangkan margo inferiornya mencengkeram kartilago
nasalis.

18

19

Maksila dan Mandibula


Maksilae. Rahang atas terdiri dari dua maksila. Pertumbuhan
maksila bertanggung jawab pada elongasi vertikal wajah antara umur 612 tahun.

Gambar 1-8 Permukaan anterior maksila kanan. Maksila terdiri dari


korpus dan empat prosesus.
Masing-masing maksila (gbr 1-5) terdiri dari (1) korpus, yang di
dalamnya terdapat rongga yaitu sinus maksilaris, (2) prosesus zigomatikus,
yang mengarah ke lateral dan berhubungan dengan os zigomatikus, (3)
prosesus frontalis yang menonjol ke atas dan berartikulasi dengan os frontale;
(4) prosesus palatinus, yang berjalan horizontal, bertemu dengan pasangannya
dan membentuk sebagian besar kerangka palatum; dan (5) prosesus alveolaris
yang merupakan tempat tertanamnya gigi-gigi atas.
Korpus maksila berbentuk piramid dan tersusun atas (1) fasies nasalis,
yang menyokong dinding lateral kavum nasi; (2) fasies orbitalis yang
membentuk sebagian besar lantai orbita; (3) fasies infratemporalis yang
membentuk dinding anterior fosa infratemporalis; dan (4) fasies anterior yang
tertutup oleh muskuli fasialis . 1 cm di bawah margo infraorbitalis, pada
fasies anterior maksila terdapat foramen infraorbitale, dilalui nervus, arteri
infraorbitalis.
Gigi-gigi atas tertanam pada prosesus alveolaris maksilae. Suatu lingir
vertikal yang sesuai dengan akar gigi kadang-kadang nampak pada bagian
depan tulang. Kedua maksila dipersatukan pada bidang median pada sutura
intermaksilaris. Bagian dari maksilae yang mendukung gigi insisivus sering
disebut premaksila.

19

20

Mandibula. Gigi-gigi tertanam pada prosesus alveolaris mandibulae.


Sedikit di bawah premolar kedua pada mandibula terdapat foramen mentale
yang dilalui arteri, vena, nervus mentalis. Simfisis menti adalah bagian
median mandibula di mana belahan mandibula berfusi. Mandibula akan
diuraikan secara mendetail nanti.
ASPEK LATERAL KRANIUM
(Gbr . 1-4 dan 1-9)
Aspek lateral kranium meliputi bagian-bagian tertentu os temporale, fosa
temporalis dan fosa infratemporalis.
Ciri-ciri Tertentu Os Temporale
Os temporale tersusun atas pars squamosa, pars timphanica, pars
stiloidea, pars mastoidea, pars petrosa (gbr. 1-10) Ciri-ciri tertentu
diuraikan disini dan sisanya akan diuraikan bersama-sama dengan aspek
inferior kranium dan kavum kranii.
1. Pars Squamosa os parietale bersendi di bawah dengan pars squamosa
osis temporalis (sutura squamosa, gbr. 1-22A). Dari pars squamosa prosesus
zigomatikus (zigoma) menonjol ke depan bertemu dengan os zigomatikus.
Arkus zigomatikus bisa diraba in vivo. Margo superior arkus sesuai
dengan batas bawah hemispheria serebri dan ia merupakan tempat
perlekatan aponeurosis temporalis. Margo inferior dan fasies profundus
merupakan origo muskulus maseter.
Margo inferior arkus zigomatikus berlanjut ke posterior, sehingga
menjadi turbercle of the root of the zigomatika, untuk melekat ligamentum
laterale TMJ. Di belakang tuberkel kapitulum mandibulae terletak pada fosa
mandibularis.
Meatus akustikus eksternus, terletak di posterior kapitulum
mandibulae, yang mengarah dari eksterior ke membrana timpani.
Panjangnya 3 cm, tetapi 1/3 lateral adalah kartilago oleh karena itu
tidak didapatkan pada preparat kering. Atap dan bagian yang berdekatan
dengan dinding posterior meatus nasi oseus dibentuk oleh squama temporalis,
sedangkan dinding yang lain dibentuk oleh pars timpanikai Ujung medial
meatus (in vivo) terpisah oleh membrana timpani terhadap auris media
(kavum timpani) yang merupakan celah pada os temporale. Pada preparat
kering, apabila dilihat ke dalam meatus terlihat dinding medial kavum
timpani, karena membrana timpani sudah rusak.

20

21

Gambar 1-9 Aspek lateral kranium. Perhatikan pterion, yakni daerah di


mana os parietale, os frontale, ala magna osis sphenoidalis dan pars squamosa
osis temporalis berdekatan. Fosa temporalis dibatasi linea temporalis di atas
dan arkus zigomatikus di bawah.

Gambar 1-10 Aspek lateral os temporale kanan. Panjang prosesus


stiloideus, pada tulang ini, melebihi biasanya.
Suatu cekungan kecil, trigonum suprameatum, terletak tepat di posterosuperior meatus akustikus eksternus. Anthrum mastoideum salah satu dari
lubang pada os temporale terletak 1 cm medial dari trigonum suprameatum. Trigonum ini sesuai dengan letak bagian teratas konkha aurikula.
2. Pars Timpanika Lantai dasar dan dinding anterior meatus akustikus
eksternus dibentuk oleh bagian yang melengkung dari os temporalis yaitu
timpanic plate. Pada kranium anak-anak lembaran ini hanya berupa cincin
tidak sempurna (timpanic ring)

21

22

3. Pars Stiloidea Prosesus stiloideus, adalah suatu tonjolan yang


mempunyai panjang bervariasi (kadang-kadang bisa mencapai 8 cm: gbr 1-10
dan 8-9B), memanjang ke arah antero-inferior dari permukaan bawah. Os
hioid pada leher digantung terhadap kranium oleh ligamen stilohioid
pada tiap-tiap sisi. Prosesus stilodeus merupakan tempat origo tiga otot
(muskulus stiloglosus, muskulus stilopharingeus, dan muskulus stilohioid),
dan juga tempat melekatnya ligamen stilomandibularis. Pada bagian lateral
prosesus stiloideus tertutup oleh glandula parotis. Bagian bawah, bisa berupa
tulang, tapi mungkin pemanjangannya berupa kartilago. Prosesus stiloideus
berkembang dari kartilago pada arkus pharingealis kedua.

Gambar 1-11 Aspek lateral regio oksipitomastoideus, tempat perlekatan


otot.
4. Pars mastoidea Bagian posterior os temporale disebut pars
mastoidea, dan dia berfusi dengan pars squamosa. Pada orang dewasa, di
dalamnya berisi sejumlah rongga-rongga udara yaitu selulae mastoidea,
yang berhubungan dengan fosa kranii media melalui antrum mastoideum.
Pars mastoidea osis temporalis mempunyai ciri khas yaitu adanya
tonjolan ke arah bawah yaitu prosesus mastoideus yang dapat dengan
mudah diraba in vivo. Prosesus mastoideus di kedua sisi adalah segaris
dengan foramen magnum. Prosesus belum ada pada waktu lahir, tetapi
berkembang secara bertahap pada masa anak-anak. Setiap prosesus
merupakan tempat perlekatan otot (gbr 1-11). Bagian depan prosesus
mastoideus dipisahkan terhadap pars timpanika oleh fisura timpanomastoidea,
yang dilalui ramus aurikularis nervus 10.
5. Pars petrosa. Bagian ini terletak lebih profundus dan diuraikan nanti.

22

23

Fosa Temporalis
Linea temporalis yang merupakan tempat perlekatan aponeurosis
temporalis, dimulai dari prosesus zigomatikus osis frontalis. Ia melengkung ke
belakang menyilang os frontale dan os parietale dengan jarak variabel
terhadap sutura sagitalis. Bagian belakang (yang tidak jelas) dari linea
temporalis menghubungkan lingir pada os temporale yang disebut krista
supramastoidea (gbr 1-10). Bagian tengah linea temporalis biasanya dobel
(gbr 1-9) dan garis bawah menunjukkan batas dari muskulus temporalis.
Fosa temporalis, yang merupakan tempat melekatnya muskulus
temporalis, dibatasi oleh linea temporalis di atas dan arkus zigomatikus pada
bagian bawah. Lantainya, yang merupakan origo muskulus temporalis,
tersusun atas bagian-bagian os parietale, os frontale, ala magna osis
sphenoidalis dan pars squamosa osis temporalis. Daerah di mana ke empat
tulang ini saling berdekatan disebut pterion (gbr 1-11). Pterion menutupi
ramus anterior dari arteri meningea media pada aspek internus kranium
dan juga sesuai dengan batang utama sulkus lateralis serebri. Pusat dari
pterion kira-kira 4 cm di atas titik tengah arkus zigomatikus dan jarak
yang sama di belakang prosesus zigomatikus osis frontalis.
Pada dinding anterior fosa temporalis, pada os zigomatikus terdapat
foramen zigomatiko-temporalis, untuk saraf dengan nama yang sama.
Fosa Infratemporalis (table 1-2)
Celah antara arkus zigomatikus dan kranium diisi oleh muskulus
temporalis dan vena, arteri, nervus temporalis profundus. Pada celah ini, fosa
temporalis di atas dihubungkan terhadap fosa infratemporalis di bawah. Fosa
infratemporalis adalah celah yang bentuknya tak teratur di posterior
maksila. Medial terhadap pemisahnya dengan fosa temporalis, atap fosa
infratemporalis dibentuk oleh fasies infratemporalis ala magna osis
sphenoidalis (gbr. 1-18). Ke arah medial, fosa infratemporalis dibatasi
lamina lateralis prosesus pterigoideus osis sphenoidalis (gbr. 1-12); kearah
lateral, dibatasi ramus dan prosesus koronoideus mandibulae.
Fosa infratemporalis berisi bagian bawah muskulus temporalis dan
muskulus pterigoideus medialis dan lateralis; arteri maksilaris dan cabangcabangnya, pleksus venosus pterigoideus; nervus maksilaris, nervus
mandibularis dan khorda timpani.
Di atas fasies posterior maksila, diantara bagian tersebut dengan ala
magna osis sphenoidalis, fosa infratemporalis berhubungan dengan orbita
melalui fisura orbitalis inferior. Fisura ini kontinyu ke posterior dengan
fisura pterigomaksilaris, suatu celah yang terletak diantara lamina lateralis
dan maksila.
Fosa infratemporalis berhubungan dengan fosa

23

24

pterigopalatina melalui fisura pterigomaksilaris yang dilalui oleh arteri


maksilaris. Dinamakan fosa pterigopalatina karena ia terletak diantara
(1) lamina pterigoidea dan (2) os palatina. Ia terletak di bawah apeks
orbita, dan berisi arteri, nervus maksilaris dan ganglion pterigopalatina.
Fosa pterigopalatina bisa dikatakan merupakan divertikulum medial dari fosa
infratemporalis. Ia berhubungan dengan kavum nasi melalui foramen
sphenopalatina. Di bawah fisura pterigomaksilaris, lamina lateralis nampak
seperti bertemu tuber maksilaris tetapi sebenarnya, dipisahkan prosesus
piramidalis osis palatini.

Gambar 1-12 Dinding medial fosa infratemporalis kanan. Mandibula


telah dilepas. Arkus zigomatikus ditunjukkan dengan gambar transparan,
batasnya ditunjukkan garis putus-putus.
TABEL 1-1 Ringkasan Komunikasi dengan Fosa Infratemporalis
Fosa temporalis
Fisura orbitalis inferior ke orbita
Fosa infratemporalis
Fisura pterigomaksilaris ke fosa pterigopalatina
Foramen sphenopalatina ke kavum nasi.

24

25
TABEL 1-2 Batas dan muara Fosa Infratemporalis
dan Fosa Pterigopalatina
Aspek

Batas dan muara


Fosa infratemporalis

Superior

Fasies infra temporal ala magna


Inferior Terbuka
Anterior Permukaan posterior
maksila dan fisura
orbitalis inferior
Posterior Terbuka

Medial Lamina pterigoideus


lateralis dan fisura
pterigomaksilaris
Lateral Ramus dan prosesus
koronoideus mandib.

Batas fosa pterigopalatina

Muara dari fosa pterigopalatina

Korpus sphenoidalis dan


prosesus orbitalis osis palatini
Dinding anterior dan posterior
bertemu
Fasies posterior
maksila

Fisura orbitalis inferior ke orbita


Kanalis palatinus mayus kadang
Palatinus minus ke palatum

Lamina lateralis
dan ala magna

Foramen rotundum ke fosa kranii


media
Kanalis pterigoideus ke
foramen lacerum
Kanal. palatovaginalis ke khoanae
Foramen sphenopalatina ke
kavum nasi

Lamina perpendiculris
osis palatini
Terbuka

Tidak ada

Fisura pterigomaksilaris
ke fosa infratemporalis

Hubungan-hubungan tersebut diringkas pada tabel 1-1.


Batas-batas dan muara-muara dari fosa infratemporalis dan fosa
pterigopalatina ditunjukkan pada tabel 1-2.
ASPEK INFERIOR KRANIUM
Gbr. 1-13 dan 1-14; table 1-4)
Gambaran aspek ini akan dibicarakan dari belakang ke depan
Os. Oksipital (gbr. 1-15)
Fasies inferior basis kranii dibagian belakang dibentuk oleh os oksipital
yang kontinyu di depan dengan os sphenoid. Os. Oksipital tersusun atas empat
bagian yang mengitari foramen magnum (1) pars squamosa di posterior, (2)
dan (3) pars lateralis pada tiap-tiap sisi dan (4) pars basilaris di depanervus
Keempat bagian ini, terpisah pada waktu lahir dan berfusi pada 6 tahun.
Foramen magnum terletak di pertengahan antara, dan setinggi prosesus
mastoideus. Melalui ini fossa kranii posterior berhubungan dengan kanalis
vertebralis dan otak berlanjut dengan medula spinalis.
Foramen magnum dilalui:

25

26

1. Medulla oblongata, meninges, dan spasial subarachnoid, dan tonsilla


serebelum.
2. Radiks spinalis nervus aksesorius, ramus meningealis dari NS 1-3dan
pleksus simphatikus.
3. Arteria vertebralis, dan arteria spinalis anterior dan posterior.
4. Ligamentum apikalis dentis, pita longitudinalis superior
dari
ligamantum krusiformis atlantis, dan membrana tektoria.

Gambar 1-13 Basis kranii


1. Pars squamosa. Pars squamosa osis oksipitalis sebagian terletak pada
basis kranii dan sebagian pada bagian belakang kranium, garis batasnya
adalah protuberansia oksipitalis eksterna dan linea nukhae superior. Krista
oksipitalis eksterna bisa diraba, tempat di mana ligamentum nukhae melekat,
membentang dari tuberantia ke foramen magnum. Kira-kira pada pertengahan
perjalanan krista, terdapat linea nukhae inferior berjalan ke lateral pada tiaptiap sisi. Linea nukhae superior merupakan tempat perlekatan galea
aponeurotika dan otot (muskuli trapezius, oksipitalis, splenius kapitis, dan
sternomastoideus). Otot-otot tertentu berinsersio pada area di antara linea
nukhae superior dan inferior yang lainnya di depan linea nukhae inferior (gbr
1-15)

26

27

2 dan 3. Pars lateralis (pars kondilaris). Pada pars lateralis osis


oksipitalis terhadap kondilus oksipitalis yang merupakan dua tonjolan besar
pada bagian lateral foramen magnum. Kondilus bersendi dengan massa
lateralis atlas, dan melalui mereka ini berat kepala dilanjutkan ke kolumna
vertebralis. Kondilus oksipitalis adalah setinggi palatum durum. Di belakang
tiap-tiap kondilus terdapat fosa kondilaris, yang sering-sering ditembus oleh
kanalis kondilaris yang dilalui vena emisaria.

Gambar 1-14 Basis kranii. Kunci untuk gambar 1-13. Gambar di atas
menunjukkan adanya foramina dan kanal-kanal.
Suatu aliran pendek yaitu kanalis hipoglosi sepasang, terletak
bersem-bunyi di atas bagian depan masing-masing kondilus (gbr 1-16,
panah). Ia dilalui nervus 12 dan beberapa pembuluh darah kecil.
Prosesus jugularis menonjol ke arah lateral dari tiap-tiap kondilus ke
arah os temporale dan bagian depannya concave disebut insisura jugularis.
Insisura ini merupakan bagian posterior dari foramen jugulare, suatu lubang
besar diantara os oksipital dan pars petrosa osis temporalis. Prosesus
transversus atlantis terletak tepat di bawah prosesus jugularis (gbr 1-16).
Suatu tonjolan ke arah bawah yaitu prosesus paramastoideus mungkin
mencapai prosesus transversus atlas.

27

28
TABEL 1-3 Muara-muara utama pada basis kranii
Muara
Pada Aspek Inferior
Foramen magnum

Lokasi
Antara bagian dari os
oksipital

Kanalis hipoglosi
Foramen stilomastoideum
Foramen jugulare
Kanalis karotikus
Foramen spinosum
Foramen ovale
Foramen laserum
Foramina palatina
mayor et minor
Foramina insisiva
Pada Aspek Superior
Lamina kribrosa
Kanalis optikus
Fisura orbitalis sup.
Foramen rotundum
Foramen ovale
Foramen spinosum
Foramen lacerum
Meatus akustikus internus
Foramen jugulare

Kanalis hipoglosi
Foramen magnum

Struktur yang ditransmisikan

Medula oblongata
Tonsila serebeli
Spatial subarakhnoid
Radiks spinalis N.accessrius
Rr. meningealis dari N.C 1-3
Pleksus simphatikus
aa. vertebralis
aa. spinalis anterior
Lig. apikalis dentis
Lig. cruciform atlantis
Membrana tectoria
Di atas condilus occiptalis
N. hipoglosus
di antara prosesus stiloideus
N. Fasialis
dan mastoideus
Antara insis. jugularis osis oksipi
N. X dan XI
talis dan fosa jugularis pars petrosa
N. glosopharingeus
Sinus petrosus inferior
Di dalam pars petrosa
Arteria karotis interna
Di atas fasies infratemporal
a dan v meningea mediana
ala magna
R. meningealis n. mandibularis
Di atas fasies infratemp. ala magna
N. Mandibularis
Antara pars petrosa osis temporalis,
Tertutup, in vivo
os sphenoidalis dan os oksipital
Pada sudut posterolateral palatum
Aa dan Nn palatinus majus
durum
Di dalam fosa insisiva di belakang
nn. Nasopalatinus
gigi insisivus.
Posterolateral dari krista galli
Di antara korpus dan ala parva

N. Olfaktorius
N. Optikus
Arteria optalmica
Di antara ala magna & ala parva
Nn. cranialis 3, 4 dan 6.
R. opthalmikus n 5
Vv. Opthalmika
Di bawah fis. orbitalis superior
N. maksilaris
Di belakang for. rotundum
N. mandibularis
Posterolateral foramen ovale
A dan v meningea media
R. meningeal nervus V2
Antara pars petrosa dan os sphenoid
Tertutup in vivo
Pada permukaan posterior pars petrosa N. Fasialis
N. vestibulocochlearis
A dan vena labirintine
Ujung anteromedial celah untuk
V. jugularis interna
sinus sigmoideus
Nn. vagus dan accesorius
N. glosopharingeus
Sinus petrosus inferior
Di atas margin bagian depan
N. hipoglosus
foramen magnum
Di antara partes oksipitalis
lihat aspek inferior

28

29

Gambar 1-15 Aspek inferior os oksipitale. Empat bagian utama tulang


dapat terlihat sekitar foramen magnum: pars basilaris, dua pars lateralis dan
pars squamosa. Perlekatan otot ditunjukkan pada sisi kiri tulang. Insersio
muskulus rektus kapitis lateralis (lateral dari kondilus oksipitalis), muskulus
rektus kapitis anterior (lateral dari tuberkulum pharingeum), dan raphe
fibrosus dari pharings (tuberkulum pharingeum) tidak ditunjukkan.

Gambar 1-16 Aspek inferior basis kranii dengan atlas pada tempatnya.
Interval di depan ligamentum tranversum atlas adalah untuk dens aksis.
Prosesus tranversus atlas tepat di belakang foramen jugularis dan di bawah
prosesus jugularis osis oksipitalis. Nervus kraniales 9, 10 dan 11 keluar dari
foramen jugulare yang terletak tepat di belakang kanalis karotikus (yang
ditempati arteri karotis interna. Nervus kranialis 12 muncul lebih medial,
yakni melalui kanalis hipoglosi (tanda panah). Nervus kranialis 7 muncul agak
lateral dari foramen stilomastoideus (berdasar von Lanz dan Wachsmuth).

29

30

4. Pars basilaris. Pars basilaris osis oksipitalis merupakan bagian yang


menghubungkan os oksipital dengan os sphenoidale.
Sendi
sphenooksipitalis merupakan kartilago sampai dengan pada masa
pubertas pada waktu pergantian menjadi tulang (12-16 tahun pada wanita
dan 13-18 tahun pada laki-laki: gbr. 1-24). Pharings (muskulus konstriktor
superior dan raphe pharingealis) melekat pada tuberkulum pharingeum, yaitu
suatu tonjolan yang tidak teratur setinggi 1 cm-1 cm di anterior foramen
magnum. Tuberkulum pharingeum bisa merupakan pembatas antara
pharings pada bagian depan dan tulang-tulang dan otot leher pada
bagian belakang. Muskulus longus kapitis melekat pada bagian di depan
tuberkulum pharingeum. Foramen laserum terlihat pada setiap sisi pars
basilaris. Ia tertutup jaringan fibrus (in vivo).

Gambar 1-17 Aspek inferior os temporale kanan. Posisi tulang ini pada
basis kranii, lihat gambar 1-13. Daerah yang ditandai asterisk berartikulasi
dengan daerah yang sesuai (lihat Gbr 1-23) di atas prosesus jugularis osis
oksipitalis.
Os. Temporale (gbr.1-10, 1-17 dan 1-21)
Kata temporal berasal dari kata latin tempus (waktu) dan digunakan
karena uban pada umumnya pertama-tama nampak pada daerah ini.
Semua bagian os temporale (partes petrosa, mastoidea, squamosa,
prosesus stiloideus dan timpanika) dapat diidentifikasi pada bagian bawah
basis kranii (gbr 1-17). Batas-batas os temporale harus diamati pada kranium
secara keseluruhan. Os temporale sangat penting mengingat bahwa ia

30

31

berisi auris media dan auris interna. Sifat-sifat tertentu dari os temporale
telah diuraikan pada waktu mengurai aspek lateral kranium.
1. Pars squamosa. Pars squamosa adalah tulang yang pipih dan tipis
terletak vertikal pada sisi lateral kranium. Ia mempunyai fasies serebralis pada
bagian medial dan fasies temporalis pada bagian lateral.
Prosesus zigomatikus (zygoma) membentang di depan mulai dari pars
squamosa untuk berartikulasi dengan prosesus temporalis osis zigomatikus
sehingga membentuk arkus zigomatikus. Arkus zigomatikus melanjutkan diri
ke posterior dan nampak seperti bercabang menjadi dua akar, akar yang
anterior meneruskan diri dan kontinyu dengan tuberkulum artikulare, yaitu
suatu tonjolan kecil di depan cekungan yang dalam yang disebut fosa
mandibularis. Fosa mandibularis dan tuberkulum artikulare adalah
bagian yang fundamental dari pars squamosa osis temporallis. Tepitepinya merupakan tempat perlekatan kapsula dari persendian temporo
mandibular. Kapitulum mandibulae menempati fosa mandibularis pada
waktu mulut menutup dan menempel pada tuberkulum artikulare pada
waktu mulut membuka (gbr. 6-5, B dan C). Discus artikularis terletak di
antara basis kranii dan kapitulum mandibulae.
Akar posterior arkus zigomatikus bertemu krista supramastoidea.
Bagian dari akar posterior tepat di depan meatus akustikus eksternus disebut
tuberkulum postglenoidalis.
2. Pars timpanika. Pars timpanika osis temporale terdiri dari tympanic
plate yang melengkung yang pada bagian posterior berfusi dengan pars
mastoidea dan pars petrosa, membentuk selubung pada prosesus stiloideus.
Aspek superiornya membentuk lantai dan dinding anterior meatus akustikus
eksternus. Fasies anteriornya dipisahkan terhadap kapitulum dan kolum
mandibulae (dan kapsula) oleh glandula. Parotis. Pada fosa mandibularis
timpanik plate dipisah dengan squama temporalis oleh fisura squamo
timpanika. Bagian medial dari fisura petrotimpanika ini biasanya ditempati
bagian dari tegmen timpani (bagian dari pars petrosa) yang membentuk
dinding anterolateral pars osea tuba auditiva. Oleh karena itu fisura terbagi
menjadi fisura petrosquamosa di bagian depan dan fisura petrotimpanika di
posterior (gbr. 1-17). Fisura petro timpanika dilalui khorda timpani pada
waktu keluar dari kranium.
3. Pars stiloideus. Pars stiloideus osis temporalis tersusun atas prosesus
stiloideus.
Foramen stilomastoideum, yang dilalui nervus fasialis yang keluar dari
os temporale, terletak diantara prosesus stiloideus dan prosesus mastoideum.

31

32

4. Pars mastoidea. Pars mastoidea terletak di posterior pars squamosa


dan pars timpanika dan dibagian medial berfusi dengan pars petrosa. Di
bawah, ia merupakan tonjolan yaitu prosesus mastoideus, yang
mengakibatkan adanya takik pada bagian medial yaitu insisura mastoidea
yang merupakan tempat origo muskulus digastrikus venter posterior. Insisura
mastoidea, berlanjut ke anterior foramen stilomastoideum yang dilalui nervus
fasialis pada waktu keluar dari basis kranii. Di sebelah medial insisura
mastoidea terdapat sulkus arteri oksipitalis. Tempat-tempat perlekatan
muskulus pada prosesus mastoideus ditunjukkan pada gbr. 1-11.
5. Pars petrosa. Pars petrosa osis temporalis berbentuk piramid bersisi
tiga. Dia berisi auris media. Basisnya mengarah ke lateral dan berfusi dengan
bagian-bagian lain dari os temporale. Apeks pars petrosa mengarah ke
medio anterior, di antara os sphenoidale pada bagian lateral dan os
oksipitale pada bagian medial. Ketiga permukaannya adalah: (1) fasies
anterior, (2) fasies posterior, keduanya menghadap ke arah kavum kranii dan
(3) fasies inferior.
Fosa jugularis adalah suatu cekungan yang terletak medial dari prosesus
stiloideus membentuk salah satu sisi dari foramen jugulare. Foramen jugulare terletak di antara insisura jugularis osis oksipitalis dan fosa jugularis osis
temporalis. Foramen jugulare berhubungan dengan kanalis karotikus (di
anterior), prosesus transversa atlantis (posterior). Prosesus stiloideus
(lateral) dan kanalis hipoglosi (medial) (gbr. 1-16). Vena jugularis dan for
amen jugulare biasanya yang di sebelah kanan lebih besar.
Struktur-struktur berikut melewati foramen jugulare:
Bagian posterior: vena jugularis interna, lanjutan dari sinus sigmoideus.
Vena ini menggantung pada pangkalnya dan disebut bulbus superior
yang menempati fosa jugularis.
Bagian tengah
: nervus vagus dan nervus aksesorius
Bagian anterior : nervus glosopharingeus dan sinus petrosus inferior
yang merupakan cabang dari vena jugularis interna.
Dasar fosa jugularis memisahkan bulbus superior vena jugularis interna
dari auris media (kavum timpani). Suatu lubang kecil yaitu kanalikulus
mastoideus, terletak di dinding lateral foramen yugulare dan dilewati ramus
aurikularis nervus vagus. Lubang yang lain, kanalikulus timpanikus, terdapat
di dekat lingir antara foramen jugulare dan muara kanalis karotikus; saluran
ini dilalui nervus timpanikus (cabang dari nervus glosopharingeus) ke kavum
timpani.

32

33

Kanalis karotikus, yaitu suatu saluran dalam pars petrosa osis


temporalis, dilalui arteri karotis interna untuk menuju kavum kranii.
Ujung bawah kanalis karotikus terdapat tepat di depan foramen
jugulare, dan oleh karena itu, arteri karotis interna masuk basis kranii di
sebelah anterior dari vena jugularis interna. Saluran ini berhubungan erat
dengan auris interna, denyutan arteri pada waktu kegirangan dan sesudah
melakukan kerja keras kadang-kadang terdengar di sini seperti mendengung.
Kanalis karotikus dilalui arteri karotis interna dan pleksus simphatikus terkait.
Area kuadratus dari pars petrosa osis temporalis terletak di antara kanalis
karotikus dan foramen laserum. Ia memberikan origo bagi muskulus levator
veli palatini. Foramen laserum adalah lubang yang tidak teratur yang terletak
di antara pars petrosa dengan korpus dan ala magna osis sphenoidalis dan pars
basilaris osis oksipitalis. Lubang ini tertutup oleh jaringan fibrus (in vivo) dan
dihubungkan ke bawah oleh pars kartilaginea tuba auditiva. Pada margo
anteriornya, kanalis pterigoideus berjalan ke depan ke fovea pterigopalatina.
Saluran tersebut dilalui oleh saraf yang terbentuk dari gabungan antara nervus
petrosus profundus (dari pleksus simphatikus karotikus) dengan nervus
petrosus mayus di dalam foramen laserum. Kanalis pterigoideus bermuara ke
anterior pada dinding posterior fosa pterigopalatina.
Alur yang terletak di antara area quadratus (medial) dan ala magna
osis sphenoidalis (lateral) ditempati oleh pars kartilaginea tuba auditiva.
Ujung posterolateral alur ini melanjutkan diri dari dua semi kanalis. Kedua
semi kanalis menuju ke auris media (kavum timpani). Semi kanalis yang
bawah adalah pars osea tuba auditiva, yang atas dan lebih kecil ditempati
muskulus tensor timpani.
Sejumlah datum lines melintang terdapat pada basis kranii. Iab bersifat
instruktif misalnya, untuk memikirkan sifat-sifat yang terletak medial dari
meatus akustikus eksternus, fosa mandibularis, dan tuberkulukm artikulare.
Linea transversa posterior:
Meatus akustikus eksternus (margo posterior)
Foramen stilomastoideum
Foramen jugulare
Kondilus oksipitalis dan kanalis hipoglosi
Foramen magnum (margo anterior)
Linea transversa media:
Fosa mandibularis dan kapitulum mandibulae
Fisura petrotimpanika dan fisura petrosquamosa
Spina sphenoidalis

33

34

Pertemuan antra pars osea dan pars kartilaginea tuba auditiva


Tuberkulum pharingeum
Linea transversa anterior:
Tuberkulum artikulare
Foramen ovale
Tuba auditiva
Foramen laserum
Pertemuan sphenooksipital (sikhondrosis/sinostosis)

Gambar 1-18 Permukaan infratemporal ala magna osis sphenoidalis.


Daerah ini harus diidentifikasi pada kranium yang utuh.
Os sphenoidales
Os sphenoidales terdiri atas korpus dan tiga pasang prosesus atau
alae: Ala magna, ala parva dan prosesus pterigoideus. Bagian-bagian
selain ala parva semua dapat diidentifikasi dari aspek inferior kranium, ala
magna dan prosesus pterigoideus.
Ala magna. Fasies infratemporalis ala magna (gbr. 1-18) terletak lateral
dari ujung atas lamina pterigoidea dan membentuk atap fosa infratemporalis.
Ia memberikan origo pada kaput superior muskulus pterigoideus lateralis. Ia
menghadap ke inferior dan berbentuk hampir pentagonal. Di sebelah lateral, ia
dipisahkan dengan ala magna oleh krista infratemporalis. Ke arah medial ia
berlanjut dengan permukaan lateral lamina lateralis. Ke arah posterolateral ia
berartikulasi dengan squama temporalis di dekat tuberkulum artikulare. Ke
arah posteromedial terdapat dua lubang yang menuju ke fosa kranii media,
yang anterior dan lebih besar adalah foramen ovale, yang dilalui nervus
mandibularis dan sedikit pembuluh-pembuluh darah kecil. Sebuah jarum

34

35

yang melalui insisura mandibulare bisa dimasukkan melalui foramen ovale.


Lubang yang posterior lebih kecil yaitu foramen spinosum, yang dilalui arteri
meningea media dan ramus meningealis cabang nervus mandibularis.
Foramen ini dinamakan demikian karena adanya tonjolan tulang yang tajam
yaitu spina sphenoidalis yang terletak di posteriornya. Spina ini terletak di
antara nervus aurikulotemporalis di lateralnya dan khorda timpani di sebelah
medialnya. Ia merupakan tempat perlekatan muskulus tensor veli palatini dan
ligamentum sphenomandibulare dan ligamentum pterigospinosus. Biasanya
ada lubang kecil (kanalikulus inominatus) di belakang foramen ovale yang
dilewati nervus petrosus minor. Seringkali suatu lubang kecil, foramen
emisaria sphenoidale, terletak antero-medial dari foramen ovale. Sinus yang
melaluinya menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus pterigoideus.
Medial dari foramen ovale dan foramen spinosum, os sphenoidale
dipisahkan dari pars petrosa osis temporalis oleh suatu alur yang
ditempati pars kartilaginea tuba auditiva (gbr. 6-3C).
Prosesus pterigoideus. Prosesus pterigoideus membentang ke inferior
dari tiap-tiap sisi dari ala magna osis sphenoidalis. Ia terletak di posterior
maksila dan memisahkan fosa infratemporalis dengan khoanae. Masingmasing terdiri dari lamina lateralis dan lamina medialis yang mana satu
dengan yang lain dipisahkan oleh fosa pterigoidea. Pada ujung inferior
prosesus pterigoideus, lamina lateralis, dan lamina medialis dipisahkan oleh
prosesus piramidalis osis palatini. Hal itu tampak jelas terutama pada
kranium orang muda. Prosesus piramidalis ini berartikulasi dengan tuber
maksila yaitu bagian dari maksila di belakang gigi molar terakhir.
Margo posterior lamina medialis memberikan tempat perlekatan pars
kartilagonea tuba, fasia pharingobasilaris, dan muskulus konstriktor pharingis
superior. Ujung bawahnya memanjang sebagai suatu tonjolan yang ramping
disebut hamulus pterigoideus yang merupakan perlekatan ligamentum
pterigomandibularis. Ujung atas margo posterior lamina medialis ada celah
kecil yang menuju suatu cekungan yaitu fosa schapoidea yang merupakan
tempat origo muskulus tensor veli palatini. Otot tersebut turun pada fosa
skhapoidea dan kemudian melingkari hamulus menuju palatum mole. Pada
fasies lateralis dan fasies medialis lamina lateralis merupakan origo dari
muskulus pterigoideus lateralis dan medialis.
Khoanae dan Os Palatina
Khoanae. Kavum nasi berhubungan dengan nasopharing melalui
khoanae. Ini merupakan dua lubang di atas margo posterior palatum durum.
Pada bagian medial, mereka dipisahkan satu sama lain oleh os vomer yang

35

36

juga membentuk septum nasi bagian posterior. Pada bagian lateral masingmasing dibatasi oleh lamina medialis. Pada bagian superior dibatasi oleh
pertemuan antara os vormer dengan lamina medialis tepat di bawah korpus
sphenoidalis. Bagian dari os vormer ini disebut ala, dan dia bertemu dengan
prosesus vaginalis yang terletak medial dari lamina medialis (suatu saluran
kecil yaitu kanalis vomero vaginalis bisa terdapat pada pertemuan ini).
Processus vaginalis overlap ke arah anterior dengan prosesus sphenoidalis
osis palatini (suatu saluran kecil kanalis palatovaginal terdapat pada tempat
ini, gbr. 1-13).
Palatum durum. Palatum durum, atau kerangka langit-langit keras
terletak di atap rongga mulut dan lantai dasar kavum nasik. Ini dibentuk
oleh prosesus palatinus maksilae di anterior dan lamina horisontalis osis
palatini di posterior (gbr 1-13). Keempat prosesus dipersatukan oleh sutura
krusiformis (gbr. 1-14). Torus palatinus adalah suatu peninggian pada bagian
medial yang sering diketemukan pada permukaan palatum. Fasies inferior
palatum durum dilapisi mukoperiosteum rongga mulut. Celah palatum
adalah suatu keadaan dimana belahan kanan dan kiri palatum gagal
untuk bertaut pada bidang median pada perkembangannya.
Di anterior di belakang gigi insisivus ada suatu cekungan, fosa insisiva
yang dilalui nervus nasopalatina dari kavum nasi melalui kanalis insisivum
dan foramina insisiva. Margo posterior palatini merupakan tempat perlekatan
palatum mole (aponeurosis palatini). Pada bidang medial pada margo
posterior terdapat spina nasalis posterior. Di bagian posterolateral palatum
terdapat lubang pada tiap-tiap sisi yaitu foramen palatina majus. Ini
merupakan ujung inferior kanalis palatina mayus, yang dilalui vena dan
nervus palatina mayor dari fosa pterigopalatina. Satu atau lebih foramen
palatinus minus dan kanalis palatinus minus yang berisi vena, arteri, dan
nervus palatinus minus.
Os palatina berbentuk huruf L dan terdiri (1) lamina perpendicularis
yang menempel pada bagian posterior aspek medial maksila dan (2) lamina
horisontalis, yang menonjol ke medial dan saling bertemu dengan
pasangannya pada sisi kontra lateral dan membentuk palatum durum bagian
posterior. Pada tempat pertemuan kedua lamina dari prosesus pterigoideus
terdapat prosesus piramidalis yang menonjol posterolateral dan memisahkan
maksila terhadap prosesus pterigoideus. Prosesus orbitalis dan prosesus
sphenoidalis menjulur ke atas dari puncak lamina pendikularis dan membatasi
foramen sphenopalatina.
KAVUM KRANII

36

37

Kavum kranii memuat otak, meninges, bagian tertentu nervi


kranialis dan pembuluh-pembuluh darah. Atapnya adalah kubah
tengkorak = kalvaria kranii (gbr. 1-19) dan lantai dasarnya (gbr 1-20)
dibentuk oleh fasies superior basis kranii. Lantai dasar kavum kranii
dapat dikelompokkan tiga bagian oleh dua tonjolan tulang pada tiap sisi
yaitu margo posterior (krista sphenoidalis) ala parva osis temporalis di
belakang. Ketiga bagian disebut fosa kranii anterior, medius dan
posterior. Fosa kranii anterior terletak paling tinggi, sedangkan fosa kranii
posterior yang paling rendah. Lantai dasar fosa iregular dan menggambarkan
permukaan otak. Cekungan dari giri serebralis terlihat pada fosa kranii
anterior dan medius. Endokraniumnya melekat sangat erat ke basis kranii dan
kontinyu dengan perikranium melalui lubang-lubang dan fisura-fisura.

Gambar 1-19 Aspek internal kalvaria.


Kalvaria (gbr. 1-19)
Kubah tengkorak, membentuk atap kavum kranii. Fasies eksternalnya
sudah diuraikan. Pada kranium orang muda, fasies eksternalnya menunjukkan
adanya sutura koronalis, sagitalis dan lambdoidea dan sebagian sutura
squamosa (diantara os temporalis dan os parietalis). Selain itu, pada kranium
orang muda, terlihat impresiones digitatae yang jelas sesuai dengan girus
serebralis. Tanda-tanda ini kadang-kadang bisa terdeteksi secara radiografis
(gbr. 1-22).

37

38

Pada bidang median terdapat alur yang dangkal yaitu sulkus sagitalis
yang berjalan ke belakang pada permukaan interna kalvaria. Semakin ke
belakang alur ini semakin lebar, dan dilalui sinus sagitalis superior. Sejumlah
cekungan, yaitu foveolae granulares terdapat pada tiap-tiap sisi lateral dari
sulkus sagitalis.
Mereka ini ditempati lakuna lateralis dan granula
arakhnoidalis. Semakin tua umur seseorang makin bertambah jumlahnya.
Satu atau dua foramen parietalis bisa terdapat pada tempat yang sesuai
dengan fasies eksternanya. Mereka dilalui vena emisaria. Fasies interna
kalvaria kranii mempunyai ciri khas adanya sejumlah alur vaskular yang
dilalui arteri, vena meningea. Yang paling besar adalah pada os parietale dan
dilalui cabang dari arteri dan vena meningea media. Cabang-cabang terminal
arteri meningea media terpisah dari tulangnya oleh adanya venae yang
menemani. Alur-alur yang lingirnya lebih tajam dilalui oleh venae diploikae.
Fosa Kranii Anterior (gbr 1-20)
Fosa kranii anterior dimuati oleh lobus frontalis hemispheria
serebri. Lantainya tersusun atas bagian-bagian dari tiga tulang: os
ethmoidalis, os frontalis dan os sphenoidalis.
Krista galii adalah tonjolan median yang menonjol ke atas dari os
ethmoidalis. Bersama dengan krista frontalis di depannya merupakan
perlekatan lipatan durameter, falx serebri. Suatu celah kecil di depan krista
galli di antara os ethmoidalis dan os frontale, umumnya merupakan lubang
buntu dan disebut foramen caecum. Kadang ini dilalui vena dari mukosa
kavum nasi yang menuju sinus sagitalis superior. Di posterior dan pada
tiap-tiap sisi lateral dari krista galli, terdapat lamina kribrosa yang
mempunyai banyak lubang kecil, mereka ini dilalui filamen dari nervus
olfaktorius dari mukosa kavum nasi ke bulbus olfaktorius. Lamina
kribrosa mensuport bulbus olfaktorius. Os ethmoidalis berartikulasi di
belakang dengan jugum sphenoidale, yaitu bagian dari korpus sphenoidales.
Os ethmoidalis diuraikan dengan kavum nasi.
Di sebelah lateral, sebagian besar fosa kranii anterior dibentuk oleh
lamina orbitalis osis frontalis. Tiap-tiap lamina cembung dan terdapat
cekungan dan tonjolan-tonjolan yang ditempati sulci dan giri. Ia merupakan
atap orbita dan sinus ethmoidalis dan bagian bawah dari sinus frontalis.
Lamina orbitalis ke belakang berartikulasi dengan ala parva osis
sphenoidalis, tetapi sutura mungkin gterobliterasi. Ala parva mempunyai
tepi posterior yang tajam, krista sphenoidalis, yang menggantung di atas
fosa kranii media dan menonjol ke sulkus lateralis dari hemispheria
serebri. Ia berakhir dibagian medial dan pada prosesus klinoideus

38

39

anterior, yang merupakan tempat melekatnya lipatan duramater yang


disebut tentorium serebeli.
Fosa Kranii Media (gbr.1-20; gbr. 1-21)
Lantai dasar (fosa kranii media) mirip sebuah kupu-kupu yang
terdiri dari bagian tengah yang kecil dan melebar ke arah lateral pada
kedua sisinya.
A. Fosa Kranii pars Medialis. Os. sphenoidalis (gbr. 1-23) terdiri atas
korpus dan tiga pasang prosesus: ala magna (alisphenoid), ala parva
(orbitosphenoid) dan prosesus pterigoideus. Prosesus pterigoideus pada aspek
inferior kranium, tetapi bagian yang lain dari os sphenoidalis membentuk fosa
kranii media. Bagian medial dari fosa dibentuk oleh korpus sphenoidalis.
Korpus sphenoidalis kurang lebih berbentuk kubus oleh karena itu
mempunyai (1) fasies lateralis yang berfusi dengan ala magna dan prosesus
pterigoideus (2) fasies anterior yang ikut membentuk atap rongga hidung, (3)
fasies inferior yang ikut membentuk atap pharing, (4) fasies posterior yang
berfusi dengan os. oksipitale pada orang dewasa; (5) fasies superior yang
ditempati hipophisis atau glandula pitutaria. Ala parva melekat ke bagian atas
korpus sphenoidalis melalui dua akar di antaranya terdapat kanalis optikus.
Bagian medial fosa kranii media (gbr. 1-24) dibatasi di bagian anterior
oleh limbus sphenoidalis. Limbus ini merupakan tonjolan dari tepi alur
dangkal yang melintang yaitu sulkus chiasmatis yang menuju kanalis optikus.
Chiasma optikus tidak tepat menempel tetapi sedikit di atasnya. Kanalis
optikus mengarah ke arah anterolateral dan dilalui nervus optikus dan
arteri opthalmika. Kanalis optikus dibatasi oleh korpus sphenoidalis dan
kedua akar ala parva.
Di belakang sulkus chiasmatis, fasies superior korpus sphenoidalis
disebut sela tursika. Sella ini dibatasi di sebelah anterior oleh tuberkulum
selae, yang merupakan batas posterior sulkus chiasmatis. Ke arah posterior
sella dibatasi oleh dorsum selae, suatu lembaran tulang segi empat yang
menonjol ke atas dan mempunyai tonjolan pada tiap-tiap sisi yaitu prosesus
klinoideus posterior, yang merupakan tempat perlekatan tentorium serebelli.
Cekungan yang berbentuk seperti Turkish saddle berisi hipofise atau glandula
pituitaria dan disebut fosa hipofise. Kadang-kadang ada jaringan notokhordal
yang terdapat dibawah dura di atas dorsum selae. Sella ini mempunyai bentuk
dan kemiringan bervariasi.
Sulkus karotikus adalah alur dangkal pada sisi lateral korpus sphenoidalis
disebelah lateral fosa hipofise. Ia mulai pada foramen laserum, berjalan ke
atas dan depan dan akhirnya ke atas lagi medial terhadap prosesus klinoideus

39

40

anterior. Sulkus karotikus berisi arteri karotis interna, tertanam dalam


sinus kavernosus. Pada banyak kranium prosesus klinoideus medius timbul
di ujung tuberkulum selae. Pada beberapa kasus prosesus klinoideus medius
dipersatukan dengan prosesus klinoideus anterior, sehingga mengakibatkan
adanya lubang (foramen karotikoklinoid) yang dilalui arteri karotis interna.
Saluran kecil pada linea mediana (kanalis kranio pharingeus) jarang
terdapat. Kalau ada biasanya ada di tengah lantai dasar fosa hipofise dan
aspek inferior dari korpus sphenoidalis (di belakang margo posterior os vomer
dan di depan persendian sphenooksipital). Diduga bahwa hal itu merupakan
perkembangan adenohipofisis (kraniopharingeal pouch), tetapi yang
sebenarnya adalah bahwa tidak ada hubungan langsung antara keduanya.
Saluran ini adalah saluran vaskular yang terbentuk selama osteogenesis.
B. Fosa Kranii Media Pars Lateralis. Pars lateralis dari fosa kranii
media memuat lobus temporalis dari hemispheria serebri. Ia terbentuk
dari ala magna osis sphenoidales, bersama-sama dengan pars squamosa dan
pars petrosa osis temporalis. Ia dibatasi disebelah anterior oleh margo
superior ala parva, di posterior oleh tonjolan margo superior pars petrosa osis
temporal. Kedua ridge ini berhubungan erat dengan sinus venosus (sinus
sphenoparietalis dan sinus petrosus superior).
OS SPHENOIDALIS. Fisura orbitalis superior adalah suatu celah di
antara ala magna dan ala parva osis sphenoidalis. Ini dilalui beberapa saraf
penting (nervus oculomotor, nervus trokhlearis, nervus abdusen) dan cabangcabang dari nervus opthalmikus (yang merupakan divisi dari nervus 5). Ia
diuraikan secara detail pada waktu membicarakan orbita (gbr. 1-5).
Foramen rotundum terletak tepat di bawah ujung medial fisura
orbitalis superior. Ia dilalui nervus maksilaris dari ganglion trigemini ke
fosa pterigopalatina. Foramen ini umumnya oval dan cenderung merupakan
saluran daripada lubang. Foramen ovale terletak dibelakang foramen
rotundum. Ia dilalui nervus mandibularis dari ganglion trigemini ke fosa
infratemporalis. Foramen emisaria sphenoidale kadang ada, kalau ada
terletak medial dari foramen ovale. Foramen spinosum, yang dilalui arteri
dan vena meningea media, terletak posterolateral dari foramen ovale. Alur
pembuluh ini berjalan ke lateral dan anterior foramen spinosum. Sejenak
kemudian bercabang menjadi dua yaitu anterior dan posterior, yang dimuati
ramus anterior dan ramus posterior arteri meningea media. Alur anterior
kontinyu ke pterion dan kemudian melengkung ke atas dan ke belakang
menyilang ke os parietale. Pada pterion alur tersebut berubah menjadi lubang.
Alur yang posterior menyilang squama temporalis, mencapai os parietale.

40

41

Fisura orbitalis superior, foramen rotundum, foramen ovale dan


foramen spinosum tersusun seperti bentukan bulan sabit pada ala magna
osis sphenoidalis (gbr. 1-27). Dari keempat lubang tersebut, hanya ada
dua yang terakhir yang bisa terlihat dari fasies inferior basis kranii.

Gambar 1-20 Aspek superior basis kranii. Os temporale kanan dilepas


dan ditunjukkan pada gambar 1-21. Perhatikan kapitulum mandibulae pada
sisi kananervus Detail dari os sphenoidalis dan os oksipitalis disajikan pada
gambar 1-23. Perhatikan bahwa lantai dasar cavitas kranii dapat dibagi
menjadi tiga oleh dua tonjolan tulang pada tiap-tiap sisi. Tiga step itu dikenal
sebagai fosa kranii anterior, medius dan posterior. Sedangkan tonjolan tulang
terbentuk oleh (1) ala parva osis sphenoidalis dan (2) bagian atas pars petrosa
osis temporalis pada tiap-tiap sisi.
Perlu dicatat bahwa pada ala magna terdapat (1) fasies serebralis pada
fosa kranii media (2) fasies orbitalis yang membentuk dinding lateral orbita
(3) fasies temporalis pada fosa temporalis dan (4) fasies infratemporalis pada
fosa infratemporalis.
OS TEMPORALE. Batas-batas os temporale pada fosa kranii media dan
posterior ditunjukkan pada gbr 1-20 dan harus mengikutsertakan kranium
secara keseluruhan. Fasies anterior pars petrosa osis temporalis (gbr. 1-21)
menunjukkan adanya cekungan dangkal pada bagian medialnya di dekat

41

42

apeks, yaitu impresario trigemini. Ganglion trigemini terletak pada


impresio trigemini tersebut. Nervus abdusen membelok dengan tajam ke
depan menyilang apeks pars petrosa, medial dari ganglion trigemini.
Suatu peninggian yang membulat yaitu eminensia arkuata bisa terdapat pada
fasies anterior pars petrosa. Bangunan ini menunjukkan posisi dari kanalis
semisirkularis yang terdapat di bawahnya. Di depan eminentia arkuata hiatus
nervi petrosi mayoris yang kontinyu sebagai sulkus menuju foramen laserum.
Nervus petrosus minor terletak lateral dari yang mayor dan mungkin
menduduki alur kecil. Bagian lateral dari fasies anterior pars petrosa
merupakan atap dari kavum timpani, anthrum mastoidea dan tuba auditiva.
Ini disebut tegmen timpani. Bagian anteriornya menurun ke bawah menuju ke
fisura squamotimpanika dan dapat diidentifikasi dari aspek inferior kranium.

Gambar 1-21.Aspek superior dari os temporale kanan.Untuk posisi dari


tulang ini pada basis kranii, lihat gambar 1-20. Asterisk menunjukkan bagian
(tegmen timpani) dari pars petrosa yang mengarah ke bawah ke dalam fisura
squamotimpanika. Impresio trigemini, yang ditempati ganglion trigeminus
terletak tepat di belakang apeks tulang dan muara kanalis karotikus.

42

43

Gambar 1-22. Kepala anak-anak. A. Radiogram lateral anak berumur 23 tahun. Dua phalanges dewasa menutupi korpus mandibulae. Sutura jelas,
termasuk sutura squamosa. Impresiones digitatae terlihat jelas. Perhatikan
juga gigi-gigi dan ukuran relatif-nya terhadap mandibula. Sinkhondrosis
neurosentral terlihat pada vertebra servikalis, yang mengalami rotasi.

Gambar 1-22 lanjutan. B, Aspek anteroposterior kranium bayi tiga


tahun. Perhatikan sinus maksilaris kecil dan gigi atas dekat dengan orbita.
Perhatikan molar pertama yang besar dan unerupted pada tiap sisi mandibula
(dari ES Gurdjian MD., dan JE Webster MD., Department of Neurosurgery,
Wayne State University School of Medicine, Detroit, Michigan).

43

44

Foramen laserum mudah diobservasi pada fasies inferior basis kranii.


Pada fosa kranii media terlihat bahwa ia terletak di antara pars petrosa dan os
sphenoidalis. Ukurannya tergantung pada perluasan osifikasi apeks pars
petrosa osis temporalis. Kanalis karotikus terbuka ke arah foramen dan arteri
karotis interna menyilang foramen untuk menuju ke sulkus karotikus pada
korpus sphenoidalis. Dinding lateral dibentuk oleh lingula sphenoidalis.
Bagian bawah foramen laserum ditempati jaringan fibrus dan yang lewat
hanya arteri dan vena kecil. Arteri karotis interna terletak di jaringan fibrus
tersebut dan foramen berisi beberapa saraf kecil (nervus petrosus profundus
dan nervus petrosus mayor yang bergabung dan membentuk nervus kanalis
pterigoideus)
Pada waktu lahir, os temporalis terdiri atas 4 bagian: pars squama,
pars timpanika, pars petromastoid dan prosesus stiloideus.
Fosa Kranii Posterior
Fosa kranii post dimuati oleh hindbrain; serebelum, pons dan
medula oblongata. Ia tersusun atas bagian-bagian dari os sphenoidalis, os
temporalis (gbr 1-23). Fosa kranii posterior dibatasi di atas oleh lipatan
durameter yang lebar yaitu: tentorium serebeli, yang menyusup diantara lobus
oksipitalis hemispheria serebri diatas dan serebelum di bawah. Ia dilekatkan
terhadap margo superior pars petrosa dan tepian sulkus transversus pada fasies
interna osis oksipitalis.
Os oksipitale. Pada bagian terbawah fosa kranii posterior terdapat
foramen magnum (sudah diuraikan). Sedikit di atas tepi foramen magnum
sebelah anterior terdapat kanalis hipoglosi yang dilalui nervus 12. Saluran ini
kadang bercabang. Tuberkulum yugulare adalah peninggian di atas kanalis
hipoglosi dan di antara foramen yugulare dan foramen magnum. Di sini
terdapat alur untuk nervi 9, 10, 11.
Di depan foramen magnum, pars basilaris, os oksipitalis naik untuk
bertemu dengan korpus sphenoidalis, dan mereka berfusi pada pubertas (gbr.
1-24). Permukaan tulang yang melandai tersebut disebut klivus (gbr 1-24)
dan ditempati pons dan medula oblongata. Ia kontinyu dengan dorsum selae
di atas. Sinus petrosus inferior, terletak di antara pars basilaris osis oksipitalis
dan pars petrosi osis temporalis.
Di belakang foramen magnum pada linea mediana terdapat lingir yaitu
krista oksipitalis interna, yang menuju ke atas sampai protuberansia
oksipitalis interna. Lipatan durameter pada linea mediana yang melekat pada
krista tersebut disebut falx serebeli, yang memisahkan antara kedua
hemispheria serebeli. Protuberansia oksipitalis interna biasanya sedikit

44

45

lebih tinggi dari yang eksterna, merupakan tempat perlekatan falx


serebri, tentorium serebeli, dan falx serebeli. Pada regio ini sinus sagitalis
superior dan sinus rektus berakhir dan sinus transversus kanan dan kiri mulai.
Pengaturan pada konfluen sinus bervariasi (gbr. 1-22).

Gambar 1-23. Aspek superior os sphenoidalis dan os oksipitalis.


Korpus, ala magna dan ala parva teridentifikasi. Perhatikan muara pada ala
magna: fisura orbitalis superior, foramen rotundum, foramen ovale dan
foramen spinosum. Dua yang terakhir terlihat pada aspek inferior basis kranii
(Gbr. 1-14 dan 1-18). Empat bagian os oksipitale: pars basilar, dua pars
lateralis dan pars squamousa. Daerah yang ditandai asterisk bersendi dengan
regio yang sesuai (lihat gbr. 1-17) pada os temporale.

45

46

Gambar 1-24. Irisan median melalui basis kranii, untuk menunjukkan


terminologi dari sifat penting fosa kranialis.
Sinus transversus terletak pada sulkus sinus transversus, yang berjalan ke
lateral dari protuberansia oksipitalis interna. Tiap sinus transversus kemudian
turun ke bawah dan menjadi sinus sigmoideus. Sulkus sinus sigmoideus
dapat ditelusuri ke medial dan anterior ke dalam foramen yugulare.
Foramen ini dilalui sinus petrosus inferior dan sinus sigmoideus dan
nervus 9, 10, 11. Sinus sigmoideus kontinyu dengan vena yugularis interna
keluar dari kranium. Bagian atas sinus sigmoideus berhubungan erat dengan
anthrum mastoideum. Muara-muara vaskular (foramen mastoideus dan
kanalis kondilaris) terdapat pada atau dekat sulkus sigmoideus. Fosa
serebelaris terletak di antara sulkus transversus dan sulkus sigmoideus dan
foramen magnum. Lobus oksipitalis dari hemispheria serebri menduduki
cekungan di atas sinus transversus ke dalam fosa pada os oksipitale.
Os temporale. Pada fasies posterior pars petrosa terdapat suatu
lubang yaitu meatus akustikus internus. Ia terletak hampir lurus di sebelah
medial meatus akustikus eksternus. Meatus interna ( 1 cm) dan dilalui
nervus 7 dan 8 dan nervi labirinthine.
Suatu cekungan yang tidak terlalu jelas yaitu fosa subarkuata, berisi
lipatan dural dan beberapa pembuluh darah, terdapat pada bagian lateral
superior dari meatus akustikus internus.

46

47

Di posterior meatus akustikus internus terdapat suatu celah kecil atau


cekungan, yang disebut aquaduktus vestibuli. Ia dilalui duktus endolimphatik
dari auris interna.
Pada tempat pertemuan fasies posterior dan inferior pars petrosa, dan
dibawah meatus akustikus interna, terdapat suatu takik yang disebut
kanaliculi kokhlea. Ia berisi duktus perilimphatikus (aquaduktus kokhlearis).
MANDIBULA
Mandibula atau rahang bawah adalah tulang yang paling besar dan
paling kuat pada wajah. Ia terdiri dari korpus dan sepasang ramus mandibula
(gbr. 1-25). Daerah pertemuan di belakang dan bawah gigi molar 3, ada yang
menyebutkan bagian dari ramus dan ada yang menyebut sebagai bagian dari
korpus. Angulus mandibulas dapat diraba dengan mudah in vivo.
Bagiannya yang paling menonjol ke lateral disebut gonion Angulus
mandibula (125 o) bervariasi antara 110o-140o.
Pada maksila dan mandibula, pars alveolaris merupakan tambahan dari
elemen pokoknya (gbr 1-25). Bagian-bagian ini paling tidak sebagian
dipisahkan oleh suatu alur. Pada maksila, pars alveolaris tergantung adanya
gigi-gigi, sedangkan pada mandibula bagian bawah dari pars alveolaris tidak
tergantung adanya gigi dan tetap ada pada keadaan hilangnya gigi
(endentolus).
Korpus Mandibula
Korpus mandibula (gbr 1-26) berbentuk huruf U dan mempunyai fasies
interna dan eksterna, margo superior atau pars alveolaris dan margo inferior
atau basis.
Fasies eksterna, umumya bercirikan adanya lingir yang tak jelas pada
linea mediana, yang menandai tempat berfusinya kedua belahan mandibula
pada simphisis menti. Ia berlanjut ke bawah pada suatu peninggian segitiga
yang disebut protuberansia mentalis, yang basisnya pada tiap sisi dibatasi
oleh tuberkulum mentale ( L. mentum = dagu). Jauh ke arah lateral dan yang
sering adalah di bawah P2 bawah terdapat foramen mentale bisa dilihat
dengan mudah. Van mentalis keluar dari foramen tersebut. Linea obliqua
adalah rigi yang tak jelas yang berjalan ke postero superior dari tuberkulum
mentale menuju margo anterior ramus.
Margo superior korpus mandibula disebut pars alveolaris dan berisi gigigigi yang tertanam dalam alveolus. Bagian yang menonjol dari pars alveolaris

47

48

disebut arkus alveolaris. Pars alveolaris sebagian besar tertutup membran


mukosa mulut.

Gambar 1-25. Skema mandibula. A, menunjukkan pars muskularis dan


pars alveolaris. B, Menunjukkan porsi struktural utama. Daerah yang ditandai
asterisk bisa diklasifikasi sebagai bagian dari ramus atau korpus (Arteri
berdasar dari Symons).
Margo inferior disebut basis mandibula. Fosa digastrika adalah suatu
cekungan kasar dibelakang simphisis. Ke belakang 4 cm, di sebelah
anterior angulus mandibula, pada basis kadang-kadang terdapat sulkus yang
dangkal yang dilalui arteri fasialis. Pulsasi dari arteri tersebut dapat diraba
pada basis mandibula.
Fasies interna mempunyai ciri-ciri adanya peninggian yang tak teratur
yaitu spina mentalis tepat pada bagian belakang simphisis menti. Ia bisa
terdiri dari 1-4 bagian di sebut genial tubercle, yang merupakan origo
muskulus geniohioid dan genioglosus. Lebih lanjut ke belakang, terdapat
linea milohioidea, merupakan rigi yang berjalan serong dari bagian atas fosa
digastrika ke arah posterior menuju suatu titik dibelakang gigi molar ketiga
bawah. Ia merupakan tempat origo muskulus milohioideus.
Fovea
submandibularis terletak di bawah linea milohioidea dan merupakan tempat
untuk sebagian glandula submandibularis. Fovea sublingualis terletak jauh di
depan di atas linea milohioidea dan di tempati oleh glandula sublingualis.

48

49

Ujung anterior sulkus milohioid mencapai korpus mandibula di bawah ujung


posterior linea milohioidea.
Ramus Mandibulae
Ramus mandibulae (gbr. 1-26) kurang lebih quadrilateral yang terdiri
dari fasies lateralis, fasies medialis, margo anterior, superior dan posterior.
Ramus dan otot yang melekat padanya berkontak dengan pharing.
Fasies lateralis rata dan menjadi insertio muskulus maseter. Fasies
medialis mempunyai ciri khas adanya foramen mandibula. Foramen
mandibula ke arah anteroinferior menuju kanalis mandibularis yang
dilalui oleh van alveolaris inferior. Foramen di sebelah medial dibatasi
tonjolan yang disebut lingula mandibulae yang merupakan tempat perlekatan
ligamentum sphenomandibularis. Kanalis mandibularis berjalan dari linea
mediana dan dalam perjalanannya memberikan cabang yang menuju ke
foramen mentale. Sulkus milohioideus mulai dari bagian belakang lingula dan
berjalan ke depan bawah ke arah fosa submandibularis. Ia berisi vanervus
milohioid. Fasies medial kasar merupakan tempat insertio muskulus pterigoideus medialis.
Margo superior ramus yang konkaf adalah insisura mandibulae. Suatu
jarum yang dimasukkan ke insisura dapat mencapai foramen ovale. Insisura
ini di bagian depan dibatasi prosesus koronoideus yang merupakan tempat
perlekatan muskulus temporalis. Prosesus kondilodeus membatasi insisura
pada bagian belakang dan tersusun atas kaput dan kollum mandibula. Kaput
(kondilus) tertutup dengan fibro kartilago berartikulasi secara tak
langsung dengan squama temporalis untuk membentuk persendian
temporo mandibular. Aksis panjang kaput mengarah ke medial dan sedikit
ke belakang. Ujung lateral kaput mandibula dapat diraba in vivo. Kolum
mandibula pada bagian lateral merupakan tempat melekatnya ligamentum
laterale
dan bagian anterior merupakan tempat perlekatan muskulus
pterigoideus lateralis.
Margo anterior ramus yang tajam dapat diraba melalui rongga mulut. Ia
merupakan terusan linea obliqua. Margo posterior yang membulat merupakan
bagian yang melekat pada glandula parotis.
Mandibula secara bilateral nampak pada embrio tepat di eksternal
kartilago arkus pharingealis I. Menyatunya tulang antara kanan dan kiri
terjadi selama tahun pertama sesudah lahir. Tulang rawan sekunder pada
prosesus kondilaris bertanggung jawab pada pertumbuhan memanjang
mandibula.

49

50

Gambar 1-26 A dan B, aspek lateral kanan mandibula. C dan D, aspek


medial dari belahan kanan mandibula. A dan C menunjukkan sifat struktur
utama. B dan D menunjukkan perlekatan-perlekatan dan hubungan-hubungan.
(B dan D dari Frazers Anatomy of the Human Skeletonervus)
PERKEMBANGAN KRANIUM
Tulang kranium terbentuk pada mesenkhim di sekeliling otak yang
berkembang. Kalvaria dan sebagian basis kranii mengalami osifikasi intra
membraneus, tetapi sebagian besar basis kranii secara endokhondral
(membentuk khondrokranium) pada awal kehidupan prenatal dan kemudian
mengalami osifikasi endokhondral. Bagian-bagian khondrokranium ada yang
tetap mempertahankan struktur kartilagonya yaitu septum nasi dan foramina
lacera yang kedua tersebut digantikan jaringan fibrus.

50

51

Tulang berikut mengalami osifikasi secara intra membraneus yaitu: os


frontale, os parietale, squama temporalis, bagian atas squama oksipitalis, os
vomer, os lakrimalis, os nasale, os palatina, sebagian besar prosesus
pterigoideus dan ala magna, os zigomatikum, os maksilare dan mandibula.
Yang berikut mengalami osifikasi endokhondral: sebagian besar os oksipitale,
pars petrosa, pars mastoidea korpus dan ala parva osis sphenoidalis, os
ethmoidale, dan konkhae nasalis inferior.
Kranium Neonatal (gbr.1-27, A dan B)
Pada waktu lahir bagian kranium di atas bidang orbito meatal jauh lebih
besar dari bagian bawahnya.
Yang pertama berhubungan dengan
pertumbuhan otak, mata, organ pendengaran dan keseimbangan. Yang kedua
berkenaan dengan gigi-gigi, lidah, regio respiratoria dari kavum nasi dan
ramus maksilaris. Pada orang dewasa kranium bagian atas, meskipun agak
lebih besar daripada yang bawah, tak lagi meningkat ukurannya.
Pertumbuhan kranium berkaitan erat dengan pertumbuhan otak dan mata
(sampai dengan 2 tahun), gigi (sampai dengan 2 tahun dan 6-12 tahun), dan
otot-otot kunyah (12-18 tahun). Radiogram kranium anak-anak digambarkan
pada gbr. 1-22.
Fontanela (gbr. 1-27, A dan B)
Fonticuli atau fontanela, adalah area membraneus temporer yang
menjembatani sudut-sudut atau margo dari beberapa tulang kranium yang
mengalami osifikasi. Biasanya terdapat enam fontanela pada waktu lahir dan
ini terletak pada anguli parietalis. Fontanela anterior dan posterior adalah
tunggal dan terletak pada bregma dan lambda. Fontanela sphenoidalis dan
mastoidea adalah sepasang dan terdapat pada pterion dan asterion Fontanela
aksesoria kadang ada dan terletak sepanjang sutura sagitalis.
Fontanela anterior adalah yang paling besar. Ini sering terlihat berdenyut
(karena arteri serebralis), dan mudah bisa diraba pada bayi. Ukurannya
semakin menurun sesudah lahir dan biasanya menghilang pada umur 2
tahunervus Fontanela anterior dapat digunakan (1) untuk penentuan posisi
kepala foetus selama partus dengan pervaginam, (2) untuk memperkirakan
tekanan intrakranial yang abnormal pada bayi (3) menaksir tingkatan
perkembangan kranium (4) untuk tempat pengambilan sampel darah dari sinus
sagitalis superior.

51

52

Gambar 1-27 Pertumbuhan basis kranii. Basis kranii (A dan B) bayi


yang baru lahir dan C dan D dewasa dengan aspek anterior dan aspek lateral.
Skala yang digunakan untuk dewasa adalah setengah dari neonatal. Garis
horisontal menunjukkan dataran orbitomeatal. Perhatikan pada kranium bayi,
walaupun puncaknya kelihatan besar regio fasial (terutama di bawah garis
horizontal) relatif kecil. Rahang, kavum nasi dan sinus paranasalis semuanya
kecil; perhatikan kedekatan orbita terhadap gigi. Sedangkan pada kranium
dewasa garis horisontal membagi berat vertikal kranium. Perhatikan
fontanela dalam A dan B. (dari J.C Brash).
PERTUMBUHAN KRANIUM
Pertumbuhan kranium terjadi melalui tiga cara (1) kartilago digantikan
oleh tulang. Ini terjadi pada kehidupan fetus pada basis kranii dan sesudah
lahir pada sphenooksipital junction, prosesus kondilaris mandibula dan
septum nasi, (2) pertumbuhan pada sutura. Ini terjadi pada kalvaria kranii dan
wajah bagian atas pada fetus dan beberapa tahun sesudah lahir ( 7 tahun).
Hal ini terutama untuk meningkatkan ukuran lebar kepala, (3) deposisi
permukaan tulang, yang berhubungan dengan resorbsi permukaan interna
yang terjadi di regio facei selama akhir masa anak dan adolescent ( 7 21
th).
Analisa pertumbuhan tulang tengkorak menunjukkan bahwa
pertumbuhan berjalan dengan cara yang tak kontinyu. Selain itu, pola
pertumbuhan bervariasi pada tiap orang.

52

53

OS HIOID
Os hioid terletak pada leher bagian depan, di antara larynx dan
mandibula, setinggi VC III. Ia tidak berartikulasi dengan tulang yang
lain, tetapi menggantung pada prosesus stiloideus oleh ligamenttum
stilohioid. Os hioid terdiri atas korpus dan kornu mayus dan kornu
minus. (gbr. 1-28).

Gambar 1-28 Os hioid. A, aspek anterosuperior, menunjukkan bagian


utama. B, aspek anterosuperior belahan kanan os hioid, menunjukkan
perlekatan-perlekatan. C, aspek posteroinferior belahan kanan os hioid,
menunjukkan perlekatan-perlekatan. (B dan C dari Frazer).
Fasies anterior korpus mengarah ke anterosuperior. Fasies posterior
dipisah dari membrana thirohioidea oleh suatu bursa.
Kornu mayus menonjol ke arah posterior dan superior dari sisi lateral
korpus hioideus, yang mana ia dipersatukan oleh persendian kartilago atau
nanti akhirnya menulang. Pada waktu leher relaks kedua kornu mayus dapat
dipegang in vivo di antara telunjuk dan ibu jari, dan os hioid bisa digerakka.
Ujung kornu mayus overlap dengan muskulus sternomastoideus.
Kornu minus adalah suatu tonjolan ke atas yang melekat pada tempat
pertemuan antara korpus dan kornu mayor. Ligamentum stilohioidea melekat

53

54

pada ujung kornu minus dan kadang-kadang terosifikasi. Kornu minus


dilekatkan terhadap korpus oleh suatu jaringan fibrus dan terhadap kornu
mayus kadang-kadang oleh sendi sinovial.
Os hioid berasal dari kartilago arkus pharingealis II & III. Ia mengalami
osifikasi dari tiga pasang pusat penulangan, beberapa nampak sebelum lahir
dan lainnya sesudah lahir.

54

Вам также может понравиться