Вы находитесь на странице: 1из 17

MAKALAH

( KEMISKINAN DI INDONESIA )

TUGAS PANCASILA
TI-2016-S3

Disusun oleh :
-

Ahmad Zamzami
M. Ilham
M.Yusuf Anugrah
Shela Febriana
Yoga P Pratama

41160253
41160252
41160351
41160219
41160304

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN


KOMPUTER

IKMI CIREBON

TAHUN 2016-2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
BAB II PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
BAB III HASIL WAWANCARA
A. FENOMENA DI MASYARAKAT
B. HASIL WAWANCARA
BAB IV
A. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,
yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat,
martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang
termuat

dalam

Perserikatan

Undang-Undang

Bangsa-Bangsa

Dasar

tentang

1945

Hak-Hak

dan
Anak.

Konvensi
Dari

sisi

kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan


bangsa, sehingga anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari
tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa sekaligus modal sumber daya manusia bagi
pembangunan nasional. Disebutkan dalam Pasal 34 ayat (1) UndangUndang Dasar 1945.
Bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
Negara.

Pasal

34

ayat

(1)

dapat

dimaknai

bahwa

negara

mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan


memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan. Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak. Dengan adanya jaminan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut dapat diartikan bahwa anak dianggap belum
memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri baik secara rohani, jasmani
maupun sosial.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi orang dewasa, baik
orang tua, keluarga, masyarakat maupun negara untuk menjamin,
memelihara dan mengamankan kepentingan anak serta melindungi

dari gangguan yang datang dari lingkungan sekitar anak maupun dari
anak itu sendiri.
Asuhan anak, terutama menjadi kewajiban dan tanggungjawab
orang tua di lingkungan keluarga, akan tetapi demi kepentingan
kelangsungan tata sosial maupun untuk kepentingan anak itu sendiri,
diperlukan adanya campur tangan dari negara yang termuat dalam
undang undang tentang perlindungan anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah
dapat dikemukaan sebagai berikut :
1. Bagaimana solusi yang dikeluarkan oleh kementrian tentang fakir
miskin dan anak jalanan yang dipelihara oleh negara ?
2. Mengapa fakir miskin dan anak jalanan tidak maksimal di pelihara
oleh negara ?
3. Apakah pemerintah kabupaten/kota yang dapat melihat dari dekat
kondisi dan keberadaan, mereka melakukan tindakan nyata untuk
mengentaskan mereka dari kehidupan nestapa tersebut ?

C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya setiap penelitian mempunyai maksud untuk
menemukan dan menguji kebenaran dari suatu pengetahuan. Adapun
penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui solusi yang dikeluarkan oleh kementrian tentang fakir
miskin dan anak jalanan yang dipelihara oleh negara ?
2. Mengetahui sebab-sebab fakir miskin dan anak jalanan tidak
maksimal di pelihara oleh negara ?
1. Mengetahui sejauh mana peran pemerintah dalam menangani
kondisi tersebut?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kemiskinan sudah menjadi masalah klasik bagi seluruh negara.
Kemiskinan meskipun sudah ada sejak lama dan menjadi musuh setiap
negara tetap saja belum mendapat penyelesaian. Fenomena itu menjadi
primadona

di

menyebabkan

Indonesia

sejak

melemahnya

krisis

moneter

perekonomian

tahun

negara

di

1997
mata

yang
dunia

sehingga menyebabkan nilai tukar rupiah yang terus terpuruk. Hal ini
menyebabkan banyak perusahaan yang gulung tikar sehingga terjadi
PHK masal yang meningkatkan angka pengganguran di Indonesia.
Kemiskinan terutama di Indonesia sudah sejak lama menjadi
masalah nasional yang perlu sama-sama dipecahkan. Keadaan tersebut
merupakan salah satu penyebab munculnya masalah-masalah sosial
yang lainnya. Masalah kesehatan, kriminalitas dan juga pendidikan
menjadi salah satu dampak dari adanya kemiskinan, karena

itu

kemiskinan merupakan akar berbagai masalah-masalah sosial lainnya di


Indonesia.
A. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi warga masyrakat
yang tidak mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
pokok yang layak bagi kemanusiaan. Menurut KBBI, kemiskinan
merupakan situasi penduduk atau sebagian penduduk yang hanya
dapat memenuhi makanan, pakaian, perumahan,yang sangat

diperlukan

untuk

mempertahankan

tingkat

kehidupan

yang

minimum. Dilihat dari standar kebutuhan hidup yang layak atau


pemenuhan kebutuhan pokok. Golongan ini mengatakan bahwa
kemiskinan itu adalah, tidak tepenuhinya kebutuhan kebutuhan
pokok atau dasar (Abraham Maslow melihat ada 5 kebutuhan
dasar) disebabkan karena adanya kekurangan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang di butuhkan untuk memenuhi standar
hidup yang layak. Ini merupakan kemiskinan absolut atau mutlak
yakni tidak terpenuhinya standar kebutuhan pokok atau dasar.
Berdasarkan kedalaman tingkat kemiskinan, maka masalah
kemiskinan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Kemiskinan kronis (chronic poverty) yang terjadi terus menerus
atau disebut juga sebagai kemiskinan structural. Penyandang
masalah

kesejahteraan

sosial

(PMKS)

yang

dikategorikan

sebagai fakir miskin termasuk kategori kemiskinan kronis, yang


membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpadu
secara lintas sektor dan berkelanjutan
2. Kemiskinan sementara (transient poverty) yang ditandai dengan
menurunnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara
sementara

sebagai akibat dari perubahan kondisi norma

menjadi kondisi kritis, bencana alam, dan bencana sosial,


seperti korban konflik sosial. Kemiskinan sementara jika tidak
ditangani serius dapat menjadi kemiskinan kronis
Berdasarkan segi pendapatan, maka masalah kemiskinan
dapat dibagi menjadi :
1.

Primary poverty

(kemiskinan primer/absolut) yakni

kemiskinan yang bisa digambarkan secara obyektif sebagai


suatu kekurangan pendapatan yang diperoleh untuk memenuhi
kebutuhan minimum.
2.
Secondary poverty

(kemiskinan

sekunder)

yakni

kemiskinan yang bisa digambarkan sebagai suatu keadaan,


dimana tingkat penghasilan pendapatan sebenarnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan minimum / kebutuhan tingkat

dasar, tetapi keluarga tersebut kurang dapat menggunakan


penghasilannya itu secara tepat untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan atau keperluan hidupnya sehari-hari.
B. Faktor Penyebab Kemiskinan
1. Faktor dari luar negara yang bersangkutan. Sumber daya alam
yang terbatas, penguasaan teknologi yang kurang dan faktor
ekonomi. Dinegara tersebut, walaupun telah diberikan bantuan
oleh organisasi internasional tetapi masih dapat mencapai
target yang diharapkan.
2. Faktor dari dalam negara itu sendiri. Seperti telah disinggung
pada poin satu, suatu negara walaupun telah diberi bantuan
oleh negara lain, tetapi belum dapat diperbaiki seperti yang
diharapkan.

Hal

tersebut

dikarenakan

ada

faktor

pribadi

didalam negara itu sendiri, seperti faktor moral, faktor sikap


mental, kurang ilmu pengetahuan tentang manajemen dan
pengelolaan negara, dll.
3. Faktor-faktor sosial, yaitu pola-pola hidup suatu bangsa atau
masyarakat

yang

tidak

memberikan

peluang

bagi

masyarakatnya untuk berkembang. Masyrakatnya memiliki


sikap fatalis, motivasi yang rendah, ketergantungan yang besar,
struktur

masyarakat

yang

tertutup

sifatnya.

Sehingga

kemiskinan dapat dikatakan sebagai kebudayaan.


Kemiskinan itu sendiri akhirnya melahirkan kemiskinankemiskinan yang baru dengan ciri-cirinya sebagai berikut

Tingkat pendidikan yang rendah


perumahan yang kumuh
kekurangan gizi
pernikahan dini
kelahiran di usia dini
ledakan penduduk
penampilan yang buruk sehingga penyerapan tenaga kerja

minim
C. Sumber dan Potensi Kemiskinan
Dari

semua

keterbatasan

yng

dikategorikan

terhadap

kelompok masyarakat miskin, terdapat potensi sosial yang dimiliki


mereka, antara lain:

1.

Pertahanan ruang hidup, Mereka masih memiliki atau


menempati

2.

ruang

fisik

(rumah)

sebagai

tempat

tinggal

keluarga, atau tempat aktivitas sosial.


Ulet dan Pekerja Keras, Mereka dalam mencari nafkah
atau sumber penghidupan bekerja secara maksimal, walaupun
dalam

keadaan

panas

atau

hujan.

(Contoh:

pemulung,

pedagang asongan). Kadang-kadang mereka sampai tidak


mengenal batas waktu istirahat.
3.
Pengetahuan dan Keterampilan, yaitu pengetahuan dan
keterampilan yang terbatas dapat dimanfaatkan sebagai
modal dalam berbagai kegiatan usaha ekonomis produktif
yang
4.

berkaitan

dengan

ekonomi

kerakyatan

(Contoh:

bertenun, berternak, bertani, berdagang, dll).


Solidaritas Sosial, Rasa kebersamaan dan toleransi
yang sangat besar dalam komunitas tertentu yang memiliki
sumber ekonomi atau mata pencaharian yang sama. Ikatan
kekeluargaan

masih

pemulung).
5.
Mobilitas
membuat

berjalan

baik.

Tinggi,

Ruang

yang

mereka

mampu

(Contoh:
gerak

yang

mempertahankan

keluarganya, waaupun dengan banyak


6.

komunitas

pedagan asongan di jalan raya).


Cerdik dan Tidak Mudah

kehidupan

resiko.

Menyerah,

tinggi

(contoh :

Kemampuan

membaca peluang bisnis walaupun dalam skala mikro yang


berorientasi segmen pasar pada takaran kelas menengah ke
bawah.
7.

Menatap

Masa

Depan,

Walaupun

mengalami

kemiskinan masih memiliki harapan yang lebih baik pada hari


yang akan datang. Ini ditandai dengan kemauan bekerja keras,
tidak mau menyerah dengan kondisi lngkungan.
D. Dasar Hukum Pengentasan Kemiskinan
Konstitusi Negara kita (UUD45) dengan tegas menyebutkan
bahwa Negara wajib melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan

kehidupan

bangsa

dan

ikut

melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian


abadi dan keadilan sosial. Dan secara khusus landasan kebijakan
Penanggulangan kemiskinan dalam Undang-undang Dasar 1945
yang tertuang dalam beberapa pasal yakni:
1. Pasal 27 ayat 2:Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
2. Pasal 28 H Ayat 1:Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan
3. Pasal 28 H Ayat 2:Setiap orang berhak mendapat kemudahan
dan

perlakuan

khusus untuk memperoleh

kesempatan

dan

manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan


4. Pasal 28 H Ayat 3:Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat
5. Pasal 28 H Ayat 4:Setiap orang berhak mempunyai hak milik
pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara
sewenang-wenang oleh siapapun
6. Pasal 31 ayat 1:Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pendidikan
7. Pasal 33 Ayat 1:Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan
8. Pasal 33 Ayat 2:Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara
9. Pasal 33 Ayat 3:Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk untuk sebesar besar kemakmuran rakyat
10. Pasal 33 Ayat 4:Perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional
11. Pasal 34: Ayat 1:Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara

12.

Ayat 2:Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah


dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
13. Ayat
3:Negara
bertanggungjawab
atas
penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum.
14. Sebagai turunan UUD45, landasan yuridis yang relevan
dengan kebijakan penanggulangan secara langsung adalah:
a) UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional
b) Perpres No 7/2004 tantang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional, Bab XVI tentang Penanggulangan
Kemiskinan
c) UU 11/2005 tentang Pengesahan Konvensi Internasional
tentang Hak- Hak Sosial, Budaya, dan Ekonomi
d) UU 12/2005 tentang Pengesahan Konvensi Internasional
tentang Hak- Hak Sipil dan Politik
e) UU 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia
f) Peraturan Presiden No. 54/2005 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan

BAB III
HASIL DAN REFERENSI

A. Fenomena di Masyarakat
Upaya penanggulangan kemiskinan menurut Undang Undang Nomor
25 Tahun 2000 tentang Propenas ditempuh melalui dua strategi utama.
Pertama,

melindungi

keluarga

dan

kelompok

masyarakat

yang

mengalami kemiskinan sementara. Kedua, membantu masyarakat yang


mengalami kemiskinan kronis dengan memberdayakan dan mencegah
terjadinya kemiskinan baru. Strategi tersebut selanjutnya dituangkan

dalam tiga program yang langsung diarahkan pada penduduk miskin


yaitu: 1) Penyediaan Kebutuhan Pokok; 2) Pengembangan Sistem Jaminan
Sosial; dan 3) Pengembangan Budaya Usaha Masyarakat Miskin.
Kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia yang terbaru
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang menyatakan bahwa
kebijakan penanggulangan kemiskinan meliputi: kebijakan pemenuhan
hak-hak dasar dan kebijakan pembangunan wilayah untuk mendukung
pemenuhan hak dasar.
1) Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) merupakan salah
satuupaya pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaran
keluarga

miskin.

Programini

merupakan

upaya

meningkatkan

ketahanan pangan dan memberikan perlindungan kepada keluarga


miskin melalui pendistribusian beras dengan kuantum minimal
10kg/KK/bulan dengan maksimal 20 kg/KK/bulan dengan harga Rp
1.000,- per kg netto di Titik Distribusi.
2) PKPS BBM Bidang Kesehatan adalah
untukmelayani

keluarga

miskin

agar

program

pemerintah

tetap

terpelihara

kesehatannya, bahkan ditingkatkan derajat kesehatannya. Tujuan


yang ingin dicapai adalah meningkatkan pelayanan kesehatan
keluarga miskin agar dapat dipertahankan dan ditingkatkan derajat
kesehatannya.
3) Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak
(PKPS) BBM Bidang Pendidikan merupakan upaya pemerintah
dalam rangka membantu masyarakat yang kurang/tidak mampu
membiayai pendidikandalam bentuk Bantuan Khusus Murid (BKM).
Program BKM bertujuan agar murid yang berasal dari keluarga
kurang/tidak mampu, dapat membiayai keperluan sekolahnya.
4) Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan dasar Instruksi Presiden
pada tahun 2005, 2008, 2013, dan berlanjut hingga saat ini, serta
Dana Desa yang langsung diteruskan ke setiap desa sejak awal
pemerintahan

Pak

Jokowi

dan

program-program

Penerimaan Pajak yang setiap tahunnya terus dikaji.

pemicu

5) Zakat

adalah

memberikan

bagian

tertentu

dari

harta

yang

berkembang jika sudah sampai nishob untuk keperluan tertentu [3].


Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dan wajib dikeluarkan
oleh seorang muslim. Jenis zakat pun bermacam -macam, mulai
dari zakat perniagaan, zakat saham dan obligasi, zakat profesi,
hingga zakat harta. Jika zakat diterapkan secara ideal di Indonesia
maka potensi dana yang terkumpul akan sangat besar. Berdasarkan
data yang dihimpun oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS),
potensi zakat yang dapat terkumpul pada tahun 2015 adalah
sebesar 280 triliun rupiah. Akan tetapi, kenyataannya zakat yang
terkumpul baru 4 triliun atau 1,4% saja. Kesadaran muslim di
Indonesia untuk membayar zakat masih rendah. Beberapa faktor di
antaranya

adalah

kurangnya

ilmu

yang

dimiliki,

kredibilitas

lembaga zakat, anggapan pembayaran dobel untuk membayar


pajak dan zakat, maupun animo publik untuk menunaikan zakat.
B. Hasil Wawancara dengan Bapak Affifudin., M.Ag.
1. Dari apa yang sering kami lihat di kota cirebon, ternyata masih
banyak

fakir

miskin

atau

bisa

disebut

pengemis,anak

jalanan,gelandangan dll. Mengapa jumlah fakir miskin terus


bertambah setiap tahun nya ?
Jawab

Hal

ini

dikarenakan

sangat

banyaknya

jumlah

kemiskinan di kota ini yang tidak terkontrol/ tidak


memiliki identitas yg diakui negara sehingga pemerintah
tidak

sanggup

santunan

atau

kepada

kewalahan

mereka

yang

untuk

memberikan

jumlahnya

makin

bertambah.
2. Apa saja yang dilakukan pemerintah terhadap masalah ini ?
Jawab

: Pemimpin agama berupaya memberikan santunan


kepada anak yatim dan fakir miskin sehingga mereka bisa
terbantu

untuk

biaya

termasuk biaya hidupnya.

pendidikannya,

kesehatannya,

3. Apakah itu sudah berjalan dengan lancar ?


Jawab

: Belum, buktinya masih banyak fakir miskin/yatim piatu


di droup out khususnya umat islam, padahal menurut
UUD 45 itu adalah kewajiban dari negara seengganya
dilakukan

dengan

kementrian

agama

sebagai

pelaksanaan di bidangnya.
4. Apa ada solusi lain yang dapat dilakukan ?
Jawab

: Solusi nya sudah dilakukan pengelolaan dan pendataan


yang akurat, kemudian dibuat seperti progam bangunan
rumah yang tadinya tidak layak huni menjadi layak huni
lalu progam bantuan untuk anak yatim tapi progam itu
belum maksimal karena zakat itu sendiri belum bisa
diambil alih kewenangannya oleh kementrian agama
secara mutlak. Ada juga organisasi yang ikut bekerja
sama dengan kementrian agama yaitu Badan Amil Zakat
Nasional ( BAZNA) dan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
agar zakat dan wakaf ini bisa lebih fokus dan ketika
disalurkan tepat pada sasaran. Salah satu opsi nya adalah
mempererat serta meningkatkan kerja sama dengan
Badan Amil Zakat dari tingkat daerah,provinsi maupun
kabupaten.

5. Bagaimana Kasus yang terjadi soal Zakat yang kurang maksimal?


Jawab

: Biasanya kasus yang terjadi adalah zakat yang berupa


beras atau berupa uang sampai hari ini adalah pada
sumber

daya

manusianya

seperti

badan

amil

di

kecamatan di desa maupun disekolah itu banyak terjadi


kecurangan dari berbagai oknum yang terlibat dalam
program tsb. Biasanya kecurangan yang terjadi yaitu para

oknum

yang

terlibat

menentukan siapa-siapa
dalam

progam

zakat

untuk

menyalurkan

atau

saja yang menjadi sasaran


itu.

Oknum

itu

melakukan

nepotisme/memberikan santunan kepada orang-orang


yang terdekat ataupupn saudara sehingga orang yang
seharusnya mendapatkan santunan tidak bisa mengambil
haknya sebagai fakir miskin.
6. Apakah ada solusi dari kasus tersebut ?
Jawab

Solusinya

adalah

melakukan

sosialisasi

tentang

pengelolahan zakat baik itu di tingkat desa,kecamatan


maupun ditingkat kabupaten, sosialisasi terus dilakukan
dan sampai hari ini belum tahu tingkat keberhasilan dari
sosialisasi itu.
7. Siapa yang melakukan sosialisasi itu dan apa yang diharapkan dari
organisasi tersebut?
Jawab

: Badan Amil Zakat Pusat yang bekerjasama dengan


kementrian agama. Kementrian agama yang bertugas di
bagian zakat & wakaf berharap pengelolaan zakat dan
wakaf ini lebih maksimal dan tepat sasaran. Kasus fakir
miskin dan anak terlantar yang spesifik di daerah kita itu
hampir semua kota cirebon karena masih banyak fakir
miskin,

anak

berceceran.

terlantar

dan

yatim

piatu

itu

masih

BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Jadi sudah sangat jelas pada dasarnya perundang undangan mengenai
kemiskinan dan prakteknya (uu no. 40 tahun 2004) Perundang-undangan kemiskinan
telah membahas tuntas bagaimana konsep dan fenomena yang terjadi, sehingga ketika
terjadinya masalah sosial kemiskinan, perundang-undangan yang telah ditetapkan
diadikan landasan atau acuan dalam penyelesaian masalah.
Perundang-undangan sosial mengenai kemiskinan pun merupakan barometer
untuk melakukan praktik atau terjun lapangan secara langsung ketika terjadi masalah
sosial dalam hal kemiskinan, tentang bagaimana memberantas kemiskinan, bagaimana
meminimalisir kemiskinan bahkan bagaimana mencegah terjadinya kembali masalah
tersebut.Hanya tinggal bagaimana usaha dan upaya orang-orang yang terlibat di
dalamnya seperti pemerintah, masyarakat kelas atas, masyarakat kelas menengah, bahan
masyrakat miskin sendiri serta perwujudan.

B. Saran
Masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat kelas atas, menengah, ataupun
masyarakat kecil sekalipun untuk saling bekerja sama dalam upaya meminimalisir
masalah kemiskinan yang berdasarkan perundang-undangan.
Pemerintah lebih memperbaiki penerapan program dan usaha bagaimana
meberantas kemiskinan dengan perundang-undangan kemiskinan sebagai landasannya.
Kita sebagai makhluk sosial harus saling membantu karena percuma apabila ekonomi
kita naik tapi kita tidak pernah menyumbangkan waktu, pikiran, materi kita untuk
memajukan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan Sosial,


Pembangunan Sosial, dan Kajian Pembangunan). Jakarta: Rajagravindo Persada.

Danang, dkk.2005. Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin


Melalui Sarana Penunjang Produksi KUBE Bidang Konveksi.Departemen Sosial RI.

Soeweno, Inten. 1998. Melepas Simpul Kemiskinan. Jakarta: Rajagravindo Persada.

Вам также может понравиться