Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dinasti politik merupakan sebuah serangkaian strategi manusia yang
bertujuan untuk memperoleh kekuasaan, agar kekuasaan tersebut tetap berada di
pihaknya dengan cara mewariskan kekuasaan yang sudah dimiliki kepada orang
lain yang mempunyai hubungan keluarga dengan pemegang kekuasaan
sebelumnya1. Dinasti politik harus dilarang dengan tegas, karena jika makin
maraknya praktek ini di berbagai pilkada dan pemilu legislatif, maka proses
rekrutmen dan kaderisasi di partai politik tidak berjalan atau macet. Jika kuasa
para dinasti di sejumlah daerah bertambah besar, maka akan kian marak korupsi
sumber daya alam dan lingkungan, kebocoran sumber-sumber pendapatan daerah,
serta penyalahgunaan APBD dan APBN.
Politik dinasti merupakan sebuah tantangan besar demi terwujudnya demokrasi
yang bermartabat, ciri politik dinasti adalah terjadinya sebuah kekuasaan yang
dipegang oleh satu kelompok tertentu. Dan oleh karenanya hal ini bisa dikatakan
sebagai musuh demokrasi. Karena sebagaimana mestinya demokrasi adalah suatu
kepemimpinan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kekuatan politik dinasti
merupakan contoh nyata dalam penyelewengan nilai-nilai demokrasi yang
dianggap mencakup nilai-nilai kebersamaan, dan di dalamnya terdapat sebuah
kekuatan koheren yang menjadi segala macam proses dalam pembentukan
kebijakan.
Munculnya fenomena politik dinasti di NKRI ini sangat bertentangan
dengan etika yang ada, khusunya adalah etika politik. Dan fenomena ini
menunjukan kemunduran dari penerapan etika politik, yang dimana etika politik
ini seharusnya dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan politik. Etika ini
1https://www.academia.edu/5669081/ETIKA_PEMERINTAHAN_DAN_POLI
TIK, diakses 31 mei 2016, pada 15.43 WIB.
harus dijadikan pedoman supaya kehidupan politik ini tidak hanya seputar orang
yang memiliki nama, kuasa, atau uang yang berujung pada perputaran kekuasaan
pemerintahan oleh satu keluarga atau kelompok. Dalam hal ini etika sebagai ilmu
dan filsafat menghendaki ukuran yang umum, tidak berlaku untuk sebagian
manusia, tetapi untuk semua manusia di muka bumi ini, dengan alasan itulah
mengapa ilmu etika juga diperlukan, walaupun tiap agama sudah menentukan
ketentuan baik dan buruk melalui kitabnya2.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud etika politik?
2. Apa yang dimaksud politik dinasti?
3. Bagaimana perspektif etika dalam politik dinasti di Indonesia?
Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan etika politik.
2. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan politik dinasti.
3. Untuk mengetahui perspektif etika dalam politik dinasti.
Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis: Sebagai sumber bacaan dan tambahan bagi semua pihak
yang ingin mengetahui Perspektif Etika dalam Politik Dinasti di Indonesia.
2. Manfaat Praktis: Sebagai bahan perbandingan dengan makalah lain yang
mengangkat masalah yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika Politik
Kata Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti adat kebiasaan.Etika
merupakan cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan
akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak
jarang berbeda dengan pendapat orang lain.3
Secara subtantif etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subyek sebagai
pelaku etika yaitu manusia. Maka dari itu etika politik berkaitan erat dengan
pembahasan moral. Hal ini berdasarkan bahwa pengertian moral senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka
kewajiban moral
Tiga tuntutan tersebut saling berkaitan satu sama lain. hidup bersama dan
untuk orang lain tidak mungkin terwujud kecuali bila menerima pluralitas dan
dalam kerangka institusi-institusi yang adil. Institusi-institusi yang adil
memungkinkan perwujudan kebebasan yang mencegah warga negara atau
kelompok-kelompok dari perbuatan yang saling merugikan. Kebebasan warga
negara mendorong inisiatif dan sikap kritis terhadap institusi-institusi yang tidak
adil. Pengertian kebebasan dimaksudkan sebagai syarat fisik, sosial, dan politik
yang perlu demi pelaksanaan konkret kebebasan atau demokrasi liberal. Dalam
konteks ini pembicaraan mengenai ingatan sosial erat kaitannya dengan etika
politik. Apalagi, berbagai kasus kekerasan dan pembunuhan massal selalu terulang
di Indonesia. Dari pengalaman ini orang mulai curiga jangan-jangan tiadanya
proses hukum terhadap kekerasan dan pembunuhan yang terjadi merupakan upaya
sistematik untuk mengubur ingatan sosial.
Fungsi etika politik terbatas pada penyediaan pemikiran-pemikiran teoritis
untuk mempertanyakan dan menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung
jawab, rasional, objektif dan argumentatif. Oleh karena itu tugas etika politik
subsider dalam arti membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologi dapat
dijalankan dengan objektif artinya berdasarkan argumen-argumen yang dapat
dipahami dan ditanggapi oleh semua pihak yang mengerti permasalahan. Etika
politik dapat memberikan patokan-patokan, orientasi dan pegangan normatif bagi
mereka yang memang ingin menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik dengan
tolok ukur martabat manusia4.
Etika politik juga dapat berfungsi sebagai sarana kritik ideologi (bukan negara dan
hukum)
berupa
paham-paham
dan
secara
legitimasi
yang
mendasari
B. Politik Dinasti
Dinasti politik yang dalam bahasa sederhana dapat diartikan sebagai sebuah rezim
kekuasaan politik atau aktor politik yang dijalankan secara turun-temurun atau
dilakukan oleh salah keluarga ataupun kerabat dekat. Rezim politik ini terbentuk
dikarenakan concern yang sangat tinggi antara anggota keluarga terhadap
perpolitikan dan biasanya orientasi dinasti politik ini adalah kekuasaan.
Dinasti politik dalam dunia politik modern dikenal sebagai elit politik
yang berbasiskan pertalian darah atau perkawinan sehingga sebagian pengamat
politik menyebutnyasebagai oligarkhi politik6. Di Indonesia, elit politik adalah
kelompok yang memiliki kemampuan dalam mempengaruhi proses pembuatan
keputusan politik sehingga mereka relatif mudah menjangkau kekuasaan.Sebelum
munculnya gejala dinasti politik, kelompok elit tersebut diasosiasikan elit partai
politik, elit militer dan polisi, elit pengusaha atau pemodal, elit agama, elit preman
atau mafia, elit artis, serta elit Aktifis7.
Dinasti politik merupakan sebuah serangkaian strategi politik manusia yang
bertujuan untuk memperoleh kekuasaan, agar kekuasaan tersebut tetap berada di
pihaknya dengan cara mewariskan kekuasaan yang sudah dimiliki kepada orang
lain yang mempunyai hubungan keluarga dengan pemegang kekuasaan
sebelumnya. Itulah pengertian netral dari dinasti politik. Terdapat pula pengertian
positif dan negatif tentang dinasti politik. Negatif dan positif tersebut bergantung
pada proses dan hasil dari jabatan kekuasaan yang dipegang oleh jaringan dinasti
politik bersangkutan. Kalau proses pemilihannya fair dan demokratis serta
6Bathoro, Alim. 2011. Perangkap Dinasti Politik dalam Konsolidasi
Politik. Jurnal FISIP UMRAH Vol. 2, No. 2.
7Ibid.
demokratis dan
dan eksploitasi budaya patronase yang masih kuat. Ketiga, dalam konteks
Indonesia, invasi kepentingan pribadi ini sudah mencapai tahap kegilaan tertentu.
Ini terlihat dalam gejala di mana makin banyak anak, istri bahkan ada istri
pertama dan istri kedua, artis-artis yang hanya mengandalkan bombastisme media
bertarung dalam pilkada-pilkada. Kegilaan ini secara sepintas barangkali sama
sekali tidak merusak prosedur demokrasi kita, tetapi secara prinsip merusak
substansi politik dan demokrasi yang mengedepankan kemaslahatan dan akal budi
umum.
Di Negara republik, yang lebih penting adalah kita tidak boleh lupa bahwa
nama depan Indonesia adalah republik. Bentuk ini dipilih bukan tanpa sebab; di
dalam republik ada pendirian, cita-cita, dan etika. Dalam pengertian yang paling
sederhana, republik adalah tanda dari penentangan yang serius terhadap politik
dinasti. Musuh pertama republik adalah absolutisme yang digunakan dalam
praktik pemerintahan raja-raja. Politik dinasti diturunkan dari sistem terbelakang
ini. Di dalam republik, para pendiri bangsa kita menetapkan keyakinan pada
kerangka kebersamaan untuk kemaslahatan umum, di mana kekuasaan diproduksi
secara sosial melalui suatu mekanisme demokratis dan partisipatif, bukan
diturunkan secara biologis.
Dalam republik, para pendiri bangsa yang baik harus membuang cara
pandang untuk membuat para elite dan keluarga kaya/penguasa memandang diri
dan keluarga mereka sebagai makhluk-makhluk istimewa yang berbeda derajatnya
dengan kebanyakan rakyat. Intinya, sejauh kita masih bermaksud meneruskan
republik warisan pendiri bangsa, politik dinasti tidak dapat kita terima.
C. Perspektif Etika dalam Politik Dinasti
Politik dinasti, satu kata yang dapat dikaji maknanya melalui kajian etika dalam
kehidupan sehari-hari, keakhlakan dan budi pekertian, wilayah kenegaraan, serta
hukum, konstitusi, kedaulatan,dan pendidikan demokrasi.
Pertama dikaji dalam etika kehidupan sehari-hari; secara garis besar,
pengertian etika dapat disederhanakan menjadi suatu hal yang digunakan untuk
8
10
kedalam pemerintahan. Peran akhlak dan budi pekerti sangat penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai penyaring budayabudaya yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia10. Budaya dalam hal ini adalah
budaya yang marak terjadi ketika masa pra-reformasi yakni memasukan anggota
keluarga kedalam pemerintahan. Akhlak dan budi pekerti dipakai sebagai filter
sehingga politik dinasti ini sebaiknya tidak dilakukan di Indonesia karena tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang notabene Indonesia adalah
negara yang demokrasi; negara yang mengizinkan setiap warga negaranya yang
kompeten untuk berperan aktif dalam pemerintahan; bukan malah mengizinkan
orang yang tidak sama sekali kompeten duduk di pemerintahan menjadi wakil
rakyat, yang nantinya harus menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat, hanya
karena status penting orang tuanya di pemerintahan.
Kajian ketiga mengenai wilayah kenegaraan, seperti telah kita ketahui,
Indonesia merupakan wilayah yang sangat luas dan berbentuk negara kepulauan.
Tentunya, faktor negara kepulauan ini juga memiliki banyak sisi positif dan
negatif dalam kenyataannya. Dalam upaya pembelaan tanah air, struktur geografis
yang berbentuk kepulauan, membuat pemerintah negara sulit mengamati setiap
pulau yang ada dalam wilayah kekuasaannya. Sehingga yang terjadi adalah
seringkali pulau pulau yang kita miliki dicuri atau diakui oleh negara lain.
Ironisnya, negara kepulauan yang ada juga menimbulkan permasalahan lain.
Secara etnis, atau kebudayaan, Indonesia merupakan negara yang terdiri atas
beragam budaya. Di setiap pulau yang berbeda, terdapat beberapa sub-kultur yang
berbeda. Indonesia merupakan negara majemuk, namun "kata-kata" semangat
persatuan, Indonesia patut diacungi jempol dengan semboyan "Bhinneka Tunggal
Ika yang dimilikinya. Namun yang dikhawatirkan adalah semboyan yang ada
kini mulai luntur dan "terlupakan" oleh bangsa kita. Perbedaan-perbedaan yang
ada justru menimbulkan konflik antar budaya, seperti permasalahan ras,
perbedaan agama, golongan, dan lain sebagainya. Jangan sampai tragedi Timor
10Alfian, Politik Kebudayaan dan Manusia Indonesia (Jakarta,
LP3S:1982)
11
Leste terulang dalam kehidupan bangsa Indonesia ini. Perbedaan ini bukan hanya
terjadi dalam kalangan masyarakat. Dalam tingkat pemerintahan pun, hal yang
serupa juga terjadi. Indonesia, yang menganut sistem multipartai, terdiri atas
berbagai partai koalisi untuk mencapai kekuasaan. Idealnya, setelah para aktor
politik masuk ke dalam bangku pemerintahan, maka setiap aktor politik harus
mencopot baju partai milik mereka dan mengenakan baju nasional mereka.
Namun kenyataannya, perbedaan antar partai tersebut memperuncing berbagai
permasalahan yang ada, sehingga pemerintah berjalan tidak efektif sebagaimana
mestinya.
Instabilitas
politik,
ketidakpercayaan
terhadap
sesama
aparat
12
13
Negara pun mempunyai sifat khusus yang merupakan manifestasi dari kedaulatan
yang dimilikinya dan yang hanya terdapat pada negara saja dan tidak terdapat
pada asosiasi atau organisasi lain; memiliki sifat memaksa, monopoli, dan
mencakup semua. Konstitusi tidak terlepas dari undang-undang, hanya saja
konstitusi telah berkembang sebelum undang-undang dasar pertama dirumuskan,
dengan
ide
pokok
untuk
membatasi
kekuasaan
pemerintah
dalam
agar
ke
menaati
undang-undang
dalam-internal
sovereignity)11.
serta
Di
peraturan-peraturannya
samping
itu
negara
14
interest.
Territorial districts would not or should not protect real property interests.
Territorial districts would not or should not foster attachment to the
national government.
Territorial districts would not or should not enable citizen to consent to
their electoral constituency.
15
pembelajaran yang bersifat kuantitatif dan kualitatif dengan orientasi pada sistem
pembelajaran yang demokratis. Lalu, mari kita ikut menyiapkan para pemimpin
itu melalui pendidikan politik yang sehat, paling kurang melalui sekolah yang
bernama "masyarakat". Toh, pada akhirnya masa depan demokrasi ada di tangan
masyarakat, bukan partai politik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Politik dinasti di Indonesia merupakan wujud dari perilaku politik
(political behavioralism) para aktor politik dalam melanggengkan, mengamankan
kekuasaan politik dengan menempatkan kerabat, keluarga atau familinya di dalam
posisi strategis baik di formal pejabat publik (pemerintahan) maupun informal
(proyek-proyek atau bisnis). Politik dinasti di Indonesia merupakan politik dinasti
negara dunia ketiga, yang artinya bahwa dinasti politik yang berkembang lebih
kuat beridentik dengan keturunan, dari pada kualitas aktor politik dan kaderisasi
partai politik di negara maju. Misalnya, dinasti Soekarno dan Soeharto dan
seterusnya di Indonesia berbeda dengan Kennedy, Clinton dan Bush di Amerika
Serikat, Hatoyama di Jepang dan Lee di Singapura yang pada umumnya terjun
kedunia politik harus melewati fase pengkaderan politik yang cukup lama, baik
dalam internal (keluarga) maupun eksternal (kaderisasi di dalam partai politik).
Dikaji dalam Etika, politik dinasti sangat tidak dianjurkan di Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh bentuk pemerintahan kita yaitu demokrasi. Demokrasi
sangat jauh dari kata politik dinasti karena politik dinasti saat ini banyak yang
tidak berorientasi untuk rakyat namun hanya untuk kekuasaan semata. Banyak
16
etika yang tidak sesuai dengan politik dinasti. Sebagai contohnya, Sejalan dengan
sebutannya, politik dinasti mengarah pada adanya hubungan darah antar
pemegang kekuasaan di dalam pemerintahan. Sehingga hal ini tentu
menguntungkan
bagi
anggota
keluarga
yang
memiliki
kerabat
dalam
17
DAFTAR PUSTAKA
Refrensi Buku
Alfian, Politik Kebudayaan dan Manusia Indonesia (Jakarta, LP3S:1982)
Bakhir Ihsan A, Etika dan Logika Berpolitik: Wacana Kritis atas Etika Politik
Kekuasaan dan Demokrasi: (Bandung,PT Remaja Rosdakarya:2009)
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik; Tingkah laku Politik dan
Demokrasi di Lima Negara (Jakarta: Bumi Aksara, 1990)
Gaffar, Affan. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. (Yogyakarta,
Pustaka Pelajar:2006)
Kiki Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2000), h.25.
Magnis Soseno, Frans. 1988. Etika Politik. Gramedia. Jakarta.
Prof.ir.Poedjawiyatna, Etika Filsafat Tingkah Laku, (jakarta:Rineka Cipta,
1982),h.7
Rehfeld, Andew. The Concept of Constituency: Political Representation,
Democratic Legitimacy,and Institutional Design. Cambridge Univesity. 2005.
18
Refrensi Jurnal
Bathoro, Alim. 2011. Perangkap Dinasti Politik dalam Konsolidasi Politik.
Jurnal FISIP UMRAH Vol. 2, No. 2.
Hariantati, Runi. 2013. Etika Politik dalam Negara Demokrasi.DEMOKRASI
Vol.2 No.1
Refrensi Internet
https://www.academia.edu/5669081/ETIKA_PEMERINTAHAN_DAN_POLITIK
, diakses 31 mei 2016, pada 15.43 WIB.
19