Вы находитесь на странице: 1из 3

Pembicaraan tentang perkawinan di manapun merupakan salah satu peristiwa

sosial yang penting yang harus dilalui oleh setiap orang. Di samping itu,
perkawinan bagi yang terlibat merupakan pengukuhan perpindahan status
bujangan dan perawan menjadi orang yang berkeluarga dengan segala hak dan
kewajibannya. Bahkan bagi masyarakat di Indonesia, perkawanan merupakan
salah satu syarat seseorang untuk diterima dan diperlakukan sebagai anggota
penuh dari kelompok sosial yang bersangkutan. Suatu perkawinan tidaklah
disukai apabila dilaksanakan secara mendadak, tidak terang, dan tidak melibatkan
kerabat. Keterlibatan kerabat diminta atau tidak diminta masih sangat diperlukan
pada masa perkawinan itu, dengan demikian timbulah kewajiban kerabat.
Berbagai kewajiban kerabat ini tertuang pada hak dan kewajiban kerabat. Muara
dari semua kepedulian balik dari mereka yang dikawinkan terutama setelah selesai
acara upacara perkawinan. Untuk bersatunya kedua kerabat ditempuhlah langkahlangkah

menciptakan

kesepakatan

bersama

atau

corom-kedukhuman.

Kedukhuman ini memerlukan kunci hati, keikhlasan, tenggang rasa atau


sasindokhan. Bilamana kedua pihak setuju, semua ini disebut selajokhan yaitu
berjalan lancar tanpa merugikan satu pihak. Konsep perkawinan bujujogh atau
semanda, biasanya sudah tertanam kokoh pada setiap anggota masyarakat
Lampung Saibatin, termasuk juga para remajanya. Oleh karena itu remaja sudah
sejak dini memilah dan memilih teman begaul, mereka akan bergaul dengan
muda-mudi ( remaja lain ) yang sesuai dengan kedudukannya dalam sistem
kekerabatan.

Makna bujujogh dan semanda dalam masyarakat Saibatin

merupakan kunci dari perilaku seseorang Saibatin apakah ia akan kawin dengan
status bujujoghdan semanda atau cara yang lain.
Perkawinan bujujogh memberikan kepastian tentang kedudukan istri sebagai
pihak yang diambil. Melalui perkawinan pola bujujog, gadis itu hilang hak dan
kewajibannya sebagai seorang anggota kerabat asal. Atau dari keluarga yang
melahirkan dan membesarkannya.Sejalan dengan perputaran waktu, nilai
perkawinan bujujogh dan semanda yang mengikat solidaritas kerabat kedua
pasang suami istri mulai goyang dan terabaikan serta menampakan gejala
keindividualisan keluarga netral.

Hadikusuma (1989:118) lebih rinci membedakan kedua jurai Saaibatin dan


Pepadun antara lain tentang bentuk perkawinan. Jurai Saibatin dengan bentuk
perkawinan bujujogh dan semanda sedangkan jurai Pepadun hanya bentuk
perkawinan bujujogh.sejalan dengan perputaran waktu, nilai perkawinan bujujogh
dan semanda yang mengikat solidaritas kerabat kedua pasang suami istri mulai
goyang dan terabaikan serta menampakkan gejala keindividualisan keluarga
netral. Pola perkawinan bujujogh dan semanda akan sangat menentukan status
anak, status warisan, dan status istri dalam kerabat, maupun sebagai ibu rumah
tangga dalam rumahnya sendiri. Itu semua merupakan bagian dari tujuan suatu
rumah tangga masyarakat Saibatin khusus Krui. Perkawinan bujujogh
memberikan kepastian tentang kedudukan istri sebagai pihak yang diambil.
Melalui perkawinan pola bujujog, gadis itu hilang hak dan kewajibannya sebagai
seorang anggota kerabat asal. Atau dari keluarga yang melahirkan dan
membesarkannya.Sejalan dengan perputaran waktu, nilai perkawinan bujujogh
dan semanda yang mengikat solidaritas kerabat kedua pasang suami istri mulai
goyang dan terabaikan serta menampakan gejala keindividualisan keluarga netral.
Perkawinan semanda membuat turunan khas dari seorang manusia terutama ulun
Lampung turun. Dikarenakan hidup menumpang dalam keluarga mempelai
wanita. Jika seorang laki laki dikatakan mampu dalam perkawinannya maka dia
tidak akan hidup menumpang dalam keluarga wanita/isterinya. Pengimplikasian
dalam teknik penyusunan dikategorikan menjdai 2 yaitu faktor Internal dan faktor
Eksternal. Keduanya berpengaruh dan berdampak nyata pada kehidupan
masyarakat saibatin. Dampak atau pengaruh itu terdapat tiga pranata :
1. Sistem kekerabatan, bahwa saat ini adat istiadat yang dipertahankan sudah
mulai berubah. Tidak hanya memerhatikan dari satu keluarga laki laki
saja,juga memerhatikan garis keturunan keluarga perempuan juga.
Penggunaan kata Bujujogh dan juga semanda hanyalah istilah,bahkan
perkawinan campuran diluar garis keturunan saibatin telah banyak
dilakukan dan menetap diluar kerabat/neolokal.
2. Sistem warisan, pembagian warisan saat ini banyak menggunakan hukum
islam. Pengunaan hak utama anak laki laki(previlege) saat ini mulai
banyak ditinggalkan.

3. Sistem pergaulan, tujuan pergaulan berdasarkan sistem pergaulan saat ini


sudah mulai memudar,selain itu di kota tujuan menikah dalam lingkungan
pergaulan adalah agar menentukan pasangan yang cocok agar membetuk
keluarga yang Sakinnah,Mawadah,Warahmah(SAMAWA).
Semua perubahan terjadi secara akulturasi,dan campur antara budaya yang lain
secara lambat dan pasti. Contoh Gambar
Virilokal Pola bujujogh
Ego

Contoh Gambar
Uxorilokal Pola semanda

Ego

Вам также может понравиться