Вы находитесь на странице: 1из 45

Contoh 1

Rapat Menciptakan Kawasan Go Green di SMA N 1 Sumuran


A. Pelaksanaan

Tempat : Jodipati Meeting Room

Tanggal : 15 Februari 2013

Waktu : 09.00 - 11.00 WIB

B. Pemimpin rapat : Kepala sekolah


C. Susunan acara

D.

Pembukaan

Inti rapat

Penutup

Peserta rapat : Dewan, guru, karyawan, dan kepala sekolah SMA N 1 Sumuran
Jumlah
:10 peserta

E. Jalannya rapat
Pembukaan
Rapat dibuka pada pukul 09.00 WIB dengan doa bersama yang dipimpin oleh
Andri Setiawan sebagai pembawa acara.

Isi
a. Sambutan
Kepala Sekolah SMA N 1 Sumuran, Bapak Agus Setiawan M.Pd, menyatakan
bahwa saat ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul sedang gencar-gencarnya
menggalakkan gerakan "Go Green". Untuk itu, sekolah harus memberikan repon
positif atas gerakan "Go Green" tersebut dengan cara membangun taman hijau
di lingkunga sekolah.
b. Tanya jawab
- Budi : Mengusulkan agar siswa juga membawa tanaman dari rumah.
- Rani : Menanyakan sumber dana.
- Tono : Mengusulkan agar siswa melakukan kerja bakti untuk merawat taman.
- Desi : Mengusulkan agar orangtua dan wali murid juga ikut dilibatkan.
c. Kesimpulan
Selain tanaman-tanaman perindang yang akan disediakan sekolah, masingmasing siswa SMA N 1 Sumuran juga wajib membawa tanaman hias atau
tanaman obet dari rumah. Sedangkan untuk perawatan taman, setiap Rabu dan

Sabtu sore akan diadakan kerja bakti bergilir bagi masing-masing kelas. Selain
akan melibatkan siswa, orang tua dan wali murid juga akan dilibatkan untuk
mendukung kegiatan go green di sekolah ini. Untuk itu, pada tanggal 25 Februari
2013, orang tua dan wali murid akan diundang ke sekolah untuk membahas
masalah gerakan go green di sekolah tersebut.

Penutup
Rapat ditutup dengan doa bersama pada pukul 11.00 WIB.
Bantul, 15 Februari 2013

Pemimpin rapat
Agus Setiawan M.Pd
- See more at: http://iwak-pithik.blogspot.com/2013/03/contoh-notulenrapat.html#sthash.p3sWCzPD.dpuf

Metode/Cara Pemilihan Pengadaan Barang/Jasa

Edit

Sesuai ketentuan dalam Perpres No.54 Tahun 2010, pemilihan penyedia


barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dilakukan dengan cara:
Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya dilakukan dengan:
Pelelangan yang terdiri atas Pelelan Umum dan Pelelangan Sederhana;
Penunjukan Langsung;
Pengadaan Langsung; atau
Kontes/Sayembara.
Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan:
Pelelangan Umum;
Pelelangan Terbatas;
Pemilihan Langsung;
Penunjukan Langsung; atau
Pengadaan Langsung.
Sedangkan pengadaan untuk jasa konsultansi dilakukan melalui cara Seleksi
Sederhana, Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung, Sayembara. Adapun

pengertian metode pemilihan penyedia barang/jasa di atas adalah sebagai


berikut :
Pelelangan Umum. Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.
Pelelangan Sederhana. Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya
untuk pengadaan yang tidak kompleks dan bernilai paling tinggi Rp200.000.000,(dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya
paling tinggi Rp5.000.000.000).
Pelelangan Terbatas. Yaitu metode pemilia Pekerjaan Konstruksi untuk Pekerjaan
Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini
terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. Pekerjaan yang Kompleks adalah
pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi,
menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai
diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Pemilihan Langsung. Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan
terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan
penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metode pemilihan langsung, yaitu
dilakukan
dengan
membandingkan
sebanyak-banyaknya
penawaran,
sekurangkurangnya 3 penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus
prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus
diumumkan minimal melalui papan pengumunan resmi untuk penerangan umum
dan bila memungkinkan melalui internet (pemilihan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dalam
draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya paling
tinggi Rp5.000.000.000)).
Penunjukan Langsung. Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan
cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa. Dalam keadaan tertentu
dan keadaan khusus pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan
cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara
melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang
wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Pengadaan Langsung. Yaitu pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia
barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan Langsung dan dapat
dilakukan terhadap Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
bernilai paling tinggi Rp100.000.000,-(dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun
2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya paling tinggi Rp200.000.000)
Kontes/Sayembara. Kontes/Sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan
Penyedia Barang/Jasa Lainnya yang merupakan hasil Industri kreatif, inovatif dan
budaya dalam negeri.
Sedangkan khusus untuk pemilihan penyedia jasa konsultansi melalui negosiasi
teknis dan biaya sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar dan

secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Pemilihan Penyedia Jasa


Konsultansi pada prinsipnya dilakukan melalui Seleksi Umum. Dalam keadaan
tertentu pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dapat dilakukan melalui Seleksi
Sederhana, Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung, Sayembara.
Seleksi Umum; merupakan metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang
daftar pendek pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi secara terbuka
yaitu diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di website K/D/L/I, dan papan
pengumuman resmi masyarakat serta Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE,
sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat serta memenuhi
kualifikasi dapat mengikutinya;
Seleksi Sederhana; merupakan metode yang dilakukan terhadap Pengadaan Jasa
Konsultansi dalam hal Seleksi Umum dinilai tidak efisien dari segi biaya seleksi,
dilakukan untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bersifat sederhana dan
bernilai paling tinggi Rp200.000.000,-dengan diumumkan paling kurang di
website K/L/D/I dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha
yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
Penunjukan Langsung; dilaksanakan dikarenakan keadaan tertentu dan keadaan
khusus, pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menunjuk
satu penyedia jasa konsultansi yang memenuhi kualifikasi dan dilakukan
negosiasi baik dari segi teknis maupun biaya sehingga diperoleh biaya yang
wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Pengadaan Langsung; dilakukan terhadap Pengadaan Jasa Konsultansi yang
memiliki karakteristik merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I, dan atau
bernilai paling tinggi Rp50.000.000,-. Pengadaan dilaksanakan oleh 1 Pejabat
Pengadaan. Pengadaan Langsung tidak digunakan sebagai alasan untuk
memecah paket pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk
menghindari Seleksi.
Sayembara; dilakukan terhadap Pengadaan Jasa Konsultansi yang memiliki
karakteristik merupakan proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi dan
metode pelaksanaan tertentu, tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
Persyaratan administratif bagi Penyedia Jasa Konsultansi yang akan mengikuti
Sayembara ditetapkan oleh ULP/Pejabat Pengadaan yang dapat lebih mudah dari
pada Persyaratan Penyedia Barang/Jasa secara umum. Persyaratan dan metode
evaluasi teknis ditetapkan oleh ULP/Pejabat Pengadaan setelah mendapat
masukan dari tim yang ahli dibidangnya, sedangkan pelaksanaan evaluasi
dilakukan oleh tim yang ahli di bidangnya.
Yang dimaksud keadaan tertentu dalam pelaksanaan penunjukan langsung
adalah:
Penanganan darurat yang tidak bisa direncanakan sebelumnya dan waktu
penyelesaian pekerjaannya harus segera/tidak dapat ditunda untuk:
pertahanan negara;

keamanan dan ketertiban masyarakat;


keselamatan/perlindungan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak
dapat ditunda/harus dilakukan segera, termasuk akibat bencana alam dan/atau
bencana non alam dan/atau bencana sosial, dalam rangka pencegahan bencana,
dan/atau akibat kerusakan sarana/prasarana yang dapat menghentikan kegiatan
pelayanan publik.
Pekerjaan penyelenggaraan penyiapan konferensi yang mendadak untuk
menindaklanjuti komitmen internasional dan dihadiri oleh Presiden/Wakil
Presiden;
Kegiatan menyangkut pertahanan negara yang ditetapkan oleh Menteri
Pertahanan serta kegiatan yang menyangkut keamanan dan ketertiban
masyarakat yang ditetapkan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan hanya dapat
dilaksanakan oleh 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa Lainnya karena 1 (satu)
pabrikan, 1 (satu) pemegang hak paten, atau pihak yang telah mendapat izin
dari pemegang hak paten, atau pihak yang menjadi pemenang pelelangan untuk
mendapatkan izin dari pemerintah.
Dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012 ketentuan
mengenai keadaan tertentu ditambahkan satu kriteria lagi yaitu untuk kegiatan
bersifat rahasia untuk kepentingan intelijen dan/atau perlindungan saksi sesuai
dengan tugas yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Kriteria
Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus/Jasa Lainnya yang bersifat khusus
yang memungkinkan dilakukan Penunjukan Langsung meliputi:
Barang/Jasa Lainnya berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah;
Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan sistem konstruksi
dan satu kesatuan tanggung jawab atas risiko kegagalan bangunan yang secara
keseluruhan tidak dapat direncanakan/diperhitungkan sebelumnya (unforeseen
condition);
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bersifat kompleks yang hanya
dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan hanya ada 1
(satu) Penyedia yang mampu;
Pekerjaan Pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan habis
pakai dalam rangka menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan
peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang jenis dan harganya telah
ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab dibidang kesehatan;
Pengadaan kendaraan bermotor dengan harga khusus untuk pemerintah yang
telah dipublikasikan secara luas kepada masyarakat;
Sewa penginapan/hotel/ruang rapat yang tarifnya terbuka dan dapat diakses
oleh masyarakat;

Lanjutan sewa gedung/kantor dan lanjutan sewa ruang terbuka atau tertutup
lainnya dengan ketentuan dan tata cara pembayaran serta penyesuaian harga
yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun
2010 tanggal 28 Maret 2012 ketentuan mengenai Barang khusus/Pekerjaan
Konstruksi khusus/Jasa Lainnya yang bersifat khusus yang memungkinkan
dilakukan Penunjukan Langsung ditambahkan satu kriteria lagi yaitu Pekerjaan
pengadaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) di lingkungan
perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang dilaksanakan
oleh pengembang/developer yang bersangkutan.
Pengumunan pengadaan barang/jasa pada prinsipnya harus dilakukan melalui
website K/L/D/I dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha
yang berminat serta memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Metode atau tata
cara pemilihan/pengadaan Jasa Konsultansi Pembangunan Gedung ditetapkan
berbeda dengan pengadaan Barang/Jasa pada umumnya, sebelum melakukan
pengadaan jasa konsultansi. Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran terlebih dahulu perlu menyusun Kerangka Acuan Kerja
(KAK). KAK berisi antara lain pokok-pokok keinginan atau kebutuhan dari
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran terkait dengan Rencana
Pembangunan yang akan dilaksanakan, misal kebutuhan ruang untuk pegawai
dengan jumlah tertentu, fasilitas yang diinginkan, biaya yang dibutuhkan, jadual
penyelesaian pekerjaan dsb. Untuk Jasa Konsultansi metode pemasukan
dokumen penawaran dapat dilakukan dengan memilih 3 (tiga) alternatif yakni:
Metode satu sampul adalah penyampaian dokumen penawaran yang terdiri dari
persyaratan administrasi, teknis dan penawaran harga yang dimasukan ke dalam
1 (satu) sampul tertutup kepada ULP/ Pejabat Pengadaan. Metode satu sampul
digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana, dengan standar harga yang
telah ditetapkan Pemerintah, atau pekerjaan yang spesifikasi teknis atau
volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen Pengadaan, dimana
evaluasi teknis tidak dipengaruhi oleh penawaran harga.
Metode dua sampul adalah penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan
administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga
penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, selanjutnya sampul I dan
sampul II dimasukkan ke dalam 1 (satu) sampul (sampul penutup) dan
disampaikan kepada ULP. Metode dua sampul digunakan untuk Pengadaan Jasa
konsultansi dimana evaluasi teknis dipengaruhi oleh penawaran harga.
Metode dua tahap adalah penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan
administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga
penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, yang penyampaiannya
dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda.
Sedangkan untuk metode evaluasi penawaran dapat dipilih 1 dari 5, yakni
Metode Evaluasi Kualitas, Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya, Metode Evaluasi

Pagu Anggaran, Metode


Penunjukan Langsung.

Evaluasi

Biaya

Terendah

dan

Metode

Evaluasi

Metode Evaluasi Kualitas, adalah evaluasi penawaran jasa konsultansi yang


digunakan untuk pekerjaan yang mengutamakan kualitas penawaran teknis
sebagai faktor yang menentukan terhadap hasil/manfaat secara keseluruhan,
lingkup pekerjaan yang sulit ditetapkan dalam KAK. Evaluasi penawaran
dilakukan berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik, dilanjutkan dengan
klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.
Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya, adalah evaluasi pengadaan jasa yang
digunakan untuk pekerjaan yang lingkup, keluaran (output), waktu penugasan
dan hal-hal lain dapat diperkirakan dengan baik dalam KAK, dan/atau besarnya
biaya dapat ditentukan dengan mudah, jelas dan tepat. Evaluasi penawaran
dilakukan berdasarkan nilai kombinasi terbaik penawaran teknis dan biaya
terkoreksi dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.
Metode Evaluasi Pagu Anggaran, adalah evaluasi pengadaan jasa konsultansi
yang digunakan untuk pekerjaan yang sudah ada aturan yang mengatur, dapat
dirinci dengan tepat, anggarannya tidak melampaui pagu tertentu. Evaluasi
penawaran dilakukan berdasarkan kualitas teknis terbaik dari peserta yang
penawaran biaya terkoreksi lebih kecil atau sama dengan pagu anggaran,
dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.
Metode Evaluasi Biaya Terendah, adalah evaluasi pengadaan jasa yang
digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana dan standart. Evaluasi
penawaran dilakukan berdasarkan penawaran biaya terkoreksi terendah dari
konsultan yang nilai penawaran teknisnya diambang batas persyaratan teknis
yang telah ditentukan, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta
biaya.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pada umumnya antara lain ULP/Pejabat pengadaan wajib melakukan
pascakualifikasi (proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta
pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa setelah
memasukkan penawaran) untuk Pelelangan Umum, Pelelangan Sederhana/
Pemilihan Langsung, Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan, tidak
termasuk untuk Pelelangan Umum untuk Pekerjaan Kompleks secara adil, dan
transparan serta mendorong terjadinya persaingan yang sehat dan
mengikutsertakan sebanyakbanyaknya penyedia barang/jasa.
Prakualifikasi (proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta
pemenuhan persyaratan tertentu lainya dari penyedia barang/jasa sebelum
memasukkan penawaran) wajib dilaksanakan untuk pengadaan jasa konsultasi,
pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bersifat
kompleks melalui Pelelangan Umum, dan pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang menggunakan Metode Penunjukan Langsung,
kecuali untuk penanganan darurat, dan Pemilihan Penyedia melalui Pengadaan
Langsung.

ULP/pejabat pengadaan dapat melakukan prakualifikasi untuk pelelangan umum


pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bersifat kompleks.
Pekerjaan yang bersifat kompleks untuk pembangunan tahap ke II dan
seterusnya atas bangunan gedung atau lainnya, dapat dilakukan melalui
penunjukan langsung tanpa pelelangan kembali, namun terlebih dahulu
mendapatkan rekomendasi dari Instansi teknis terkait yaitu Kementerian PU
(Direktorat Jenderal Cipta Karya ) atau Dinas PU setempat.
Dalam proses prakualifikasi/pascakualifikasi, ULP/pejabat pengadaan dilarang
menambah
persyaratan
prakualifikasi/pascakualifikasi
yang
bertujuan
diskriminatif serta diluar yang telah ditetapkan dalam Perpres ini.
Penyedia barang/jasa wajib menandatangani surat pernyataan di atas materai
bahwa semua informasi yang disampaikan dalam formulir isian kualifikasi adalah
benar dan apabila diketemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang
disampaikan terhadap yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi pembatalan
sebagai calon pemenang, dimasukkan dalam daftar hitam serta diancam dituntut
secara perdata dan pidana.
Pengguna barang/jasa wajib menyediakan sebanyak-banyaknya paket usaha
untuk usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi tanpa mengabaikan prinsip
efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem, kualitas dan kemampuan teknis;
dan selanjutnya dilarang:
Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa
daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya
dilakukan di daerah masing-masing;
Menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis
pekerjaannya bisa dipisahkan dan atau besaran nilainya seharusnya dilakukan
oleh usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi;
Memecah pengadaan barang/jasa menjadi beberapa paket dengan maksud
menghindari pelelangan;
Menentukan

kriteria,

persyaratan

atau

prosedur

pengadaan

yang

diskriminatif dan /atau dengan pertimbangan yang tidak obyektif.


Evaluasi terhadap penawaran yang akan dilakukan harus dicantumkan dalam
dokumen lelang. Adapun evaluasi penawaran, terdiri atas :
Sistem Gugur : Evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan
membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang
telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa yang telah
ditetapkan dalam dokumen pemilihan barang/jasa dengan urutan proses
evaluasi dimulai dari penilaian kewajaran harga, terhadap penyedia barang/jasa
yang tidak lulus penilaian pada setiap tahapan dinyatakan gugur;
Sistem Nilai : Evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberi nilai angka
tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah

ditetapkan dalam dokumen pemilihan barang/jasa, kemudian membandingkan


jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya.
Sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis : adalah evaluasi penilaian
penawaran dengan cara memberi nilai angka pada unsur-unsur tertentu teknis
dan harga yang dinilai menurut umur ekonomis barang yang ditawarkan
berdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan
barang/jasa, kemudian nilai unsur unsur tersebut dikonversikan ke dalam satuan
mata uang tertentu dan dibandingkan dengan jumlah nilai dari setiap penawaran
membandingkan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran
peserta lainnya.
Selanjutnya dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa Kuasa Pengguna
Anggaran atau ULP/Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa perlu memperhatikan
waktu atau jangka waktu pelaksanaan terkait dengan prosedur/metode yang
akan diterapkan, sehingga dapat memperhitungkan waktu pelaksanaan jangan
sampai penyerahan barang/pekerjaan melewati tahun anggaran. Secara detail
hal tersebut diatur dalam Perpres No.54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.

Swakelola

Edit

Selain melalui pemilihan penyedia barang/jasa, pelaksanaan pengadaan


barang/jasa dapat dilakukan dengan swakelola. Swakelola adalah kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa di mana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan
dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran,
instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola meliputi:
pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau
memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai dengan
tugas pokok K/L/D/I;
pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung
masyarakat setempat;
pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak
diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
pekerjaan yang secara rinci/detil tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu,
sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkan
ketidakpastian dan risiko yang besar;
penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan;
pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat
khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;

pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian


di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu;
pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan;
pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri;
penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau
pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan industri
almatsus dalam negeri.
Prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan. Penetapan jenis
pekerjaan serta pihak yang akan melaksanaan Pengadaaan Barang/Jasa secara
Swakelola ditetapkan oleh PA/KPA. Swakelola dibagi menjadi 3. yaitu:
Swakelola oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh K/L/D/I Penanggung Jawab
Anggaran, dengan mempergunakan tenaga sendiri, pegawai K/L/D/I lain dan atau
dapat menggunakan tenaga ahli, dengan jumlah tenaga ahli tidak melebihi 50%
dari jumlah keseluruhan pegawai K/L/D/I yang terlibat dalam kegiatan Swakelola
bersangkutan;
Swakelola oleh instansi pemerintah lain Pelaksana Swakelola adalah pekerjaan
yang perencanaan dan pengawasannya dilakukan oleh K/L/D/I Penanggung
Jawab Anggaran, sedangkan pelaksanan pekerjaan dilakukan oleh instansi
pemerintah yang bukan penanggung jawab anggaran;
Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola, adalah pekerjaan
yang perencanan, pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh Kelompok
Masyarakat Pelaksana Swakelola dengan sasaran ditentukan oleh K/L/D/I
Penanggung Jawab Anggaran serta PA/KPA bertanggung jawab terhadap
penetapan Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola termasuk sasaran, tujuan
dan besaran anggaran Swakelola.
Pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang/jasa dengan swakelola harus
direncanakan dengan baik. Perencanaan dituangkan dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK). KAK dibuat oleh Pejabat Pembuat Komitmen, yang selanjutnya
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam KAK paling sedikit halhal yang harus ditetapkan adalah sebagai berikut:
Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan yang meliputi latar belakang, maksud
dan tujuan, sumber pendanaan, metode pelaksanaan serta jumlah tenaga,
bahan dan peralatan yang diperlukan;
Jadual pelaksanaan, yang meliputi waktu mulai hingga berakhirnya pekerjaan,
rencana kerja bulanan, rencana kerja mingguan serta rencana kerja harian;
Produk berupa barang/jasa yang ingin dihasilkan;

Rincian biaya pekerjaan/kegiatan termasuk kebutuhan dana untuk sewa atau


nilai kontrak pekerjaan dengan penyedia barang/jasa bila diperlukan.

Hal-hal Lain Dalam Pengadaan Barang/Jasa


Pekerjaan Tambah/Kurang

Edit

Edit

Pekerjaan tambah/kurang atau perubahan kegiatan pekerjaan sebagaimana


diatur pada Perpres No.54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/jasa
Pemerintah, yang menetapkan bahwa apabila terjadi perbedaan yang signifikan
antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi
yang ditentukan dalam dokumen kontrak dan pekerjaan tersebut merupakan
pekerjaan yang menggunakan Kontrak Harga Satuan atau bagian pekerjaan yang
menggunakan harga satuan dari Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga
Satuan, maka Pengguna Barang/Jasa atau KPA/PPK bersama Penyedia
Barang/Jasa dapat melakukan perubahan kontrak maksimal 10% (sepuluh
persen) dari harga yang tercantum dalam Kontrak/Surat Perjanjian) dan tersedia
anggaran untuk pekerjaan tambahan, yang meliputi antara lain :
Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;
Mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;
Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan;
Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam kontrak yang
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.
Inisiatif pekerjaan tambah/kurang dapat bersumber dari KPA, Konsultan
Pengawas atau pengelola teknis PU dalam rangka memenuhi kebutuhan
pengguna barang yang belum terakomodasi dalam dokumen perencanaan atau
lebih meningkatkan fungsi dari konstruksi bangunan.
Perintah perubahan pekerjaan atau pekerjaan tambah kurang tersebut dibuat
oleh Pengguna Barang/Jasa atau KPA/PPK secara tertulis kepada Penyedia
Barang/Jasa ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap
mengacu ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Kontrak/Surat Perjanjian.
Mempertimbangkan
secara
teknis
pekerjaan
yang
bersifat
fisik
(Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Gedung) dikuasai oleh Konsultan Pengawas
atau Pengelola Teknis Pekerjaan Umum, maka sebelum Pengguna Barang/Jasa
atau KPA/PPK memerintahkan secara tertulis kepada Penyedia Barang/Jasa, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pekerjaan tambah pada dasarnya tidak diperkenankan jika prestasi/kurve
penyelesaian pekerjaan minus. Oleh karena itu KPA/PPK terlebih dahulu harus
melihat kondisi terakhir prestasi penyelesaian pekerjaan, jika prestasinya minus

kepada Penyedia Barang/Jasa tidak dapat dipertimbangkan mendapatkan


pekerjaan tambah kurang, namun jika plus dapat diberikan pekerjaan tambah
kurang;
Berdasarkan laporan bulanan Konsultan Pengawas dan Notulen Rapat Koordinasi
(Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas/Pengelola Teknis PU, Pengguna
Barang/Jasa, Penyedia Barang/Jasa dan KPA/PPK), yang telah menyepakati perlu
adanya pekerjaan tambah/kurang, KPA/PPK bersurat kepada Penyedia Barang/
Jasa untuk menyampaikan Surat Penawaran Harga dilampiri gambar perubahan
dan perhitungan teknis lainnya. Satuan harga atau perhitungan yang
dipergunakan harus didasarkan harga satuan yang tercantum dalam kontrak
sebelumnya, jika terdapat material baru harus didukung dengan referensi harga.
PPK dibantu Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas/ Pengelola Teknis PU
melakukan penilaian, klarifikasi, negosiasi (segi teknis termasuk gambar
perubahan, spesifikasi, harga dan lain-lain) terhadap Surat Penawaran yang telah
disampaikan oleh Penyedia Barang/Jasa;
Jika proses penilaian dari segi teknis dan biaya telah selesai dilaksanakan dan
harga yang ditawarkan sesuai satuan harga kontrak lama atau menguntungkan
negara serta nilainya tidak melebihi 10% dari harga kontrak semula, maka
dibuatkan Berita Acara Penilaian Teknis dan Biaya yang ditandatangani bersama
oleh PPK, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas/ Pengelola Teknis PU
Berdasarkan berita acara penilaian teknis dan biaya tersebut PPK membuat
addendum kontrak pekerjaan tambah/kurang.
Konsultan Perencana berkewajiban membuat/gambar perubahan (advice
drawing) dan menyampaikan kepada KPA/PPK sebagai dokumen yang tidak
terpisahkan dari Kontrak dan Gambar awal.
Adapun yang perlu untuk diperhatikan perihal kontrak terkait dengan pekerjaan
tambah/kurang adalah sebagai berikut:
Kontrak lum sump tidak diperkenankan adanya pekerjaan tambah/kurang.
Kontrak Harga Satuan dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang
berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.

Pengadaan Jasa Manajemen (Konstruksi/Konsultansi Konstruksi)

Edit

Dalam kegiatan pembangunan gedung atau rehabilitasi/renovasi gedung (kecuali


renovasi ringan), terdapat beberapa kegiatan pemilihan penyedia barang/jasa
seperti pengadaan Jasa Konsultan Perencanaan, Jasa Konsultan Manajemen
Konstruksi/Pengawas, Jasa Konsultan Pengawas, Pelaksana Konstruksi.
Perbedaan dari Jasa Manajemen Konstruksi dengan Jasa Konsultan Pengawas
adalah dari jenis pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan. Untuk
Manajamen Konstruksi adalah pekerjaan yang cukup kompleks minimal berlantai

IV, atau bangunan dengan luas total diatas 5000 M2, bangunan khusus atau
yang melibatkan lebih dari satu konsultan perencana maupun lebih dari satu
pekerjaan pemborongan atau pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan lebih dari
satu tahun, sedangkan Jasa Konsultan Pengawas adalah untuk pekerjaan
pembangunan gedung yang sederhana.
Dari
sisi
pelaksanaan
tugas
manajeman
konstruksi
sudah
mulai
bekerja/membantu KPA/PPK diawal kegiatan seperti menyusun kerangka acuan
kerja dan membantu dalam proses pelelangan sampai dengan pengawasan
konstruksi fisik/serah terima pekerjaan kedua, sedangkan untuk jasa konsultan
pengawas hanya membantu dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik
sampai dengan serah terima pekerjaan kedua dan tidak turut membantu proses
pelelangan.
Dengan perbedaan tersebut maka untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat
kompleks proses penunjukan jasa konsultansi Manajemen Konstruksi dilakukan
lebih awal, sedangkan untuk pekerjaan sederhana penunjukan pengawas
bersamaan dengan proses pelelangan konstruksi.
Perbedaan lainnya dalam proses pengadaan barang/jasa konstruksi dibanding
pengadaan barang/jasa lainya adalah penunjukan Panitia Lelang diharapkan
dapat mengikutsertakan unsur teknis (Kementerian PU) sebagai panitia lelang.
Disamping itu perlu menunjuk Pengelola Teknis Kementerian PU untuk
membantu dari segi teknis bangunan dan administrasi pelaporannya.
Sesuai dengan Keputusan Menkimpraswil No.332/KPTS/M2002 Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara fungsi pengelola teknis adalah
membantu Pejabat Pembuat Komitmen/Pimpro dalam mengelola kegiatan teknis
proyek selama pembangunan bangunan gedung negara pada setiap tahap baik
di tingkat program maupun tingkat operasional. Penunjukan tenaga pengelola
tenis dilakukan dengan mengajukan permintaan ke Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Dinas PU Prov/Kab/Kota terkait.
Sebelum melaksanakan proses penunjukan kepada Perencana, Pengawas atau
pelaksana konstruksi pengelola teknis Kementerian PU membantu Pejabat
Pembuat Komitmen untuk melakukan perhitungan alokasi dana untuk
masingmasing Perencana, Pengawas, Pelaksana Konstruksi dan Pengelola
Kegiatan (pemegang mata anggaran dan pengelola teknis) dengan
memperhatikan pagu dana yang tersedia dalam DIPA. Sebagai contoh untuk
pembangunan Gedung.
Sebagai acuan biaya alokasi dana untuk konsultansi perencana, pengawas, dan
pengelola proyek/kegiatan adalah Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No.45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Untuk Pembangunan Gedung dengan luas bangunan + 700 M2 termasuk
klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana dengan pertimbangan : Gedung yang akan
dibangun luasnya diatas 500 M2. Berdasarkan klasifikasi tersebut, dengan

jumlah alokasi dana DIPA sebesar Rp2.000.000.000,-, maka sesuai Keputusan


Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007 terdapat 2 alternatif perhitungan :
Alternatif I, dengan menggunakan perhitungan komponen biaya, maka jumlah
alokasi dana untuk masing-masing maksimal sbb :
Perencanaan = 6.35 % x Rp2.000.000.000,-= Rp127.000.000,
Pengawasan = 4,45 % x Rp2.000.000.000,-= Rp89.000.000,
Pengelola kegiatan = 7,75 % x Rp2.000.000,000,-= Rp155.000.000,dibagi
menjadi 2:
Pemegang Mata Anggaran = 65% x Rp155.000.000,= Rp100.750.000,
Pengelola Teknis = 35% x Rp155.000.000,-Kementerian PU = Rp 54.250.000,
Konstruksi Fisik = Rp2.000.000.000, -Rp371.000.000, = Rp1.629.000.000,Catatan: Dengan menggunakan metode perhitungan komponen biaya, maka
biaya Perencana, Pengawasan dan Pelaksana Konstruksi serta Pengelola Proyek
menjadi maksimal atau alokasi dana akan terbagi habis, namun kelemahannya
tidak ada lagi cadangan dana jika terdapat pekerjaan tambah kurang.
Alternatif II, dengan menggunakan perhitungan Table Halaman 124 lampiran
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007 :
Perencanaan = Rp99.858.000,
Pengawasan = Rp70.255.000,
Pengelola Proyek = Rp108.743.000,dibagi menjadi 2:
Pemegang Mata Anggaran = 65% x Rp108.743.000,-=Rp70.682.950,
Pengelola Teknis Kementerian PU = 35% x Rp108.743.000,-= Rp30.060.050,
Konstruksi Fisik = Rp1.700.000.000,-Jumlah Total 1) s.d 4) = (Rp99.858.000,-+
Rp70.255.000,-+ Rp108.743.000,-+ Rp1.700.000.000,-) = Rp 1.978.856.000,-.
Catatan : Dengan menggunakan metode perhitungan ini, maka biaya Perencana,
Pengawasan dan Pelaksana Konstruksi serta Pengelola Proyek tidak maksimal,
namun mempunyai sisa dana sebesar (Rp2.000.000.000,--Rp Rp1.978.856.000,-)
= Rp 21.144.000.-yang dapat digunakan untuk cadangan biaya pekerjaan
tambah/kurang.

Jasa Konsultansi Perencana

Edit

Organisasi dari Perencana terdiri atas :


Penanggung jawab proyek;

Tenaga Ahli Arsitektur;


Tenaga Ahli Struktur;
Tenaga Ahli Utilitas (Mekanikal/Elektrikal);
Tenaga Ahli Estimasi Biaya;
Tenaga Ahli lainnya.
Konsultan Perencanaan berfungsi melaksanakan pengadaan dokumen
perencanaan, dokumen lelang, dokumen pelaksanaan konstruksi, memberikan
penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan dan memberikan penjelasan serta
saran penyelesaian terhadap persoalan perencanaan yang timbul selama tahap
lnstruksi dan Konsultan Perencana mulai bertugas sejak tahap perencanaan
sampai dengan serah terima pekerjaan I (pertama) oleh pemborong.
Konsultan Perencanaan tidak dapat merangkap sebagai pengawas untuk
pekerjaan yang bersangkutan, kecuali untuk pekerjaan dengan klasifikasi
konsultan kelas kecil.
Kegiatan konsultan perencanaan meliputi perencanaan lingkungan, site/tapak
bangunan atau perencanaan fisik bangunan gedung negara, kegiatan konsultan
perencana meliputi:
Persiapan atau konsepsi perencanaan;
Penyusunan pra rencana, membuat rencana tapak, prarencana bangunan,
perkiraan biaya, laporan perencanaan dan mengurus perijinan sampai
mendapatkan advis planning, keterangan persyaratan bangunan dan lingkungan
dan IMB pendahuluan dari Pemda setempat;
Penyusunan pengembangan rencana seperti rencana arsitektur, rencana
struktur, rencana utilitas beserta uraian konsep perhitungannya, garis besar
spesifikasi teknis dan perkiraan biaya;
Penyusunan rencana detail seperti membuat gambar-gambar detail, rencana
kerja dan syarat, rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya
pekerjaan konstruksi dan menyusun laporan akhir pekerjaan;
Membantu PPK/ULP dalam menyusun program dan pelaksanaan pelelangan
(penjelasan pekerjaan termasuk menyusun Berita Acara penjelasan pekerjaan,
membantu melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen
pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama jika terjadi pelelangan
ulang);
Melakukan pengawasan berkala, seperti memeriksa pelaksanaan pekerjaan dan
kesesuaiannya dengan rencana secara berkala, melakukan penyesuaian gambar
dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada perubahan, memberikan penjelasan
terhadap persoalan-persoalan yang timbul selama masa konstruksi, memberikan

rekomendasi tentang
pengawasan berkala;

penggunaan

bahan

dan

membuat

laporan

akhir

Menyusun petunjuk penggunaan, pemeliharaan dan perawatan gedung,


termasuk petunjuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal dan
elektrikal bangunan.
Proses Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan

Sesuai dengan Perpres No.54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah dilakukan melalui Seleksi Umum/Seleksi sederhana yaitu metode
pemilihan penyedia jasa yang daftar pendek pesertanya dipilih melalui proses
prakualifikasi secara terbuka, diumumkan secara luas melalui media massa dan
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas
mengetahui dan penyedia jasa konsultansi yang berminat dan memenuhi
kualifikasi dapat mengikutinya.
Pelaksanaan Seleksi Umum/Seleksi Sederhana dilaksanakan lebih awal dari
Pelaksanaan pelelangan konstruksi fisik karena untuk proses pelelangan terlebih
dahulu perlu adanya gambar perencanaan dan pihak perencana membantu
dalam Pelaksanaan pelelangan dibantu pengelola teknis Kementerian PU.
Jika metode seleksi umum/seleksi sederhana dinilai tidak effisien dari segi biaya,
seleksi dapat dilakukan melalui pengadaan langsung atau penunjukan langsung
yaitu pemilihan penyedia jasa yang daftar pendek pesertanya ditentukan melalui
proses prakualifikasi terhadap penyedia barang/jasa konsultansi yang dipilih
langsung dan diumumkan sekurangkurangnya di papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum atau media elektronik (Website Pengadaan Nasional).

Jasa Konsultasi Pengawas

Edit

Organisasi dari Pengawas Konstruksi terdiri atas:


Penanggung jawab proyek;
Penanggung jawab lapangan;
Pengawas pekerjaan Arsitektur;
Pengawas pekerjaan Struktur;
Pengawas pekerjaan utilitas (Mekanikal/Elektrikal)
Konsultan pengawas berfungsi melaksanakan pengawasan pada tahap
konstruksi dan mulai bertugas sejak ditetapkan berdasarkan surat perintah kerja
pengawasan sampai dengan penyerahan kedua pekerjaan oleh pemborong.
Konsultan Pengawas dapat dirangkap oleh Perencana untuk pekerjaan dengan
klasifikasi konsultan kelas kecil.
Kegiatan konsultan pengawasan konstruksi adalah sebagai berikut:

Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang


akan dijadikan dasar dalam pengawasan;
Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan
mengawasi ketepatan waktu dan biaya pekerjaan konstruksi;

serta

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas dan


laju pencapaian volume/realisasi fisik;
Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan
yang terjadi selama pekerjaan konstruksi;
Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala dan membuat laporan
mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil rapatrapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi
yang dibuat oleh pemborong;
Menyusun BA persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran,
pemeliharaan pekerjaan dan serah terima pertama dan kedua pekerjaan
konstruksi yang dibuat oleh pemborong;
Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang diajukan
kontraktor dan meneliti gambar-gambar yang sesuai pelaksanaan di lapangan
( As Built Drawings);
Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima I mengawasi perbaikan
pada masa pemeliharaan dan menyusun laporan akhir pekerjaan pengawasan;
Bersama konsultan perencana menyusun petunjuk pemeliharaan dan pengunaan
bangunan tersebut;
Membantu pengelola proyek dalam menyusun dokumen pendaftaran dan
membantu mengurus IPB (Ijin Penggunaan Bangunan) dari pemda setempat.

Jasa Pemborongan Kontruksi

Edit

Organisasi dari Pelaksana Konstruksi terdiri atas:


Penanggung jawab proyek;
Penanggung jawab lapangan;
Tenaga Ahli Arsitektur/Struktur/M & E ;
Tenaga Ahli Estimasi Biaya;
Tenaga Ahli K3;
Pelaksana Lapangan.

Pelaksana konstruksi berfungsi membantu pengelola kegiatan untuk


melaksanakan konstruksi fisik dan mulai bertugas sejak ditetapkan dalam
SPK/Kontrak sampai dengan serah terima pekerjaan kedua/masa pemeliharaan;
Kegiatan Konstruksi fisik terdiri atas:
Melakukan pemeriksaan dan penilaian dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
baik dari segi kelengkapan maupun segi kebenarannya;
Menyusun program kerja yang meliputi jadual waktu pelaksanaan, jadual
pengadaan bahan, jadual pengunaan tenaga kerja dan jadual penggunaan alat
berat;
Melaksanakan persiapan di lapangan sesuai dengan pedoman pelaksanaan;
Menyusun gambar pelaksanaan (shop drawings) untuk pekerjaanpekerjaan
yang memerlukannya;
Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan sesuai dengan dokumen
pelaksanaan;
Melaksanakan pelaporan pelaksanaan konstruksi melalui rapat-rapat lapangan,
laporan harian, mingguan, laporan bulanan, laporan kemajuan pekerjaan,
laporan persoalan yang timbul/dihadapi dan surat menyurat;
Membuat gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (as built
drawings) yang selesai sebelum serah terima I, telah disetujui oleh konsultan
pengawas dan diketahui oleh konsultan perencana;
Melaksanakan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada masa pemeliharaan
konstruksi.

Pelaksanaan
Keuangan

Pengadaan

Barang/Jasa

Lingkup

Kementerian

Edit

Dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah lingkup kementeriang


Keuangan telah diatur langkah-langkah yang harus dilakukan oleh satker
sebagaimana yang telah diatur dengan SE-817/MK.1/2010, SE-818/MK.1/2010,
SE-819/MK.1/2010.
Adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah:
PA/KPA menetapkan ULP/Panitia/Pejabat pengadaan.
PPK, ULP/Panitia/Pejabat Pengadaan
Pengadaan barang dan jasa.

harus

memiliki

Setiap Satker wajib menyusun Rencana Umum Pengadaan.

Sertifikat

Keahlian

Paket Pengadaan yang wajib dimasukkan dana rencana umum pengadaan


adalah:
Di atas Rp100juta untuk pengadaan barang/konstruksi/jasa lainnya.
Di atas Rp50juta untuk jasa konsultansi.
Setiap Satker wajib mengumumkan Rencana Umum Pengadaan di papan
pengumuman resmi dan LPSE Kemenkeu www.lpse.depkeu.go.id.
Rencana Umum pengadaan yang disahkan KPA wajib disampaikan ke Setjen
Kemenkeu c.q. Biro Perlengkapan dan Inspektorat Jenderal Kemenkeu.
Penyusunan dokumen pengadaan dan pembuatan kontrak berpedoman pada
standar dokumen pengadaan yang diterbitkan oleh LKPP.
Pengusulan penetapan calon pemenang untuk paket pekerjaan diatas Rp100
milyar kepada Menteri Keuangan wajib melampirkan Executive Summary dan
dokumen lain yang terkait.
Sanggahan Banding ditujukan kepada Menteri Keuangan c.q. pimpinan unit
eselon I yang bersangkutan dan dikirim langsung kepada eselon I yang
bersangkutan.
Setiap 3 (tiga) bulan KPA wajib membuat laporan status dan proses pengadaan
setiap paket kepada Sekjen c.q Biro Perlengkapan dengan tembusan Irjen
Kemenkeu (paling lambat minggu kedua setelah triwulan yang bersangkutan).
KPA
wajib
memonitor
masingmasing Satker.

perkembangan

pelaksanaan

pengadaan

pada

Penyusunan kebijakan pengadaan barang/jasa, setiap unit eselon I wajib


berkoordinasi dengan Biro Perlengkapan Setjen Kemenkeu.
Setiap unit Eselon I yang akan melakukan perjanjian kerja sama atau MoU
dengan pihak III terkait pengadaan infrastruktur pelayanan publik terlebih dahulu
harus mendapat persetujuan Menkeu.
Apabila pada TA 2010 terdapat perjanjian kerjasama atau MoU dengan Pihak
Ketiga, setiap unit Eselon I wajib menyampaikan seluruh informasi kepada
Menkeu c.q Sekjen.
Dalam pelaksanaan pengadaan agar:
Memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri.
Memaksimalkan penggunaan penyedia barang/jasa nasional.
Memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untuk usaha mikro dan
usaha kecil serta koperasi kecil.

Proses pengadaan dapat dikonsultasikan kepada Setjen Kemenkeu c.q Biro


Perlengkapan dan untuk Belanja Modal dapat dikonsultansikan kepada Itjen
Kemenkeu c.q Inspektorat V.

Definisi Rumah Sakit


Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Menurut World
Health Organization (WHO), rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna dalam pencegahan dan
penyembuhan penyakit, pelayanan rawat jalan dan pusat penelitian medik. Sedangkan menurut Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 286/Menkes/SK/VI/1990, rumah sakit adalah
sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan serta dapat dimanfaatkan
untuk pendidikan dan penelitian, upaya pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan
gawat darurat, pelayanan medis dan pelayanan non medis.
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No,539/Menkes/SK/VI/1994
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum, rumah sakit adalah unit organisasi
di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik, yang dipimpin oleh seorang Kepala Rumah Sakit dan
mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Sekarang ini rumah sakit dapat dipandang sebagai suatu struktur organisasi yang
menggabungkan semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan perbekalan serta
fasilitas fisik ke dalam suatu sistem terkoordinasi untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk upaya kesehatan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas umum
rumah sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Guna

melaksanakan

tugasnya,

rumah

sakit

mempunyai

berbagai

fungsi,

yaitu

menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan
asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan,
serta administrasi umum dan keuangan.
Secara tradisional, maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan merawat
penderita yang sakit dan terluka. Dalam perkembangannya, fungsi rumah sakit juga mencakup
pencegahan penyakit dan upaya-upaya peningkatan kesehatan. Maka ada empat fungsi dasar rumah
sakit yaitu pelayanan penderita, pendidikan, penelitian dan kesehatan masyarakat.
Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Kepemilikan
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983 tahun 1992, rumah
sakit diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Pemerintah
Adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dan
diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat nonprofit.
Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit pemerintah dibagi atas :
1. Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan.
2. Rumah sakit yang dikelola oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan.
3. Rumah sakit yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
4. Rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
b. Rumah Sakit Non Pemerintah (Swasta)
Adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan atau
oleh badan hukum lain dan dapat juga bekerjasama dengan institusi pendidikan. Rumah sakit ini
dapat bersifat profit maupun nonprofit. Rumah sakit swasta terdiri atas :
1. Rumah sakit swasta pratama, yaitu rumah sakit yang setara dengan rumah sakit pemerintah
kelas D.
2. Rumah sakit swasta madya, yaitu rumah sakit yang setara dengan rumah sakit pemerintah
kelas C.
3. Rumah sakit swasta utama, yaitu rumah sakit yang setara dengan rumah sakit pemerintah
kelas B.

Berdasarkan Tipe Pelayanan


Berdasarkan tipe pelayanan, rumah sakit dibagi menjadi:
1. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat mendasar, spesialistik dan
subspesialistik.
2. Rumah Sakit Khusus
Adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis
penyakit dan disiplin ilmu tertentu atau mempunyai fungsi primer seperti Rumah Sakit Mata,
Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan sebagainya.
Berdasarkan Tingkat Pelayanan Kesehatan dan Kapasitas Tempat Tidur
Rumah sakit berdasarkan fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur digolongkan menjadi
:
1. Rumah Sakit Kelas A
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
dan subspesialistik luas, dengan kapasitas tempat tidur lebih dari 1000 dan merupakan
rumah sakit rujukan tertinggi.
2. Rumah Sakit Kelas B
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas dengan kapasitas tempat tidur 500
1000 buah.
3. Rumah Sakit Kelas C
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
dasar,

mencakup

spesialistik

dalam, bedah,kebidanan/kandungan dan kesehatan anak dengan

penyakit
kapasitas

tempat

tidur

kurang dari 200 buah.


4. Rumah Sakit Kelas D
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan \pelayanan medik dasar,
dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.
Berdasarkan Lama Perawatan
Berdasarkan lama perawatan, rumah sakit dibagi menjadi:

1. Rumah sakit untuk perawatan jangka pendek, yaitu rumah sakit yang melayani penderita tidak
lebih dari 30 (tiga puluh) hari, seperti pada penderita penyakit akut dan penderita gawat
darurat.
2. Rumah sakit untuk perawatan jangka panjang, yaitu rumah sakit yang melayani penderita dalam
jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari, misalnya pada penderita tuberculosa (TBC), kanker,
gangguan kejiwaan dan lain-lain.
Struktur Organisasi Rumah Sakit
Struktur organisasi Rumah Sakit Umum (RSU) kelas B Pendidikan diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit Umum, menyebutkan bahwa pedoman organisasi rumas sakit umum adalah:
1. Direktur yang dibantu oleh sebanyak-banyaknya 3 (tiga) wakil direktur
2. Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan
3. Wakil Direktur Penunjang Medik dan Pendidikan
4. Wakil Direktur Bidang Umum dan Keuangan
5. Komite Medik dan Staf Medik Fungsional
6. Satua Pengawas Interen.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Sesuai

dengan

Surat

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, menyebutkan bahwa pelayanan


farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah
sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit.
Pelayanan farmasi di rumah sakit harus dapat memberikan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi
yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.
Adapun tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit adalah:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam
keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan


etik profesi.
3. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan.
6. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan.
7. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
2.3.1 Definisi
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/Menkes/SK/XI/1992
tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), menyebutkan bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) merupakan tempat penyelenggara pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, kegiatan
penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan pemeliharaan sarana rumah sakit.
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 134/Menkes/SK/IV/1978,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit atau bagian di rumah sakit yang
melaksanakan seluruh kegiatan kefarmasian yang berorientasi kepada penderita, dipimpin oleh
seorang

apoteker

dengan

kemampuan

profesional

dan

kualitas

yang

cukup.

Dengan

demikian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu organisasi pelayanan jasa yang
berhubungan langsung dengan pasien.
Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan

Surat

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok dan fungsi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah:
Tugas Pokok:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian
dan etik profesi.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan
farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
Fungsi:
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
B. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
i. Melakukan penanganan obat kanker.
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.


l. Melaporkan setiap kegiatan.
Administrasi dan Pengelolaan
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien
dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian yang universal.
1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan
tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi
yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap tiga tahun dan diubah
bila terdapat hal :
a. Perubahan pola kepegawaian.
b. Perubahan standar pelayanan farmasi.
c. Perubahan peran rumah sakit.
d. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan penentuan
anggaran serta penggunaan sumber daya.
4. Instalasi Farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk membicarakan
masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut
disebar luaskan dan dicatat untuk disimpan.
5. Adanya Komite/Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dan apoteker IFRS (Insatalasi
Farmasi Rumah Sakit) menjadi sekretaris komite/panitia.
6. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu berpartisipasi
dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar bagian atau konferensi
dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi.

7. Hasil penilaian/pencatatan konduite terhadap staf didokumentasikan secara rahasia dan


hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.
8. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasi terhadap
pelayanan farmasi setiap tiga tahun.
9. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang
berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.
Staf dan Pimpinan
Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia yang melakukan
pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan
persyaratan :
a. Terdaftar di Departeman Kesehatan.
b. Terdaftar di Asosiasi Profesi.
c. Mempunyai izin kerja.
d. Mempunyai SK penempatan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional yang
berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum,
strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi
dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan
keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.
Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan
1. IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.
2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai
pengalaman minimal dua tahun dibagian farmasi rumah sakit.
3. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
4. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D-3) dan Tenaga
Menengah Farmasi (AA).

5. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturanperaturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang
farmasi.
6. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi
pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila
kepala farmasi berhalangan.
7. Adanya uraian tugas job description bagi staf dan pimpinan farmasi.
8. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan.
9. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga farmasi
lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang memiliki kualifikasi pendidik/pengajar untuk
mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
10. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan pekerjaan
fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang dihasilkan dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
Fasilitas dan Peralatan
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung administrasi,
profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya
pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
1. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi
tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi
masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
2. Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.
3. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
4. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
5. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
6. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai dengan
peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
7. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin keamanan setiap staf.

Kebijakan dan Prosedur


Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar
pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan
tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi, panita/komite farmasi dan terapi
serta para apoteker.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan apoteker
menganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat dengan nama generik.
3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal berikut :
a. Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter.
b. Label obat yang memadai.
c.

Daftar obat yang tersedia.

d. Gabungan obat parenteral dan labelnya.


e. Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang diberikan.
f.

Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit.

g. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan, karyawan dan
pasien tidak mampu.
h. Pengelolaan

perbekalan

farmasi

yang

meliputi

perencanaan,

pengadaan,

penerimaan, pembuatan/produksi, penyimpanan, pendistribusian dan penyerahan.


i.

Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek


samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta pencatatan penggunaan
obat yang salah dan atau dikeluhkan pasien.

j.

Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.

k.

Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien maupun keluarga pasien


dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan
tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan obat.

l.

Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaan obat.

m. Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka secara organisasi
dibawah koordinasi instalasi farmasi.
n. Prosedur penarikan/penghapusan obat.
o. Pengaturan persediaan dan pesanan.
p. Cara pembuatan obat yang baik.
q. Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf.
r.

Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan pengaturan/undang-undang.

s.

Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus terjamin.

t.

Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat sitotoksik.

u. Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf


4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah dan atau
mengatasi masalah obat.
5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan rumah sakit lainnya.
Sistem Pelayanan Distribusi
1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan
Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang rawat merupakan
tanggung jawab perawat ruangan.
Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat.
Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala
oleh petugas farmasi.
2. Sistem Resep Perorangan

Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi.
3. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian

obat-obatan

melalui

resep

perorangan

yang

disiapkan,

diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal atau ganda, yang berisi obat dalam
jumlah yang telah ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk penggunaan satu kali dosis
biasa.
Kegiatan pelayanan distribusi diselenggarakan pada:
a. Apotik rumah sakit dengan sistem resep perorangan.
b. Satelit farmasi dengan sistem dosis unit.
c. Ruang perawat dengan sistem persediaan di ruangan.
Dispensing
Merupakan

kegiatan

pelayanan

yang

dimulai

dari

tahap

validasi,

interpretasi,

menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi


obat yang memadai disertai system dokumentasi.
Tujuan
a. Mendapatkan dosis yang tepat dan aman.
b. Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secara oral atau
emperal.
c.

Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu.

d. Menurunkan total biaya obat


Pemantauan Dan Pelaporan Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.
Tujuan :

a. Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal,
frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal sekali, yang
baru saja ditemukan.
c.

Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi timbulnya Efek


Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya Efek Samping Obat.

Pelayanan Informasi Obat


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi
secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien.
Tujuan
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan
rumah sakit.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakankebijakan yang berhubungan dengan obat,
terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.
c.

Meningkatkan profesionalisme apoteker.

d. Menunjang terapi obat yang rasional.


Kegiatan :
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau
tatap muka.
c.

Membuat buletin, leaflet, label obat.

d. Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan dengan


penyusunan Formularium Rumah Sakit.

e. Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap.
f.

Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya.

g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.


Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien
rawat inap.
Tujuan :
Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai
nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,
efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.
Kegiatan :
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien
dengan metode open-ended question.
c.

Apa yang dikatakan dokter mengenai obat.

d. Bagaimana cara pemakaian.


e. Efek yang diharapkan dari obat tersebut.
f.

Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.

g. Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan


masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk mengoptimalkan tujuan
terapi.
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah

Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit.
Tujuan :
a. Mengetahui kadar obat dalam darah.
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat
Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga
kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Pemilihan obat.
b. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik.
c.

Menilai kemajuan pasien.

d. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.


Kegiatan :
a. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan tersebut
kepada pasien.
b. Untuk pasien baru dirawat, Apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu dan
memperkirakan masalah yang mungkin terjadi.
c.

Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin penggunaan obat
yang benar.

d. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk pemberian obat.
e. Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah
dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap Apoteker yang berkunjung ke ruang
pasien untuk menghindari pengulangan kunjungan.

Pengkajian Penggunaan Obat


Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan
untuk menjamin oba-tobat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
Tujuan :
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan
kesehatan/dokter tertentu.
b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan yang
lain.
c.

Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik

d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.


Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Setiap staf di rumah sakit harus mempunyai kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya.
1. Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam menyusun program
pengembangan staf.
2. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas dan tanggung jawab.
3. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi staf.
4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan dan program
pendidikan berkelanjutan.
5. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan oleh organisasi
profesi, perkumpulan dan institusi terkait.
6. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi :
a. Penggunaan obat dan penerapannya.
b. Pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi.

c.

Praktikum farmasi bagi siswa farmasi dan pasca sarjana farmasi.

Evaluasi dan Pengendalian Mutu


Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi,
melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.
1. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan rumah sakit.
2. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep, kebutuhan,
proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan mutu pelayanan.
3. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu.
4. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :
a. Pemantauan : pengumpulan semua informasi yang penting yang berhubungan
dengan pelayanan farmasi.
b. Penilaian : penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah pelayanan
dan berupaya untuk memperbaiki.
c.

Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus diambil


tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.

d. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan dalam program
jangka panjang.
e. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada staf.
Rekam Medik (Medical Record)
Rekam medik merupakan suatu dokumen yang berisi keterangan tentang kedaan penderita yang
berobat pada rumah sakit. Rekam medik berisi catatan-catatan dari semua hal yang berhubungan
dengan penderita selama di rawat di rumah sakit.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 749.a./Menkes/XII/1989, rekam medik
adalah semua semua rekaman baik berupa tulisan maupun rekaman lain dari setiap pemeriksaan dan
tindakan yang dilakukan terhadap penderita.
Fungsi-fungsi dari rekam medik adalah sebagi berikut:

8. Sarana komunikasi antara dokter dengan semua tenaga profesional lain dalam menangani
penderita.
9. Sebagai bukti tertulis tentang perkembangan dan pengobatan penyakit selama penderita
dirawat atau berkunjung ke rumah sakit.
10. Bahan untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap pelayanan kepada penderita dan
evaluasi penggunaan obat.
11. Menyediakan data-data klinik untuk kepentingan riset dan pendidikan.
12. Melindungi kepentingan hukum bagi penderita, dokter, rumah sakit dan tenaga kesehatan
lainnya.
Untuk penderita rawat jalan, suatu rekam medik minimal harus memuat:
1. Anamnesis
2. Identitas penderita
3. Diagnosa
4. Tindakan pengobatan
Untuk penderita rawat inap, suatu rekam medik minimal harus memuat:
1. Identitas penderita
2. Anamnesis
3. Riwayat penyakit
4. Hasil pemeriksaan laboratorium
5. Persetujuan tindakan medik
6. Tindakan pengobatan
7. catatan perawat
8. Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan
9. Resume akhir dan evaluasi pengobatan
Panitia Farmasi dan Terapi
Definisi Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan kelompok penasehat dari staf medik dan
bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dengan instalasi farmasi rumah sakit
di rumah sakit.
2.5.2 Tugas Panitia Farmasi dan Terapi
Tugas utama Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah sebagai pengembang kebijakan dan
perumus pendidikan.
1. Pengembang Kebijakan
Panitia Farmasi dan Terapi mengembangkan kebijakan yang berkaitan dengan obat,
termasuk evaluasi, seleksi, dan hal lain yang berkaitan dengan obat.
2. Perumus Pendidikan
Panitia Farmasi dan Terapi merekomendasi atau membantu merumuskan program
pendidikan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan staf profesional, yaitu dokter, perawat,
farmasis dan praktisi pelayanan kesehatan lainnya untuk melengkapi pengetahuan yang
berkaitan dengan obat dan penggunaannya.
Fungsi dan Ruang Lingkup Panitia Farmasi dan Terapi
Fungsi dan ruang lingkup Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut :
1. Bertindak sebagai pengevaluasi, pendidik, penasehat bagi staf medik dan rumah sakit dalam
hal yang berkaitan dengan penggunaan obat termasuk dalam hal penyelidikan terhadap obat.
2. Mengembangkan suatu formularium obat yang diterima untuk digunakan di rumah
sakit dan mengadakan revisi yang secara berkesinambungan.
3. Mengadakan program dan prosedur yang membantu memastikan keamanan dan keefektifan
terapi obat.
4. Mengadakan program dan prosedur yang membantu memastikan manfaat biaya dari terapi
obat.
5. Mengadakan atau merencanakan program pendidikan untuk staf medik profesional dalam hal
yang berkaitan dengan penggunaan obat.
6. Berpartisipasi dalam kegiatan jaminan mutu dalam hal distribusi, penyerahan, dan penggunaan
obat.
7. Memantau dan mengevaluasi reaksi obat yang merugikan di rumah sakit dan membuat
rekomendasi yang tepat untuk mencegah terjadinya reaksi obat merugikan tersebut.

8. Menilai dan mengarahkan evaluasi penggunaan obat, mengkaji hasilnya, dan mengadakan
rekomendasi untuk mengoptimalkan penggunaan obat.
9. Memberikan nasehat kepada instalasi farmasi rumah sakit dalam penerapan prosedur
pengendalian dan distribusi obat yang efektif.
10. Menyebarkan informasi tentang kegiatannya dan rekomendasi yang disetujui oleh staf
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Organisasi Panitia Farmasi dan Terapi
Panitia Farmasi dan Terapi sedikitnya harus terdiri dari: dokter, farmasis, perawat, tenaga
administrasi, koordinator jaminan mutu, dan anggota lain yang sesuai. Ketua Panitia Farmasi dan
Terapi adalah seorang dokter senior yang secara profesional disegani, mempunyai pengalaman klinik
dan mengenal serta mendukung kemajuan pelayanan farmasi, yang dipilih dari dan oleh anggota.
Sekretaris Panitia Farmasi dan Terapi adalah seorang apoteker kepala instalasi farmasi atau apoteker
lain yang ditunjuk oleh kepala instalasi farmasi yang mempunyai pengalaman di bidang kefarmasian.
Pelaksanaan Kegiatan Panitia Farmasi dan Terapi
Pelaksanaan kegiatan Panitia Farmasi dan Terapi meliputi :
1. Rapat atau pertemuan Panitia Farmasi dan Terapi yang dilaksanakan secara teratur minimal
enam kali setahun sesuai kebutuhan rumah sakit.
2. Komite harus mengundang pakar dari dalam dan luar rumah sakit untuk ikut dalam rapat komite
untuk memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan
pertimbangannya yang khas.
3. Agenda dan bahan-bahan pendukung lain termasuk notulen disiapkan oleh sekretaris sebelum
rapat. Agenda harus sudah dibagikan kepada semua anggota satu minggu sebelum rapat
agar masih ada waktu mempelajarinya. Sekretaris harus mampu memaksimalkan topik-topik
yang memerlukan diskusi interdisiplin menyeluruh.
4. Notulen dari setiap pertemuan merupakan rekaman penting yang tidak boleh hilang dan
dipelihara sebagai rekaman tetap rumah sakit yang bersifat mengikat seluruh anggota.
Notulen disimpan minimal selama 3 (tiga) tahun.
5. Rekomendasi dari komite harus disajikan kepada seluruh staf medik atau komite-komite lain
yang terkait untuk dilaksanakan.
6. Hubungan dengan komite-komite lain di rumah sakit yang berkaitan dengan penggunaan obat
harus dipelihara dengan baik.
Sistem Formularium

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 85/Menkes/Per/I/1989, formularium


merupakan daftar obat baku yang dipakai oleh rumah sakit, yang dipilih secara rasional dan
dilengkapi dengan penjelasan sehingga merupakan informasi yang lengkap untuk pelayanan medik di
rumah sakit.
Sistem formularium rumah sakit merupakan proses yang terus menerus dilakukan oleh staf medik
melalui Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dalam mengevaluasi dan memilih obat yang diperlukan di
rumah sakit.
Fungsi dari formularium rumah sakit adalah:
1. Sumber informasi terhadap kebijakan rumah sakit mengenai obat-obatan yang digunakan di
rumah sakit.
2. Sumber informasi mengenai terminologi, dosis, cara penggunaan, terapi dasar dan tabel
interaksi obat.
3. Sumber informasi mengenai penawar racun dan cara penggunaannya.
Central Sterilized Supply Department (CSSD)
Definisi Central Sterilized Supply Department (CSSD)
Central Sterilized Supply Department (CSSD) adalah departemen dalam rumah sakit yang
menyediakan bahan atau sediaan dan alat-alat steril secara profesional kepada semua departemen
terspesialisasi. Departemen ini khusus melayani ruang perawatan, klinik. laboratorium khusus
seperi Cardiac Catherization Laboratoy (laboratorium katerisasi jantung) dan ruang operasi.
Tugas Central Sterilized Supply Department ()
Tugas utama dari Central Sterilized Supply Department (CSSD) adalah menyediakan seluruh
kebutuhan barang atau peralatan steril rumah sakit. Di samping itu Central Sterilized Supply
Department (CSSD) menerima pesanan barang untuk disterilkan seperti alat-alat bedah dari instalasi
bedah pusat serta obat-obat steril dari sub bagian produksi.
Central Sterilized Supply Department (CSSD) dalam Organisasi Rumah Sakit
Di beberapa rumah sakit, Central Sterilized Supply Department (CSSD) masuk dalam divisi
pembedahan sebagai bagian dari pelayanan keperawatan, sehingga dalam bagian pembedahan
terdapat Central Sterilized Supply Department (CSSD), ruang operasi, ruang pemulihan dan unit
pembedahan intensif.
Farmasi dan Central Sterilized Supply Department (CSSD) mempunyai tanggung jawab
bersama apabila farmasi :

a. Menyiapkan larutan dalam jumlah besar/banyak dan memindahkannya ke Central Sterilized


Supply Department (CSSD) untuk dikemas dalam botol kemudian disterilisasi.
b. Menyiapkan dan mengemas larutan untuk disterilisasi oleh Central Sterilized Supply
Department (CSSD).
c. Menyiapkan larutan pekat yang akan diencerkan, dikemas dan disterilisasi di Central Sterilized
Supply Department (CSSD).
d. Menyiapkan campuran bahan-bahan kimia dalam keadaan kering yang akan dilarutkan dengan
volume tertentu air suling kemudian dikemas dan disterilisasi oleh Central Sterilized Supply
Department (CSSD).
Dalam operasionalnya, Central

Sterilized

Supply

Department (CSSD) harusberkoordinasi dengan bagian farmasi, purchasing/pembelian dan distribusi.


Personel Central Sterilized Supply Department (CSSD)
Pemilihan

tenaga

kerja

untuk

ditempatkan

di Central

Sterilized

Supply

Department(CSSD) harus dilatih terlebih dahulu tentang prinsip sterilisasi, monitoring otoklaf,
pengoperasian sterlisasi gas, identifikasi alat bedah, menyusun dan membersihkan peralatan, tes
bakteriologi dan biologi dasar. Progam pelatihan ini membutuhkan waktu dan biaya, sehingga harus
ada teknisi progam pelatihan untuk mengembangkan karyawan sehingga berkualitas baik dari segi
teori dan teknologi.
Kegiatan Central Sterilized Supply Department (CSSD)
Central Sterilized Supply Department (CSSD) modern merupakan ruangan yang terdiri dari
autoklaf dan peralatan sterilisasi. Barang yang masuk ke dalam Central Sterilized Supply
Department (CSSD) dicatat dalam buku penerimaan yang memuat data tentang tanggal masuk
barang, nama dan jumlah barang, nama ruangan serta keterangan mengenai fisik barang. Barang
yang masuk dalam Central Sterilized Supply Department (CSSD) dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Barang bersih, berasal dari bagian perbekalan dan distribusi, rumah tangga dan barang
pesanan untuk disterilkan.
b. Barang kotor, berasal dari ruangan-ruangan seperti sarung tangan, pakaian dan alat
kedokteran.
Proses seleksi dilakukan untuk memisahkan barang yang dapat dipakai ulang dengan barang
yang sudah rusak seperti sobek, tidak tajam lagi, bekas pasien AIDS, dan sebagainya. Pemberian
desinfektan dengan cara merendam barang dalam larutan desinfektan seperti lisol dan wipol, kecuali
tenun operasi yang tidak mengalami proses pemberian desinfektan.

Kontrol kualitas dilakukan untuk menjamin mutu sterilitas produk yang dihasilkan. Kontrol
kualitas tersebut diantaranya adalah pemasangan indikator fisik pada barang-barang yang akan
disterilkan, uji mikrobiologi barang-barang yang telah disterilkan, penentuan tanggal kadaluarsa untuk
barang yang telah disterilkan.

DEWAN PENGURUS KORPRI NASIONAL


PANITIA NASIONAL PERINGATAN 42 TAHUN KORPRI
Gedung BAPETEN Lantai 7 Jl. Gajah Mada No. 8 Jakarta Pusat
alamat website: birohumaskorpripusat.blogspot.com dan www.korprinasional.or.id

NOTULEN RAPAT

Tanggal
Perihal

: 27 September 2013.
: Rapat I Panitia Nasional Peringatan 42 tahun Korpri.

Salam Bhinneka Karya Abdi Negara

1. Kegiatan diselenggarakan di Lt 8 Ruang rapat DPKN, dimulai pukul 09.00


WIB sampai 11.30. Rapat dipimpin Ketau III DPKN selaku Ketua Panitia
Nasional. Dihadiri antara lain Bapak As Nasio Lasman, Kisnu Haryo, Boy
Tenjuri, Ali Hadiyanto dan beberapa pejabat DPK Kementerian/LPNK
( Sugiono/LPP RRI, Herinto Sidiki/Mabes TNI, Sugeng/DKI Jakarta, Lia
M/Kementan,
Ign
Bowo/PT
Taspen,
M.Ali
Wafa/Kemenhut,
Siswoko/Kemenkominfo), serta pegawai Setjen DPKN.

2. Beberapa kesimpulan rapat antara lain :

a.
Kegiatan audiensi dengan Presiden RI, diusahakan dapat dilaksanakan,
karena selama periode kepengurusan 2000-2014, beliau belum hadir pada
acara yang kita selenggarakan.
b.
Pornas Korpri ke-13, mudah-mudah dapat terlaksana dengan baik,
telah diselenggarakan rakernis tanggal 27-29 September 2013, yang dihadiri
Ketua Umum PB Bapor Korpri, Sekda Provinsi Sulawesi Utara beserta jajaran
pejabat eselon II, Para Pengurus DPK dan Bapor Kementerian/LPNK, Provinsi
seluruh Indonesia.
c.

Bhakti sosial :

1) Donor darah oleh Mabes TNI akan diselenggarakan pada tanggal 11


November 2013, akan dihadiri Kasum Mabes TNI, Ketua Umum PMI, Ketua
Umum DPKN. Dengan peserta 500 orang ditambah pendonor masing-masing
Kementerian/LPNK 5 orang.
2) Bantuan pendidikan dari PT ASKES (Persero), belum ada kepastian.
3) Penghijauan, laporan Kementerian Kehutanan bahwa penghijauan yanglalu
sudah tumbuh dengan baik, tetapi digusur karena akan dipakaki untuk
keperluan lain. Untuk tahun ini diharapkan Kementerian kehutanan dan
Kementerian Pertanian menyediakan bibit tanaman, untuk ditanam di
kompleks perkantoran Kementerian/LPNK, Provinsi/Kabupaten/Kota dan
kompleks perumahan pegawainya.
4) Kunjungan ke Lapas/Panti Wredha/Rehabilitasi korban Narkotika.
d.

Perlombaan dan pertandingan :

1) Lomba paduan suara nasional Korpri I (Mars Korpri dan lagu wajib nasional)
oleh LPP RRI.
2) Lomba pengucapan Panca Prasetya Korpri oleh Kemenhan.
3) Lomba cerdas cermat oleh Kominfo.
4) Pertandingan futsal oleh Kemenhub.
5) Pertandingan tenis meja oleh Kemensesneg.
e.
Upacara nasional tanggal 29 November 2013 dengan Irup Presiden
RI/Wapres RI, diselenggarakan dengan beberpa alternatif :
1) Alternatif I dilaksanakan di Jakarta.
2) Alternatif II dilaksanakan di Sulawesi Utara, sekaligus dirangkaikan dengan
acara penutupan Pornas Korpri ke-13.
3) Alternatif III, Apabila Presiden berhalangan hadir sebagai Irup, maka sesudah
upacara tanggal 29 November 2013, maka Penasehat Harian Nasional Korpri
dan DPKN, bersilaturahmi menghadap Presiden RI, sekaligus mohon diri
pamitan kepengurusan periode 2009-2014.

f.

Ziarah nasional ke Taman Makam Pahlawan, di Jakarta atau di Manado.

g.
Talk show dan konferensi pers oleh Kominfo, RRI dan TVRI (Pusat atau
Manado), kegiatan ;
1) Talk show oleh DPKN
2) Pidato Ketua Umum DPKN pada tanggal 28 November 2013 pukul 19.30
(Siaran tunda atau siaran langsung).
3) Peliputan seluruh kegiatan acara peringatan 42 tahun Korpri, Pornas ke-13
Korpri.
4) Mohon disisipkan pesan pada siaran RRI dan runing teks TVRI.

3. Dengan keterbatasan dana yang ada, kegiatan tetap diselenggarakan


dengan sederhana, hikmat dan tetap bermakna.

4. Diharapkan semua DP Korpri Kementerian/LPNK, Provinsi, membuat program


kerja dan mengirimkan laporan ke DPKN, dalam rangka penjadwalan
kehadiran DPKN.

5. Diharapkan setiap kegiatan Kementerian/LPNK, Provinisi, Kabupaten/Kota,


dikaitkan dengan Peringatan 42 tahun Korpri, contoh antara lain :
1) DP Korpri Kementerian PPN/Bappenas menyelenggarakan Fun bike dengan
1.500 orang peserta di Senayan pada tanggal 20 Oktober 2013.
2) DP Korpri Kementerian Agama dalam rangka peringatan hari kelahiran
Kementerian Agama, diselenggarakan Bakti sosial kesehatan kerjasama
dengan Walubi, pada bulan Janurai 2014.
3) DP Korpri Kementerian Kehutanan, dalam rangka penghijauan nasional yang
dihadiri oleh Presiden RI pada tanggal 28 November 2013.
4) Dan seterusnya.

6. Rapat kedua Panitia Nasional akan diselenggarakan pada tanggal 10 Oktober


2013, diharapkan peserta membawa program kerja (jadwal, pendanaan)
dalam bentuk shoft copi dan hard copi.

7. Ketua V DPKN, menunggu bahan masukan DP Korpri Kementeria/LPNK,


Provinsi, Kabupaten/Kota, sebagai bahan penyusunan pidato pengarahan

Presiden RI. Bahan tersebut ditunggu sampai dengan Minggu pertama bulan
Oktober 2013.

8. Rencana musyawarah membahas bahan pra munas 2013 (bahan rakernas


2014), bersamaan waktunya dengan Pornas korpri k-13 di Manado.

9. Beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan DPKN dapat diakses


melaluibirohumaskorpripusat.blogspot.com

Demikian untuk menjadi periksa.

Karo Humas
Selaku Sekretaris Panitia Nasional

Djoko Suseno

Вам также может понравиться