Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
D.
Pembukaan
Inti rapat
Penutup
Peserta rapat : Dewan, guru, karyawan, dan kepala sekolah SMA N 1 Sumuran
Jumlah
:10 peserta
E. Jalannya rapat
Pembukaan
Rapat dibuka pada pukul 09.00 WIB dengan doa bersama yang dipimpin oleh
Andri Setiawan sebagai pembawa acara.
Isi
a. Sambutan
Kepala Sekolah SMA N 1 Sumuran, Bapak Agus Setiawan M.Pd, menyatakan
bahwa saat ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul sedang gencar-gencarnya
menggalakkan gerakan "Go Green". Untuk itu, sekolah harus memberikan repon
positif atas gerakan "Go Green" tersebut dengan cara membangun taman hijau
di lingkunga sekolah.
b. Tanya jawab
- Budi : Mengusulkan agar siswa juga membawa tanaman dari rumah.
- Rani : Menanyakan sumber dana.
- Tono : Mengusulkan agar siswa melakukan kerja bakti untuk merawat taman.
- Desi : Mengusulkan agar orangtua dan wali murid juga ikut dilibatkan.
c. Kesimpulan
Selain tanaman-tanaman perindang yang akan disediakan sekolah, masingmasing siswa SMA N 1 Sumuran juga wajib membawa tanaman hias atau
tanaman obet dari rumah. Sedangkan untuk perawatan taman, setiap Rabu dan
Sabtu sore akan diadakan kerja bakti bergilir bagi masing-masing kelas. Selain
akan melibatkan siswa, orang tua dan wali murid juga akan dilibatkan untuk
mendukung kegiatan go green di sekolah ini. Untuk itu, pada tanggal 25 Februari
2013, orang tua dan wali murid akan diundang ke sekolah untuk membahas
masalah gerakan go green di sekolah tersebut.
Penutup
Rapat ditutup dengan doa bersama pada pukul 11.00 WIB.
Bantul, 15 Februari 2013
Pemimpin rapat
Agus Setiawan M.Pd
- See more at: http://iwak-pithik.blogspot.com/2013/03/contoh-notulenrapat.html#sthash.p3sWCzPD.dpuf
Edit
Lanjutan sewa gedung/kantor dan lanjutan sewa ruang terbuka atau tertutup
lainnya dengan ketentuan dan tata cara pembayaran serta penyesuaian harga
yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun
2010 tanggal 28 Maret 2012 ketentuan mengenai Barang khusus/Pekerjaan
Konstruksi khusus/Jasa Lainnya yang bersifat khusus yang memungkinkan
dilakukan Penunjukan Langsung ditambahkan satu kriteria lagi yaitu Pekerjaan
pengadaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) di lingkungan
perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang dilaksanakan
oleh pengembang/developer yang bersangkutan.
Pengumunan pengadaan barang/jasa pada prinsipnya harus dilakukan melalui
website K/L/D/I dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha
yang berminat serta memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Metode atau tata
cara pemilihan/pengadaan Jasa Konsultansi Pembangunan Gedung ditetapkan
berbeda dengan pengadaan Barang/Jasa pada umumnya, sebelum melakukan
pengadaan jasa konsultansi. Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran terlebih dahulu perlu menyusun Kerangka Acuan Kerja
(KAK). KAK berisi antara lain pokok-pokok keinginan atau kebutuhan dari
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran terkait dengan Rencana
Pembangunan yang akan dilaksanakan, misal kebutuhan ruang untuk pegawai
dengan jumlah tertentu, fasilitas yang diinginkan, biaya yang dibutuhkan, jadual
penyelesaian pekerjaan dsb. Untuk Jasa Konsultansi metode pemasukan
dokumen penawaran dapat dilakukan dengan memilih 3 (tiga) alternatif yakni:
Metode satu sampul adalah penyampaian dokumen penawaran yang terdiri dari
persyaratan administrasi, teknis dan penawaran harga yang dimasukan ke dalam
1 (satu) sampul tertutup kepada ULP/ Pejabat Pengadaan. Metode satu sampul
digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana, dengan standar harga yang
telah ditetapkan Pemerintah, atau pekerjaan yang spesifikasi teknis atau
volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen Pengadaan, dimana
evaluasi teknis tidak dipengaruhi oleh penawaran harga.
Metode dua sampul adalah penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan
administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga
penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, selanjutnya sampul I dan
sampul II dimasukkan ke dalam 1 (satu) sampul (sampul penutup) dan
disampaikan kepada ULP. Metode dua sampul digunakan untuk Pengadaan Jasa
konsultansi dimana evaluasi teknis dipengaruhi oleh penawaran harga.
Metode dua tahap adalah penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan
administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga
penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, yang penyampaiannya
dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda.
Sedangkan untuk metode evaluasi penawaran dapat dipilih 1 dari 5, yakni
Metode Evaluasi Kualitas, Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya, Metode Evaluasi
Evaluasi
Biaya
Terendah
dan
Metode
Evaluasi
kriteria,
persyaratan
atau
prosedur
pengadaan
yang
Swakelola
Edit
Edit
Edit
Edit
IV, atau bangunan dengan luas total diatas 5000 M2, bangunan khusus atau
yang melibatkan lebih dari satu konsultan perencana maupun lebih dari satu
pekerjaan pemborongan atau pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan lebih dari
satu tahun, sedangkan Jasa Konsultan Pengawas adalah untuk pekerjaan
pembangunan gedung yang sederhana.
Dari
sisi
pelaksanaan
tugas
manajeman
konstruksi
sudah
mulai
bekerja/membantu KPA/PPK diawal kegiatan seperti menyusun kerangka acuan
kerja dan membantu dalam proses pelelangan sampai dengan pengawasan
konstruksi fisik/serah terima pekerjaan kedua, sedangkan untuk jasa konsultan
pengawas hanya membantu dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik
sampai dengan serah terima pekerjaan kedua dan tidak turut membantu proses
pelelangan.
Dengan perbedaan tersebut maka untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat
kompleks proses penunjukan jasa konsultansi Manajemen Konstruksi dilakukan
lebih awal, sedangkan untuk pekerjaan sederhana penunjukan pengawas
bersamaan dengan proses pelelangan konstruksi.
Perbedaan lainnya dalam proses pengadaan barang/jasa konstruksi dibanding
pengadaan barang/jasa lainya adalah penunjukan Panitia Lelang diharapkan
dapat mengikutsertakan unsur teknis (Kementerian PU) sebagai panitia lelang.
Disamping itu perlu menunjuk Pengelola Teknis Kementerian PU untuk
membantu dari segi teknis bangunan dan administrasi pelaporannya.
Sesuai dengan Keputusan Menkimpraswil No.332/KPTS/M2002 Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara fungsi pengelola teknis adalah
membantu Pejabat Pembuat Komitmen/Pimpro dalam mengelola kegiatan teknis
proyek selama pembangunan bangunan gedung negara pada setiap tahap baik
di tingkat program maupun tingkat operasional. Penunjukan tenaga pengelola
tenis dilakukan dengan mengajukan permintaan ke Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Dinas PU Prov/Kab/Kota terkait.
Sebelum melaksanakan proses penunjukan kepada Perencana, Pengawas atau
pelaksana konstruksi pengelola teknis Kementerian PU membantu Pejabat
Pembuat Komitmen untuk melakukan perhitungan alokasi dana untuk
masingmasing Perencana, Pengawas, Pelaksana Konstruksi dan Pengelola
Kegiatan (pemegang mata anggaran dan pengelola teknis) dengan
memperhatikan pagu dana yang tersedia dalam DIPA. Sebagai contoh untuk
pembangunan Gedung.
Sebagai acuan biaya alokasi dana untuk konsultansi perencana, pengawas, dan
pengelola proyek/kegiatan adalah Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No.45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Untuk Pembangunan Gedung dengan luas bangunan + 700 M2 termasuk
klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana dengan pertimbangan : Gedung yang akan
dibangun luasnya diatas 500 M2. Berdasarkan klasifikasi tersebut, dengan
Edit
rekomendasi tentang
pengawasan berkala;
penggunaan
bahan
dan
membuat
laporan
akhir
Edit
serta
Edit
Pelaksanaan
Keuangan
Pengadaan
Barang/Jasa
Lingkup
Kementerian
Edit
harus
memiliki
Sertifikat
Keahlian
perkembangan
pelaksanaan
pengadaan
pada
Guna
melaksanakan
tugasnya,
rumah
sakit
mempunyai
berbagai
fungsi,
yaitu
menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan
asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan,
serta administrasi umum dan keuangan.
Secara tradisional, maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan merawat
penderita yang sakit dan terluka. Dalam perkembangannya, fungsi rumah sakit juga mencakup
pencegahan penyakit dan upaya-upaya peningkatan kesehatan. Maka ada empat fungsi dasar rumah
sakit yaitu pelayanan penderita, pendidikan, penelitian dan kesehatan masyarakat.
Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Kepemilikan
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983 tahun 1992, rumah
sakit diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Pemerintah
Adalah rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dan
diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Rumah sakit ini umumnya bersifat nonprofit.
Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit pemerintah dibagi atas :
1. Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan.
2. Rumah sakit yang dikelola oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan.
3. Rumah sakit yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
4. Rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
b. Rumah Sakit Non Pemerintah (Swasta)
Adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan atau
oleh badan hukum lain dan dapat juga bekerjasama dengan institusi pendidikan. Rumah sakit ini
dapat bersifat profit maupun nonprofit. Rumah sakit swasta terdiri atas :
1. Rumah sakit swasta pratama, yaitu rumah sakit yang setara dengan rumah sakit pemerintah
kelas D.
2. Rumah sakit swasta madya, yaitu rumah sakit yang setara dengan rumah sakit pemerintah
kelas C.
3. Rumah sakit swasta utama, yaitu rumah sakit yang setara dengan rumah sakit pemerintah
kelas B.
mencakup
spesialistik
penyakit
kapasitas
tempat
tidur
1. Rumah sakit untuk perawatan jangka pendek, yaitu rumah sakit yang melayani penderita tidak
lebih dari 30 (tiga puluh) hari, seperti pada penderita penyakit akut dan penderita gawat
darurat.
2. Rumah sakit untuk perawatan jangka panjang, yaitu rumah sakit yang melayani penderita dalam
jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari, misalnya pada penderita tuberculosa (TBC), kanker,
gangguan kejiwaan dan lain-lain.
Struktur Organisasi Rumah Sakit
Struktur organisasi Rumah Sakit Umum (RSU) kelas B Pendidikan diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit Umum, menyebutkan bahwa pedoman organisasi rumas sakit umum adalah:
1. Direktur yang dibantu oleh sebanyak-banyaknya 3 (tiga) wakil direktur
2. Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan
3. Wakil Direktur Penunjang Medik dan Pendidikan
4. Wakil Direktur Bidang Umum dan Keuangan
5. Komite Medik dan Staf Medik Fungsional
6. Satua Pengawas Interen.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Sesuai
dengan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
apoteker
dengan
kemampuan
profesional
dan
kualitas
yang
cukup.
Dengan
demikian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu organisasi pelayanan jasa yang
berhubungan langsung dengan pasien.
Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok dan fungsi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah:
Tugas Pokok:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian
dan etik profesi.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan
farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
Fungsi:
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
B. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
i. Melakukan penanganan obat kanker.
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
5. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturanperaturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang
farmasi.
6. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi
pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila
kepala farmasi berhalangan.
7. Adanya uraian tugas job description bagi staf dan pimpinan farmasi.
8. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan.
9. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga farmasi
lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang memiliki kualifikasi pendidik/pengajar untuk
mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
10. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan pekerjaan
fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang dihasilkan dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
Fasilitas dan Peralatan
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung administrasi,
profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya
pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
1. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi
tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi
masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
2. Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.
3. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
4. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
5. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
6. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai dengan
peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
7. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin keamanan setiap staf.
g. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan, karyawan dan
pasien tidak mampu.
h. Pengelolaan
perbekalan
farmasi
yang
meliputi
perencanaan,
pengadaan,
j.
k.
l.
m. Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka secara organisasi
dibawah koordinasi instalasi farmasi.
n. Prosedur penarikan/penghapusan obat.
o. Pengaturan persediaan dan pesanan.
p. Cara pembuatan obat yang baik.
q. Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf.
r.
s.
t.
Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi.
3. Sistem Unit Dosis
Pendistribusian
obat-obatan
melalui
resep
perorangan
yang
disiapkan,
diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal atau ganda, yang berisi obat dalam
jumlah yang telah ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk penggunaan satu kali dosis
biasa.
Kegiatan pelayanan distribusi diselenggarakan pada:
a. Apotik rumah sakit dengan sistem resep perorangan.
b. Satelit farmasi dengan sistem dosis unit.
c. Ruang perawat dengan sistem persediaan di ruangan.
Dispensing
Merupakan
kegiatan
pelayanan
yang
dimulai
dari
tahap
validasi,
interpretasi,
a. Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal,
frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal sekali, yang
baru saja ditemukan.
c.
e. Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap.
f.
Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya.
Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit.
Tujuan :
a. Mengetahui kadar obat dalam darah.
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat
Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga
kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Pemilihan obat.
b. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik.
c.
Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin penggunaan obat
yang benar.
d. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk pemberian obat.
e. Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah
dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap Apoteker yang berkunjung ke ruang
pasien untuk menghindari pengulangan kunjungan.
c.
d. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan dalam program
jangka panjang.
e. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada staf.
Rekam Medik (Medical Record)
Rekam medik merupakan suatu dokumen yang berisi keterangan tentang kedaan penderita yang
berobat pada rumah sakit. Rekam medik berisi catatan-catatan dari semua hal yang berhubungan
dengan penderita selama di rawat di rumah sakit.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 749.a./Menkes/XII/1989, rekam medik
adalah semua semua rekaman baik berupa tulisan maupun rekaman lain dari setiap pemeriksaan dan
tindakan yang dilakukan terhadap penderita.
Fungsi-fungsi dari rekam medik adalah sebagi berikut:
8. Sarana komunikasi antara dokter dengan semua tenaga profesional lain dalam menangani
penderita.
9. Sebagai bukti tertulis tentang perkembangan dan pengobatan penyakit selama penderita
dirawat atau berkunjung ke rumah sakit.
10. Bahan untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap pelayanan kepada penderita dan
evaluasi penggunaan obat.
11. Menyediakan data-data klinik untuk kepentingan riset dan pendidikan.
12. Melindungi kepentingan hukum bagi penderita, dokter, rumah sakit dan tenaga kesehatan
lainnya.
Untuk penderita rawat jalan, suatu rekam medik minimal harus memuat:
1. Anamnesis
2. Identitas penderita
3. Diagnosa
4. Tindakan pengobatan
Untuk penderita rawat inap, suatu rekam medik minimal harus memuat:
1. Identitas penderita
2. Anamnesis
3. Riwayat penyakit
4. Hasil pemeriksaan laboratorium
5. Persetujuan tindakan medik
6. Tindakan pengobatan
7. catatan perawat
8. Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan
9. Resume akhir dan evaluasi pengobatan
Panitia Farmasi dan Terapi
Definisi Panitia Farmasi dan Terapi
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan kelompok penasehat dari staf medik dan
bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dengan instalasi farmasi rumah sakit
di rumah sakit.
2.5.2 Tugas Panitia Farmasi dan Terapi
Tugas utama Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah sebagai pengembang kebijakan dan
perumus pendidikan.
1. Pengembang Kebijakan
Panitia Farmasi dan Terapi mengembangkan kebijakan yang berkaitan dengan obat,
termasuk evaluasi, seleksi, dan hal lain yang berkaitan dengan obat.
2. Perumus Pendidikan
Panitia Farmasi dan Terapi merekomendasi atau membantu merumuskan program
pendidikan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan staf profesional, yaitu dokter, perawat,
farmasis dan praktisi pelayanan kesehatan lainnya untuk melengkapi pengetahuan yang
berkaitan dengan obat dan penggunaannya.
Fungsi dan Ruang Lingkup Panitia Farmasi dan Terapi
Fungsi dan ruang lingkup Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut :
1. Bertindak sebagai pengevaluasi, pendidik, penasehat bagi staf medik dan rumah sakit dalam
hal yang berkaitan dengan penggunaan obat termasuk dalam hal penyelidikan terhadap obat.
2. Mengembangkan suatu formularium obat yang diterima untuk digunakan di rumah
sakit dan mengadakan revisi yang secara berkesinambungan.
3. Mengadakan program dan prosedur yang membantu memastikan keamanan dan keefektifan
terapi obat.
4. Mengadakan program dan prosedur yang membantu memastikan manfaat biaya dari terapi
obat.
5. Mengadakan atau merencanakan program pendidikan untuk staf medik profesional dalam hal
yang berkaitan dengan penggunaan obat.
6. Berpartisipasi dalam kegiatan jaminan mutu dalam hal distribusi, penyerahan, dan penggunaan
obat.
7. Memantau dan mengevaluasi reaksi obat yang merugikan di rumah sakit dan membuat
rekomendasi yang tepat untuk mencegah terjadinya reaksi obat merugikan tersebut.
8. Menilai dan mengarahkan evaluasi penggunaan obat, mengkaji hasilnya, dan mengadakan
rekomendasi untuk mengoptimalkan penggunaan obat.
9. Memberikan nasehat kepada instalasi farmasi rumah sakit dalam penerapan prosedur
pengendalian dan distribusi obat yang efektif.
10. Menyebarkan informasi tentang kegiatannya dan rekomendasi yang disetujui oleh staf
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Organisasi Panitia Farmasi dan Terapi
Panitia Farmasi dan Terapi sedikitnya harus terdiri dari: dokter, farmasis, perawat, tenaga
administrasi, koordinator jaminan mutu, dan anggota lain yang sesuai. Ketua Panitia Farmasi dan
Terapi adalah seorang dokter senior yang secara profesional disegani, mempunyai pengalaman klinik
dan mengenal serta mendukung kemajuan pelayanan farmasi, yang dipilih dari dan oleh anggota.
Sekretaris Panitia Farmasi dan Terapi adalah seorang apoteker kepala instalasi farmasi atau apoteker
lain yang ditunjuk oleh kepala instalasi farmasi yang mempunyai pengalaman di bidang kefarmasian.
Pelaksanaan Kegiatan Panitia Farmasi dan Terapi
Pelaksanaan kegiatan Panitia Farmasi dan Terapi meliputi :
1. Rapat atau pertemuan Panitia Farmasi dan Terapi yang dilaksanakan secara teratur minimal
enam kali setahun sesuai kebutuhan rumah sakit.
2. Komite harus mengundang pakar dari dalam dan luar rumah sakit untuk ikut dalam rapat komite
untuk memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan
pertimbangannya yang khas.
3. Agenda dan bahan-bahan pendukung lain termasuk notulen disiapkan oleh sekretaris sebelum
rapat. Agenda harus sudah dibagikan kepada semua anggota satu minggu sebelum rapat
agar masih ada waktu mempelajarinya. Sekretaris harus mampu memaksimalkan topik-topik
yang memerlukan diskusi interdisiplin menyeluruh.
4. Notulen dari setiap pertemuan merupakan rekaman penting yang tidak boleh hilang dan
dipelihara sebagai rekaman tetap rumah sakit yang bersifat mengikat seluruh anggota.
Notulen disimpan minimal selama 3 (tiga) tahun.
5. Rekomendasi dari komite harus disajikan kepada seluruh staf medik atau komite-komite lain
yang terkait untuk dilaksanakan.
6. Hubungan dengan komite-komite lain di rumah sakit yang berkaitan dengan penggunaan obat
harus dipelihara dengan baik.
Sistem Formularium
Sterilized
Supply
tenaga
kerja
untuk
ditempatkan
di Central
Sterilized
Supply
Department(CSSD) harus dilatih terlebih dahulu tentang prinsip sterilisasi, monitoring otoklaf,
pengoperasian sterlisasi gas, identifikasi alat bedah, menyusun dan membersihkan peralatan, tes
bakteriologi dan biologi dasar. Progam pelatihan ini membutuhkan waktu dan biaya, sehingga harus
ada teknisi progam pelatihan untuk mengembangkan karyawan sehingga berkualitas baik dari segi
teori dan teknologi.
Kegiatan Central Sterilized Supply Department (CSSD)
Central Sterilized Supply Department (CSSD) modern merupakan ruangan yang terdiri dari
autoklaf dan peralatan sterilisasi. Barang yang masuk ke dalam Central Sterilized Supply
Department (CSSD) dicatat dalam buku penerimaan yang memuat data tentang tanggal masuk
barang, nama dan jumlah barang, nama ruangan serta keterangan mengenai fisik barang. Barang
yang masuk dalam Central Sterilized Supply Department (CSSD) dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Barang bersih, berasal dari bagian perbekalan dan distribusi, rumah tangga dan barang
pesanan untuk disterilkan.
b. Barang kotor, berasal dari ruangan-ruangan seperti sarung tangan, pakaian dan alat
kedokteran.
Proses seleksi dilakukan untuk memisahkan barang yang dapat dipakai ulang dengan barang
yang sudah rusak seperti sobek, tidak tajam lagi, bekas pasien AIDS, dan sebagainya. Pemberian
desinfektan dengan cara merendam barang dalam larutan desinfektan seperti lisol dan wipol, kecuali
tenun operasi yang tidak mengalami proses pemberian desinfektan.
Kontrol kualitas dilakukan untuk menjamin mutu sterilitas produk yang dihasilkan. Kontrol
kualitas tersebut diantaranya adalah pemasangan indikator fisik pada barang-barang yang akan
disterilkan, uji mikrobiologi barang-barang yang telah disterilkan, penentuan tanggal kadaluarsa untuk
barang yang telah disterilkan.
NOTULEN RAPAT
Tanggal
Perihal
: 27 September 2013.
: Rapat I Panitia Nasional Peringatan 42 tahun Korpri.
a.
Kegiatan audiensi dengan Presiden RI, diusahakan dapat dilaksanakan,
karena selama periode kepengurusan 2000-2014, beliau belum hadir pada
acara yang kita selenggarakan.
b.
Pornas Korpri ke-13, mudah-mudah dapat terlaksana dengan baik,
telah diselenggarakan rakernis tanggal 27-29 September 2013, yang dihadiri
Ketua Umum PB Bapor Korpri, Sekda Provinsi Sulawesi Utara beserta jajaran
pejabat eselon II, Para Pengurus DPK dan Bapor Kementerian/LPNK, Provinsi
seluruh Indonesia.
c.
Bhakti sosial :
1) Lomba paduan suara nasional Korpri I (Mars Korpri dan lagu wajib nasional)
oleh LPP RRI.
2) Lomba pengucapan Panca Prasetya Korpri oleh Kemenhan.
3) Lomba cerdas cermat oleh Kominfo.
4) Pertandingan futsal oleh Kemenhub.
5) Pertandingan tenis meja oleh Kemensesneg.
e.
Upacara nasional tanggal 29 November 2013 dengan Irup Presiden
RI/Wapres RI, diselenggarakan dengan beberpa alternatif :
1) Alternatif I dilaksanakan di Jakarta.
2) Alternatif II dilaksanakan di Sulawesi Utara, sekaligus dirangkaikan dengan
acara penutupan Pornas Korpri ke-13.
3) Alternatif III, Apabila Presiden berhalangan hadir sebagai Irup, maka sesudah
upacara tanggal 29 November 2013, maka Penasehat Harian Nasional Korpri
dan DPKN, bersilaturahmi menghadap Presiden RI, sekaligus mohon diri
pamitan kepengurusan periode 2009-2014.
f.
g.
Talk show dan konferensi pers oleh Kominfo, RRI dan TVRI (Pusat atau
Manado), kegiatan ;
1) Talk show oleh DPKN
2) Pidato Ketua Umum DPKN pada tanggal 28 November 2013 pukul 19.30
(Siaran tunda atau siaran langsung).
3) Peliputan seluruh kegiatan acara peringatan 42 tahun Korpri, Pornas ke-13
Korpri.
4) Mohon disisipkan pesan pada siaran RRI dan runing teks TVRI.
Presiden RI. Bahan tersebut ditunggu sampai dengan Minggu pertama bulan
Oktober 2013.
Karo Humas
Selaku Sekretaris Panitia Nasional
Djoko Suseno