Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB II

PEMBAHASAN
A. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan
Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah, dan kualifikasi
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Perencanaan tenaga kesehatan diatur melalui PP No.32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan dalam pasal 6 ayat (1) bahwa
pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan yang merata bagi masyarakat. Ayat (2) Pengadaan dan penempatan
tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan nasional tenaga kesehatan. Ayat
(3) Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan faktor jenis
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat, sarana kesehatan, jenis dan jumlah
tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Ayat (4)
Perencanaan nasional tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri.
Sebagai turunan dari PP tersebut, telah diterbitkan beberapa Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes). Kepmenkes No.850/Menkes/SK/XII/2000 Tahun 2000 antara
lain mengatur tentang kebijakan perencanaan tenaga kesehatan untuk meningkatkan
kemampuan para perencanan pemerintah, masyarakat dan semua profesi disemua
tingkatan. Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004 Tahun 2004 (Depkes, 2004) antara lain
mengatur tentang pedoman penyusunan perencanaan sumber daya kesehatan di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, serta rumah sakit. Pada Kepmenkes tersebut disediakan pula
menu tentang metode perencanaan tenaga kesehatan untuk dipilih sesuai dengan kemauan
dan kemampuan.
Dalam hal perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metoda
penyusunan yang dapat digunakan yaitu :
1. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan
atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat.
2. Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan.
3. Health Service Target Method yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan, misalnya Puskesmas, dan
Rumah Sakit.

4. Ratios Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan pada
standar/rasio terhadap nilai tertentu.
B. Peningkatan Mutu
Dalam hal peningkatan mutu lulusan tenaga kesehatan acuannya adalah PP No. 32
Tahun 1996 pasal 3 yang menetapkan bahwa tenaga kesehatan wajib memiliki
pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari
lembaga pendidikan. Pasal 21 menetapkan bahwa setiap tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya juga berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.
Peningkatan mutu institusi pendidikan tenaga kesehatan diatur pada PP yang sama.
Dalam PP ini dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dihasilkan melalui pendidikan di bidang
kesehatan. Pasal 8 ayat (1) Pendidikan di bidang kesehatan dilaksanakan di lembaga
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat.

Ayat (2)

Penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan harus dilaksanakan berdasarkan izin


sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Izin penyelenggaraan pendidikan
profesional dikeluarkan bersama oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan
Nasional. Selanjutnya, izin penyelenggaraan pendidikan akademik dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional.
Beberapa isu yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan tenaga kesehatan
antara lain :
1.

Perencanan kebutuhan tenaga kesehatan dengan produksi lulusan yang dihasilkan

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

belum serasi
Kemampuan produksi belum sejalan dengan daya serap tenaga lulusan
Produksi lulusan belum sesuai dengan mutu yang diinginkan oleh pengguna
Kebijakan dan pengelolaan antara Poltekes dan Non Poltekses belum sinkron
Penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah
belum sepadan dengan penyelenggaraan oleh swasta
Perundangan antara yang dikeluarkan oleh Depkes dan Depdiknas belum selaras.
Penetapan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah
berdampak terhadap penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan oleh berbagai
instansi diluar Depdiknas termasuk Departemen Kesehatan.

C. Kebijakan Tenaga Kesehatan

Kebijakan perencanaan tenaga kesehatan secara nasional antara lain diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP
tersebut antara lain dinyatakan:
1. Pasal 6 ayat (3) Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan
jenis pelayanan yang dibutuhkan, sarana kesehatan, jenis dan jumlah yang sesuai.
2. Pasal 6 ayat (4) Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Kebijakan Pemerintah tentang perencanaan SDM kesehatan ditetapkan melalui
Kepmenkes No.81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.
Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu daerah dalam mewujudkan rencana
penyediaan dan kebutuhan SDM Kesehatan dengan prosedur penyusunan rencana
kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat institusi (misalnya Poliklinik, Puskesmas, Rumah
Sakit); tingkat wilayah (misalnya Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota); dan dalam kondisi
bencana (pada saat prabencana, terjadi bencana, dan pasca bencana).
Adapun prinsip dasar perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan adalah:
1. Disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan, baik lokal, nasional, maupun
global;
2. Pendayagunaan SDM-Kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi, seimbang, dan
selaras oleh Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha;
3. Penyusunan Perencanaan didasarkan pada sasaran upaya kesehatan nasional dan
4. Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010;
5. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan didasarkan pada kesesuaian
metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-masing.
Dalam rangka pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan, Dinas kesehatan
menetapkan beberapa kriteria yang digunakan. Bagi penempatan Bidan PTT yaitu di desa
yang tidak ada bidan 84,2%, Desa terpencil 50,0%, Angka kesakitan 28,9%, Lainnya
7,9%. Dari data tersebut terlihat bahwa kriteria utama (84,2%) bagi lokasi penempatan
bidan PTT adalah desa yang tidak memiliki dokter atau bidan. Penggunaan kriteria seperti
ini menunjukkan bahwa masih banyak desa yang tidak mempunyai bidan.

D. Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing

Dalam PP No.32 Tahun 1996 dibahas pada pasal 27 ayat (1) bahwa tenaga kesehatan
warga negara asing hanya dapat melakukan upaya kesehatan atas dasar ijin dari menteri.
Ayat (2) ketentuan lebih lanjut rnengenai perijinan diatur oleh menteri dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang tenaga
kerja asing.
Salah satu tantangan pada era globalisasi adalah adanya kecenderungan tenaga
kesehatan warga negara asing datang ke Indonesia, bekerja, dan memberikan pelayanan
kesehatan. Hal ini merupakan peluang bagi terjadinya alih teknologi di bidang kesehatan.
Namun bisa juga keberadaan tenaga kesehatan asing berpotensi mengancam keselamatan
masyarakat jika mereka tidak kompeten dan dapat mengurangi peluang kerja bagi tenaga
kesehatan Indonesia. Hal tersebut, perlu disikapi dengan bijak dan waspada dengan
strategi yang tepat, pengaturan yang efektif, serta peningkatan kompetensi dan kualitas
tenaga kesehatan Indonesia.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di dalam perdagangan internasional merupakan
salah satu unsur dari perdagangan jasa yang pada saat ini masih diatur di tingkat bilateral
dan regional ASEAN. Oleh karena itu, lalu lintas tenaga kesehatan asing yang masuk ke
Indonesia harus mengacu dan memperhatikan regulasi domestik di Indonesia.
Saat ini, tenaga kesehatan warga negara asing masuk dan bekerja di Indonesia harus
melalui beberapa jalur perizinan, antara lain melalui Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah, dan Jalur
instansi pemerintah pusat lainnya. Adanya berbagai jalur tersebut, berimplikasi pada tidak
diketahuinya secara pasti jumlah, jenis, kualifikasi dan kompetensi tenaga kesehatan asing
di Indonesia. Bahkan ada yang masuk ke Indonesia dengan alasan promosi barang yang
belum diatur dengan baik. Hal ini berakibat makin sulitnya pengawasan dan pembinaan
tenaga kesehatan asing, terutama dalam melindungi keselamatan masyarakat Indonesia.
Sesuai dengan Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
dijabarkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 2 tahun 2008,
Kementerian Kesehatan mempunyai peran sebagai pemberi rekomendasi permohonan Izin
Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) yang akan dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi sesuai Permenkes Nomor 317/2010 tentang Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing di Indonesia.
Namun, dalam prakteknya, Kementerian Kesehatan juga berperan memberikan izin
penyelenggaraan alih ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan pelatihan,
penelitian berbasis pelayanan kesehatan, serta bakti sosial.

Вам также может понравиться