Вы находитесь на странице: 1из 9

KERAGAMAN

DAN KESETARAAN
1. 1.

Pengertian Keragaman dan Kesetaraan

Keragaman dapat diartikan dengan suatu hal yang banyak macamnya, beda atara satu
dan sifatnya tidak tunggal. Sedangkan kesetaraan dapat diartikan sebagai sama,tidak
Berbeda atau sederajat. Beberapa istilah yang dianggap sesuai dengan keragaman salah
satunya ialah pluralitas (plurality) yaitusuatu konsep yang mengandalkan adanya hal-hal yang
lebih dari satu. Sisi lain dari pluralitas adalah kemajemukan yang didasari oleh keutamaan
(keunikan) dan kekhasan. Karena itu, pluralitas tidak dapat terwujud atau diadakan atau
terbayangkan keberadaannya kecuali sebagai objek komparatif dari keseragaman dan kesatuan
yang merangkum seluruh dimensinya.
Pluralitas, sebagaimana halnya seluruh fenomena pemikiran, memiliki sifat pertengahan,
keseimbangan juga mempunyai sisi yang ekstern, baik yang melebih-lebihkan atau mengurangngurangkan. Pluralitas juga bisa dianggap sebagai motivator dalam menghadapi ujian, cobaan,
kesulitan berkompetensi, dan berlomba-lomba dalam berkarya dan berinteraksi diantara masingmasing pihak yang berbeda-beda dalam peradaban.
Istilah lain yang digunakan untuk masyarakat yang terdiri dari agama, ras, bahasa, dan budaya
yang berbeda, yakni keragaman (divercity) yang menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari
satu itu berbeda-beda, heterogen dan bahwa tidak dapat disamakan. Furnivail adalah yang
pertama kali mengintrogasi konsep masyarakat majemuk pada waktu dia membahas kebijakan
dan praktek-praktek pemerintah jahjahan di Indonesia. Konsep multikulturalisme juga dapat
dianggap sesuai dengan masalah-masalah perbedaan, bahkan konsep ini juga mampu
menjembatani perbedaa-perbedaan yang muncul dari kemajemukan.

1. 2.

Makna Keragaman dan Kesetaraan dalam kehidupan Sosial Budaya

Keragaman sebagai motivator dalam menghadapi ujian, cobaan, kesulitan berkompetisi, dan
berlomba-lomba dalam berkarya dan berkreasi diantara masing-masing anggota masyarakat
(yang beda budaya).
Dengan keragaman kehidupan menjadi dinamis, terciptanya manusia antar budaya.
Manusia antar budaya adalah orang yang identitas dan loyalitasnya melewati batas-batas
kebangsaan dan komitmennya bertaut dengan pandangan bahwa dunia merupakan komunitas
global, ia merupakan orang yang secara intelektual dan emosional terikat pada kesatuan
fundamental semua manusia yang pada saat yang

sama mengakui, menerima, dan menghargai perbedaan mendasar antara orang-orang yang
berbeda budaya.

1. 3.
Problematika Keragaman dan Solusinya dalam Kehidupan
Masyarakat
Ramalan Samuel P. Hurtington konflik tidak lagi terjadi akibat faktor-faktor keragaman ekonomi,
politik, dan ideologi, tetapi justru dipicu oleh masalah-masalah keragaman suku bangsa, agama,
ras, dan antar golongan (SARA). Ramalan ini didukung oleh peristiwa sejarah yang terjadi
sebelumnya (era 1980-an) yaitu perang etnis di Balkan, di Yugoslavia pasca pemerintahan
Michael Joseph Tito. Di Indonesia sendiri permasalahan mengenai keragaman suku bangsa,
agama, ras, dan antar golongan, mengarah kepada kondisi konflik sejak era reformasi.
Masyarakat Indonesia terkenal sebagai sebuah masyarakat multiethnis atau bersuku banyak
bangsa.
Samuel P. Hutington meramalkan konflik antar peradaban dimasa depan yang dipicu oleh
masalah-masalah keragaman suku bangsa, agama, ras, dan antar-golongan (SARA). Konflik
tersebut menjadi gejala terkuat yang menandai runtuhnya polarisasi ideology dunia ke dalam
komunisme dan kapitalisme, bersamaan dengan runtuhnya negara-negara Eropa Timur.
Peradaban-peradaban di dunia berbeda satu sama lainnya karena faktor bahasa, sejarah, budaya,
tradisi, dan agama. Sehingga peradaban-peradaban tersebut mengalami benturan atau suatu
keniscayaan dalam hubungan antar beragam peradaban.
Huntington merancang bagi peradaban barat, strategi kemenangan terhadap islam (kaum
muslimin) dalam benturan ini dan membagi fase benturan pada masa depan menjadi dua fase,
yaitu fase jangka pendek dan fase jangka panjang. Fase jangka pendek, Huntington
merekomendasikan :
1. untuk menyatukan dunia peradaban dan mempergunakan seluruh masyarakat barat untuk
menjadi perseteruan bagi masyarakat non-barat, sehingga perseteruan barat terfokus
melawan islam dan cina.
2. Mengurangi kemampuan militer Islam dan Cina, serta menambah kekuatan militer barat,
dan menjaga keunggulan militer barat di Timur dan Barat Daya Asia (Cina dan Islam).
3. Memperkuat lembaga-lembaga internasional yang berperan memperjuangkan
kepentingan dan nilai-nilai barat, serta memberikan justifikasi kepadanya dan
mengikutsertakan negara-negara non-barat untuk bergabung dalam lembaga-lembaga ini.
Pada fase jangka panjang dianggap sebagai fase penguasaan barat atas peradaban-peradaban
non-barat. Peradaban-peradaban non-barat menjadi modern dan akan terus berusaha mencapai
kekayaan, tehnologi, keahlian, permesinan, dan persenjataan.
Huntington mengilustrasikan masa depan peradaban barat sebagi peradaban yang memonopoli
singgasana pearadaban dunia, dan melihat perseteruan antar peradaban-peradaban yang
beragam, sebagai jalan untuk menghapus keragaman peradaban ini. Setelah barat menyatukan

kesatuannya maka ia harus menjalankan strategi fase jangka pendek. Inti dari perseteruan ini
yaitu mematahkan kekuatan peradaban islam dan cina sambil mengikat seluruh peradaban
lainnya dalam lembaga-lembaga internasional yang memperjuangkan nilai-nilai dan kepentingan
barat dan memberikan justifikasi kepadanya. Sedangkan dalam jangka panjang adalah menguasai
peradaban-peradaban non-barat lainnya yaitu peradaban yang telah berhasil memodernisasi
masyarakatnya secara militer maupun ekonomi.
Di Indonesia permasalahan mengenai suku bangsa, agama, ras, dan antar golongan, mengarah
kepada kondisi konflik sejak era reformasi. Kemudian Parsudi Suparlan juga melihat konflikkonflik yang terjadi di Indonesia merupakan konflik suku bangsa yang kemudian bergeser ke
konflik yang bernuansa agama. Lebih lanjut, sekarang konflik suku bangsa di Indonesia sudah
berubah dari perorangan menjadi kategoriakal. Yang menjadi sasaran untuk dihancurkan oleh
masing-masing anggota suku bangsa yang berseteru, bukan lagi perorangan ateu kelompok
melainkan kategori suku bangsa tersebut. Siapa saja yang memakai atribut atau memiliki ciri
kesukubangsaan ras yang menhjadi musuh akan dihancurkan tanpa mengenal batasan umur, jenis
kelamin, posisi sosial, agama, dan lainnya.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa multietnis atau bersuku bangsa banyak. Berbeda
dengan masyarakat Amerika yang terwujud sebagai bangsa tidak dengan cara mempersatukan
suku-suku bangsa yang dilakukan oleh sisitem nasionalnya, meskipun mereka memiliki
kebudayaan yang berragam. Amerika lebih menonjolkan keberanekaragaman kebudayaannya
daripada corak multietnisnya. Kebudayaan amerika yang beragam itu bisa dimiliki oleh setiap
individu atau komuniti disana, sehingga jati diri suku bangsa atau rasial dari individu menjadi
tidak relevan.
Kebijakan untuk meredam jati diri rasial atau suku bangsa dan menonjolkan ide keanekaragaman
kebudayaan masyarakat atau multikulturalisme, dianggap sebagai upaya peredaman potensipotensi dan ide-ide pengembangan serta kemajuan melalui ide keanekaragaman yang sejalan
dengan prinsip demokrasi.
Permasalahan dan konflik yang bernuansa keragaman suku bangsa, agama, ras, dan
antargolongan yang terjadi, baik dalam skala regional maupun internasonal lebih terletak pada
pemahaman budaya lain di luar budaya sendiri. Disini pemahaman ragam budaya yang ada
yang diikuti dengan komunikasi antar budaya menjadi unsur yang sangat signifikan dalam
menjembatani perbedaan-perbedaan.
Hal yang harus diperhatikan dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar budaya
terjadi, bila pemberi pesan dan penerima pesan berasal dari komunitas budaya yang berbeda. Hal
ini yang bertujuan untuk menjelaskan tentang keragaman budaya yang harus disikapi dengan
unsur persatuan dan kesatuan.
Komunikasi antar budaya antar budaya ini perlu dikembangakan sebagai upaya untuk :
1. Mencapai pertukaran dialektis antar budaya
2. Mengembangkan kesederajatan dan menghapus deskriminasi

3. Memupuk rasa solidaritas nasional dengan cara membiasakan diri dalam kehidupan
bersama
4. Mendorong terjadinya pembauran secara alamiah sehingga mampu mengatasi perbedaan
budaya.
Komunikasi antar budaya mempunyai cakupan, antara lain:
1. Komunikasi antar ras yang bertujuan untuk menghilangkan prasangka rasial.
2. Komunitas antar etnik bertujuan untuk mensosialisasikan dan membudayakan pertukaran
informasi kebudayaan antar suku bangsa.
3. Komunikasi antar agama mempunyai tujuan untuk memupuk perilaku keagamaan dan
sosial yang akomodatif
4. Komunikasi antar kelas mempunyai tujuan untuk menghindari ketidakseimbangan dan
deskriminasi
5. Komunikasi antar gender yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan hak dan
kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat kaum laki-laki dan perempuan
Disini dapat dilihat bahwa komunikasi antar budaya mensosialisasikan ide pluralitas dan
keberagaman dengan bahasa budaya
1. 4. Kesetaraan
Kesetaraan warga dan hak budaya komuniti adalah unsur-unsur mendasar yang ada dalam unsur
demokrasi, yang menekankan pentingnya hak individu dan kesetaraan individu atau warga, dan
toleransi terhadap perbedaan dan keanekaragaman. Pemahaman tentang hubungan antara
keragaman dan kesetaraan itu harus seiring dan sejalan dengan praktek-praktek hubungan sosialbudaya masyarakat. Untuk itu Suparlan mengatakan :
1. Perlu menonjolkan ide keanekaragaman kebudayaan atau masyarakat multikultural.
2. Menempatkan Individu dengan keragaman kebudayaan yang setara derajatnya dalam
mewujudkan kehidupan demokrasi.
3. Menjamin hak komuniti sebagai satuan kehidupan berskala kecil yang menempati suatu
wilayah

Gender merupakan pelabelan yang pada kenyataannya dibentuk oleh budaya, tidar bersifat
permanen, dan oleh karenanya bisa dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan.
Sifat feminim sering kali dilekatkan pada diri perempuan dan sifat maskulin dilekatkan pada diri
laki-laki. Sehingga bila ada seseorang bersikap tidak sesuai dari sifat-sifat yang sudah dilekatkan
pada dirinya oleh masyarakat maka dia dianggap menyimpang atau salah.

Padahal tidak semua laki-laki mampu bersifat tegas, demikian pula tidak semua wanita bersifat
cengeng dan seterusnya

Sifat feminim seringkali dilekatkan pada diriperempuan dan sifat maskulin seringkali dianggap
sebagai laki-laki,tetapi bila ada orang yang bersifat tidak sesuwai dengan sifat yang dilekatkan
pada dirinya,maka oleh masyarakat akan di anggap menyimpang.padahal pada rillnya,potensi
antara perempuan dan laki-laki sebagai manusia adalah relatif. Setidaknya ada lima isu gender
yang di alami perempuanakibat ketidak adilan gender yaitu antara lain :
1. Kekerasan terhadap perempuan
2. Beban ganda perempuan
3. Marginalisasi perempuan
4. Subordinasi perempuan
5. Stereotype terhadap perempuan

Sedangkan manifestasi ketidak adilan gender bagi perempuan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pada sektor budaya,peremuan terkungkung.
2. Dalam sektor publik maupun domestik perempuan seringkali menjadi korban tindak
kekerasan.
3. Dalam bidang ekonomi,perempuan mengalamimarginalisasi dan harus menanggung
beban ganda jika ingin berkiprah diruang publik.
Pada awalnya feminsme di kritik keras karena ideologi pukul ratanya yang menggeneralisasi
begitu saja persoalan-persoalan perempuan secara semesta tanpa melihat bahwa tingkat
pengetahuan serta tingkat teknologi dan informasi telah membuat perempuan tidak monopolistik
Feminisme sosial
Ketika Karl Marx dan Friderich Engels memformulasikan teori dan ideologinya,mereka melihat
kaum perempuan yang kedudukanya identik dengan kaumproletar pada masyarakat kapitalis
barat.dalam teorinya menganologikan perkawinan sebagai lembaga yang melegitimasi pria
memiliki itri secara pribadi.menurut mereka,karna istri di miliki oleh suami,maka ini bentuk
penindasan terhadap perempuan. . Tetapi secara teori,bermacam bentuk penyadaran pada kaum
perempuan merupakan orientasi praksisnya.feminisme sosial adalah gerakan intuk membebaskan
para perempuan mulalui perubahan struktur patriarkat.proses penyadaran ini adalah usaha untuk
membangkitkan rasaemosi,agar para perempuan bangkit untuk mengubah keadakan di harapkan
dengan adanya ini akan mampu meruntuhkan sistem patriarkat yang ada.

Teologi feminis
Teologi feminis bersumber dari mazhab teologi pembebasan yang di kembangkan James Cone
pada akhir 1960-an.teologi feminis berkembang dalam berbagai agama di antaranya islam,kristen
dan yahudi,agama-agama sering di tafsirkan dengan memakai ideologi patriarka yang
menyudutkan perempuan. Para teolog feminis yang berkembang dalam islam,berusaha mencari
konteks dan latar belakang ayat-ayat al-quran dan hadis,tujuanya adalah untuk membantah
penafsiran dan fikih yang merugikan perempuan.

Feminisme radikal

Teori feminism radikal berkembang pesat di AS pada 1960-1970-an. Tidak seperti teori feminis
sosialis, dimana masalah ekonomi dan stuktur sosial yang menciptakan sub ordinasi perempuan,
feminisme radikal berpendapat bahwa ketidakadilan gender bersumber dari Perbedaan biologis
antara laki-laki dan perempuan itu sendiri.

Feminis radikal cenderung membenci makhluk laki-laki sebagai individu maupun kolektif,
mengajak perempuan untuk mandiri, bahkan tanpa perlu keberadaan laki-laki dalam hidup
mereka, salah satu alternatifnya adalah dengan hubungan heteroseksual (lesbian), hidup
melajang, ataupun menjanda
Manusia secara kodrat merupakan mengusung nilai harmoni. Perbedaan yang mew.ujud secara
fisik ataupun mental, sebenarnya merupakan kehendak Tuhan yang seharusnya dijadikan sebagai
sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi.
Salah satu model keagamaan dan kesetaraan adalah konsep Multikulturalisme, dimana
masyarakat mempunyai berbagai macam budaya, ras, agama yang merupakan ekspresi dari
bangsa tersebut

MANUSIA, KESERAGAMAN, DAN KESETARAAN


A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia
1. Makna Keseragaman Manusia
Keseragaman berasal dari kata ragam. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
ragam berarti, 1. tingkah, cara; 2.macam, jenis; 3. musik, lagu, langgam; 4. warna, corak; 5. laras
(tata bahasa). Merujuk pada arti nomor dua di atas, ragam berarti jenis, macam. Keragaman
menunjukkan adanya banyak macam, banyak jenis. Keragaman manusia yang dimaksud di sini
yakni manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah mahkluk individu
yang setiap individu memiliki ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat
pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
Selain individu terdapat juga keragaman sosial. Jika keragaman individu terletak pada perbedaan
secara individu atau perorangan sedangkan keragaman sosial terletak pada keragaman dari
masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.
2. Manusia Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga dapat disebut
kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama tingkatan
(kedudukan, pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan adanya
tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu
sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk Tuhan memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan
bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu
sebagai mahkluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Dihadapan Tuhan, semua
manusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan nantinya adalah
tingkatan ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
B. Kemajemukan dalam Dinamika Sosial Budaya
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk.
Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat majemuk (plural
society) pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri
utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik,
tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.
Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas , dipertanyakan validitasnya sekarang ini
sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di suatu
kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan:
1. Etnik dan ras atau asal usul keturunan.
2. Bahasa daerah.
3. Adat Istiadat atau perilaku.
4. Agama.
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.
Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:
1. Penghasilan atau ekonomi.
2. Pendidikan.
3. Pemukiman.
4. Pekerjaan.
5. Kedudukan social politik.
Keragaman atau kemajemukkan, masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras, etnik, agama,
pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan, dan sebagainya. Pada bagian ini akan diulas
tentang kemajemukan masyarakat Indonesia karena unsur-unsur ras dan etnik.
1. Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah ras diperkenalkan
Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan
manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang
lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.
Berdasarkan karakter biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam berbagai ras.
Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung, dan
karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut berdasarkan ciri fisik
biologis. Ciri utama pembeda antarras antara lain ciri alamiah rambut pada badan, warna alami
rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan penutup mata, bentuk hidung serta bibir, bentuk
kepala dan muka, ukuran tinggi badan. Misalnya, ras Melayu secara umum bercirikan sawo
matang, rambut ikal, bola mata hitam, dan berperawakan badan sedang. Ras negro bercirikan
kulit hitam dan berambut keriting.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatik. Secara biologis, konsep
ras selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam
suatu kelompok tertentu yang secara genetik memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata,
rambut, hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor tampilan
luar.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras atas
tiga kelompok, yaitu kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat (1990)

membagi ras di dunia ini dalam 10 kelompok, yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid,
Polynesia, Malenesia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen.
2. Etnik atau suku bangsa
Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup
manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena kontinuitas dan rasa identitas yang
mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar secara
biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai budaya, membentuk jaringan
komunikasi dan interaksi sendiri dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok
lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
Bila merujuk pendapat F. Baart di atas, identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari
unsur-unsur suku bangsa bawaan (etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahiran)
atau hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan kepercayaan (religi),
kesamaan mitologi, dan kesamaan totemisme.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang besar.
Berapa persis jumlah etnik di Indonesia sukar ditentukan. Sebuah buku pintar Rangkuman
Pengetahuan Sosial Lengkap menuliskan jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400
buah (Sugeng HR, 2006). Klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia biasanya didasarkan sistem
lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum adat di
Indonesia (Koentjaraningrat, 1990). Keanekaragaman kelompok etnik ini dengan sendirinya
memunculkan keanekaragaman kebudayaan di Indonesia. Jadi, berdasarkan klasifikasi etnik
secara nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.

Вам также может понравиться