Вы находитесь на странице: 1из 13

Dalam ayat-ayat Al-Quran harta memiliki

kedudukan[1] , antara lain :


1. Harta sebagai amanah dari Allah SWT,
manusia hanyalah sebagai pemegang
amanah untuk mengelola dan memanfaatkan
sesuai dengan ketentuanNya.
Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari
harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu.. (QS:An-Nur:33)
1. Harta sebagai perhiasan hidup yang
memungkinkan manusia menikmatinya
dengan baik dan tidak berlebihlebihan.
harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan (QS:Al-Kahfi:46)
1. Harta sebagai ujian keimanan.
dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga). (QS:Ali
Imran:14 (
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu
hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah
pahala yang besar (QS:At-Tagobun:15)
1. harta sebagai bekal ibadah.
Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa
ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu
dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui. (QS:At-Taubah:41)
Komentar atas relevansi landasan hukum konsep
harta
Harta berdasarkan terminologi fiqh muamalat di
kalangan ulama hanafiyah diartikan sebagai :
segala sesuatu yang seluruh manusia cenderung
padanya dan dapat disimpan sampai batas waktu
yang diperlukan, baik yang berupa harta bergerak
ataupun tidak bergerak.
Dari dalil-dalil Al-Quran di atas Allah SWT

memberikan kesempatan kepada manusia untuk


memiliki harta baik dalam jumlah yang banyak
ataupun sedikit. Kebebasan seseorang untuk
memiliki harta dan memanfaatkannya adalah
sebatas yang dibenarkan oleh syara. Harta juga
digunakan untuk memenuhi kewajiban manusia
kepada Allah dan harta juga dimanfaatkan untuk
kepentingan sosial. Hal ini dilakukan karena
meskipun semua orang dituntut untuk berusaha
mencari rezeki namun yang diberikan Allah
tidaklah semuanya sama untuk setiap orang.
Orang yang mendapatkan kelebihan rezeki
dituntut untuk menafkahkan sebagian
perolehannya itu.
2. SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN
Landasan hukum
v Al-Quran
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Al Maidah : 120)
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya
dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah telah menjadikan kamu menguasainya.
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.(QS. Al Hadiid :
7)
v Al-Hadits
Rasulullah SAW bersabda ; sesungguhnya dalam
setiap harta itu ada hak-hak orang lain selain
zakat. (HR. At Tirmidzi)
Komentar atas relevansi landasan hukum Sebabsebab Kepemilikan
Segala apa yang ada di alam semesta ini adalah
milik Allah SWT. Sedangkan manusia bertugas
sebagai yang di amanahi untuk menjaga,
memelihara serta menggunakannya sesuai
dengan kebutuhan.
Berikut adalah konteks harta dapat dimiliki dalam
arti sesuatu yang tadinya milik umum bisa
menjadi milik pribadi atau lain sebagainya maka
ada beberapa faktor yang menyebabkan harta
dapat dimiliki antara lain :
1. penguasaan terhadap harta bebas

2. khalafiyah, yaitu berpindahnya sesuatu


menjadi milik seseorang karena
kedudukannya sebagai penerus pemilik lama
atau kedudukannya sebagai pemilik barang
tertentu yang telah rusak atau musnah dan
digantikan dengan seseuatu yang baru oleh
orang yanr merusakannya.
3. Tawallud Mamluk , segala sesuatu yang lahir
atau tumbuh dari objek yang telah dimiliki,
menjadi hak bagi yang memiliki objek hak
tersebut.
4. Akad , yaitu pertalian atau keterkatan antara
ijab dan qabul sesuai dengan kehendak
syariah yang menimbulkan akibat hukum
pada objek akad.
3. RIBA
Landasan Hukum Pelarangan Riba
v Al-Quran
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (QS:An-Nisaa:29)
Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. (QS. Al Baqarah : 275)
Tahapan Pelarangan Riba :
Tahap Pertama
Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu

berikan agar Dia bertambah pada harta manusia,


Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah
orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya). (QS Ar Rum : 39)
Tahap Kedua
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi,
Kami haramkan atas (memakan makanan) yang
baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan
mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta benda orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orangorang yang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih. (QS:an-Nisaa:160-161)
Tahap Ketiga
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan Riba dengan berlipat gandadan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan .(QS. Ali Imran : 130)
Tahap Keempat
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya
dan tidak (pula) dianiaya. (QS:AlBaqarah:278-279)
v Al-Hadits
Dalam riwayat Abdullah ibn Masud dikatakan:
Rasulullah SAW melaknat para pemakan riba,
yang memberi makan dengan cara riba, para
saksi dalam masalah riba, dan para penulisnya.
(HR. Abu Daud, dan hadits yang sama juga
diriwayatkan Muslim dan Jabir ibn Abdillah)
Komentar atas relevansi landasan hukum Riba
Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam

transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam


secara batil atau bertentangan dengan prinsip
muamalah dengan Islam. [2]
Riba merupakan tambahan terhadap barang atau
uang yang timbul dari suatu transaksi utang
piutang yang harus diberikan oleh pihak yang
berutang kepada pihak berpiutang pada saat
jatuh tempo. Jadi, dengan kata lain riba
merupakan hal yang memberatkan bagi para
pihak yang berutang karena itu keberadaannya di
haramkan.
Dalam Al-Quran proses pengharaman riba di
lakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
Pertama, Allah menunjukkan bahwa riba itu
bersifat negatif. Kedua ,Allah memberikan isyarat
akan keharaman riba melalui kecaman
terhadappraktek riba di kalangan masayrakat
yahudi. Ketiga, Allah mengharamkan salah satu
bentuk riba, yaitu yang bersifat berlipat ganda
dengan larangan yang tegas. Dan yang terakhir ,
Allah mengharamkan riba secara total dengan
segala bentuknya. [3]
Jika dilihat dari macamnya maka riba itu ada dua
macam: nasiah dan fadhl.
1. riba nasiah ialah pembayaran lebih yang
disyaratkan oleh orang yang meminjamkan.
2. riba fadhl ialah penukaran suatu barang
dengan barang yang sejenis, tetapi lebih
banyak jumlahnya Karena orang yang
menukarkan mensyaratkan demikian, seperti
penukaran emas dengan emas, padi dengan
padi, dan sebagainya. riba yang dimaksud
dalam ayat Ini riba nasiah yang berlipat
ganda yang umum terjadi dalam masyarakat
Arab zaman Jahiliyah.[riba yang sudah
diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini,
boleh tidak dikembalikan.
4. AKAD JUAL BELI
Landasan Hukum
v Al-Quran
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. (QS. Al Baqarah : 275)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan

yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang


Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu .(QS. An Nisa : 29)
v Al-Hadits
Rasulullah SAW. Ditanya salah seorang sahabat
mengenai pekerjaan (profesi) apa yang paling
baik. Rasulullah ketika itu menjawab: usaha
tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang
diberkati. (HR. Al Bazaar dan Al Hakim).
Pedagang yang jujur dan terpercaya itu sejajar
(tempatnya di surga) dengan para Nabi, para
Shiddiqin, dan para Syuhada. (HR. At Tirmidzi)
Komentar atas relevansi landasan hukum Akad
Jual-Beli
Jual beli merupakan tukar menukar barang
dengan cara tertentu atau tukar menukar sesuatu
dengan yang sepadan menurut cara yang
dibenarkan. maksud dengan yang sepadan adalah
dalam transaksinya barang yang ditukarkan harus
sama nilainya dengan barang yang ditukarkan
tersebut.
Secara umum praktek jual beli adalah dibolehkan
asalkan terbebas dari unsur Riba, gharar, dan hal
lain yang menimbulkan kemudharatan.
5. ASURANSI
Landasan Hukum
v Al-Quran
dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(QS:Al-Maidah:2)
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur. (QS:Al-Baqarah:185)
v Al-Hadits
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, bertanya
seseorang kepada Rasulullah SAW. Tentang

(untanya); apa (unta) ini saya ikat saja atau


langsung saya bertawakal kepada Allah SWT?,
bersabda Rasulullah SAW; pertama ikatlah unta
ini kemudian bertawakallah kepada Allah
SWT. (HR. At Tirmidzi)
Komentar atas Relevansi Landasan Hukum
Asuransi
Asuransi merupakan jaminan atas harta dari
berbagai ancaman, dengan maksud untuk
mendapatkan ganti terhadap hartanya yang
hilang. metode transaksinya adalah pihak
tertanggung membayar atau menyerahkan
sejumlah uang kepada pihak penanggung dengan
cara cicilan. system asuransi dewasa ini telah
berkembang pesat untuk melayani masyarakat
secara luas, khususnya kalangan pebisnis untuk
memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan
dari berbagai bahaya. Prinsip asuransi secara
syariah tidak jauh dengan konsep jual beli yaitu
tidak boleh adanya unsure gharar dan hal hal
yang dilarang secara syari
6. Ijarah Muntahiyah Bi At-Tamlik (IMBT)
Landasn hukum[4]
v Al-Quran
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian
yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari
apa yang mereka kumpulkan. (QS. Al-Zukhruf :
32)
Komentar atas Relevansi Landasan Hukum IMBT
IMBT merupakan rangkaian dua buah akad, yakni
akad al-bai dan akad ijarah. Al-bai merupakan
akad jual beli dan ijarah merupakan akad sewamenyewa, sedangkan IMBT merupakan kombinasi
dari kedua akad tersebut. Dalam IMBT
pemindahan barang menjadi hak milik terjadi
dengan salah satu dari dua cara berikut ini :
1. pihak yang menyewkan berjanji akan menjual
barang yang disewakan tersebut pada akhir
masa sewa ;

2. pihak yang menyewakan akan menghibahkan


barang yang disewakan tersebut pada masa
akhir sewa.
Akad IMBT boleh dilakukan dengan ketentuan
sebagi berikut [5] :
1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam
akad ijarah, berlaku pula dalam akad IMBT.
2. Perjanjian untuk melakukan adak IMBT
harus disepakati ketika akad Ijarah
ditandatangani.
3. Hak dan kewajiban setiap pihak harus
dijelaskan dalam akad.
7. WAKAF UANG (TUNAI)
Landasan Hukum
v Al-Quran
perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
(QS:Al-Baqarah:261)
kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja
yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya. (QS:Ali Imran:92)
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di
jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah,
bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(QS:Al-Baqarah: 267)
dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah amat berat. (QS:Al Maidah:
2)

v Al-Hadits
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda: Apabila anak Adam (manusia)
meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali
tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak sholeh yang mendakan
orang tuanya. (HR Muslim)
v Pendapat Ulama
Selain ulama mazhab Hanafi, sebagian ulama
mazhab Syafii juga membolehkan Wkaf Tunai :
Abu Tsaur Meriwayatkan dari Imam Syafii
tentang dibolehkannya wakaf dinar dan dirham
(Uang)
Komentar atas Relevansi Landasan Hukum
Wakaf Uang (Tunai)
Inti dari wakaf adalah hal yang diwakafkan
adalah untuk kepentingan umum maka melihat
perkembangan dan kebutuhan serta keadaan akan
wakaf, dan berdasarkan adanya petunjuk dasar
hukum diatas, maka apapun bentuk wakaf,
selama pokoknya ditahan dan hasilnya digunakan
untuk kepentingan umum, maka boleh di jadikan
sumber wakaf.
Adapun beberapa manfaat dari wakaf uang
adalah seseorang yang memiliki dana terbatas
sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya
tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah
terlebih dahlu. kemudian melalui wakaf uang,
aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong
bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan
gedung atau diolah untuk lahan pertanian.
8. OBLIGASI SYARIAH
Landasn Hukum
v Al-Quran
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqadaqad itu . (QS. Al Maidah : 1)
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan . (QS. Al Baqarah : 233)
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja

(pada kita), karena Sesungguhnya orang yang


paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada
kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.
(QS. Al Qashash : 26)
v Al-Hadits
Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya
mengering (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Umar)
Kami pernah menyewakan tanah dengan
(bayaran) hasil pertaniannya, maka, Rasulullah
melarang kami melakukan hal tersebut dan
memerintahkan agar kami menyewakannya
dengan emas atau perak. (HR. Abu Daud dari
Sad Ibn Abi Waqqash).
Komentar atas Relevansi Landasan Hukum
Obligasi Syariah
Obligasi syariah adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa hasil / margin / fee, serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
9. KARTU KREDIT / SYARIAH CHARGE CARD
Landasan hukum
v Al-Quran
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqadaqad itu[388]. Dihalalkan bagimu binatang ternak,
kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. Al
Maidah : 1)
Penyeru-penyeru itu berkata: Kami kehilangan
piala Raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan
makanan (seberat) beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya.( QS. Yusuf : 72).
Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (QS.
Al Maidah : 2)

dan orang-orang yang apabila membelanjakan


(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula)
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian. (QS. Al Furqan :
67)
dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.(QS. Al Isra :
26-27)
v Al-Hadits
Perjanjian boleh dilakukan diantara kaum
muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram, dan
kaum muslimin terikat debgan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram (HR. Imam
At Tirmidzi dari Amr bin auf Al Muzani)
Komentar atas Relevansi Landasan Hukum Kartu
Kredit / Syariah Charge Card
Kartu kredit merupakan alat pembayaran dengan
tidak menggunakan dana cash, artinya seseorang
dapat berbelanja atau bertransaksi tidak mesti
menggunakan dana cash. perjanjian yang
digunakan diantaranya Ariyah (perjanjian kredit),
Wakalah (perjanjian pemberian kuasa) dan
Kafalah (perjanjian penanggungan). Adapun
mekanisme dalam kartu kredit ini adalah si
penerbit kartu kredit adalah sebagai penjamin
atas pihak yang atau si pemegang kartu kredit.
Dipandang dari sudut syariah maka dalam
penggunaan kartu kredit ini telah terjadi tolong
menolong yang diperbolehkan, dimana pemegang
kartu tertolong dalam hal kebutuhan pembayaran
dengan uang tunai pada satu sisi, di sisi lain
pedagan juga tertolong karena barangnya terjual.
Pembyarannya dilakukan dilakukan oleh
perusahaan penerbit kartu kredit dan sedangkan
perusahaan penerbit atau perbankan menerima
komisi atau jasa yang dilakukan.
10. PASAR MODAL

Landasn hukum
v Al-Quran
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung .(QS.Al Jumuah : 10)
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba .(QS. Al Baqarah : 275)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu,
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (QS. An Nisa : 29)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya
dan tidak (pula) dianiaya. (QS. Al Baqarah :
278-279)
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqadaqad itu . (QS. Al Maidah : 1)
v Al-Hadits
Rasulullah SAW melarang jual beli (yang
mengandung) gharar (HR. Al Baihaqi dari Ibnu
Umar)
Rasulullah SAW melarang (untuk) melakukan
penawaran palsu (Muttafaq alaih)
Komentar atas Relevansi Landasan Hukum Pasar
Modal
Pada dasarnya adalah segala jual beli adalah
dibolehkan, maka dalam pasar modal juga
demikian adanya, namun yang tidak
diperbolehkan dalam penerapan pengumpulan
modal melalui jual beli saham dalam pasar modal
ini, yaitu tidak boleh ada unsure spekulasi dalam
jual beli saham, artinya ketika ada pihak yang
memebeli dari pihak pertama dengan tujuan untuk
dijual lagi ketika harga saham naik pada pihak

ketiga dengan tujuan menambah modal, maka


terdapat unsur riba di dalamnya, karena orang
cenderung menjualnya dengan harga tinggi
dibanding ketika dia membeli, ini yang tidak di
perbolehkan dalam islam karena mengandung
unsur spekulasi dan tidak sesuai akad pertama
seperti yang diutarakan pada ayat Alquran dan
hadits di atas
[1] AH. Azharuddin Latihif, M.Ag, Fiqh Muamalat ,
Jakarta, UIN Jakarta Press, 2005
[2] Antonio, Muhammad SyafiI, Bank Syariah dari
Teori ke Praktik , Jakarta, Gema Insani Press,
2001
[3] Ibid. Hal, 48-50
[4] Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor : 27/
DSN-MUI/ III/ 2002 Tentang IMBT
[5] Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor : 27/
DSN-MUI/ III/ 2002 Tentang IMBT

Вам также может понравиться