Вы находитесь на странице: 1из 16

KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR PADA BANGUNAN

KANTOR SEWA
TINJAUAN TEORI
KANTOR SEWA/RENTAL OFFICE
Kantor sewa adalah ruang atau bangunan/ gedung sebgaai
tempat untuk melaksanakan kegiatan administrasi bagi setiap
perusahaan atau pemakai, yang pengadaannya dimaksudkan untuk
disewakan kepada perusahaan/pemakai dalam jangka tertentu pula
sesuai kesepakatan bersama antara pemakai(penyewa) dengan
pemilik(pengelola).

1.
2.
3.

4.

Fungsi Rental Office


Sebagai wadah untuk menampung beberapa yang belum
mempunyai kantor sendiri.
Sebagai tempat melakukan transaksi bisnis dengan pelayanan
profesional serta lembaga dalam bentuk usaha komersial.
Sebagai tempat menampung perusahaan yang bergerak
dibidang industri pemasaran, dan bukan untuk
memprooduksi atau mengolah barang mentah atau setengah
jadi menjadi barang jadi, tetapi untuk memasarkan hasil
industri yang sudah jadi.
Mempermudah para konsumen (pengguna jasa) karena lokasi
kantor yang sudah jelas dan terdapat beberapa jenis kegiatan
yang dapat sekalian dilakukan

Gambar :gedung sewa


Sumber: www.google.com

KEBUTUHAN RUANG KANTOR SEWA/RENTAL OFFICE

Kantor sewa

SISTEM STRUKTUR

sistem struktur dapat dipisahkan kedalam dua mekanisame


penyaluran beban, diantaranya ialah pemikul beban gravitasi
dan pemikul beban lateral, walaupun dalam kenyataannya,
kedua sistem ini bekerja bersamaan sebagai suatu kesatuan.
Walaupun bangunan merupakan struktur tiga dimensi, namun
untuk penggolongan elemen struktural biasanya hanya

ditinjau dalam dua sistem, yaitu sistem horizontal (lantai), dan


sistem vertikal (portal).
Sistem Lantai (Floor Systems)
Sistem lantai berfungsi untuk mendukung beban gravitasi,
baik beban mati maupun beban hidup yang bekerja padanya,
dan menyalurkannya pada sistem vertikal (portal). jenis
sistem struktur yang di gunakan yaitu:
Sistem Balok Pemikul Lantai (Beam-Supported Slab
System) Pada sistem ini pelat lantai didukung oleh balok.
Sistem ini sering digunakan pada bangunan bertingkat, dan
juga untuk struktur portal bertingkat rendah. Beban yang
bekerja pada lantai didukung dan diteruskan ke kolom oleh
jaringan balok. Balok yang terhubung langsung dengan kolom
disebut balok induk (primary beams atau girders), sedangkan
balok yang bertumpu pada balok lainnya, bukan kolom,
disebut balok anak (secondary beams). Seperti juga dinding
pendukung, sistem ini dapat digolongkan menjadi two-way
atau one-way, tergantung dari dimensi panel. Jika balok
begitu kaku, maka lendutan balok menjadi tidak
diperhitungkan. Namun apabila balok relatif fleksibel, maka
lendutan dari balok harus diperhatikan, dan akan
mempengaruhi lendutan pada pelat lantai juga

Gambar: Beam-supported slab system

Rangka kaku dan inti (rigid frame and core)


Merupakan rangka hybrid dimana adanya penggabungan sistem
struktur rangka kaku (rigid frame) dan sistem struktur inti (core).
Rangka kaku bereaksi terhadap beban lateral, terutama melalui
lentur balok dan kolom. Perilaku demikian berakibat ayunan (drift)
lateral yang besar pada bangunan dengan ketinggian tertentu. Akan
tetapi, apabila dilengkapi dengan struktur inti, ketahanan lateral
bangunan akan sangat meningkat karena interaksi inti dan rangka.
Sistem inti ini memuat sistem-sistem mekanis dan transportasi
vertikal.
Struktur rangka kaku (rigid frame) adalah struktur yang
terdiri atas elemen-elemen linear, seperti kolom dan balok yang
ujungnya dihubungkan dengan joints(titik hubung) yang bersifat
kaku atau rigid. Berbeda halnya dengan struktur pos and beam
yang titik hubungnya bersifat sendi atau roll. Aksi lateral pada
rangka menimbulkan lentur, gaya geser, dan gaya aksial pada
semua elemen(balok dan kolom). Momen lentur akibat lateral akan
mencapai maksimum pada penampang dekat titik hubung,
sehingga ukuran elemen struktur didekat titik hubung harus dibuat
lebih besar atau diperkuat. Efek beban lateral yang bekerja pada
struktur rangka kaku gedung bertingkat banyak. Dimana
semakintinggi gedung emakin besar momen dan gaya-gaya pada
setiap elemen. Apabila gaya yang bekerja sudah sedemikian besar,
maka diperlakukan kontribusi struktur lain, seperti sistem core.
Struktur rangka (Rigid Frame) merupakan struktur yang
terdiri atas elemen-elemen linear. Umumnya balok dan kolom yang
ujung-ujungnya dihubungkan. Dan untuk memahami perilaku
struktur rangka sederhana adalah dengan membandingkan
perilakunya terhadap beban dengan struktur post-and-beam.
Kerangka terdiri atas komposisi kolom-koom dan balok-balok.
Unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya-gaya
menuju tanah. Sedangkan balok adalah unsur horiontal sebagai

pemegang dan media pembagi beban dan gaya menujukolom. Efek


turunnya tumpuan pada struktur rangka, karena adanya perbedaan
penurunan tumpuan.

Sistem Rigid Frame


Bentuk struktur rangka adalah perwujudan dari pertentangan antara
gaya tarik bumi dan kekokohan; dan struktur rangka yang modern
adalah hasil penggunaan baja dan beton secara rasional dalam
bangunan. Kerangka ini terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan
balok-balok. Unsur vertikal, berfungsi sebagai penyalur beban dan
gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur horizontal yg
berfungsi sebagai pemegang dan media pembagian lentur.
Kemudian kebutuhan-kebutuhan terhadap lantai, dinding dan
sebagainya untuk melengkapi kebutuhan bangunan untuk hidup
manusia, dapat diletakkan dan ditempelkan pada kedua elemen
rangka bangunan tersebut diatas. Jadi dapat dinyatakan disini
bahwa rangka ini berfungsi sebagai struktur bangunan dan dindingdinding atau elemen lainnya yang menempel padanya merupakan
elemen yang tidak struktural. Bahan-bahan yang dapat dipakai
pada struktur ini adalah kayu, baja, beton atau lain-lain bahan yang
tahan terhadap gaya tarik, tekan, punter, dan lentur.
Untuk masa kini banyak digunakan baja dan beton yang mampu
menahan gaya-gaya tersebut dalam skala besar. Untuk bahan
pengisinya dapat dipakai bahan yang ringan atau yang tidak
mempunyai daya dukung yang besar seperti susunan batu bata,
dinding-dinding kayu, kaca dan lain-lain. Untuk sistem struktur
semacam ini dimungkinkan didapatnya bangunan bertingkat
banyak untuk memenuhi kebutuhan, bila dibandingkan
dibandingkan dengan sistem kontruksi yang lain. Hanya ada
kekurangannya, yaitu jarak antara kolom mempunyai batas
maksimum yang relatif kecil. Jarak antar kolom yang jauh akan
mempengaruhi dimensi dari balok mendatar yang akan membesar
dan akan menjadi tidak ekonomis.

Struktur rangka kaku (rigid frame) adalah struktur yang terdiri


atas elemen-elemen linear, seperti kolom dan balok yang
ujung ujungnya dihubungkan dengan joints (titik hubung) yang
bersifat kaku atau rigid, bedakan dengan struktur pos-andbeam yang titik hubungnya bersifat sendi atau roll. Aksi lateral
pada rangka menimbulkan lentur, gaya geser, dan gaya aksial
pada semua elemen (balok dan kolom). Momen lentur akibat
lateral akan mencapai maksimum pada penampang dekat titik
hubung. Sehingga ukuran elemen struktur didekat titik hubung
harus dibuat lebih besar atau diperkuat. Efek beban lateral
yang bekerja pada struktur rangka kaku gedung bertingkat
banyak, dimana semakin tinggi gedung semakin besar
momen dan gaya-gaya pada setiap elemen. Apabila gaya
yang bekerja sudah sedemikian besar, maka diperlukan
kontribusi struktur lain, seperti bracing, sistim core ataupun
dinding geser.
Distribusi gaya pada struktur rangka pada gedung tingkat
banyak, apabila gedung mengalami gaya lateral maka akan
terjadi kolom yang mengalami gaya tarik dan mengalami gaya
tekan. Struktur rangka (rigid frame) merupakan struktur yang
terdiri atas elemen-elemen linear, umumnya balok dan kolom,
yang ujungujungnya dihubungkan dengan joints (titik hubung)
yang dapat mencegah rotasi relatif diantara elemen struktur
yang dihubungkannya. Dan untuk memahami perilaku struktur
rangka
sederhana
adalah
dengan
membandingkan
perilakunya terhadap
beban dengan struktur post-and-beam. Kerangka terdiri atas
komposisi kolom-kolom dan balok-balok.Unsur vertikal
berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya-gaya menuju
tanah, sedangkan balok adalah unsur horizontal sebagai
pemegang dan media pembagi beban dan gaya menuju

kolom. Efek turunnya tumpuan (support settlement) pada


struktur rangka, karena adanya perbedaan penurunan
tumpuan.

STRUKTUR CORE (INTI BANGUNAN)


Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi
bangunan tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain
adalah bentuk ,, O, atau core wall dua cell dengan pengaku di
tengahnya berbentuk . Dari masing-masing bentuk core wall ini,
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam memberikan
fleksibilitas dan efektivitas pada struktur bangunan. Bangunan
tinggi yang mempunyai struktur core wall, dibuat dengan salah satu
pertimbangan adalah fleksibilitas untuk pengaturan posisi (tata
letak) yang akan memberikan penghematan dan efisiensi
maksimum pada bangunan secara keseluruhan.
Pada sistim core (inti) sebagai pengaku bangunan secara
keseluruhan, dimana gaya-gaya lateral yang bekerja disalurkan
oleh balok-balok menuju ke core/inti sebagai elemen struktur
utama. Core sebagai inti pengaku pendukung utama struktur
bangunan, dengan material dari :
Core beton (shear wall atau bearing wall)
Core dari struktur baja (tube)
Posisi perletakan sistim core pada bangunan tergantung pada titik
pusat keseimbangannya, dimana perletakkannya mempunyai
beberapa varian, seperti :
Sentral core, dimana core (inti) terletak pada titik pusat
massa bangunan.
Core pada tepi bangunan, berfungsi sebagai penahan gaya
lateral secara langsung lateral core.
Bangunan dengan 2 (dua) core, dimana perletakan core
pada kedua sisi bangunan.
Bangunan dengan core tersebar, dengan perletakan core
tersebar pada seluruh bidang bangunan dan berada pada
titik berat bangunan.
Core dengan shear wall, yang berguna untuk

kekakuan. Dimana core dipadu dengan shear wall

(dinding geser), sedang shear wall berperan sebagai


penahan gaya geser daripada gaya horizontal.
Core dengan rangka kaku (baja), merupakan
penggabungan core dengan rangka kaku sehingga
menjadi satu kesatuan yang kaku dan stabil.

Dan yang paling penting adalah bahwa sistem struktur core wall ini
didesain untuk dapat manahan gaya torsi yang timbul akibat
tekanan angin yang eksentrisitas dan seragam pada pusat geser
struktur core wall. Struktur core wall pada dasarnya adalah sistem
struktur yang dibuat untuk mampu menahan gaya-gaya lateral yang
timbul akibat gaya angin atau gempa yang merupakan beban
dinamis. Untuk proses analisis mekanikanya, pengaruh gaya-gaya
akibat beban angin dan gempa tersebut (yang merupakan beban
dinamis) diperlakukan sebagai beban statis dan mengabaikan sifat
dinamisnya.
Kondisi eksentrisitas tekanan angin tersebut secara teknis dapat
terjadi antara lain adalah karena :
Posisi struktur core wall yang ditempatkan di dalam bangunan.

Penempatan struktur core wall yang dekat kepada pusat bangunan


akan memberikan eksentrisitas tekanan angin yang berkurang,
yang juga akan memperkecil pengaruh gaya torsi yang terjadi.
Namun secara praktis untuk membuat pengaruh gaya torsi tidak
ada (nol) sama sekali dalam konstruksi bangunan di lapangan
adalah mustahil, dikarenakan gaya angin yang terjadi tidak pernah
seragam dan simetris. Sudut datang gaya angin itu sendiri
merupakan faktor penentu sebagai komponen yang mempunyai
nilai berbeda untuk setiap sudut datang yang berbeda, yang sudah
tentu akan menghasilkan torsi yang berbeda pula.
Selain itu, yang pasti bentuk bangunan dan lubang-lubang pada
struktur core wall juga dapat
mempengaruhi nilai torsi yang timbul.
Untuk bangunan apartement, kebutuhan jaringan akan fungsi dan
utilitas

cenderung tetap, tetapi untuk bangunan komersial membutuhkan


fkelsibilitas dalam hal tata letak yang memerlukan ruang terbuka
yang cukup lebar dengan dinding partisi yang dapat dipindahpindah. Untuk yang menggunakan sistem struktur inti, dapat
dipergunakan untuk menempatkan sistem transportasi vertikal,
tangga, wc, shaft, dan jaringan utilitas lainnya sehingga kadang
bangunan mempunyai inti yang lebih dari satu.
Beberapa bangunan tinggi menggunakan inti dan rangka. Dari segi
perilaku denah ini diterapkan untuk memuaskan sistem plat datar
atau dinding rangka geser bersama belt trusses. Inti dapat terbuat
dari beton , baja atau konbinasi antara betoin dan
baja. Keuntungan inti baja, dalam perakitan lebih cepat karena
pabrikasi. Sedangkan inti dari beton menghasilkan ruang yang
sekaligus memikul beban. Juga dapat dipakai untuk perlindungan
saat kebakaran.
Bentuk denah yang bermcam-macam menungkinkan perletakan
sejumlah inti bangunan. Sistem inti ini dikaitkan dengan bentuk
bangunan yang diatur menurut letaknya, seperti :
1. Letak inti :
inti fasade eksterior (diluar)
inti interior : inti fasade (sekeliling)
inti didalam bangunan
2. Jumlah inti :
inti tunggal
inti terpisah
inti banyak
3. Bentuk inti :
inti tertutup : bujur sangkar, persegi panjang, bulat, segitiga
inti bentuk terbuka : bentuk X, I dan [

Bentuk inti disesuaikan dengan bentuk bangunan


4. Susunan inti :
Simetris
Asimetris

Bahan struktur inti bangunan Core:


Bahan struktur inti bangunan core yang di gunakan adalah beton.
Inti dari beton menghasilkan ruang selain juga memikul beban dan
pertimbangan khusus terhadap kebakaran tidak diperlukan.
Ketiadaan pelenturan pada bahan beton merupakan kelemahannya,
terutama terhadap beban gempa.
UTILITAS DI DALAM CORE
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan,
kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi dan mobilitas
dalam
bangunan,
perancangan
bangunan
harus
selalu
memperhatikan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan
perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, struktur,
interior dan lainnya.
Perancangan utilitas di dalam inti bangunan (core) terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perancangan lif
Perancangan Tangga darurat
Perancangan sistem plambing
Perancangan pengolahan udara
Perancangan instalasi listrik perancangan telepon
Perancangan CCTV dan sekuriti sistem
Perancangan tata suara
Perancangan pembuangan sampah

LUBANG UTILITAS(SHAFT) DAN JALUR UTILITAS


Penetapan inti bangunan akan berdampak kepada
kemungkinan penetapan jalur distribusi jaringan utilitas, baik pada
arah vertikal yang akan berdampak pada rancangan denah bangunan
maupun pada arah horisontal yang berdampak pada potongan
bangunan. Selanjutnya, dalam inti bangunan terdapat sejumlah
ruangan yang diatur sedemikian rupa sehingga jumlah keseluruhan
luas inti bangunan tidak melebihi 20% luas tipikal yang ada.
Disamping itu,80% luas tipikal masih perlu dikurangi dengan jalur
sirkulasi horisontal(koridor), sehingga luas efektif bangunan
menjadi berkurang. Sekitar 4% dari luas tipikal digunakan untuk
lubang utilitas untuk sistem Mekanikal dan elektrikal, yang
umumnya dibagi atas 2 zona distribusi. Pemisahan lubang untuk
ventilasi dan penyegaran udara bertujuan agar tidak terjadi konflik
atau persilangan antar saluran udara (ducting) yang perbandngan
panjang dan lebarnya sekitar 1: 2 sampai 1:4 dan bahan pelapisnya
dapat menahan api selama 2 jam.

3. KONSEP PEMILIHAN SISTEM STRUKTUR


Konsep pemilihan struktur gedung ini mengacu pada:
1. Aspek arsitektural Hal ini berkaitan dengan denah dan bentuk
struktur yang dipilih, yang diharapkan memiliki nilai estetika.
2. Aspek fungsional Perencanaan struktur yang baik sangat
memperhatikan fungsi daripada bangunan tersebut. Dalam kaitannya
dengan penggunaan ruang, aspek fungsional sangat mempengaruhi
besarnya dimensi bangunan yang direncanakan.
3. Aspek kekuatan dan stabilitas Aspek ini berkaitan dengan
kemampuan struktur dalam menerima bebanbeban yang bekerja baik
beban vertikal maupun beban lateral yang disebabkan oleh gempa
serta kestabilan struktur.
4. Aspek ekonomi dan kemudahan pelaksanaan Biasanya pada suatu
gedung dapat digunakan beberapa macam sistem struktur. Oleh
sebab itu faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan pengerjaan
merupakan faktor yang mempengaruhi sistem struktur yang akan
dipilih.
5. Faktor kemampuan struktur dalam mengakomodasi sistem
layanan gedung Struktur harus mampu mendukung beban rancang
secara aman tanpa kelebihan tegangan ataupun deformasi pada batas
yang diijinkan.

6. Aspek lingkungan Aspek lain yang ikut menentukan dalam


perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek adalah aspek lingkungan.
Dengan adanya suatu proyek yang diharapkan akan memperbaiki
kondisi lingkungan dan kemasyarakatan. Sebagai contoh dalam
perencanaan lokasi dan denah haruslah mempertimbangkan kondisi
lingkungan apakah rencana kita nantinya akan menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan sekitar, baik secara fisik maupun
kemasyarakatan, atau bahkan sebaliknya akan dapat menimbulkan
dampak yang positif.
Kelebihan :
Dengan adanya inti di dalam sistem rigid frame membuat struktur
rigid frame and core menjadi lebih stabil. Terutama bertahan
terhadap gaya torsi atau puntir pada bangunan
Sistem utiitas dan shaft yang tersentralisasi pada core membuat
pengawasan dan maintenance yang mudah, serta lebih simple,
efisien dan praktis.
Adanya elemen linear yang dapat menahan gaya lateral.
Kekurangan :
Bila dibandingkan dengan jenis sistem struktur lain, rigod frame
and core termasuk baik, namun hanya dapat digunakan pada
bangunan dengan ketinggian kurang dari 50 lantai.
Dari sedi desain kurangnya pandangan keluar secara bebas
karena adanya penghalang berupa rangka kaku.

-UTILITAS BANGUNAN1. Sistem Air Bersih Air bersih


Diperoleh dari dua sumber mata air yaitu dari PDAM dan
Sumber air tanah melalui IBS control system kemudian ditampung
kedalam Reservoir bawah selanjutnya dipompa ke Reservoir atas
untuk di distribusikan ke ruang-ruang dengan sistem gravitasi karena
lebih efisien dalam penggunaan energi listrik dan terjamin
distribusinya ketika aliran listrik mati/pemadaman.

3. Sistem Penyediaan Listrik


2.

Sistem Air Kotor Air kotor

yang berasal dari closet disalurkan melalui pipa didalam


shaft ke septictank / GWT, kemudian dialirkan ke resapan.
Sedangkan air yang berasal dari wastafel, floor-drain, urinoir,
dan lain-lain dialirkan langsung ke water treatment, setelah
melalui pengolahan air dapat dimanfaatkan kembali untuk
keperluan penyiraman taman dan luapannya dialirkan ke riol
kota.

Sumber daya listrik menggunakan sumber dari PLN melalui


jaringan yang sudah ada. Distribusi jaringan kedalam tapak
menggunakan jaringan bawah tanah. Dan juga mengunakan genset
sebagai sumber daya cadangan yang akan bekerja secara otomatis
bila distribusi listrik dari PLN terputus/pemadaman. Semua jaringan
dikendalikan melalui IBS control system

MDP : Main Distribution Panel ;SDP : Sub Distribution Panel


PP : Panel Pembagi.
4. Sistem Telekomunikasi
Sistem telekomunikasi mengguanakan jaringan telkom, dengan
sistem tak langsung ( telephone terminal room ). Semua jaringan
dikendalikan melalui IBS control system.

6. Sistem penanganan Sampah


Penanganan dalam gedung, sampah dari setiap lantai disalurkan
melalui shaft sampah dan dikirim ke penampungan sampah
sementara di lt basement, dan siap diangkut oleh truk sampah.

Sistem CCTV ( Close Circuit Television ) dan Master Antena


Television ( MATV) sebagai pengawasan pada kegiatan dalam
bangunan. Semua jaringan dikendalikan melalui IBS control system
5. Sistem Penghawaan Penghawaan Buatan
penggunaan AC sistem VRV akan lebih memberikan
keuntungan, karena sistem ini dapat mengontrol atau menyesuaikan
secara otomatis kebutuhan AC disetiap ruangnya, sehingga
memberikan penghematan dalam pemakaian energi listrik. Semua
jaringan dikendalikan melalui IBS control system.

Penanganan diluar gedung, sampah yang dihasilkan dari


kegiatan dalam bangunan dipisahkan menjadi 2 kategori yang
berupa sampah organik dan sampah an-organik sehingga
penangannya dipisahkan dengan cara menyediakan 2 tempat sampah
sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.

7. Sistem Sirkulasi
Perencanaan sistem sirkulasi dalam bangunan secara
horisontal menggunakan koridor atau selasar yang
menghubungkan ke setiap ruangnya, untuk sirkulasi vertikal
mengunakan lift, tangga dan eskalator yang menghubungkan
setiap lantai didalam bangunan. Semua jaringan dikendalikan
melalui IBS control system.

Untuk kenyamanan sirkulasi vertikal menggunakan lift dapat


dihitung secara rumus kebutuhan lift dalam satu bangunan
seperti :

di Jakarta. Bangunan ini memiliki ketinggian 262 m (hingga pucuk


antena) dengan jumlah lantai sebanyak 48 lantai. Menara dengan
fungsi perkantoran ini dirancang oleh Zeidler Roberts Partnership
dan DP Architects Ltd. jumlah lantai dan sistem struktur yang
digunakan, bangunan tinggi Wisma BNI 46 termasuk dalam kategori
efisien. Sistem struktur utama rangka kaku beton

Studi Kasus :

Wisma BNI 46 di Jakarta

Menggunakan sistem rigid frame

Indonesia memiliki banyak bangunan tinggi. Sistem struktur yang


lazim dipakai ialah sistem struktur rigid frame dan flat slab.
Walaupun ketinggiannya tidak sefenomenal bangunan-bangunan
tinggi yang ada di Dubai, Cina, Malaysia dan negara-negara asia
lainnya namun bangunan-bangunan tinggi di Indonesia patut
diperhitungkan

dari

segi

efisiensi

dan

fungsionalitasnya.

Salah satu contoh bangunan tinggi di Indonesia ialah Wisma BNI 46

Вам также может понравиться