Вы находитесь на странице: 1из 22

Askep Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes Mellitus
A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
absolut
maupun
relatif
(Arjatmo,
2002).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Askep Diabetes Mellitus (DM)
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Askep Diabetes Mellitus (DM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I :
o Faktor
genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
o Faktor-faktor
imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
o Faktor
lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.

2. Diabetes
Tipe
II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan
dalam
proses
terjadinya
resistensi
insulin.
Faktor-faktor resiko :
o Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
o Obesitas
o Riwayat keluarga
Askep Diabetes Mellitus (DM)
D.

Tanda

dan

Gejala

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak
ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah
adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan
otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah
:
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10.Neuropati viseral
11.Amiotropi
12.Ulkus Neurotropik
13.Penyakit ginjal
14.Penyakit pembuluh darah perifer
15.Penyakit koroner
16.Penyakit pembuluh darah otak
17.Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat
muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan
haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia

lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang
tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan
gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi
dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi
sebagai
sakit
kepala
dan
kebingungan
mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma
yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
Askep Diabetes Mellitus (DM)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).
Kadar glukosa darah sewaktu

Plasma vena :
o <100>
o 100 - 200 = belum pasti DM
o >200 = DM

Darah kapiler :
o <80>
o 80 - 100 = belum pasti DM
o > 200 = DM

Kadar glukosa darah puasa

Plasma vena :
o <110>
o 110 - 120 = belum pasti DM
o > 120 = DM

Darah kapiler :
o <90>
o 90 - 110 = belum pasti DM
o > 110 = DM

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
Askep Diabetes Mellitus (DM)
F.

Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
Askep Diabetes Mellitus (DM)
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Mellitus
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya


Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin
jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
C. Intervensi

1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
o Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
o Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
o Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.
o Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
o Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
o Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
o Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
o Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
o Kolaborasi dengan ahli diet.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
o Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
o Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
o Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
o Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
o Pantau masukan dan pengeluaran

o Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung
o Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
o Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi
tidak teratur
o Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa,
pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K).
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
o Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge,
frekuensi ganti balut.
o Kaji tanda vital
o Kaji adanya nyeri
o Lakukan perawatan luka
o Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
o Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
o Hindarkan lantai yang licin.
o Gunakan bed yang rendah.
o Orientasikan klien dengan ruangan.
o Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
o Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.

DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih,
Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I
Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Patofisiologi Diabetes Melitus (DM)


Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin

mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan


glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

Faktor Resiko Diabetes Melitus


Faktor Resiko Diabetes Melitus, Diabetes melitus (DM) atau sering disebut kencing manis
merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi). Normalnya, makanan yang kita makan akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi
glukosa dan digunakan sebagai energi. Insulin, hormon yang dihasilkan oleh pankreas,
berfungsi untuk membantu glukosa masuk ke dalam sel-sel tubuh.

Faktor Resiko Diabetes Melitus


Jika Anda menderita diabetes, tubuh Anda tidak membuat cukup insulin atau insulin tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar gula dalam
darah.
Diabetes dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius dan fatal termasuk penyakit
jantung, kebutaan, gagal ginjal, amputasi, bahkan kematian. Penyakit ini dapat menyerang
siapa saja, terutama orang-orang yang memiliki risiko tinggi.

Faktor Resiko Diabetes Melitus


Ada beberapa faktor resiko diabetes melitus yang harus mendapatkan perhatian serius untuk
Anda bisa terhindar dari penyakit yang bisa dibilang sangat mematikan ini. Keberadan
beberapa faktor resiko diabetes di bawah ini pada diri Anda, akan menjadikan Anda memiliki
peluang yang sangat besar untuk Anda terserang penyakit ini.Segera lakukan perbaikan pada
pola hidup Anda apabila ada salah satu faktor resiko diabetes melitus di bawah ini :
1. Riwayat Keluarga

Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremeh untuk seseorang
terserang penyakit diabetes, faktor resiko diabetes melitus. Menghilangkan faktor genetik
sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes
melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan.
Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari
penyakit yang mengerikan ini.
2. Obesitas Atau Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap hormon
insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk menyerap insulin, faktor
resiko diabetes melitus. Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi insulin
sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan organ ini menjadi kelelahan dan akhirnya rusak.
Segera hindari makan makanan yang tinggi kalori !
3. Usia Yang Semakin Bertambah
Usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami
kepekaan terhadap insulin, faktor resiko diabetes melitus. Bahkan pada wanita yang sudah
mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon
insulin.
4. Kurangnya Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup besar untuk seseorang mengalami kegemukan
dan melemahkan kerja organ-organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan juga pankreas,
faktor resiko diabetes melitus. Lakukan olahraga secara teratur minimal 30 menit sebanyak 3
kali dalam seminggu.
5. Merokok
Asam rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat
komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus,
faktor resiko diabetes melitus. Jadilah orang yang berakal dan cerdas dengan tidak menimbun
racun dalam tubuh kita walaupun rokok dianggab bisa memberikan kenikmatan. Kasihanilah
tubuh Anda. Efek jangka panjang rokok sungguh sangat mengerikan. Maka sangat sesuai
sekali kalau agama sangat membenci rokok karena memang lebih banyak kerusakannya
ketimbang manfaatnya.
6. Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Manakan berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup tinggi untuk
seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus, faktor resiko diabetes melitus. Batasi
konsumsi kolestorol Anda tidak lebih dari 300mg per hari.
7. Stres Dalam Jangka Waktu Lama
Kondisi setres berat bisa mengganggu keseimbangan berbagai hormon dalam tubuh termasuk
produksi hormon insulin, faktor resiko diabetes melitus. Disamping itu setres bisa memacu
sel-sel tubuh bersifat liar yang berpotensi untuk seseorang terkena penyakit kanker juga

memicu untuk sel-sel tubuh menjadi tidak peka atau resiten terhadap hormon insulin.
Belajarlah untuk berpola hidup santai walau dalam keadaan serius. Banyak-banyaklah untuk
selalu bertawakkal kepada Allah dalam setiap menghadapi masalah hidup. Bergantunglah
hanya kepada Allah dalam setiap lika-liku kehidupan agar pikiran tenang dan beban terasa
ringan.
8. Hipertensi Atau Darah Tinggi
Jagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu banyak konsumsi
makanan yang asin-asin, faktor resiko diabetes melitus. Garam yang berlebih memicu untuk
seseorang teridap penyakit darah tinggi yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan
resiko untuk Anda terserang penyakit diabetes melitus.
9. Kehamilan
Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu keseimbangan hormon
insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel tubuh menjadi resisten terhadap hormon
insuline, faktor resiko diabetes melitus. Kondisi ini biasanya kembali normal selah masa
kehamilan atau pasca melahirkan. Namun demikian menjadi sangat beriso terhadap bayi yang
dilahirkan untuk kedepan punya potensi diabetes melitus.
10. Ras
Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi untuk terserang diabetes
melitus. Peningkatan penderita diabetes di wilawah Asia jauh lebih tinggi dibanding di benua
lainnya, faktor resiko diabetes melitus. Bahkan diperkirakan lebih 60% penderita berasal dari
Asia.
11. Terlalu Sering Konsumsi Obat-Obatan Kimia
Konsumsi obatan kimia dalam jangka waktu yang lama diyakini akan memberika efek negatif
yang tidak ringan. Obat kimia ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi mengobati di sisi yang
lain mengganggu kesehatan, faktor resiko diabetes melitus. Bahkan tidak sedikit kasus
penyakit berat seperti jantung dan liver serta diabetes diakibatkan oleh terlalu seringnya
mengkomsumsi obat kimia. Salah satu obat kimia yang sangat berpotentsi sebagai penyebab
diabetes adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER. Kedua jenis obat tersebut
sangat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus karena bisa merusak pankreas.
Untuk mengobati dan mencegah faktor resiko diabetes melitus, Anda dapat mengobati dan
mencegah faktor resiko diabetes melitus dengan mengkonsumsi suplemen herbal yang baik
untuk metabolisme tubuh. S-Lutena (Nama Super lutein yang digunakan di Indonesia) adalah
herbal yang sangat baik untuk kesehatan organ tubuh manusia secara keseluruhan. S-Lutena
bisa digunakan sebagai suplemen harian untuk kebutuhan akan nutrisi tubuh atau digunakan
sebagai herbal untuk pengobatan penyakit.
S-Lutena berisi 6 jenis yang paling penting dari karotenoid, lima jenis nutrisi yang paling
penting berdasarkan kebutuhan manusia dan mengkombinasikan fungsi vegetatif dengan
proporsi yang terbaik. Super lutein juga berfungsi sebagai herbal antikanker yang telah
direkomendasikan oleh 6600 dokter spesialis di dunia. S-Lutena juga berfungsi sebagai

antiaging dan antioksidan yang mampu melakukan regenerasi sel tubuh yang rusak. Super
lutein mampu memperbaiki metabolisme tubuh yang tidak baik sehingga berfungsi maksimal.

Faktor Resiko Diabetes Melitus

Cara Mengobati Diabetes


Cara mengobati diabetes di pengobatan diabetes adalah dengan cara natural dan alami. Cara
mengobati diabetes dengan cara ini sangat ampuh dan sudah terbukti! Dalam pengobatan
diabetes, cara kami adalah sebagai pendamping obat medis, jadi sangat aman!
Makanan suplemen pendamping kami sangatlah luar biasa. Dan yang perlu diperhatikan
adalah Selalu kontrol kadar gula anda sebelum konsumsi obat dokter/medis, karena jika
anda konsumsi makanan suplemen kami sudah pasti gula anda akan turun. Dan selalu
cek kadar gula sebelum meminum obat penurun gula darah, jika gula darah anda sudah
menyentuh level dibawah 110, maka kurangi dosis obat dokter/medis anda. Sangat
berbahaya jika dosis obat dokter tidak disesuaikan! Selalu sesuaikan dosis obat
dokter/medis setiap gula darah anda menyentuh level dibawah 110
Inilah cara mengobati diabetes yang ampuh dan telah kami lakukan:

DIET KETAT : (Disiplin) jangan konsumsi karbohidrat (nasi, mie, roti dan
makanan tepung)

DIET KETAT Gula : (Disiplin) konsumsi gula sedikit saja..!

KONSUMSI RUTIN DAN DISIPLIN suplemen yang kami berikan.

Sebelum konsumsi obat dokter selalu cek kadar gula darah anda!

Data Statistik Jumlah Penderita Diabetes di Dunia versi


WHO
Kenaikkan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit diabetes atau kencing manis
semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2.000 jumlahh penduduk dunia yang
menderita diabetes sudah mencapai 171,230,000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan
jumlah penderita diabetes di dunia akan mencapai jumlah 366,210,100 orang atau naik
sebesar 114% dalam kurun waktu 30 tahun.

Dibawah ini adalah data statistik jumlah penderita diabetes di dunia versi WHO pada tahun
2000 dan proyeksi jumlah penderita diabetes dunia pada tahun 2030. Indonesia menduduki
tempat ke 4 terbesar dengan pertumbuhan sebesar 152% atau dari 8.426.000 orang pada
tahun 2.000 menjadi 21.257.000 orang di tahun 2030.
Data Statistik Jumlah Penderita Diabetes di Dunia versi WHO
No

Negara

Thn. 2000

Thn. 2030 Growth

India

31,705,000

79,441,000

151%

China

20,757,000

42,321,000

104%

United States of America

17,702,000

30,312,000

71%

Indonesia

8,426,000 21,257,000

152%

Japan

6,765,000

8,914,000

32%

Pakistan

5,217,000

13,853,000

166%

Russian Federation

4,576,000

5,320,000

16%

Brazil

4,553,000

11,305,000

148%

Italy

4,252,000

5,374,000

26%

10 Bangladesh

3,196,000

11,140,000

249%

11 Turkey

2,920,000

6,422,000

120%

12 Philippines

2,770,000

7,798,000

182%

13 Spain

2,717,000

3,752,000

38%

14 Germany

2,627,000

3,771,000

44%

15 Egypt

2,623,000

6,726,000

156%

16 Mexico

2,179,000

6,130,000

181%

17 Islamic Republic of Iran

2,103,000

6,421,000

205%

18 Canada

2,006,000

3,543,000

77%

19 Republic of Korea

1,859,000

3,378,000

82%

1,765,000

2,668,000

51%

21 France

1,710,000

2,645,000

55%

22 Nigeria

1,707,000

4,835,000

183%

23 Ukraine

1,629,000

1,642,000

1%

24 Thailand

1,536,000

2,739,000

78%

25 Argentina

1,426,000

2,457,000

72%

20

United Kingdom of Great Britain and


Northern Ireland

26 Poland

1,134,000

1,541,000

36%

27 Romania

1,092,000

1,395,000

28%

28 Malaysia

942,000

2,479,000

163%

29 Australia

941,000

1,673,000

78%

30 Saudi Arabia

890,000

2,523,000

183%

31 Colombia

883,000

2,425,000

175%

32 Greece

853,000

1,077,000

26%

33 South Africa

814,000

1,286,000

58%

34 Ethiopia

796,000

1,820,000

129%

35 Viet Nam

792,000

2,343,000

196%

36 Peru

754,000

1,961,000

160%

37 Belarus

735,000

922,000

25%

38 Iraq

668,000

2,009,000

201%

39 Portugal

662,000

882,000

33%

40 Sri Lanka

653,000

1,537,000

135%

41 Syrian Arab Republic

627,000

2,313,000

269%

42 Venezuela

583,000

1,606,000

175%

43 Myanmar

543,000

1,330,000

145%

44 Chile

495,000

1,047,000

112%

45 Cuba

480,000

855,000

78%

46 Bulgaria

472,000

458,000

-3%

47 Afghanistan

468,000

1,403,000

200%

48 Kazakstan

452,000

668,000

48%

49 Sudan

447,000

1,277,000

186%

50 Nepal

436,000

1,328,000

205%

51 Uzbekistan

430,000

1,165,000

171%

52 Morocco

427,000

1,138,000

167%

53 Algeria

426,000

1,203,000

182%

54 Netherlands

426,000

720,000

69%

55 Dem. Peoples Rep. of Korea

367,000

635,000

73%

56 United Arab Emirates

350,000

684,000

95%

57 Ecuador

341,000

921,000

170%

58 Azerbaijan

337,000

733,000

118%

59 Czech Rep.

336,000

441,000

31%

60 Hungary

333,000

376,000

13%

61 Singapore

328,000

695,000

112%

62 Yemen

327,000

1,286,000

293%

63 Yugoslavia

324,000

393,000

21%

64 Belgium

317,000

461,000

45%

65 Ghana

302,000

851,000

182%

66 Sweden

292,000

404,000

38%

67 Democratic Republic of the Congo

291,000

910,000

213%

68 Cte dIvoire

264,000

636,000

141%

69 Israel

257,000

500,000

95%

70 Dominican Republic

245,000

594,000

142%

71 Austria

239,000

366,000

53%

72 Switzerland

219,000

336,000

53%

73 Bolivia

207,000

562,000

171%

74 United Republic of Tanzania

201,000

605,000

201%

75 Georgia

200,000

223,000

12%

76 Jordan

195,000

680,000

249%

77 Kenya

183,000

498,000

172%

78 New Zealand

179,000

307,000

72%

79 Republic of Moldova

171,000

243,000

42%

80 Tunisia

166,000

388,000

134%

81 Haiti

161,000

401,000

149%

82 Finland

157,000

239,000

52%

83 Denmark

157,000

232,000

48%

84 Croatia

155,000

180,000

16%

85 Uruguay

154,000

224,000

45%

86 Slovakia

153,000

220,000

44%

87 Papua New Guinea

152,000

392,000

158%

88 Lebanon

146,000

378,000

159%

89 Senegal

143,000

421,000

194%

90 Mali

140,000

405,000

189%

91 Guatemala

139,000

447,000

222%

92 Mozambique

133,000

273,000

105%

93 Norway

130,000

207,000

59%

94 Burkina Faso

124,000

388,000

213%

95 Armenia

120,000

206,000

72%

96 Lithuania

114,000

146,000

28%

97 Oman

113,000

343,000

204%

98 Mauritius

111,000

233,000

110%

99 Bosnia and Herzegovina

111,000

180,000

62%

10
Cambodia
0

110,000

317,000

188%

10
Niger
1

108,000

382,000

254%

10
Zimbabwe
2

108,000

265,000

145%

10
Kuwait
3

104,000

319,000

207%

10
El Salvador
4

103,000

320,000

211%

10
Paraguay
5

102,000

324,000

218%

10
Madagascar
6

100,000

301,000

201%

10
Uganda
7

98,000

328,000

235%

10
Kyrgyzstan
8

98,000

222,000

127%

10 Somalia

97,000

331,000

241%

9
11
Chad
0

97,000

269,000

177%

11
Tajikistan
1

93,000

246,000

165%

11
Libyan Arab Jamahiriya
2

88,000

245,000

178%

11
Benin
3

87,000

266,000

206%

11
Albania
4

86,000

188,000

119%

11
Ireland
5

86,000

157,000

83%

11
Latvia
6

82,000

90,000

10%

11
Honduras
7

81,000

269,000

232%

11
Jamaica
8

81,000

189,000

133%

11
Turkmenistan
9

80,000

222,000

178%

12
Costa Rica
0

76,000

237,000

212%

12
Zambia
1

70,000

186,000

166%

12
Cameroon
2

70,000

171,000

144%

12
Nicaragua
3

68,000

246,000

262%

12
Slovenia
4

66,000

87,000

32%

12
Sierra Leone
5

65,000

178,000

174%

12
Togo
6

64,000

184,000

188%

12
Trinidad and Tobago
7

60,000

125,000

108%

12
Panama
8

59,000

155,000

163%

12
Malawi
9

55,000

118,000

115%

13 The Former Yugoslav Republic of


0 Macedonia

54,000

96,000

78%

13
Angola
1

51,000

140,000

175%

13
Cyprus
2

50,000

87,000

74%

13
Eritrea
3

47,000

142,000

202%

13
Lao Peoples Dem. Rep.
4

46,000

128,000

178%

13
Estonia
5

46,000

43,000

-7%

13
Liberia
6

40,000

154,000

285%

13
Malta
7

39,000

57,000

46%

13
Qatar
8

38,000

88,000

132%

13
Bahrain
9

37,000

99,000

168%

14
Fiji
0

37,000

72,000

95%

14
Bhutan
1

35,000

109,000

211%

14
Mauritania
2

34,000

103,000

203%

14
Guinea
3

34,000

89,000

162%

14
Mongolia
4

34,000

81,000

138%

14
Lesotho
5

31,000

42,000

35%

14 Rwanda

30,000

77,000

157%

6
14
Burundi
7

26,000

72,000

177%

14
Namibia
8

25,000

60,000

140%

14
Botswana
9

25,000

45,000

80%

15
Gambia
0

22,000

61,000

177%

15
Guyana
1

19,000

36,000

89%

15
Brunei Darussalam
2

18,000

49,000

172%

15
Central African Republic
3

18,000

38,000

111%

15
Guinea-Bissau
4

17,000

44,000

159%

15
Congo
5

14,000

39,000

179%

15
Solomon Islands
6

13,000

41,000

215%

15
Swaziland
7

13,000

21,000

62%

15
Bahamas
8

12,000

26,000

117%

15
Luxembourg
9

12,000

21,000

75%

16
Barbados
0

11,000

22,000

100%

16
Suriname
1

9,000

20,000

122%

16
Equatorial Guinea
2

8,000

21,000

163%

16
Seychelles
3

8,000

19,000

138%

16
Gabon
4

8,000

14,000

75%

16
Cape Verde
5

7,000

24,000

243%

16
Djibouti
6

7,000

9,000

29%

16
Maldives
7

6,000

25,000

317%

16
Andora
8

6,000

18,000

200%

16
Vanuatu
9

6,000

17,000

183%

17
Iceland
0

6,000

12,000

100%

17
Belize
1

5,000

15,000

200%

17
Federated States of Micronesia
2

5,000

13,000

160%

17
Saint Lucia
3

5,000

11,000

120%

17
Saint Vincent and the Grenadines
4

5,000

9,000

80%

17
Comoros
5

4,000

15,000

275%

17
Kiribati
6

4,000

7,000

75%

17
Samoa
7

4,000

7,000

75%

17
Grenada
8

4,000

7,000

75%

17
Tonga
9

3,000

6,000

100%

18
Antigua and Barbuda
0

3,000

5,000

67%

18
Dominica
1

3,000

4,000

33%

18
Marshall Islands
2

2,000

4,000

100%

18 Nauru

2,000

4,000

100%

3
18
Monaco
4

2,000

3,000

50%

18
San Marino
5

2,000

3,000

50%

18
Saint Kitts and Nevis
6

2,000

2,000

0%

18
Palau
7

1,000

2,000

100%

18
Sao Tome-Principe
8

1,000

2,000

100%

18
Cook Islands
9

700

1,300

86%

19
Tuvalu
0

300

800

167%

171,230,00 366,210,10
0
0

114%

Total

Вам также может понравиться