Вы находитесь на странице: 1из 31

PRAKTIKUM PETROLOGI

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB V
BATUAN METAMORF

5.1.

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum yang membahas tentang batuan metamorf kali
ini, yaitu:
1.Mengetahui dan membedakan batuan metamorf berdasarkan klasifikasinya.
2.Menginterpretasikan penamaan batuan-batuan metamorf berdasarkan
deskripsinya.

5.2. Dasar Teori


Batuan metamorf merupakan suatu batuan yang terbentuk akibat
proses-proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya. Prosesproses dalam metamorfisme itu sendiri mempunyai pengertian yaitu suatu
proses-proses perubahan mineral pada batuan dalam, dari akibat perubahan
tekanan dan temperatur yang sangat tinggi di dalam kerak bumi, tanpa terjadi
perubahan-perubahan komposisi kimia pada batuan tesebut.
Metamorfisme adalah proses reaksi rekristalisasi di dalam kerak bumi
pada kedalaman antara (3-20 km) yang pada keseluruhannya atau sebagian
besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fase cair sehingga
terbentuk struktur dan mineral yang baru, akibat dari pengaruh temperatur (T)
dan dari tekanan (P) yang tinggi.
Suatu contoh batuan basaltik berupa dike dan bahan liat tertimbun
bersama-sama pada kedalaman 3000 meter (10000 feet) di bawah permukaan
tanah, di mana dalam kondisi semacam itu bahan tersebut akan memperoleh
tekanan sebesar 1 kilobar (1000 kali tekanan di permukaan tanah).
Jika suhu rata-rata pada kedalaman tersebut sekitar 450o C (842o F)
kedua bahan tersebut di atas akan mengalami proses kristalisasi kembali
(rekristalisasi) kali akan diperoleh suatu bahan baru yang mempunyai sifat
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
berbeda

dari

semula.

Tekanan

merupakan

faktor

terpenting

yang

menyebabkan perubahan atau metamorfisme.

*Sumber : http:// aulizar.wordpress.com, 2014

Gambar 5.1.
Proses Metamorfosa
Proses metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan
yang tinggi, diatas 200C dan 300 Mpa (megapascal), dan dalam keadaan
padat. Sedangkan proses diagenesa berlangsung pada suhu di bawah 200C
dan proses pelapukan pada suhu dan tekanan normal, jauh di bawahnya,
dalam lingkungan atmosfir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfosa, yaitu sebagai
berikut :
1. Pengaruh cairan terhadap reaksi kimia
Pori-pori yang terdapat pada batuan sedimen atau batuan beku
terisi oleh cairan (fluida), yang merupakan larutan dari gas-gas, garam dan
mineral yang terdapat pada batuan yang bersangkutan. Pada suhu yang
tinggi intergranular ini lebih bersifat uap dan pada cair, dan mempunyai
peran yang penting dalam metamorfisme. Di bawah suhu dan tekanan
yang tinggi akan terjadi pertukaran unsur dari larutan ke mineral-mineral
dan sebaliknya. Fungsi cairan ini sebagai media transport dari larutan ke
mineral dan sebaliknya, sehingga mempercepat proses metamorfisme.
Jika

tidak

ada

larutan

atau

jumlahnya

sedikit

sekali,

maka

metamorfismenya akan berlangsung lambat, karena perpindahannya akan


melalui difusi antar mineral yang padat.
2. Suhu dan tekanan

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Batuan apabila dipanaskan pada suhu tertentu akan membentuk
mineral-mineral baru, yang hasil akhirnya adalah batuan metamorf.
Sumber panasnya berasal dari panas dalam bumi. Batuan dapat
terpanaskan oleh timbunan (burial) atau tekanan dapat juga menimbulkan
perubahan tekanan, sehingga sukar dikatakan metamorfisme hanya
disebabkan oleh kenaikan suhu saja. Tekanan dalam proses metamorfisme
bersifat sebagai stress yang mempunyai besaran serta arah. Tekstur batuan
metamorf memperlihatkan bahwa batuan ini terbentuk di bawah
differensial stress, atau tekanannya tidak sama besar dari segala arah.
Berbeda dengan batuan beku yang terbentuk melalui lelehan dan di bawah
pengaruh uniform stress, atau mempunyai bersaran yang sama dari semua
arah.
(Sutirja, 2013)
Ada dua tipe tekanan pada tahap metamorfosa, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Tekanan statis, yaitu tekanan yang disebabkan oleh berat batuan yang ada
di atasnya, makin dalam makin tinggi tekanan tersebut.
2. Tekanan dinamis, yaitu tekanan yang dihasilkan oleh gerak-gerak
diastropisme atau tektonisme.
Di bawah tekanan yang tinggi, dapat terjadi suatu perubahan
komposisi kimia mineral-mineral. Oleh karena itu, tekanan merupakan tenaga
penyebab dari suatu proses metamorfisme. Temperatur, juga merupakan
penyebab metamorfisme terpenting karena kebanyakan reaksi kimia akan
dipercepat oleh kenaikan temperatur. Temperatur yang tinggi di dalam kerak
bumi, dapat berasal dari instrusi magma, aliran gas atau cairan yang panas,
gesekan batuan-batuan ketika terjadi peristiwa diastropik, atau karena
letaknya yang dalam (gradient geothermal terjadi penambahan suhu sebesar
2oC setiap turun 100 m di bawah permukaan tanah).
Pada temperatur krisis tertentu, mineral akan mengalami perubahan
kimia membentuk mineral baru. Berdasarkan penelitian di laboratorium,
diketahui titik lebur batuan akan turunan bila basah dibanding dalam keadaan
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
kering (dari sekitar 1400oC menjadi 400oC). Karena itu kenaikan temperatur
sangat memungkinkan terjadinya proses metamorfosa di dalam kerak bumi.
Gas dan cairan panas yang bersumber dari suatu dapur magma
kemudian menyusup ke dalam batuan kerak bumi, akan menyebabkan pula
terjadinya perubahan-perubahan kimia mineral yang dilaluinya karena selain
panas, gas, dan cairan itu juga mengandung unsur-unsur kimia yang aktif
misalnya uap, fluor, asam borat, dan sebagainya.
(Sutirja, 2013)
5.2.1. Tipe-Tipe Metamorfosa
Berdasarkan

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya

metamorfosa dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :


a. Metamorfosa Thermal
Metamorfosa thermal atau kontak merupakan metamorfosa
yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur (T), biasanya jenis ini
ditemukan pada kontak antara tubuh intruksi magma atau batuan
di sekitarnya.
Panas tubuh intrusi yang diteruskan pada batuan sekitarnya
mengakibatkan metamorfosa kontak. Zona metamorfosa kontak di
sekitar tubuh batuan tersebut terlihat pada batuan sekitarnya.
Lebar daerah penyebaran panas tersebut berkisar dari beberapa
sentimeter sampai kilometer.
Dengan

demikian tempat-tempat yang sering dijumpai

adalah sekitar batuan intrusi seperti batolith, stock, lakkolit, sill,


dike, dan sebagainya. Makin jauh dari intrusi tersebut makin
berkurang derajat metamorfosa karena temperatur semakin rendah.
Dengan demikian maka di sekitar batuan Intrusi akan dijumpai
zona metamorfosa yang melingkari batuan intrusi tersebut. Pada
zona metamorfosa tersebut banyak dijumpai mineral-mineral
bahan galian yang letaknya relatif teratur menurut jauhnya dari
batuan intrusi. Urut-urutan tersebut adalah muskovit di tempat
yang agak jauh, kemudian chlorite, biotit dan akhirnya cordiorit
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(suatu silikat besi, magnesium, alumunium

yang

kompleks)

paling dekat ke kontak magma. Banyak sekali mineral bahan


galian yang terjadinya lewat proses metamorfosa ini, misalnya
besi, timah, tembaga, zink, dan lainnya, yaitu yang dihasikan
dari jenis batuan limestone dan jenis calcareous shale.
Adapun perluasan dari suatu zona metamorfosa di suatu
daerah sekitar batolit yang dapat mencapai beberapa kilometer
persegi,

sekitar

stock

sampai

ribuan

meter. Pada

metamorfosa kontak batuan sekitarnya berubah menjadi hornfels


(batutanduk) yang susunannya tergantung pada sedimen asalnya
(Sutirja, 2014).
Metamorfosa thermal dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1) Metamorfosa kontak langsung dengan batuan di sekelilingnya,
dapat berupa batuan beku, sedimen ataupun batuan metamorf
itu sendiri. Sifatnya lokal dapat terjadi di luar maupun bawah
permukaan.
2) Pirometamorfosa temperatur tinggi sekali terjadi pada sentuhan
langsung dengan tubuh magma, dicirikan dengan xenolith.
b.

Metamorfosa Dinamo
Metamorfosa dinamo adalah jenis metamorfosa yang
diakibatkan oleh kenaikan temperatur (P). Proses pembentukan
batuan metamorf atau sering pula disebut dengan dinamik
metamorfisme adalah suatu perubahan mineral satu ke mineral
lainnya atau batuan yang disebabkan karena tekanan tinggi yang
dihasilkan oleh gerak diastropisme. Tekanan yang berpengaruh di
sini ada dua macam, yaitu :
1) Hidrostatis, yaitu yang mencakup ke segala arah.
2) Stress, yaitu tekanan searah saja.
(Prawira, 2010)

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan
hidrostatis semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit
bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam
ini biasanya didapatkan di daerah sesar atau patahan yang tersebar
luas di seluruh dunia. Karena itu sering pula disebut regional
metapmorphism.
Dengan adanya tekanan dari arah yang berlawanan maka
butir-butir kuarsa di dalam massa liat yang lebih halus, karena
tertekan maka butir-butir kuarsa menjadi pipih sedang partikel liat
mengkristal kembali menjadi lapisan-lapisan mika yang tipis.
c. Metamorfosa Regional
Dalam metamorfosa regional terbagi menjadi dua macam,
yaitu:
1) Metamorfosa Dinamo Thermal
Metamorfosa

ini

terjadi di kulit bumi pada bagian

dalam dan faktor yang berpengaruh adalah temperatur dan


tekanan yang sangat tinggi. Secara geografis dan genetis, cara
penyebaran batuan metamorf ini sangat erat kaitannya terhadap
aktivitas orogenesa.
2) Metamorfosa Beban atau Burial
Batuan metamorf ini terbentuk dari proses-proses
sedimentasi yang sangat tebal pada suatu cekungan yang
sangat luas atau dikenal juga dengan geosinklin.
(Sutirja, 2014)
5.2.2. Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf memiliki pengertian, yaitu suatu
batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk ataupun dari orientasi dari
suatu unit poligranular batuan tersebut. Pembahasan dari susunan
batuan metamorf meliputi susunan pada bagian masa batuan tersebut,
juga termasuk suatu hubungan antara suatu bagian dan bentuk serta
dari kenampakan internal bagian-bagian tersebut
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Secara umumnya batuan metamorf ini dapat dibagi menjadi
dua golongan besar, yaitu pada suatu struktur foliasi dan struktur
non-foliasi.
a. Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan struktur-struktur yang ada pada
batuan metamorf yang ditunjukan oleh adanya suatu penjajaran
dari mineral-mineral penyusun batuan metamorf dan struktur ini
antara lain :
1) Struktur Slatycleavage
Struktur slatycleavage merupakan peralihan batuan
sedimen yang berubah kebatuan metamorf dan merupakan
suatu derajat metamorf yang rendah dari lempung pada
mineral-mineralnya berukuran halus serta kesan penjajarannya
halus sekali, suatu belahan-belahan yang rapat, di mana mulai
terdapat daun-daun yang halus.
Struktur slatycleavage juga merupakan struktur yang
ukurannya paling halus dari pada struktur foliasi yang lainnya.
Di mana struktur ini hampir sama dengan schisstosa, hanya
mineralmineral slatycleavage berukuran halus. Contoh batuan
dari struktur slatycleavage adalah batusabak.

*Sumber : http://ptbudie.files.wordpress.com, 2012

Gambar 5.2.
Struktur Slatycleavage

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2) Struktur Phylitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur slatycleavage
hanya saja mineral dan penjajarannya mulai agak kasar.
Derajat metamorfosa lebih tinggi dari pada slate (batusabak),
di mana pada daun-daun mika chlorite sudah cukup besar.
Contoh batuan dari struktur ini adalah batu phyllite.

*Sumber : http://ptbudie.files.wordpress.com, 2012

Gambar 5.3.
Struktur Phylitic
3) Struktur Schistosa
Struktur ini merupakan suatu mineral pipih lebih
banyak dibandingkan dengan mineral butirannya dan kristalin.
Struktur ini biasanya dihasilkan oleh ada proses metamorfosa
pada regional yang berdampak pada penekanan batuan yang
menyebabkan batuan ini terjadi karena sifat tekannya. Contoh
batuan dari struktur ini adalah batusekis.

*Sumber : http://ptbudie.files.wordpress.com, 2012

Gambar 5.4.
Struktur Schistosa

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4) Struktur Gneissic
Struktur ini merupakan suatu struktur di mana jumlah
mineral yang granular relatif lebih banyak dari mineral pipih.
Contoh dari batuan yang memiliki struktur ini adalah gneis.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.5.
Struktur Gneissic
b. Struktur Non-Foliasi
Struktur non-foliasi ini adalah suatu struktur batuan
metamorf yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral
penyusun batuan metamorf. Yang termasuk dalam struktur ini
adalah :
1)

Struktur Hornfelsik
Struktur ini dicirikan oleh adanya butiran-butiran yang
seragam, terbentuk di daerah kontak sekitar tubuh batuan beku
tersebut pada umumnya reaksi rekristalisasi batuan asalnya,
tidak terdapat pada batu yang halus.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.6.
Struktur Hornfelsik
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2) Struktur Milonitik
Struktur ini sama dengan struktur kataklastik, hanya
butiran melonitik lebih halus dan dapat dibelahbelah seperti
struktur schistosa. Batuannya berbutir halus dan liniasinya
ditunjukan oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk
retikuler dan terkadang masih menyimpan lensa pada batuan
asalnya. Struktur milonitik ini adalah suatu ciri adanya sesar.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.7.
Struktur Milonitik
3) Struktur Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan di dalam
mineralnya, struktur ini hampir sama dengan struktur milonitik
tetapi butir relatif lebih kasar dan struktur mendekati struktur
tipe phylite. Misalnya breksi patahan.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.8.
Struktur Kataklastik
4) Struktur Pilonitik
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Struktur ini hampir sama dengan milonitik tetapi
butirannya relatif lebih halus dan sama kasar dan strukturnya
mendekati pada struktur tipe phylite. Pada umumnya struktur
ini telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adalah kenampakan
kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini.
Batuannya disebut phyllonite (filonit).

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.9.
Struktur Pilonitik
5) Struktur Flaser
Struktur pada flaser menyerupai struktur kataklastik
seperti adanya pecahan-pecahan di dalam mineralnya di mana
pada batuan asalnya berbentuk lensa yang tertanam pada massa
dasar yang milonitik.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.10.
Struktur Flaser

6) Struktur Augen
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Struktur augen mempunyai bentuk yang sama dengan
flaser (berbentuk lensa yang tertanam pada massa dasar yang
milonitik) akan tetapi hanya lensanya saja yang terdiri dari
butiran dalam feldspar yang massanya lebih halus.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.11.
Struktur Augen
7) Struktur Granulose
Struktur ini hampir sama dengan struktur hornfelsik
(struktur yang dicirikan oleh adanya butiran-butiran yang
seragam dan struktur ini tidak terdapat pada batu yang halus),
akan tetapi butirannya yang mempunyai bentuk yang tidak
sama besar dan beragam.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.12.
Struktur Granulose

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
8) Struktur Liniasi
Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan
mineral yang berbentuk seperti jarum. Struktur yang
diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.13.
Struktur Liniasi
5.2.3.

Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur batuan metamorf merupakan kenampakan batuan
metamorf yang berdasarkan pada ukuran atau bentuk dari orientasi
butiran mineral individual dan penyusun batuan metamorf (Jacson,
1970). Pada penamaan sebuah metamorf biasanya menggunakan
awalan blato atau menggunakan akhiran blastik yang ditambah pada
istilah dasarnya.
Pada tekstur batuan metamorf, di bedakan menjadi beberapa
klasifikasi, yaitu:
a.

Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa


Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini
tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1) Tekstur Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya dari mineral
dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak
lagi), dan bukan mengkristal dalam suasana cair, karena pada
kristalnya disebut dengan blatos.
a) Tekstur Lapidoblastik

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tekstur yang didominasi oleh mineral pipih yang
memperlihatkan suatu orientasi sejajar, seperti mineral
biotit dan muskovit.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.14.
Tekstur Lapidoblastik
b)

Tekstur Granoblastik
Tekstur yang terdiri dari mineral-mineral yang
membentuk butiran-butiran di dalam yang seragam yang
hampir sama dengan butiran yang lain yang hampir sama
bentuknya yang terbuat dari tekanan yang sangat kuat
hingga semua butirannya seragam ukurannnya satu dengan
yang lainnya hampir sama, contohnya adalah

seperti

kuarsa, kalsit, garnet dan lain-lain.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.15.
Tekstur Granoblastik

c) Tekstur Nematoblastik
Tekstur

nematoblastik

adalah

tekstur

batuan

metamorf dari mineral-mineral yang dapat membentuk


suatu prismatik yang menjarum serta juga memperlihatkan
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
adanya orientasi. Pada tekstur ini juga diperlihatkan suatu
tekstur yang seragam, yang sejajar dan seperti contohnya
adalah pada seperti amphibol, piroksen, silimanit.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.16.
Tekstur Nematoblastik
c) Tekstur Idioblastik
Tekstur idioblastik merupakan salah satu tekstur
dari batuan metamatorf di mana pada tekstur ini pada
umumnya ada pada batuanbatuan metamorf ini berbentuk
euhedral.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.17 .
Tekstur Idioblastik

d) Tekstur Porfiroblastik
Tekstur yang di mana pada batuan dan kristalnya
besar (fenokris) dan tertanam dalam massa dasar yang

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
relatif lebih halus dan identik dengan porfiritik pada batuan
beku.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.18.
Tekstur Porfiroblastik
e) Tekstur Xenoblastik
Sama dengan idioblastik tetapi bentuk mineralmineralnya adalah anhedral.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.19.
Tekstur Xenoblastik
2) Tekstur Palimset
Tekstur palimset merupakan tekstur sisa atau tekstur
dari batuan asal yang dijumpai pada batuan metamorf dan
tekstur ini meliputi beberapa, yaitu :
a) Tekstur Blastoporfiritik

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tekstur blastoporfiritik adalah suatu tekstur sisa
dari batuan asal atau pada batuan beku yang memiliki suatu
tekstur porfiritik.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.20.
Tekstur Blastoporfiritik
b) Tekstur Blastosephit
Tekstur blastosephit merupakan tekstur sisa dari
sedimen-sedimen. Tekstur blastosephit memiliki ukuran
yang jauh lebih besar daripada sebuah pasir.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.21.
Tekstur Blastosephit

c) Tekstur Blastosamit
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tekstur Blastosamit yaitu tekstrur ukurannya yang
sama dengan satu blastopsefit, hanya saja pada sama
ukuran pasir (samite).

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.22.
Tekstur Blastosamit
d) Tekstur Blastopellite
Tekstur blastopellite yaitu tekstur yang tersisa
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir yaitu 1/256
mm atau berukuran lempung.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.23.
Tekstur Blastopellite
b. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat
dibedakan menjadi : fanerik, bila butiran kristal masih dapat dilihat
dengan mata dan afanitik, bila ukuran butir kristal tidak dapat
dilihat dengan mata.
5.2.4. Komposisi Mineral Batuan Metamorf
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Secara megaskopis sulit untuk mendeskripsikan atau dalam
menentukan komposisi mineral pada batuan metamorf. Namun dengan
demikian kita tetap dituntut untuk dapat menentukan komposisi
mineral pada batuan metamorf tersebut yang dapat kita pelajari dari
buku ataupun melalui penentuan langsung dari laboratorium. Pada
dasarnya komposisi mineral batuan metamorf ini dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu :
a. Mineral Stress
Mineral stress merupakan mineral yang bisa stabil dalam
kondisi tekanan yang di mana mineral tersebut dapat berbentuk
prismatik maka mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus terhadap
arah gaya.
Beberapa contoh batuan yang terbentuk berdasarkan
mineral stress, yaitu :
1) Mika
2) Serpentin
3) Scolite
4) Claurite
5) Kyanit
6) Staurolit
7) Aktinolit
8) Termalite
9) Silimanite
10) Hornblende
11) Anthopillite
b. Mineral Anti Stress
Mineral anti stress merupakan mineral yang terbentuk
bukan dalam kondisi tekanan yang terbentuk equidimensional.
Misalnya kuarsa, feldspar, garnet, kalsit, kordierit.
Selain mineral stress dan anti stress ada mineral yang khas,
yang dapat kita jumpai pada batuan metamorf, antara lain :
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Mineral

metamorf

regional,

proses

pembentukkan

batuan

metamorf yang diakibatkan oleh kenaikan tekan dan temperatur


secara

bersama-sama.

Proses

ini

terjadi

secara

regional,

berhubungan dengan lingkungan tektonis, misalnya pada jalur


pembentukan pegunungan dan zona tunjaman. Mineral metamorf
regional juga merupakan metamorfisme yang terjadi pada volume
batuan yang relatif besar (ribuan kilometer kubik) Contohnya
silimanit, andalusit, talk, kyanite, staurolite

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.24.
Kyanite
b. Mineral dari efek larutan kimia, adalah proses terbentuknya batuan
metamorf oleh efek larutan kimia. Contohnya epidote, calorite,
wolastonid.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.25.
Epidote
c.

Mineral

metamorf

thermal,

proses

pembentukan

batuan

metamorf yang tejadi akibat adanya pengaruh suhu yang tinggi


Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
yang dikarenakan pengaruh instrusi magma yang panas (akibat
intrusi atau kontak langsung dengan magma). Metamorf thermal
terjadi di sekitar tubuh batuan beku sebagai akibat pemancaran
panas selama pendinginannya. Semakin perlahan dan lama proses
pendinginan akan semakin efektif metamorfisme pada batuan di
sampingnya. Dengan demikian, batuan metamorf tipe ini sering
ditemui di sekitar tempat-tempat batuan instrusi. Contohnya
garnet, corundum, grafit.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.26.
Garnet
Berdasarkan tekanan dan temperatur yang berada diatas
kondisi diagenesa, maka ada tiga tingkat derajat metamorfosa yang
dapat dikenal, yaitu derajat metomorfosa rendah, derajat metamorfosa
sedang, dan derajat metamorfosa tinggi. Adapun batas antara
metamorfosa dan peleburan sangat dipengaruhi oleh jenis batuan dan
jumlah air yang terdapat dalam batuan. Metamorfosa burial dicirikan
oleh tekanan, temperatur, yang rendah dan kedalaman yang relatif
dangkal.

Tipe

metamorfosa

akan

meningkat

seiring

dengan

meningkatnya tekanan, temperatur, dan kedalaman, yaitu dari


metamorfosa burial berubah menjadi metamorfosa regional derajat
rendah dan kemudian dengan semakin meningkatnya tekanan,
temperatur dan kedalaman metamorfosa regional derajat rendah dapat
berubah menjadi metamorfosa regional derajat tinggi, sedangkan pada

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
kedalaman (D > 20 km), kekanan (P > 7 kilobar), dan temperatur (T >
700 C ) batuan akan mengalami peleburan (mencair) menjadi magma.

*Sumber : Noor, 2012

Gambar 5.27.
Hubungan antara Tekanan (P), Temperatur (T), Kedalaman (D), dan
Derajat Metamorfosa
Kecepatan di mana suatu batuan akan mengalami perubahan
dari sekumpulan mineral-mineralnya untuk mencapai keseimbangan
pada kondisi tekanan dan temperatur yang baru tergantung pada tiga
faktor, yaitu:
a. Kandungan fluida (terutama air) yang ada dalam batuan. Air
yang

ada

dalam

batuan berfungsi sebagai katalisator dalam

mentransformasi mineral-mineral yang terdapat dalam batuan.


b. Temperatur, reaksi kimia akan terjadi lebih cepat pada temperatur
yang lebih tinggi.
c. Waktu, untuk dapat tumbuhnya kelompok mineral mineral
metamorfik yang baru pada suatu batuan sangat dipengaruhi oleh
tekanan dan temperatur yang bekerja terhadap batuan tersebut,
oleh karena itu, batuan tersebut harus mendapat tekanan dan
temperatur

yang cukup lama (umumnya ribuan hingga jutaan

tahun).
(Noor, 2012)
Perubahan

yang

terjadi

di

dalam

kelompok

mineral

mencerminkan suatu peningkatan dalam derajat metamorfosa (contoh,


burial sedimentary atau penebalan kerak akibat tektonik) yang
dikenal dengan prograde metamorphism. Perubahan yang disebabkan
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
oleh suatu penurunan dalam derajat metamorfosa (contoh, adanya
pengangkatan

tektonik

dan erosi) dikenal

dengan retrograde.

Perubahan dalam kelompok mineral pada suatu batuan metamorf


didorong oleh komponen-komponen kimiawinya untuk mencapai
konfigurasi energi yang terendah pada kondisi tekanan dan temperatur
yang ada. Jenis jenis mineral yang terbentuk tergantung tidak saja
pada T dan P tetapi juga pada komposisi mineral yang terdapat dalam
batuan. Apabila suatu tubuh batuan mengalami peningkatan tekanan
dan atau temperatur maka batuan tersebut berada dalam keadaan
prograde metamorphism atau batuan mengalami peningkatan derajat
metamorfosanya. Derajat metamorfosa adalah istilah yang umum
yang dipakai untuk menjelaskan kondisi tekanan dan temperatur di
mana batuan metamorf terbentuk.

*Sumber : Noor, 2012

Gambar 5.28.
Hubungan antara Derajat Metamorfosa dengan Tekanan, Temperatur,
dan Kedalaman
Metamorfosa derajat rendah terjadi pada temperatur antara
200 320 C dan tekanan yang relatif rendah. Batuan metamorf
derajat rendah dicirikan oleh berlimpahnya mineral-mineral hydrous,
yaitu mineral-mineral yang mengandung air (H 2O) didalam struktur
kristalnya). Contoh dari mineral-mineral hydrous yang terdapat pada
batuan-batuan metamorf derajat rendah:
1) Mineral Lempung
2) Serpentin
3) Klorit
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Metamorfosa derajat menengah menghasilkan mineral mika
berbutir lebih besar dan perubahan himpunan mineral serta
membentuk foliasi. Metamorfosa derajat tinggi terjadi pada temperatur
lebih besar dari 320 C dan tekanan yang relatif tinggi. Seiring
dengan meningkatnya derajat metamorfosa, maka mineral-mineral
hydrous akan semakin kurang hydrous dikarenakan hilangnya unsur
H2O dan mineral-mineral non-hydrous menjadi bertambah banyak.
Contoh mineral-mineral yang kurang hydrous dan mineral-mineral
non-hydrous yang mencirikan batuan metamorfosa derajat tinggi
adalah:
1) Muscovite, mineral hydrous yang akan menghilang pada
metamorfosa derajat tinggi.
2) Biotite, mineral hydrous yang stabil pada meskipun pada
metamorfosa derajat tinggi sekalipun.
3) Pyroxene - mineral non-hydrous.
4) Garnet - mineral non-hydrous.

*Sumber : Noor, 2012

Gambar 5.29.
Facies Metamorfosa
Pada dasarnya metamorfosa terjadi karena beberapa mineral
hanya akan stabil pada kondisi tekanan dan temperatur tertentu.
Ketika tekanan dan temperaturnya berubah, reaksi kimia terjadi
akan menyebabkan mineral-mineral yang terdapat dalam batuan
berubah menjadi sekumpulan mineral yang stabil pada kondisi
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
tekanan dan temperatur yang baru. Namun demikian proses ini
sangat komplek, seperti seberapa besar tekanan yang diperlukan
agar supaya batuan berubah, waktu yang dibutuhkan untuk merubah
batuan, ada tidaknya larutan fluida selama proses metamorfosa.
Adapun faktor-faktor yang menjadi pengendali proses metamorfosa,
yaitu :
a. Temperatur
Naiknya temperatur seiring dengan kedalaman bumi
sesuai dengan gradient geothermal. Dengan demikian temperatur
semakin tinggi dapat terjadi pada batuan yang berada jauh di
dalam bumi.
b. Tekanan
Tekanan juga akan meningkat dengan kedalaman bumi,
dengan demikian tekanan dan temperatur

akan bervariasi

di

setiap tempat di kedalaman bumi. Tekanan didefinisikan


sebagai gaya yang bekerja kesegala arah secara seimbang
yang disebut sebagai hydrostatic stress atau uniform stress.

*Sumber : Noor, 2012

Gambar 5.30.
Tekanan Hydrostatic
Jika tekanan ke segala arah tidak seimbang maka disebut
sebagai differential stress.

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Noor, 2012

Gambar 5.31.
Tekanan Diferensial
Jika tekanan diferensial hadir selama proses metamorfosa,
maka tekanan ini dapat berdampak pada tektur batuan. Butiran
butiran yang berbentuk membundar (rounded) akan berubah
menjadi lonjong dengan arah orientasinya tegak lurus dengan
tekanan maksimum dari tekanan diferensial.

*Sumber : Noor, 2012

Gambar 5.32.
Perubahan Bentuk Butir
Mineral-mineral

yang berbentuk

kristal atau mineral

yang tumbuh dalam kondisi tekan diferensial dapat membentuk


orientasi. Hal ini terutama terjadi pada mineral-mineral silikat,
seperti mineral biotite, muscovite, klorit, talk, dan serpentin.
Mineral-mineral silikat yang tumbuh dengan lembarannya
berorientasi tegak lurus terhadap arah maksimum tekanan
diferensial akan menyebabkan batuan mudah pecah sejajar dengan
arah oerientasi dari lembaran mineralnya. Struktur yang demikian
disebut sebagai foliasi.

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Noor, 2012

Gambar 5.33.
Orientasi Lembaran Mineral-Mineral Silikat
c. Fase Fluida
Fase fluida adalah fase yang penting karena rekasi
kimia

yang

melibatkan sau mineral padat berubah menjadi

mineral padat lainnya hanya dapat dipercepat oleh adanya fluida


yang berfungsi sebagai pembawa ion-ion terlarut. Dengan naiknya
tekanan pada proses metamorfosa, maka ruang antar butir tempat
fluida mengalir menjadi berkurang dan dengan demikian fluida
menjadi tidak berfungsi sebagai penggerak reaksi. Dengan
demikian tidak ada larutan fluida ketika temperatur dan tekanan
d.

berkurang sehingga metamorfosa retrogresif menjadi sulit terjadi.


Waktu
Reaksi kimia yang terlibat dalam metamorfosa, selama
rekristalisasi, dan pertumbuhan mineral-mineral baru terjadi
pada waktu yang sangat lambat. Hasil uji laboratorium
mendukung hal tersebut dimana dibutuhkan waktu yang lama
dalam proses

metamorfosa untuk membentuk butiran butiran

mineral yang ukurannya cukup besar. Jadi, batuan metamorf yang


berbutir kasar akan memerlukan waktu yang lama, diperkirakan
membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.
5.2.5. Klasifikasi Batuan Metamorf
Klasifikasi batuan metamorf dapat dibagi menjadi empat
macam, yaitu :
a. Berdasarkan Komposisi Kimia

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Klasifikasi ini ditinjau dari unsur-unsur kimia yang
terkandung dalam batuan metamorf. Klasifikasi ini terbagi menjadi
lima kelompok antara lain sebagai berikut yaitu:
1) Calcic Metamorphic Rock
Calcic metamorphic rock merupakan batuan metamorf
yang berasal dari batuan yang bersifat kaya unsur Al. Contoh
batuannya adalah batusabak, phylite.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.34.
Sabak
2) Quartz Feldspatic Rock
Quartz feldspatic rock merupakan batuan metamorf yang
berasal dari batuan yang kaya akan unsur kuarsa dan feldspar.
Contoh batuannya adalah gneiss.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.35.
Gneiss
3) Calcareous Metamorphic Rock
Calcareous metamorphic rock merupakan batuan metamorf
yang berasal dari batugamping dan dolomit. Contoh batuannya
adalah marmer.
Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.36.
Marmer
4) Basic Metamorphic Rock
Basic metamorphic rock merupakan batuan metamorf yang
berasal dari batuan beku basa, semi basa dan menengah, serta tuffa
dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan kandungan
unsur-unsur K, Al, Fe, dan Mg. Contoh dari basic metamorphic
rock ini adalah phylite.

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.37.
Phylite

5) Magnesia Metamorphic Rock


Magnesia metamorphic rock merupakan batuan metamorf
yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur Mg. Contoh
batuannya adalah sekis klorit.

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Arif Jaka Sutirja, 2013

Gambar 5.38.
Serpentin
b. Berdasarkan Asosiasi di Lapangan
Dipakai kriteria lapangan dan asosiasi mineral serta tekstur
yang berhubungan dengan alam, dan penyebab tekanan serta
temperatur. Misalkan pada suatu zona sesar didapatkan batuan
metamorf dengan struktur kataklastik maka dari sini kita dapat
memperkirakan jenis metamorfosanya.
c. Berdasarkan Komposisi Mineral
Didasarkan pada fasies metamorfosa, sehingga setiap batuan
metamorf akan mempunyai komposisi mineral spesifik. Hal ini
disebabkan karena bila batuan asal mempunyai komposisi mineral
yang khas, maka akan menghasilkan batuan metamorf dengan
komposisi mineral yang khas pula.

5.3.

Metodologi Praktikum
5.3.1. Tempat dan Tanggal Praktikum

Fadhilla Akbar
H1C113011

PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Praktikum petrologi ini dilaksanakan pada hari selasa, 11
November 2014 di Laboratorium Geologi Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
5.3.2. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan dalam praktikum batuan metamorf adalah
sebagai berikut :
1) Lembar deskripsi batuan sementara
2) Alat tulis
3) Clipboard
4) Koin
5) Kamera
a. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum batuan metamorf
adalah sampel batuan metamorf.
5.3.3. Prosedur
Prosedur yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan warna sampel batuan metamorf baik warna segar
maupun warna lapuk.
b. Menentukan struktur yang tampak pada sampel batuan metamorf
yaitu antara foliasi dan non-foliasi.
c. Menentukan tekstur sampel batuan metamorf yang terdiri dari
tekstur kristaloblastik dan palimset.
d. Menentukan komposisi mineral pada sampel batuan metamorf
berupa mineral stress dan mineral anti stress.
e. Menentukan jenis batuan metamorf dan penamaannya berdasarkan
pendeskripsian yang telah dilakukan di atas.

Fadhilla Akbar
H1C113011

Вам также может понравиться