Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Polymerase Chain Reaction atau yang lebih dikenal dengan istilah
PCR. PCR adalah suatu metode in vitro untuk menghasilkan sejumlah
fragmen DNA spesifik dengan panjang dan jumlah skuens yang telah
ditentukan dari jumlah kecil template kompleks.
PCR merupakan suatu teknik sangat kuat dan sangat sensitif dan
dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti biologi molekuler,
genetika populasi, dan analisis forensik. Teknik DNA rekombinan telah
memberikan perubahan secara signifikan dalam ilmu genetika karena
memungkinkan terjadinya isolasi dan karakteristik gen-gen, mempelajari
secara rinci fungsi dan ekspresi selama proses perkembangan terjadi,
sebagai respon terhadap lingkungan. Mengingat pentingnya peranan
teknik PCR ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan kedepan, maka
dalam makalah ini akan dibahas tentang teknik PCR, prinsip-prinsip PCR,
pertimbangan penggunaan PCR, dan manfaat PCR, serta aplikasi PCR
dari beberapa jenis PCR dalam hal ini AFLP PCR dan Multiplex PCR.
I.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Polymerase Chain
Reaction (PCR)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PCR
Polymerase Chain Reacton (PCR) adalah suatu teknik sintesis dan
amplifikasi DNA secara in vitro. Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh
Karry Mullis pada tahun 1985. Teknik PCR dapat digunakan untuk
mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah jutaan kali hanya dalam
beberapa jam. Dengan diketemukannya teknik PCR di samping juga
teknik-teknik lain seperti sekuensing DNA, telah merevolusi bidang sains
dan teknologi khususnya di bidang diagnosa penyakit genetik, kedokteran
forensik dan evolusi molekular.
2.2 Prinsip-Prinsip Umum PCR
Komponen- komponen yang diperlukan pada proses PCR adalah
templat DNA; sepasang primer, yaitu suatu oligonukleotida pendek yang
mempunyai urutan nukleotida yang komplementer dengan urutan
nukleotida DNA templat; dNTPs (Deoxynucleotide triphosphates); buffer
PCR; magnesium klorida (MgCl2 ) dan enzim polimerase DNA.
Proses PCR melibatkan beberapa tahap yaitu: (1) pra-denaturasi
DNA templat; (2) denaturasi DNA templat; (3) penempelan primer pada
templat (annealing); (4) pemanjangan primer (extension) dan (5)
pemantapan (postextension). Tahap (2) sampai dengan (4) merupakan
tahapan berulang (siklus), di mana pada setiap siklus terjadi duplikasi
jumlah DNA. Tahapan proses PCR dapat dilihat pada gambar 1.
umum
suhu
annealing
PCR
biasanya
berasal
dari
DNA untai ganda. Untai ganda DNA templat (unamplified DNA) dipisahkan
dengan denaturasi termal dan kemudian didinginkan hingga mencapai
suatu suhu tertentu untuk memberi waktu pada primer menempel (anneal
primers) pada daerah tertentu dari target DNA. Polimerase DNA
digunakan untuk memperpanjang primer (extend primers) dengan adanya
dNTPs (dATP, dCTP, dGTP dan dTTP) dan buffer yang sesuai. Umumnya
keadaan ini dilakukan antara 20 40 siklus. Target DNA yang diinginkan
(short target product) akan meningkat secara eksponensial setelah siklus
keempat dan DNA non-target (long product) akan meningkat secara linier
seperti tampak pada bagan di atas (Newton and Graham, 1994).
Jumlah kopi fragmen DNA target (amplicon) yang dihasilkan pada
akhir siklus PCR dapat dihitung secara teoritis menurut rumus:
Y = (2n 2n)X
Y : jumlah amplicon
n : jumlah siklus
X : jumlah molekul DNA templat semula
Jika X = 1 dan jumlah siklus yang digunakan adalah 30, maka
jumlah amplicon yang diperoleh pada akhir proses PCR adalah 1.074 x
109 . Dari fenomena ini dapat terlihat bahwa dengan menggunakan teknik
PCR dimungkinkan untuk mendapatkan fragmen DNA yang diinginkan
(amplicon) secara eksponensial dalam waktu relatif singkat.
Umumnya jumlah siklus yang digunakan pada proses PCR adalah
30 siklus. Penggunaan jumlah siklus lebih dari 30 siklus tidak akan
d. Interaksi primer-primer
Interaksi primer-primer seperti self-homology dan cross-homology
harus dihindari. Demikian juga dengan terjadinya mispriming pada daerah
lain yang tidak dikehendaki, ini semua dapat menyebabkan spesifisitas
primer menjadi rendah dan di samping itu konsentrasi primer yang
digunakan
menjadi
berkurang
selama
proses
karena
terjadinya
trifosfat),
dTTP
(deoksitimidin
trifosfat)
dCTP
PCR diperlukan juga adanya ion Mg2+, ion tersebut berasal dari berasal
MgCl2 . MgCl2 bertindak sebagai kofaktor yang berfungsi menstimulasi
aktivitas DNA polimerase. Dengan adanya MgCl2 ini akan meningkatkan
interaksi primer dengan templat yang membentuk komplek larut dengan
dNTP (senyawa antara). Dalam proses PCR konsentrasi MgCl2
berpengaruh pada spesifisitas dan perolehan proses. Umumnya buffer
PCR sudah mengandung senyawa MgCl2 yang diperlukan. Tetapi
disarankan sebaiknya antara MgCl2 dan buffer PCR dipisahkan supaya
dapat dengan mudah dilakukan variasi konsentrasi MgCl2 sesuai yang
diperlukan.
5. Enzim Polimerase DNA
Enzim polimerase DNA berfungsi sebagai katalisis untuk reaksi
polimerisasi DNA. Pada proses PCR enzim ini diperlukan untuk tahap
ekstensi DNA. Enzim polimerase DNA yang digunakan untuk proses PCR
diisolasi dari bakteri termofilik atau hipertermofilik oleh karena itu enzim ini
bersifat termostabil
2.4 Aplikasi PCR (Multiplex PCR)
Multiplex PCR merupakan beberapa set primer dalam campuran
PCR tunggal untuk menghasilkan amplikon dari berbagai ukuran yang
spesifik untuk sekuens DNA yang berbeda. Dengan penargetan gen
sekaligus, informasi tambahan dapat diperoleh dari lari-tes tunggal yang
tidak akan membutuhkan beberapa kali reagen dan lebih banyak waktu
untuk melakukan. Temperatur Annealing untuk masing-masing set primer
harus dioptimalkan untuk bekerja dengan benar dalam reaksi tunggal, dan
ukuran amplikon. Artinya, panjangnya pasangan basa harus berbeda
cukup untuk membentuk band yang berbeda ketika divisualisasikan
dengan elektroforesis gel .
Multiplex PCR merupakan adaptasi dari PCR yang memungkinkan
amplifikasi secara stimulan dari berbagai sekuens atau urutan. Teknik ini
digunakan untuk mendiagnosis penyakit yang berbeda dalam sampel
yang sama. Multiplex PCR dapat mendeteksi patogen yang berbeda
dalam dalam satu sampel selain itu juga PCR ini dapat digunakan untuk
mendeteksi urutan exonic dan intronic dalam gen tertentu (Gambar 2)
dan penentuan dosis gen (gambar 2, 3, dan 4).
Hal ini dapat dicapai ketika dalam tabung tunggal mencakup primer
spesifik untuk target yang berbeda. Pada metode PCR ini, desain dari
primer sangat penting karena primer harus ditandai dengan aturan urutan
DNA spesifik pada suhu yang sama.
bkj
lebih dari satu kali reaksi campuran yang complete. Untuk reaksi yang
multiplex bekerja memerlukan pasangan yang cocok. Suhu sangat
mempengaruhi dalam reaksi ini untuk menjaga formasi yang baik dari
DNA. Multiplex PCR lebih banyak tantangan daripada reaksi singleplex
karena memerlukan kondisi yang lebih simultan. Variabel-variabel harus
diperiksa ketika mencoba untuk mendapatkan hasil yang optimal dari
multiplex PCR termasuk reagen-reagen dalam kondisi suhu yang baik.
Rangkaian-rangkaian primer dan konsentrasi magnesium biasanya sangat
menentukan hasil dari multiplex PCR. Perpanjangan waktu selama siklus
suhu biasanya meningkatkan reaksi multiplex PCR dalam memberikan
waktu polymerase untuk mengcopy lengkap seluruh target DNA. PCR
mutiplex memerlukan STR (Short Tandem Repeat) untuk membetulkan
reaksi agar mendapatkan pemisahan ukuran
histolytica,
Entamoeba
dispar
dan
Entamoeba
moshkovskii
Entamoeba moshkovskii,
Entamoeba dispar
dan Entamoeba
Preparasi DNA
Trophozoite yang sedang bertumbuh dipanen dengan menggunakan
sentrifugasi dengan kecepatan 800 g selama 5 menit. Sekitar 200 L dari
trophozoite terkultur dibilas dengan phosphate-buffered saline (pH=7.2).
digunakan
adalah
EhR
(5-GATCTAGAAACAATGCTTCTCT-3
Hasil
Produk-produk PCR spesifik-spesies
Primer forward dikombinasi dengan primer reverse yang sesuai
mengamplifikasi suatu produk PCR yang berukuran 166 bp pada E.
histolytica, 752-bp PCR pada E. dispar, dan 580-bp pada E. moshkovskii
dengan menggunakan DNA dari spesies-spesies Entamoeba.
Dengan menggunakan DNA cetakan Entamoeba spp yang
terpisah-pisah, terlihat bahwa primer-primer spesifik spesies E. histolytica
(EntaF/EhR) mampu mengamplifikasi DNA dari strain HM-1:IMSS dengan
menggunakan semua metode dari enam metode ekstraksi DNA, tapi tidak
ada pita yang terlihat saat digunakan DNA dari E. dispar strain SAW760
atau E.moshkovskii Laredo.
Primer spesifik E.dispar (EntaF/EdR) dan primer spesifik E.
moshkovskii
Gambar 1. Prosedur Single PCR dengan primer EntaF, dikombinasikan dengan primerprimer her, EdR dan EmR dalam suatu reaksi single PCR dengan menggunakan 6
metode ekstraksi dari A) E. histolytica (strain HM1:IMSS), (B) E. dispar (strain SAW760) ,
(C) E. moshkovskii strain Laredo.
Baris M, penanda dengan bobot 100 bp; baris N, kontrol negatif; DNA diekstraksi dengan
menggunakan: 1. Fenol- Kloroform; 2. DNG TM-plus kit, 3. DNP TM kit, 4. QIAamp DNA mini
kit, 5. QIAamp DNA stool mini kit, 6. Chelex kit.
Baris M, penanda dengan bobot 100 bp, ; baris N, kontrol negatif; baris 1-6, DNA yang
diekstraksi dengan 6 metode ekstraksi DNA: 1. Fenol- Kloroform; 2. DNG TM-plus kit, 3.
DNPTM kit, 4. QIAamp DNA mini kit, 5. QIAamp DNA stool mini kit, 6. Chelex kit.
Gambar 3. Prosedur single PCR dari DNA E. hystolytica dengan primer-primer EntaF
dan EhR (baris 1-10), DNA E. moshkovskii degan primer-primer EntaF dan EmR (baris
11), dan DNA E. dispar dengan primer-primer EntaF dan EdR (baris 13-18), dalam sautu
reaksi tunggal dengan menggunakan sampel-sampel DNA dari isolate-isolate E.
histolytica dan E.dispar. Baris M, penanda bobot molekular (100 bp); baris Ch+, kontrol
positif dari E. histolytica; dan baris Cd+, kontrol positif dari E.dispar, DNA diekstraksi
dengan menggunakan metode QIAamp DNA stool mini kit.
Diskusi
Pendekatan berbasis satu putaran PCR untuk diagnosis differensial dari
tiga spesies Entamoeba, E. moshkovskii, E. histolytica, dan E. dispar,
yang
memiliki
morfologi
identik
sebagai
kista
dan
trophozoite