Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
Kelompok 1
Ni Made Muliastari
Rahayu
1406305098/02
Visensa M S Gero
Putu Ayu Titha P.P.
Hendry Heryangi
Lina Apsari
1406305103/04
1406305121/12
1406305139/19
1406305183/41
SAMPEL REPRESENTATIF
Sampel representatif adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang
dimiliki oleh populasi, yang berarti unsur sampel populasi serupa dengan unsur yang tidak
dijadikan sampel. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat
representatif adalah dengan melakukn audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan.
Risiko non-sampling adalah risiko bahwa pengujian audit tidak dapat mengungkapkan
adanya penyimpangan dalam sampel. Cara untuk mengendalikan risiko nonsampling yaitu
merancang prosedur audit dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan dan melakukan
review. Risiko sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang keliru
karena sampel tidak mencerminkan populasi. Auditor memiliki dua cara untuk
mengendalikan risiko sampling, yaitu mengubah ukuran sampel serta menggunakan metode
pemilihan unsur sampel yang tepat dari populasi.
SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NON-STATISTIK SERTA PEMILIHAN
SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON-PROBABILISTIK
SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NON-STATISTIK
Metode sampling audit dapat dibedakan menjadi dua kategori utama yaitu sampling
statistik dan non-statistik, keduanya terdiri dari tiga tahapan, yaitu merencanakan sampel,
memilih sampel dan melakukan pengujian, dan mengevaluasi hasil. Sampling statistik
menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengukur risiko sampling dalam
merencanakan sampel, dan dalam mengevaluasi hasil. Sampling non-statistik memilih unsur
sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat dalam situasi
tertentu dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan.
PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN SAMPEL NON-PROBABILISTIK
Pemilihan sampel probabilistik yaitu memilih unsur-usnur secara acak sehingga setiap
unsur populasi memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukan dalam sampel. Pemilihan
sampel non-probabilistik yaitu memilih unsur sampel dengan menggunakan pertimbangan
profesional bukan metode probabilististik.
PENERAPAN SAMPLING STATISTIK DAN NON-STATISTIK DALAM METODE
PRAKTIK SERTA METODE PEMILIHAN SAMPEL
Auditing memungkinkan auditor untuk menggunakan metode sampling statistik
maupun nonstatistik, namun harus diterapkan dengan hati-hati, dan semua langkah dalam
proses harus diikuti. Jika sampel harus bersifat non-probabilistik maka metode yang tepat
digunakan adalah metode evaluasi statistik.
METODE PEMILIHAN SAMPEL NON-PROBABILISTIK
PEMILIHAN SAMPEL LANGSUNG
Pemilihan sampel langsung yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria pertimbangan
sendiri dan tidak memilih secara acak. Pendekatan yang digunakan, yaitu unsur yang paling
mungkin mengandung salah saji, unsur yang mengandung karakteristik populasi tertentu,
serta unsur bernilai rupiah besar.
PEMILIHAN SAMPEL BLOK
Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok dan sisanya dipilih secara berurutan.
Pemilihan sampel tersebut dapat diterima apabila blok yang digunakan masuk akal.
PEMILIHAN SAMPEL SEMBARANGAN (Haphazard)
Pemilihan unsur-unsur tanpa bias yang disadari oleh auditor. Auditor memilih unsur
populasi tanpa memandang ukurannya, sumber, atau karakteristik pembeda lainnya.
METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK
PEMILIHAN SAMPEL ACAK SEDERHANA
Setiap kombinasi dari unsur populasi memiliki kesempatan yang sama dimasukkan ke
dalam sampel. Metode yang digunakan antara lain: (1) tabel angka acak, metode untuk
2
memastikan bahwa semua unsur dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih. Angka acak adalah serangkaian digit yang memiliki probabilitas yang sama untuk
muncul selama jangka panjang dan tidak memiliki pola yang dapat diidentifikasi. (2) angka
acak yang dihasilkan komputer, sebagian besar acak yang digunakan auditor dihasilkan oleh
komputer menggunakan salah satu dari jenis program.
PEMILIHAN SAMPEL SISTEMATIK
Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih unsur-unsur yang akan
dijadikan sampel berdasrkan ukuran interval tersebut.
PEMILIHAN SAMPEL PROBABILITAS PROFESIONAL TERHADAP UKURAN
DAN SAMPEL BERJENJANG
Ada dua cara untuk memperoleh sampel yang menekankan unsur-unsur populasi
dengan jumlah yang tercatat yang lebih besar, yaitu: (1) mengambil sampel yang
kemungkinan terpilih setiap unsur individualnya proporsional dengan jumlah rupiah di
pembukuan. (2) membagi populasi ke dalam subpopulasi.
PEMILIHAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENYIMPANGAN
Auditor menggunakan sampel pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi untuk menaksir persentase unsur-usnur populasi yang memiliki karakteristik atau
atribut. Persentase ini disebut tingkat keterjadian atau tingkat penyimpangan. Jenis
penyimpangan dalam populasi data akuntansi yang harus diperhatikan, yaitu penyimpangan
dari pengendalian yang ditetapkan klien, kesalahan penyajian rupiah dalam populasi data
transaksi, dan kesalahan penyajian rupiah dalam populasi detail saldo akun.
PEMILIHAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENYIMPANGAN
Auditor menggunakan sampel dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi untuk menaksir persentase unsur-unsur dalam suatu populasi yang berisi suatu
karakteristik atau atribut. Persentase itu disebut tingkat keterjadian atau tingkat
penyimpangan. Tingkat penyimpangan dlaama suatu sampel digunakan untuk menaksir
tingkat penyimpangan dalam keseluruhuhan populasi. Karena tingkat penyimpangan
didasarkan pada suatu sampel, maka terdapat kemungkinan signifikan bahwa tingkat
penyimpangan sampel berbeda dari tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya.
Perbedaaan ini disebut kesalahan sampling. Auditor perlu berhati-hati dengan taksiran
kesalahan sampling dan keandalan taksiran kesalahan sampling ini disebut risiko sampling.
Penggunaan sampling audit bertujuan untuk mengetahui tingkat penyimpangan yang
paling mungkin, oleh sebab itu auditor lebih fokus pada batas atas dari taksiran interval yang
diebut taksiran atau computed upper exception rate (CUER).
PENERAPAN PEMILIHAN SAMPEL AUDIT NON-STATISTIK
3
K. Populasi adalah unsur-unsur yang ingin digeneralisasi oleh auditor yang dirumuskan
di muka dan konsisten dengan tujuan audit. Audior juga harus menguji kelengkapan
populasi dan detil keterkaitan sebelum suatu sampel ditarik untuk memastikan bahwa
semua unsur populasi memiliki kesempatan untuk terpilih.
L. Perumusan Unit Sampling
M. Unit sampling adalah unit fisik yang fisik yang berkaitan dengan nomor-nomor acak
yang akan digeneralisasi oleh auditor. Unit sampling dirumuskan oleh auditor
berdasarkan definisi tentang populasi dan tujuan pengujian audit.
N. Menetapkan Tingkat Penyimpangan Bisa Ditoleransi
O. Penetapan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi atau tolerable exception rate (TER)
untuk setiap atribut membutuhkan pertimbangan profesional auditor yang
mencerminkan tingkat penyimpangan tertinggi yang bisa diterima auditor dalam suatu
pengujian. Seberapa besar TER dipengaruhi oleh perumusan atribut, yang kemudian
berpengaruh pula terhadap ukuran sampel. TER yang rendah membutuhkan ukuran
sampel yang lebih besar, begitupun sebaliknya. Sebab TER yang rendah memerlukan
bukti yang cukup tentang efektivitas pengendalian atau ketiadaan kesalahan penyajian
material.
P.
Q. MERUMUSKAN RISIKO YANG BISA DITERIMA UNTUK PENETAPAN
R.
MENGANALISIS PENYIMPANGAN
AI.
Untuk mengevaluasi penyimpangan sesungguhnya (yang tidak
untuk menyimpulkan bahwa populasi bisa diterima, atau apabila SER lebih besar
daripada TER, makan auditor harus mengikuti salah satu dari empat tindakan berikut:
1. Merevisi TER atau ARACR
AM.
Alternatif ini harus diikuti hanya apabila auditor telah berkesimpulan bahwa
spesifikasi aslinya terlalu konservatif. Auditor harus mengubah persyaratan ini hanya
setelah ia melakukan pertimbangan dengan cermat.
2. Memperbesar Ukuran Sampel
AN.
Peningkatan dalam ukuran sampel akan berpengaruh pada penurunan
kesalahan sampling apabila tingkat penyimpangan sampel sesungguhnya tidak
meningkat. Peningkatan ukuran sampel akan tepat apabila auditor berkeyakinan
7
bahwa sampel asli tidak representatif, atau apabila diperlukan untuk mendapatkan
bukti bahwa pengendalian berjalan dengan efektif.
3. Merevisi Penetapan Resiko Pengendalian
AO.
Apabila hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi tidak
mendukung penetapan resiko pengendalian pendahuluan, maka auditor harus merevisi
penetapan resiko pengendalian ke atas. Auditor harus memutuskan apakah akan
menaikkan ukuran sampel atau merevisi penetapan resiko pengendalian berdasarkan
pertimbangan manfaat dan biaya.
4. Berkomunikasi dengan Komite Audit atau Manajemen
AP.Komunikasi diperlukan, bersamaan dengan salah satu ketida tindakan di atas,
bagaimanapun bentuk penyimpangannya. Apabila auditor memutuskan bahwa
pengendalian internal tidak berjalan dengan efektif, manajemen harus diberi informasi
secepatnya. Hal tersebut dapat memberi kesempatan bagi manajemen untuk
melakukan perbaikan apabila pengujian dilakukan sebelum akhir tahun buku. Auditor
harus melakukan komunikasi tertulis kepada pihak-pihak yang berwenang seperti
misalnya komite audit tentang adanya defisiensi signifikan dan kelemahan material
dalam pengendalian internal.
AQ.
prosedur yang telah dilakukan, metode yang telah digunakan dalam memilih sampel
dan pelaksanaan pengujian, hasil yang diperoleh dari pengujian, dan kesimpulan yang
dicapai. Dokumentasi diperlukan baik untuk sampling statistic maupun sampling nonstatistik untuk mengevaluasi hasil dari semua pengujian dan untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan audit jika diperlukan.
AS.
SAMPLING AUDIT STATISTIK
AT.
Metode sampling statistik yang paling umum digunakan untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi adalah sampling atribut.
Sampling atribut yang dimaksud adalah sampling atribut statistic. Sampling nonstatistik juga mempunyai atribut, yaitu karakteristik dalam populasi yang akan diuji,
tetapi istilah sampling atribut hanya digunakan dalam sampling statistik.
AU.
PENERAPAN SAMPLING ATRIBUT
AV.Merencanakan sampel
1. Menetapkan tujuan pengujian audit
2. Memastikan apakah sampling aidit dapat diterapkan
3. Merumuskan atribut dan kondisi pengecualian
8
4. Merumuskan populasi
5. Merumuskan unit sampling
6. Menetapkan tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu rendah
8. Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
AW.
AX.
Pengunaan Tabel
Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal,
ii.
iii.
iv.
Baca kolom TER yang sesuai ke bawah hingga memotong baris EPER yang sesuai.
Angka yang tertulis dalam titik perpotongan itu menunjukkan ukuran sampel awal
AY.
AZ.
10. Memilih sampel. Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling
statistikdan nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik
harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun
sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
11. Melaksanakan prosedur audit. Sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik
BA.
BB.
Menilai Hasil
Menggunakan Tabel
Penggunaan tabel untuk menghitung CUER terdiri dari empat tahapan, yakni:
9
i.
ii.
iii.
iv.
BF.
BG. KEBUTUHAN AKAN PERTIMBANGAN PROFESIONAL
BH.
Salah satu kritik terhadap pemakaian sampling statistic adalah bahwa metoda
statistic telah mengurangi penggunaan pertimbangan professional auditor. Untuk
memilih ukuran sampel awal, auditor terutama akan menggantungkan pada TER dan
ARACR yang membutuhkan pertimbangan professional tingkat tinggi, demikian pula
untuk EPER diperlukan penaksiran yang cermat.
10