Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB VIII

K3, LINGKUNGAN, CSR, DAN PERIZINAN

8.1

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) pada industri

Pertambangan bijih emas akhir-akhir ini terus berkembang seiring dengan


teknologi dalam bidang industri pertambangan. Kemajuan tersebut telah
mengakibatkan munculnya berbagai persoalan dan dampak industri pertambangan
bijih emas yang semakin kompleks dan telah mengundang perhatian kalangan
banyak.
PT GAI adalah perusahaan tambang emas dengan metode tambang bawah
cut and fill. Tambang bawah tanah memiliki beberapa potensi kecelakaan tambang
diantaranya :
1. Reruntuhan lubang bukaan
2. Subsidence yang terjadi di permukaan
3. Kebakaran tambang
4. Gas berbahaya
5. Putusnya jaringan listrik yang menyebabkan kegelapan di daerah stope
6. Tergenangnya stope akibat rembesan air dari akuifer
Maka dari itu PT. Glory Aurum Indonesia menerapkan Pola Kesehatan
dan Keselamatan Kerja

(K3) dengan tujuan mencegah, mengurangi, bahkan

menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan
yang berlimpah pada masa yang akan datang.

8.1.1

Keselamatan Kerja

. Munculnya persaingan yang ketat antar industri pertambangan, sering


dikaitkan dengan berbagai isu masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang
dapat digunakan sebagai alat dalam memasuki pasar dunia.
Tujuan keselamatan kerja PT. Glory Aurum Indonesia sebagai berikut :
a.

Mengetahui hal-hal yang menyebabkan peningkatan resiko


keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Glory Aurum Indonesia.

b.

Memberikan

solusi

untuk

meningkatkan

program

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Glory Aurum


Indonesia.
c.

Mengoptimalkan agar tidak terjadi kecelakaan (zero


accident) dan penyakit akibat kerja, sehingga pekerja dapat bekerja dengan
tenang dan nyaman.
Jadi, keselamatan kerja itu sangat penting untuk mencegah terjadinya

musibah kecelakaan dalam usaha pertambangan. Kecelakaan kerja yang sering


terjadi pada kegiatan pertambangan di PT. Glory Aurum Indonesia dapat
diakibatkan dari beberapa faktor antara lain:
1. Faktor Kondisi Pekerja Sendiri
Dari faktor ini keselamatan pekerja tergantung pada pengaruh fisik dan
psikologis dari pekerja itu sendiri yang biasanya berkaitan dengan :
-

Faktor kelelahan pekerja.

Konsentrasi pekerja dalam melakukan kegiatan penambangan.

Kecerobohan pekerja ( Human Error) karena kurangnya pengawasan.

Tidak menggunakan peralatan pengaman.

Penggunaan peralatan pengaman yang tidak benar.

Untuk mengatasi masalah diatas PT. Glory Aurum Indonesia melakukan


upaya penanggulangan dengan:
-

Mengelola pola makan dan meningkatkan gizi para pekerja.

Melakukan tes kesehatan berkala kepada pekerja.

Memberikan pelatihan kepada para pekerja.

Membagi waktu kerja dengan pembatasan waktu (shift).

Memberikan intruksi tentang keselamatan kepada pekerja.

Melakukan pengawasan kepada para pekerja.

Memberikan motivasi kerja kepada para pekerja.

Mematuhi peraturan standarisasi penggunaan peralatan pengaman.

2. Faktor kondisi kerja yang tidak aman.


faktor kondisi kerja yang tidak aman seperti :
-

Mesin berbahaya tidak diberikan pengaman.


Peralatan pengamanan yang sudah tidak layak pakai.
Bahan bakar dan oli mesin mesin tambang yang digunakan tidak

tertata.
Runtuhnya lubang bukaan
Kebakaran tambang
Gas berbahaya

Untuk mengatasi hal hal tersebut diatas PT. Glory Aurum Indonesia
melakukan pencegahan diantaranya :
-

Penyediaan peralatan (maintenance service).


Kualitas peralatan yang digunakan.
Mengawasi dan memberikan pengaman kepada mesin mesin yang

berbahaya.
Mengawasi penggunaan bahan bakar pada mesin.
Standarisasi penggunaan peralatan.
Melalukan penyanggan dengan menggunakan rock bolt dan shotcret
Melakukan sistem monitoring terhadap konsidi dan kandungan gas

dalam stope
3. Faktor Diluar Jangkauan Manusia (Kehendak Tuhan).
Untuk faktor yang satu ini cenderung tidak bisa dihindari karena
berhubungan langsung dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa yaitu takdir dari
masing masing individu.
8.1.2

Kesehatan Kerja
Kegiatan penambangan Emas PT. Glory Aurum Indonesia dapat

berpengaruh terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat terutama yang berlokasi


sepanjang jalan angkut. dan bagi para pekerja tambang diwajibkan menggunakan
alat- alat safety. Agar terhindar dari penyakit baik itu berakibat langsung maupun
di waktu yang akan datang.
Faktor yang biasanya mempengaruhi kesehatan tenaga kerja PT. Glory
Aurum Indonesia serta upaya untuk menanggulanginya adalah sebagai berikut :
1) Kapasitas kerja :
-

Ketrampilan

Ketrampilan pekerja dipengaruhi oleh kesehatan fisik sehingga


kesehatan pekerja harus tetap terjaga.
-

Kesegaran jasmani
Perusahaan akan mengadakan sarana-sarana olahraga dan pada hari
tertentu pekerja diwajibkan mengikuti senam kesegaran jasmani
agar kondisi kesehatan tetap terjaga. Selain itu juga diadakan
pengecekan kesehatan berkala kepada para pekerja di poliklinik
perusahaan yang tersedia. Hal ini untuk memastikan kondisi
karyawan siap bekerja dalam fisik yang memadai atau tidak.

Gizi
Perusahaan akan mengatur pola makan dan gizi yang diatur dari
komposisi makanan, jumlah, dan ketepatan penjadwalan waktu
makan.

Usia
Regenerasi

pekerja,

artinya

apabila

usia

pekerja

tinggi,

kemungkinan akan diadakan pergantian penempatan di tempat


yang tidak beresiko tinggi atau diwajibkan pensiun.
-

Motivasi
Motivasi motivasi diberikan melalui iklan atau dengan pertemuan
pertemuan, sehingga pekerja menjadi tambah semangat dan
bertanggung jawab dengan pekerjaannya.

2) Lingkungan kerja
-

Fisik
Lingkungan yang nyaman dan sarana sarana pendukung yang
baik serta tatanan lingkungan yang baik akan mengurangi dampak
kecelakaan yang terjadi.

Biologi
Pencemaran sampah organik akan menimbulkan bakteri dan virus
yang akan berkibat buruk bagi pekerja, jadi sampah sampah

organik akan dikelola dengan baik oleh perusahaan dengan cara


membuat tempat penimbunan sampah di luar lokasi penambangan.
-

Fisiologi
Lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman. Hal ini dimaksudkan
agar menimbulkan semangat kerja, sehingga desain lingkungan
kerja dibuat agar pekerja menjadi betah dan merasa nyaman serta
aman setiap melakukan pekerjaannya.

3) Beban kerja
-

Fisik
Pengaturan waktu istirahat dan pembagian waktu kerja akan
mengurangi dampak kelelahan pekerja, sehingga fisik pekerja tetap
terjaga dari rasa lelah yang dapat berakibat fatal pada dirinnya dan
perusahaan karena proses proses pertambangan akan terganggu.

Mental
Kurangnya

motivasi

serta

pelatihan

para

pekerja

akan

menimbulkan pekerja menjadi kurang tanggap, gugup dan


kebingungan sehingga perusahaan akan melakukan safety talk
sebelum melakukan operasi penambangan.
-

Sosial
Mengadakan pertemuan pertemuan antar pekerja juga wajib
dilakukan agar para pekerja tidak kaku dan segan apabila mereka
berada pada satu kelompok kerja, keakraban pekerja diperlukan
sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik.

Macam-macam penyakit yang dapat timbul akibat dari kegiatan


penambangan dan pengolahan Emas pada PT. Glory Aurum Indonesia serta cara
penanggulangannya, yaitu :
a. Iritasi mata disebabkan oleh debu penanggulangannya dengan
menggunakan kacamata pelindung.
b. Gangguan

pernapasan

disebabkan

oleh

debu

penanggulangannya dengan menggunakan masker debu.

tambang

c. Gangguan telinga disebabkan kebisingan alat penambangan dan alat


angkut penanggulannya dengan menggunakan pelindung telinga.
d. Penyediaan P3K untuk mengatasi pertolongan pertama.
Selain itu agar kesehatan para pekerja dapat terkontrol, perusahaan
mengadakan cek kesehatan berkala setiap sekali dalam 1 bulan.
8.1.3. Sistem Manajemen Program K-3
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan bagian dari
proses manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting dalam pencapaian
tujuan PT. Glory Aurum Indonesia mengingat penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam suatu perusahaan bertujuan mencegah, mengurangi dan
menanggulangi setiap bentuk kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugiankerugian yang tidak dikehendaki. Untuk struktur organisasi manajemen
keselamatan kerja dapat dilihat pada Gambar 8.1. sebagai berikut:

Gambar 8.1
Organisasi Manajemen Keselamatan Kerja
Keberhasilan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu
industri sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja itu sendiri. Ungkapan ini didasarkan pada kenyataan dimana
masih banyak perusahaan yang berpandangan bahwa penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam kegiatannya akan mengurangi perolehan keuntungan
perusahaan.

Pandangan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena pada hakekatnya
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja justru akan melipat gandakan
keuntungan melalui pencegahan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian
dan peningkatan produktifitas. Bahkan tidaklah berlebihan apabila suatu industri
yang memiliki resiko tinggi seperti industri pertambangan berpandangan bahwa
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab seluruh
karyawan dan tidak semata-mata tanggung jawab suatu bagian atau pimpinan
perusahaan. Hal ini dimungkinkan mengingat adanya pernyataan manajemen yang
mengidentikkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja dengan produk yang
dihasilkan. Oleh karena itu segala perlakuan terhadap produk tidak dapat
dibedakan dengan perlakuan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat disusun sebagai
berikut:
a.

Fungsi utama manajemen yang meliputi perencanaan,


pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Contoh
dari kelima fungsi ini ditentukan oleh konsep dasar keselamatan dan
kesehatan kerja yang dianut industri tersebut.

b.

Kegiatan utama manajemen yang meliputi pembiayaan dan


pelaporannya, pengoperasian, produk pemasaran, dan penjualan serta
sistem komunikasi dan informasi. Kegiatan-kegiatan ini merupakan
sasaran dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.

c.

Sumberdaya dan pembatas yang meliputi manusia,


materialisme dan peralatan, kebutuhan konsumen, kondisi ekonomi,
masyarakat, dan lingkungan kerja serta peraturan pemerintah dapat
merupakan masukan kegiatan manajemen dan fungsi manajemen.
Berdasarkan pada kerangka dasar manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja tersebut di atas maka tujuan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
adalah melakukan pencegahan kecelakaan atau kerugian perusahaan dengan
merealisasikan setiap fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan yang
dibatasi oleh sumber atau masukan yang dimiliki.

Dalam melaksanakan kegiatan penambangan PT. Glory Aurum Indonesia


mengimplementasikan SMK3. Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996,
perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga kerja dan atau ada potensi
bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib
menerapkan SMK3. karena berpotensi menimbulkan pencemaran. Adapun tujuan
SMK3 pada PT. Glory Aurum Indonesia yaitu :
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia
2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri
5. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem
- Proses Penerapan SMK3
Pada dasarnya SMK3 terdiri atas dua unsur pokok yaitu:
a. Sistem Manajemen, melalui siklus PDCA (plan,do,check,act) untuk menjamin
sistem manajemen K3 berjalan dan meningkat terus menerus
b. Elemen-elemen penerapan, yang meliputi tanggung jawab, wewenang,
hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya
yang digunakan untuk menyusun kebijakan, perencanaan obyektif dan program
K3.

Gambar 8.2
Siklus PDCA dalam penerapan SMK3
Kunci Keberhasilan Penerapan SMK3 diantaranya yaitu :
1. SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah
pengendalian yang dilakukan dan sistem manajemen lainnya.
2. SMK3 harus dijalankan dengan konsisten dalam operasi sebagai satu-satunya
cara untuk pengendalian risiko dalam organisasi.
3. SMK3 harus konsisten dengan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko
yang dilakukan.
4. SMK3 harus mengandung elemen-elemen implementasi yang berlandaskan
siklus proses manajemen PDCA.
5. Semua unsur atau individu harus memahami konsep dan implementasi SMK3.
6. Adanya dukungan dan komitmen manajemen puncak dan seluruh elemen dalam
organisasi untuk mencapai kinerja K3 terbaik.
8.1.4 Peralatan dan perlengkapan
Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang akan disediakan diberbagai lokasi
kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan dan pengolahan emas adalah
seperti terlihat pada Tabel 8.1

No

Tabel 8.1.
Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lokasi
Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1 Tambang

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Instalasi
pengolahan

a.
b.
c.

Helm pengaman
Sepatu pengaman
Kacamata pelindung
Sarung tangan
Masker debu dan earplug
Reflector vest
Alat pemadam api dan perlengkapan K-3 di
masing-masing kendaraan pengangkut personil dan
alat-alat pengangkut tambang.
Bendera merah dan kuning (tinggi 2 m) untuk
kendaraan pengangkutan personil, pengawas
Rambu lalu lintas batas kecepatan truk 40 km/jam
dan kendaraan personil 60 km/jam
Helm pengaman
Sepatu pengaman
Sarung tangan kulit

8.1.5

Gudang

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
a.
b.
c.
d.
e.

Masker debu dan earplug


Kacamata pelindung
Penampung minyak pelumas bekas
Alat pemadan kebakaran
Perlengkapan P3K
Ban pinggang pengaman dengan tali pengikat
Material pembersih minyak tumpah
Sepatu dan helm pengaman
Sarung tangan kulit
Masker debu dan earplug
Perlengkapan P3K
Alat pemadam kebakaran

Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan


Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan K-3

pertambangan adalah seperti terlihat pada tabel 8.2

Tabel 8.2.
Langkah-langkah pelaksanaan K-3 pertambangan
No

Kegiatan

Patroli keamanan

Inspeksi keamanan

Diskusi masalah keselamatan

Kampanye keselamatan

5.

Pelindung keamanan

Pemilihan operator
Laporan keselamatan kerja

Uraian
a.

Implementasi peninjauan/pengecekan untuk


mengantisipasi kekurangan dan kondisi
yang tidak aman
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan
pemberhentian dan peringatan jika terdapat
hal-hal yang bertentangan dengan peraturan
K-3
c. Melaporkan
secara
lisan/tertulis
ke
supervisor dari pelanggar peraturan
d. Batas kecepatan lori bermuatan 40
km/jam
a. Cek kondisi dari alat pemadam api, buat
inventaris
b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan dari gedung
e. Cek kondisi dan penataan dari camp utama
dan lokasi kerja
a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam
kerja
b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu
dan memonitor realisasi dari diskusi pagi
a. Implementasi pengutamaan keselamatan
kerja pada setiap tingkat pekerjaan yang
dilakukan dengan sistem pendekatan
pribadi, pemberian pelajaran dan slogan
yang diedarkan
b. Evaluasi kontes keselamatan
a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri
b. Melengkapi kekurangan alat k3
c. Memonitor pemakaian
d. Cek dan lengkapi pelindungan keselamatan
pada alat-alat
e. Cek dan lengkapi rambu-rambu
a. Cek jenis peralatan
b. Cek kesehatan operator
c. Cek mental para operator
a. Laporan kecelakaan
b. Laporan bulanan
c. Laporan pelatihan

8.2.Dampak Kegiatan
Setiap tahap kegiatan pertambangan batubara PT. Glory Aurum Indonesia
diperkirakan menimbulkan dampak. Tahap kegiatan pertambangan emas

PT.

Glory Aurum Indonesia meliputi:


a. Tahap Pra-konstruksi
1) Sosialisasi
2) Pembebasan lahan
3) Penerimaan tenaga kerja
4) Mobilisasi peralatan
b. Tahap Konstruksi
1) Pembangunan jalan
2) Pembangunan fasilitas penunjang
- Pembuatan jalan tambang
- Penyiapan permuka kerja tambang
c. Tahap Operasi
1) Pembuatan Tunnel
2) Pembuatan Lubang Bukaan Tambang
3) Pembongkaran Emas
4) Pengolahan Emas
5) Pemuatan dan pengangkutan emas
6) Coorporate Social Responsibility (CSR) / Community Development (CD)
d. Tahap Mine closure
1) Penutupan tambang (kegiatan back filling)
3) Pemutusan hubungan kerja.
4) Pemindahan atau pembongkaran sarana tambang
5) Pengembalian aset berupa lahan dan bangunan ke pemerintah
Uraian dampak negatif dari kegiatan pertambangan emas

PT. Glory

Aurum Indonesia adalah sebagai berikut:


1. Tahap Prakonstruksi
A. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi pun juga sangat potensial memacu munculnya dampak
negatif penting pada komponen persepsi dan sikap masyarakat apabila pada

kegiatan sosialisasi ini tidak terjadi suatu kesepahaman terutama berkaitan


dengan pelaksanaan kegiatan dengan masyarakat, sehingga masyarakat
berpandangan negatif terhadap rencana kegiatan penambangan, jika konflik
ini tidak di selesaikan dengan baik maka munculnya konflik antara
perusahaan dengan masyarakat akan menjadi kendala proses pelakanaan
penambangan. Sosialisasi merupakan tahapan yang akan terus dilakukan
khususnya jika terjadi perselisihan antara perusahaan dan masyarakat.
Ketidaksepahaman tersebut dapat dipicu oleh kegiatan pembebasan lahan
atau hubungan kerja.
B. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan sangat potensial memacu munculnya dampak
negatif penting pada komponen sosial budaya persepsi dan sikap masyarakat,
terutama bagi masyarakat mempunyai klaim lahan yang terkait dengan lokasi
tambang. Proses pembebasan lahan yang dilakukan secara terbuka yang
melibatkan semua elemen yang terkait dan berlandaskan asas musyawarah
untuk mufakat akan dapat mengeliminasi persepsi dan sikap negatif dari
masyarakat yang dipicu oleh kecemburuan sosial. Namun jika kesepakatan
yang telah dibuat dilanggar maka akan potensial menimbulkan kembali
dampak negatif, selain itu munculnya klaim lahan juga akan mengubah
budaya dan tingkah laku masyarakat, yang tentunya akan memberikan
dampak perubahan terhadap pola budaya yang selama ini ada.
C. Penerimaan Tenaga Kerja
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk menangani kegiatan-kegiatan
tahap prakonstruksi hingga tahap operasi, dapat menimbulkan dampak
terhadap peningkatan pendapatan penduduk yang diterima bekerja di
perusahaan, terbukanya peluang kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan
perubahan struktur mata pencaharian penduduk. Proses penerimaan tenaga
kerja dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dengan
tetap mengutamakan tenaga kerja lokal yang berkesesuaian dengan posisi
tenaga kerja yang dibutuhkan. Keresahan masyarakat dan potensi konflik
akan muncul jika aspirasi masyarakat lokal untuk dapat berpartisipasi
(bekerja) dalam kegiatan perusahaan tidak/belum dapat terakomodasi dengan

baik. Sikap dan persepsi masyarakat positif jika dilakukan secara transparan
dan berkesesuaian dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Harapan lain untuk penyerapan tenaga kerja adalah dari tumbuh dan
berkembangnya sektor

jasa dan sektor informal dengan beroperasinya

kegiatan penambangan emas PT. Glory Aurum Indonesia. Berbagai sektor


informal tersebut diprakirakan akan mampu menyerap lebih banyak tenaga
kerja. Sektor informal ini meliputi kebutuhan hidup sehari-hari seperti
warung dan minum, bengkel, pasar, toko barang-barang kebutuhan seharihari, pemondokan dan lain-lain. Implikasi dari kegiatan ini banyaknya
penduduk yang bermigrasi ke lokasi ini sebagai bentuk dari peluang berusaha
di sektor informal seperti dijelaskan di atas.
Kegiatan penyerapan kemudian mobilisasi tenaga kerja ke lokasi
pertambangan mengharuskan pihak perusahaan untuk membangun tempat
hunian sementara bagi para tenaga kerja di lokasi pertambangan, dengan
adanya hunian tenaga kerja di lokasi pertambangan dan tenaga kerja yang
diambil berasal dari luar proyek, diprediksi dapat menyebabkan terjadinya
introduksi penyakit baru di masyarakat sekitar ataupun berjangkitnya
penyakit lokal ke tenaga kerja pertambangan. Penyakit-penyakit

yang

khawatirkan di sini adalah penyakit menular, baik yang disebarkan melalui


vektor, seperti penyakit kulit dan lain-lain maupun penyakit yang dapat
disebarkan melalui media lingkungan air, tanah dan udara.
3. Tahap Operasi
Pengolahan Emas
Pengolahan emas akan menimbulkan penurunan kualitas udara dan
disebabkan oleh penggunaan crusher untuk mereduksi ukuran bijih.
Pencemaran juga terjadi pada kualitas air sungai akibat pembuangan limbah
bekas pengolahan dengan metode sianidasi yang membutuhkan air raksa
sebagai bahan utama, dimana air raksa dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia. Namun hal ini dapat dicegah dengan pembuatan kolam
pengendapan.

4. Tahap Pasca Tambang


A. Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja akan berdampak negatif terhadap masyarakat
sekitar, yaitu kehilangan mata pencaharian penduduk yang berkaitan dengan
aktivitas sosial ekonomi karyawan sehari-hari seperti pemilik rumah
kontrakan, warung makanan dan minuman, kios, penyedia bahan makanan,
dan sebagainya. Karena sifat multiflier effect dari berakhirnya aktivitas sosial
ekonomi (konsumsi) seluruh karyawan yang sifatnya permanen maka dampak
yang ditimbulkan tidak hanya berpengaruh terhadap kehilangan mata
pencaharian karyawan juga terhadap penduduk lokal.
Kehilangan mata pencaharian penduduk yang berhubungan dengan
penyediaan material atau jasa untuk menunjang keberadaan perusahaan
secara langsung akan berpengaruh pada penurunan pendapatan penduduk
yang diikuti dengan penurunan daya beli masyarakat dan pola hidup
masyarakat.
Hilangnya mata pencaharian akibat pemutusan hubungan kerja dengan
adanya penutupan kegiatan tambang akan menambah tingkat pengangguran,
di tambah dengan dampak kehilangan sumber mata pencaharian akibat
hilangnya peluang kerja dan usaha yang tercipta dengan beroperasinya PT.
Glory Aurum Indonesia.
B. Pemindahan alat dan pengembalian aset ke pemerintah
Fasilitas tambang seperti jalan, lahan dan bangunan dikembalikan ke
pemerintah. Sedangkan ase berupa peralatan akan di pindahkan dari lokasi
tambang

8.3.Coorporate Social Responsibility


Corporate Social Responsibility merupakan konsep perusahaan memiliki
suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Oleh
karena itu PT. Glory Aurum Indonesia mengadakan berbagai program
kemasyarakatan dengan berdasarkan konsep pembangunan yang berkelanjutan.

PT. Glory Aurum Indonesia melakukan Community Development sebagai


wujud interaksi yang saling menguntungkan antara perusahaan dan masyarakat
setempat. Bentuk pengembangan masyarakat yang dilakukan PT. Glory Aurum
Indonesia adalah berupa penyuluhan-penyuluhan dan pemasaran produk
kerajinan, dan peternakan kepada masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan juga ketrampilan masyarakat.
Program CSR pokok yang akan dilaksanakan PT. Glory Aurum Indonesia
meliputi:
1. Pembangunan Infrastruktur
Program ini dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab PT.
Glory Aurum Indonesia kepada masyarakat yang terkena dampak
langsung dari kegiatan penambangan dan mengharuskan rumah
warga

dipindahkan

atau

direlokasikan.

Perusahaan

juga

bertanggung jawab atas sarana dan prasarana masyarakat yang


dipindahkan dengan cara membangun jalan, tempat ibadah,
klinik, sekolahan dan sarana olahraga.
2.

Peternakan
PT. Glory Aurum Indonesiaakan membuat peternakan sapi pot
dan

domba potong. Peternakan ini dipilih karena masyarakat

sekitar area tambang memiliki mata pencarian berternak dan


bertani. Jumlah hewan ternak yang disediakan oleh perusahaan
yaitu, sapi dan domba.
PT. Glory Aurum Indonesiajuga menyediakan kandang yang baik
untuk ternak tersebut agar hasil yang di dapat maksimal. kandang sapi
yang akan dibuat berukuran panjang 12 meter dan lebar 5 meter. Tempat
makan dan minum disamping kiri dan kanan kandang.lantai terbuat dari
cor beton agar kotoran sapi mudah untuk dibersihkan. Dengan tiang dibuat
dari bambu agar mempermudah dan menghemat dalam pembuatannya.

Gambar 8.3
Kandang sapi
Kandang domba yang digunakan berukuran panjang 6 meter dan lebar
2.5 meter. Rumput yang digunakan untuk makan sapi dan domba didapat
dari hutan semak yang ada disekitar area kandang

Gambar 8.4
Kandang domba
Sapi dan domba tersebut akan dirawat dan diurus oleh warga sampai
sapi dan domba siap dipotong. Usia siap potong sapi kira-kira 2.5
tahun dan siap untuk dijual. Hasil penjualan akan dinikmati oleh warga
dengan pembagian yang jelas dan transparan.
1. Program pelatihan disini bertujuan untuk mengembangkan
kreativitas masyarakat disekitar daerah pertambangan untuk
memproduksi benda atau kerajinan yang bernilai jual seperti
melakukan pelatihan bagaimana cara membuat baju, cenderamata,
mug. Program ini merupakan program persiapan yang sifatnya
berkelanjutan tujuannya agar roda perekonomian disekitar daerah
pertambangan

dapat

terus

pertambangan telah berakhir.


8.4.

Perizinan Pertambangan

berputar

walaupun

kegiatan

Berdasarkan Undang-undang RI No.4 tahun 2009 bab 5 pasal 34, usaha


pertambangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pertambangan mineral dan
pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas :
a. Golongan bahan galian radioaktif
b. Golongan bahan galian mineral logam
c. Golongan bahan galian mineral non-logam
d. Golongan bahan galian mineral batubara
e. Golongan bahan galian batuan.
Penambangan andesit yang dilakukan PT. Glory Aurum Indonesia
memerlukan izin yang diajukan kepada Dirjen Pertambangan Umum yang berupa
Izin Usaha Penambangan (IUP). IUP diajukan sebagai persyaratan untuk
melaksanakan usaha pertambangan di daerah Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis Izin Usaha
Pertambangan terdiri atas 2 tahap, yaitu Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi
yang meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan, serta
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi yang meliputi kegiatan konstruksi,
penambangan, pengolahan, serta pengangkutan dan penjualan.
Permohonan IUP oleh Tegar Pandhu Mukti selaku Direktur PT. Glory
Aurum Indonesia kepada Bupati Kulonprogo, yaitu perizinan IUP operasi
produksi yang mana menindaklanjuti perizinan IUP eksplorasi sebelumnya.
Untuk memperoleh IUP tersebut, ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh
PT. Glory Aurum Indonesia yaitu :
a.
b.
c.
d.

Persyaratan administratif.
Persyaratan teknis.
Persyaratan lingkungan.
Persyaratan finansial.
Masing-masing IUP harus diurus dengan persyaratan yang agak berbeda,

namun pada dasarnya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Membuat sketsa daerah penambangan

Pembuatan sketsa ini dimaksudkan untuk mengetahui batas-batas tanah yang


ada disekitar lokasi penambangan dan untuk mengetahui kepemilikan dari
tanah tersebut.
b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan daerah penambangan
Mencari data-data umum maupun pendukung di balai kecamatan kokap
maupun di kepala desa kalirejo. Data-data yang dimaksudkan meliputi data
monografi penduduk kelompok penambangan, data morfologi daerah
penambangan, data yang berhubungan dengan produksi seperti contohnya
data jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah produksi per hari dan
peralatan apa saja yang digunakan dalam kegiatan penambangan tersebut.
c. Pengisian formulir pengajuan IUP
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap di atas karena data-data yang
diambil tersebut dimaksudkan untuk mengisi blangko formulir ini.
d. Pengajuan surat permohonan IUP
Setelah syarat-syarat dan pengisian formulir sudah dilengkapi dan sesuai
dengan Undang-undang Republik Indonesia No 4 tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, maka surat dapat diajukan kepada
Bupati setempat.
Adapun lampiran yang dijelaskan pada bab sebelumnya, berupa :
1. Peta lampiran
2. Tanda bukti penyetoran jaminan kesungguhan dari bank
3. Surat Izin Mendirikan Perusahaan dan Akte Pendirian Perusahaan yang salah
satu dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha di bidang
pertambangan
4. Surat pernyataan kesanggupan AMDAL
Dengan adanya IUP maupun surat-surat pendukung lainnya, maka PT.
Glory Aurum Indonesiatelah sesuai prosedur secara administratif untuk
menjalankan kegiatan pertambangan di Dusun Sangon I, Desa Kalirejo,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo,

Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.
Menurut UU No 4 tahun 2009, pasal 36 ayat 1, ketentuan yang terdapat dalam
pembuatan izin IUP operasi produksi meliputi:

a. nama perusahaan.
b. luas wilayah.
c. lokasi penambangan.
d. lokasi pengolahan dan pemurnian.
e. pengangkutan dan penjualan.
f. modal investasi.
g. jangka waktu berlakunya IUP.
h. jangka waktu tahap kegiatan.
i. penyelesaian masalah pertanahan.
j. lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang.
k. dana jaminan reklamasi dan pascatambang.
1. perpanjangan IUP.
m. hak dan kewajiban pemegang IUP.
n. rencana pengembangan dan pernberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan.
o. perpajakan.
p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran
tetap dan iuran produksi.
q. penyelesaian perselisihan.
r. keselamatan dan kesehatan kerja.
s. konservasi mineral atau batubara.
t. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri.
u. penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan.
pertambangan yang baik.
v. pengembangan tenaga kerja Indonesia.
w. pengelolaan data mineral atau batubara.
x. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi.
pertambangan mineral atau batubara.
Adapun surat izin surat izin permohonan IUP (Lampiran J).

15

Вам также может понравиться