Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
3.2.1
Definisi
Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada jika disertai dengan peninggian
volume diastolik secara abnormal. Gagal jantung kongestif biasanya disertai dengan
kegagalan pada jantung kiri dan jantung kanan.
3.2.2
Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi tersering dan segala jenis penyakit jantung
ventrikel. Dengan demikian jelas sekali bahwa tidak ada satupun mekanisme
fisiologik atau kombinasi berbagai mekanisme yang bertanggungjawab atas
terjadinya gagal jantung; efektivitas jantung sebagai pompa dapat dipengaruhi oleh
berbagai gangguan patofisiologis. Penelitian terbaru menekankan pada peranan TNF
dalam perkembangan gagal jantung. Jantung normal tidak menghasilkan TNF; namun
jantung mengalami kegagalan menghasilkan TNF dalam jumlah banyak Demikian
juga, tidak satupun penjelasan biokimiawi yang diketahui berperan dalam mekanisme
dasar terjadinya gagal jantung. Kelainan yang mengakibatkan gangguan kontraktilitas
miokardium juga tidak diketahui. Diperkirakan penyebabnya adalah kelainan
hantaran kalsium dalam sarkomer, atau dalam sintesis atau fungsi protein kontraktil
Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya gagal jantung melalui penekanan
sirkulasi yang mendadak dapat berupa (1) disritmia, (2) infeksi sistemik dan infeksi
paru-paru, dan (3) emboli paru. Disritmia akan mengganggu fungsi mekanis jantung
dengan mengubah rangsangan listrik yang memulai respons mekanis; respons
mekanis yang sinkron dan efektif tidak akan dihasilkan tanpa adanya ritme jantung
yang stabil. Respons tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat. Emboli paru secara mendadak akan
meningkatkan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kanan, memicu terjadinya gagal
jantung kanan. Penanganan gagal jantung yang efektif membutuhkan pengenalan dan
penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis penyakit yang mendasari, tetapi
juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
3.1.3
1.
2.
3.
3.1.4
Patofisiologi
A.
Mekanisme Dasar
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
atroventrikularis, atau perubahan orientasi otot papilaris dan korda tendinae akibat
dilatasi ruang.
B.
Bila curah jantung karena suatu keadaan menjadi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh, maka jantung akan memakai mekanisme kompensasi.
Mekanisme kompensasi ini sebenarnya sudah dan selalu dipakai untuk mengatasi
beban kerja ataupun pada saat menderita sakit. Bila mekanisme ini telah secara
maksimal digunakan dan curah jantung tetap tidak cukup maka barulah timbul gejala
gagal jantung. Mekanisme kompensasi ini terdiri dari beberapa macam dan bekerja
secara bersamaan serta saling mempengaruhi, sehingga secara klinis tidak dapat
dipisah-pisahkan secara jelas. Dengan demikian diupayakan memelihara tekanan
darah yang masih memadai untuk perfusi alat-alat vital.Mekanisme ini mencakup: 1)
Mekanisme Frank-Starling, 2) pertumbuhan hipertrofi venatrikel, dan 3) aktifasi
neurohormonal.
1.
diastol lebih tinggi dibandingkan normal. Hal ini bekerja sebagai mekanisme
kompensasi karena kenaikan beban awal (atau volume akhir diastolik)
merangsang isi sekuncup yang lebih besar pada kontraksi berikutnya, yang
membantu mengosongkan ventrikel kiri yang membesar.
2.
Hipertrofi Ventrikel
Pada gagal jantung, stres pada dinding ventrikel bisa meningkat baik akibat
dilatasi (peningkatan radius ruang) atau beban akhir yang tinggi (misalnya
pada stenosis aortik atau hipertensi yang tidak terkendali). Peninggian stres
terhadap dinding ventrikel yang terus menerus merangsang pertumbuhan
hipertrofi ventrikel dan kenaikan massa ventrikel. Peningkatan ketebalan
dinding ventrikel adalah suatu mekanisme kompensasi yang berfungsi untuk
mengurangi stres dinding (ingat bahwa ketebalan dinding adalah faktor
pembagi pada rumus stres dinding), dan peningkatan massa serabut otot
membantu memelihara kekuatan kontraksi ventrikel. Meskipun demikian,
mekanisme kompensasi ini harus diikuti oleh tekanan diastolik ventrikel yang
lebih tinggi dari normal dengan demikian tekanan atrium kiri juga meningkat,
akibat peninggian kekakuan dinding yang mengalami hipertrofi. Pola
hipertrofi yang berkembang bergantung pada apakah beban yang di hadapi
bersifat kelebihan beban volume atau, tekanan yang kronis. Dilatasi ruang
yang kronis akibat kelebihan volume, misalnya pada regurgitasi mitral atau
aorta yang menahun, mengakibatkan sintesis sarkomer-sarkomer baru Secara
seri dengan sarkomer yang lama. Akibatnya radius ruang ventrikel membesar
dan ini berkembang sebanding dengan peningkatan ketebalan dinding. Hal ini
disebut hipertrofi eksentrik. Kelebihan tekanan yang kronis, misalnya pada
hipertensi atau stenosis aortik, mengakibatkan sintesis sarkomer-sarkomer
baru yang berjalan sejajar dengan sarkomer lama, sehingga terjadilah
hipertrofi konsentrik, dimana tebal dinding meningkat tanpa adanya dilatasi
ruang. Dengan demikian stress dinding bisa dikurangi secara bermakna.
3.
Aktifasi neurohormonal
Perangsangan neurohormonal merupakan mekanisme kompensasi yang
mencakup sistim syaraf adrenergik, sistim renin-angiotensin, peningkatan
produksi hormon antidiuretik, semua sebagai jawaban terhadap penurunan
curah jantung. Semua mekanisme ini berguna untuk meningkatkan tahanan
pembuluh sistemik, sehingga mengurangi setiap penurunan tekanan darah
(ingat rumus tekanan darah - curah jantung x tahanan perifer total).
Selanjutnya semua ini menyebabkan retensi garam dan air, yang pada awalnya
bermanfaat meningkatkan volume intravaskuler dan beban awal ventrikel kiri,
sehingga memaksimalkan isi sekuncup melalui mekanisme Frank Starling.
Segi negatif aktifasi neurohormonal yang berlebih adalah seringnya terjadi
akibat yang jelek pada jantung yang sudah payah.
C.
di sinus karotis dan arkus aorta sebagai suatu penurunan porfusi. Reseptor-reseptor
ini lalu mengurangi laju pelepasan rangsang sebanding dengan penurunan tekanan
kemudian diubah dengan cepat oleh ensim pengubah angiotensin (ACE) menjadi
angiotensin II (All), suatu vasokonstriktor yang kuat.
Peningkatan kadar All berperan meningkatkan tahanan perifer total dan
memelihara tekanan darah sistemik. Angiotensin II juga bekerja meningkatkan
volume intravaskuler melalul dua mekanisme yaitu di hipotalamus merangsang rasa
haus dan akibatnya meningkatkan pemasukan cairan, dan bekerja pada korteks
adrenal untuk meningkatkan sekresialdosteron. Aldosteron meningkatkan resorpsi
natrium dan tubuh distal ke dalam sirkulasi. Kenaikan volume intravaskuler lalu
meningkatkan beban awal dan karenanya meningkatkan curah jantung melalui
mekanisme Frank Starling Hormon
E.
Antidiuretlk
Pada gagal jantung, sekresi hormon ini oleh kelenjar hipofisis posterior -
meningkatkan beban akhir dinama jantung yang sudah payah harus berinteraksi,
sehingga pada akhirnya isi sekuncup dan curah jantung menjadi lebih berkurang.
memperlunak mekanisme kompensasi neurohormonal ini.
F.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik gagal jantung harus dipertimbangkan relatif terhadap
derajat latihan fisik yang menyebabkan timbulnya gejala. Pada awalnya, secara khas
gejala hanya muncul saat beraktivitas fisik, tetapi dengan bertambah beratnya gagal
jantung, toleransi terhadap latihan semakin menurun dan gejala-gejala muncul lebih
awal dengan aktivitas yang lebih ringan.
Gejala-gejala dari gagal jantung kongestif bervariasi diantara individu sesuai
dengan sistem organ yang terlibat dan juga tergantung pada derajat penyakit.
1.
Dispnea, atau perasaan sulit bernapas adalah manifestasi gagal jantung yang
paling umum. Dispnea disebabkan oleh meningkatnya kerja pernapasan akibat
kongesti vaskular paru yang mengurangi kelenturan paru.meningkatnya
tahanan aliran udara juga menimbulkan dispnea. Seperti juga spektrum
kongesti paru yang berkisar dari kongesti vena paru sampai edema interstisial
dan akhirnya menjadi edema alveolar, maka dispnea juga berkembang
progresif. Dispnea saat beraktivitas menunjukkan gejala awal dari gagal
jantung kiri. Ortopnea (dispnea saat berbaring) terutama disebabkan oleh
redistribusi aliran darah dari bagian-bagian tubuh yang di bawah ke arah
sirkulasi sentral.reabsorpsi cairan interstisial dari ekstremitas bawah juga akan
menyebabkan kongesti vaskular paru-paru lebih lanjut. Paroxysmal Nocturnal
Dispnea (PND) dipicu oleh timbulnya edema paru intertisial. PND merupakan
manifestasi yang lebih spesifik dari gagal jantung kiri dibandingkan dengan
dispnea atau ortopnea.
3.
Batuk non produktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada
posisi berbaring.
4.
Timbulnya ronki yang disebabkan oleh transudasi cairan paru adalah ciri khas
dari gagal jantung, ronki pada awalnya terdengar di bagian bawah paru-paru
karena pengaruh gaya gravitasi.
5.
6.
Gagal pada sisi kanan jantung menimbulkan gejala dan tanda kongesti vena
sistemik. Dapat diamati peningkatan tekanan vena jugularis; vena-vena leher
mengalami bendungan . tekanan vena sentral (CVP) dapat meningkat secara
paradoks selama inspirasi jika jantung kanan yang gagal tidak dapat
menyesuaikan terhadap peningkatan aliran balik vena ke jantung selama
inspirasi.
7.
Dapat terjadi hepatomegali; nyeri tekan hati dapat terjadi akibat peregangan
kapsula hati.
8.
Gejala saluran cerna yang lain seperti anoreksia, rasa penuh, atau mual dapat
disebabkan kongesti hati dan usus.
9.
10.
Gagal jantung yang berlanjut dapat menimbulkan asites atau edema anasarka.
Meskipun gejala dan tanda penimbunan cairan pada aliran vena sistemik
secara klasik dianggap terjadi akibat gagal jantung kanan, namun manifestasi
paling dini dari bendungan sistemik umumnya disebabkan oleh retensi cairan
daripada gagal jantung kanan yang nyata.
11.
3.2.6 Diagnosis
Diagnosis gagal jantung kongestif didasarkan pada gejala-gejala yang ada dan
penemuan klinis disertai dengan pemeriksaan penunjang antara lain foto thorax,
EKG, ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan biomarker.
Kriteria Framingham dipakai untuk diagnosis gagal jantung kongestif.
Kriteria Major :
4.
5.
6.
7.
8.
Kriteria Minor :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Edema eksremitas
Batuk malam hari
Dispnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardi(>120/menit)
Diagnosis
minor.
Klasifikasi menurut New York Heart Association (NYHA), merupakan
pedoman untuk pengklasifikasian penyakit gagal jantung kongestif berdasarkan
tingkat aktivitas fisik, antara lain:
1)
2)
3)
4)
3.2.7
Pemeriksaan Penunjang
Ketika pasien datang dengan gejala dan tanda gagal jantung, pemeriksaan
b. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG 12-lead dianjurkan. Kepentingan utama dari EKG adalah
untuk menilai ritme, menentukan adanya left ventrikel hypertrophy (LVH) atau
riwayat MI (ada atau tidak adanya Q wave). EKG Normal biasanya
menyingkirkan kemungkinan adanya disfungsi diastolik pada LV. 11, 12
c. Radiologi
Pemeriksaan ini memberikan informasi berguna mengenai ukuran jantung dan
bentuknya, distensi vena pulmonalis, dilatasi aorta, dan kadang-kadang efusi
menangani
echocardiogram
gagal
2D/
jantung.
Doppler,
Pemeriksaan
dimana
dapat
paling
berguna
memberikan
adalah
penilaian
3.2.8
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi
Edukasi
2)
pengobatan.
Aktivitas sosial
dan
pekerjaan
gejala
diusahakan
agar
dengan
dapat
Tindakan Umum :
penerbangan
1)
2)
3)
4)
yang lainnya.
Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama
20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20
menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada
5)
b.
eksaserbasi akut.
Farmakologi
akut,
berat
dan
Diuretik.
Kebanyakan
pasien
dengan
gagal
jantung
aktivitas
yang efektif.
Penyekat Beta bermanfaat sama seperti penghambat ACE.
Pemberian dimulai dosis kecil, kemudian dititrasi selama
beberapa
minggu
dengan
kontrol
ketat
sindrom
gagal
carvedilol,
bisoprolol
atau
metaprolol.
Biasa
diuretik.
Angiotensin II antagonis reseptor dapat digunakan bila ada
5)
6)
atau
aritmia
untuk
ventrikel
pasien
yang
yang
menetap.
8)
digunakan untuk
terapi
dapat
imobilitas.
Pemberian
antikoagulan
diberikan
pada
memerlukan
penatalaksanaan
yang
tepat
termasuk
dengan
posisi
duduk
dengan
pemberian
oksigen
rendah
menunjukkan
adanya
asidosis
laktat
akibat
hipoperfusi
memperbaiki
asidosis,pemberian
bikarbonat
hanya
venodilatasi
yang
akan
memperbaiki
gejala
gagal
jantung
akut
berat
karena
dapat
nitrat
(sublingual,
buccal
dan
intravenus)
Kekurangannya
adalah
teleransi
terutama
pada
pemberian
jantung
yang
disertai
krisis
hipertensi.
Pemberian
adalah
peptide
natriuretik
yang
merupakan
dihasilkan
ventrikel.
Pemberiannya
akan
memperbaiki
sistolik
<
85
mmHg
maka
inotropik
dan/atau
vasopressor
merangsang
reseptor
adrenergik
beta
sehingga
terjadi
akan
meningkatkan
laju
jantung
serta
vasokonstriksi.
berkurangnya
tahanan
vaskular
sistemik
milrinone
dan
enoximone.
Biasanya
digunakan
untuk
terapi
vasopressor
ditujukan
pada
penderita
gagal
terjadinya
gagal
jantung
akut
de
novo
atau
pada
penderita
gagal
jantung
berat
atau
syok
regurgitasi
mitral
atau
ruptur
septum
interventrikel.
3.2.9
Prognosis
Meskipun penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung telah sangat
berkembang, tetapi prognosisnya masih tetap jelek, dimana angka mortalitas setahun
bervariasi dari 5% pada pasien stabil dengan gejala ringan, sampai 30-50% pada
pasien dengan gejala berat dan progresif. Prognosisnya lebih buruk jika disertai
dengan disfungsi ventrikel kiri berat (fraksi ejeksi< 20%), gejala menonjol, dan
kapasitas latihan sangat terbatas (konsumsi oksigen maksimal < 10 ml/kg/menit),
insufisiensi ginjal sekunder, hiponatremia, dan katekolamin plasma yang meningkat.
Sekitar 40-50% kematian akibat gagal jantung adalah mendadak. Meskipun beberapa
kematian ini akibat aritmia ventrikuler, beberapa diantaranya merupakan akibat infark
miokard akut atau bradiaritmia yang tidak terdiagnosis. Kematian lainnya adalah
akibat gagal jantung progresif atau penyakit lainnya. Pasien-pasien yang mengalami
gagal jantung stadium lanjut dapat menderita dispnea dan memerlukan bantuan terapi
paliatif yang sangat cermat.