Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
stroma. Sebagian besar kelenjar Krause berada di forniks atas, sisanya diforniks
bawah. Kelenjar Wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.6
2.2 Lapisan Air Mata
Air mata merupakan cairan yang membasahi bagian depan bola mata dan
konjungtiva palpebrae. Lapisan air mata merupakan lapisan yang tipis dan
melapisi permukaan kornea, konjungtiva palpebrae, dan konjungtiva bulbi. Tebal
lapisan air mata antara 7-10 mikron. Lapisan air mata normal dari luar ke dalam
adalah :6,8
a. Lapisan Lipid. Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang dihasilkan dari
kelenjar meibomian, zeis, dan moll. Lapisan ini mencegah air mata yang
berlebihan, menghambat terjadinya evaporasi dan melubrikasi kelopak mata
saat bergerak.
b. Lapisan Aqueous. Lapisan ini merupakan lapisan tengah, dihasilkan oleh
kelenjar lakrimal utama dan kelenjar aksesorius (Krause dan Wolfring) dan
berfungsi untuk menyediakan nutrisi bagi kornea yang avaskular, membantu
dalam menyingkirkan kotoran ataupun debris dan melindungi permukaan
bola mata dari bakteri ataupun antigen lainnya. Air mata mengandung air dan
sejumlah kecil sodium klorida, gula, urea, protein, alkalin. Selain itu juga
mengandung antibakterial seperti lisozim, betalysin, dan laktoferrin.
c. Lapisan Mukus (musin). Lapisan ini dihasilkan oleh sel goblet yang terletak
di lapisan epitel konjungtiva bulbaris. Mukus juga dihasilkan kelenjar Manz
yang terletak di lapisan epitel sekitar limbus. Lapisan ini berfungsi untuk
membentuk lapisan pelindung hidrofilik tipis bagi permukaan kornea,
membasahi permukaan bola mata, dan mencegah mata permukaan bola mata
menjadi kering.
2.3 Anatomi dan Fisiologi Kornea
10
11
Rantai all-trans retinal yang terbentuk dalam proses aktivasi rodopsin dapat
dikonversi menjadi bentuk all-trans retinol yang merupakan salah satu bentuk
vitamin A. Dengan bantuan enzim isomerase all-trans retinol akan dikonversi
menjadi bentuk 11-cis retinol yang kemudian berubah menjadi 11-cis retinal yang
kemudian berikatan dengan skotopsin membentuk rodopsin. Vitamin A yang
terdapat pada sel batang dapat diubah menjadi bentuk retinal apabila dibutuhkan,
dan sebaliknya retinal yang berlebih diretina dapat diubah menjadi vitamin A. Hal
ini penting, karena berhubungan dengan proses penglihatan, seperti yang terjadi
pada rabun senja. Pada rabun senja terjadi defisiensi vitamin A yang berat dan
tanpa vitamin A jumlah retinal dan rodopsin yang terbentuk juga semakin
berkurang. 9
2.5 Defisiensi Vitamin A
Vitamin A diperoleh dari asupan makanan yang mengandung vitamin A.
Terdapat 3 bentuk vitamin A yang penting bagi tubuh yaitu retinol, beta karoten,
dan karotenoid. Dalam tubuh retinol merupakan bentuk dominan dari vitamin A.
Begitu diserap dalam saluran pencernaan, vitamin A dibawa ke hati untuk
disimpan.10 Saat dibutuhkan, vitamin A akan dilepas dalam bentuk retinol yang
akan berikatan dengan protein, bentuk dari ikatan tersebut disebut juga retinol
binding protein (RBP). RBP nantinya akan berikatan dengan sel-sel reseptor yang
dituju kemudian protein akan melepaskan retinol sehingga dapat masuk kedalam
sel yang dituju.11
Defisiensi vitamin A adalah suatu penyakit sistemik yang mempengaruhi sel
dan organ seluruh tubuh, hasil perubahan arsitektur epitel tersebut disebut dengan
12
13
dibutuhkan untuk sintesis RNA dan glikoprotein sel epitel konjungtiva, yang
membantu memelihara stroma kornea, dan mukosa konjungtiva.10
Pada retina terdapat 2 sistem fotoreseptor yang berbeda, sel kerucut dan sel
batang. Sel batang bertanggung jawab terhadap penglihatan dalam situasi cahaya
yang redup atau rendah, sedangkan sel kerucut bertanggung jawab penglihatan
berwarna dan situasi cahaya yang terang. Vitamin A merupakan kekuatan utama
dari pigmen visual kedua macam sel ini. Perbedaannya terletak pada jenis protein
yang terikat pada retinol. Pada sel batang, bentuk aldehid dari vitamin A (retinol)
dan protein opson bergabung membentuk rhodopsin yang merupakan pigmen
fotosensitif.10
2.6 Xeroftalmia
2.6.1 Definisi
Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan
vitamin A pada mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan
gangguan fungsi sel retina yang berakibat kebutaan. Kata Xeroftalmia
(bahasa Latin) berarti mata kering, karena terjadi kekeringan pada selaput
lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.2
2.6.2 Epidemiologi
Angka kejadian xeroftalmia akibat defisiensi vitamin A diperkirakan
sekitar 20.000 100.000 kasus baru di seluruh dunia per tahunnya. Menurut
survey nasional xeroftalmia tahun 1992, prevalensi xeroftalmia nasional
adalah 0,33%. Di samping itu, juga dijumpai 50% dari anak balita memiliki
kadar vitamin A yang rendah (< 20 g/dL). Angka kejadian ini semakin
14
15
16
xerosis konjungtiva
XIB
X2
xerosis kornea
X3A
X3B
keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
XS
XF
17
18
Secara klinis, perubahan ini ditandai dengan kekeringan yang nyata atau
hilangnya kemampuan membasahi mata, daerah yang terkena tampak lebih
kasar, disertai tetesan-tetesan halus atau gelembung pada permukaan, bukan
permukaan yang licin dan mengkilat. Perubahan ini paling baik dideteksi
dengan pencahayaan dari sisi oblik, perubahan ini sering hampir tidak kentara
dan dapat tidak jelas karena pengeluaran air mata yang hebat. Bila
pengeluaran air mata berhenti, maka daerah yang terkena akan tampak seperti
"beting daerah pasang surut" (sanbank at receding tide).12
19
Gambar 10.
Xerosis konjungtiva
Xerosis konjungtiva awalnya muncul pada kuadran temporal, sebagai
suatu potongan kecil oval atau segitiga yang berbatasan dengan limbus pada
fisura interpalpebral. Hampir selalu ada pada kedua mata. Pada beberapa
individu, keratin dan sel epitel berkumpul pada permukaan xerotik,
memberikan suatu gambaran seperti busa atau kiju. Lesi seperti ini dikenal
dengan bercak Bitot. Bahan yang melapisinya lebih mudah dibersihkan, dan
jumlah yang terbentuk lebih bervariasi dari hari ke hari. Bila defisiensi lebih
berat, lesi akan terbentuk juga di kuadran nasal, walau kurang mencolok.
Bercak Bitot dapat segera dikenali dan merupakan suatu kriteria klinis yang
berguna untuk penilaian status vitamin A suatu populasi.12
20
22
23
intraokular,
24
defisiensi vitamin A termasuk opasitas atau jaringan parut dengan bermacammacam identitas/kepadatan (nebula, makula, leukoma), kelemahan dan
outpouching (penonjolan) lapisan kornea yang tersisa.12
25
XN (Xerosis Nyctalopia)
Tidak terlihat ada tanda klinis
Ketidaksanggupan melihat pada cahaya remang-remang.
Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat
konjungtiva bulbi.
Rasa tidak nyaman pada mata seperti terasa panas.
Mata terlihat kering
- X1B (Bercak Bitot / bitots spot)
26
Terdapat bercak bitot yaitu bercak putih kekuningan seperti busa atatu
irreversible.
X3B (Ulkus Kornea/Keratomalasia)
Mulai terlihat nekrosis pada kornea disertai dengan vaskularisasi
kedalamnya.
Ulserasi yang melebihi stadium sebelumnya
Edema pada kornea disertai dengan penonjolan disekitarnya
Luluhnya kornea dengan komplit yang berakhir dengan stafiloma
27
2.6.7 Diagnosis
A. Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan pada penderita defisiensi vitamin A
yaitu:2
1. Identitas penderita dan Identitas orang tua (pada anak)
2. keluhan utama dan keluhan tambahan penderita
3. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya, seperti campak dalam waktu
< 3 bulan, sering diare atau ISPA, pneumonia, infeksi cacingan, TBC, dll.
4. Kontak dengan pelayanan kesehatan
Pada anak penting ditanyakan apakah anak ditimbang secara teratur
mendapatkan imunisasi, mendapat suplementasi kapsul vitamin A dosis
tinggi dan memeriksakan kesehatan baik di posyandu atau puskesmas (cek
dalam buku KIA/KMS anak).
5. Riwayat Pola Makan, seperti apakah anak mendapatkan ASI eksklusif
selama 6 bulan, Apakah anak mendapatkan MP-ASI setelah umur 6 bulan,
bagaimana jenis dan frekuensi pemberiannya, bagaimana cara memberikan
makan kepada anak: Sendiri / Disuapi.
B. Pemeriksaan Fisik
28
29
2.6.8 Penatalaksanaan
1. Pemberian Vitamin A
Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2
minggu. Vitamin A dapat diberikan dengan dosis 30.000 unit/hari selama 1
30
Pada wanita dalam usia reproduktif (baik hamil atau tidak) yang
menderita rabun senja, bercak bitot hingga xerosis konjungtiva perlu diberikan
vitamin A dengan dosis 100.000 IU secara oral setiap harinya selama 2 minggu.
Sedangkan pada penderita dengan gangguan pada korneanya diberikan dosis
vitamin A sesuai dengan dosis pada anak diatas 1 tahun
Anak dengan diare dapat mengalami penurunan absorbsi vitamin A,
namun masih dapat menyerap lebih dari cukup untuk mengatasi defisiensi jika
dosis rekomendasi diberikan. Namun, anak xeroftalmia dengan malnutrisi
energi protein berat butuh dimonitor secara hati-hati sebab status vitamin A
tidak stabil dan dapat secara cepat memburuk, walaupun ditatalaksana sesuai
rekomendasi. Dosis tambahan dapat digunakan terhadap grup yang rentan
ini.12
31
32
kondisi pasien sesuai intervensi yang diberikan agar klien serta keluarganya
dapat meneruskan penanganan diet yang telah disusun.2
Tujuan :2
Syarat :2
a. Energi/ Karbohidrat
Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein menjadi
sumber energi dan untuk penyembuhan. Pada kasus gizi buruk, diberikan
bertahap mengikuti fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi, yaitu 80-100
kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB dan 200 kalori/ kg BB.
b. Protein
Protein diberikan tinggi, peranannya dalam pembentukan Retinol Binding
Protein dan Rodopsin. Pada gizi buruk diberikan bertahap yaitu : 1-1,5 gram/
kg BB / hari ; 2-3 gram/ kg BB/ hari dan 3-4 gram/ kg BB/ hari
c. Lemak
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal. Pemberian
minyak kelapa yang kaya akan asam lemak rantai sedang (MCT=Medium
Chain Tryglycerides). Penggunaan minyak kelapa sawi yang berwarna merah
dianjurkan, tetapi rasanya kurang enak.
d. Vitamin A
33
34
yang dapat diberikan seperti ciprofloxacin 750 mg dua kali dalam sehari atau
sefalosporin.12
2.6.10 Prognosis
Prognosis pada stadium XN, X1A, X1B, dan X2 adalah baik, dengan
syarat pengobatan harus dilakukan secara dini dan harus dilakukan dengan
tepat. Sedangkan pada stadium yang lebih lanjut dimana telah terjadi
kerusakan kornea dan dapat menyebabkan kebutaan yang tidak dapat
disembuhkan lagi, maka prognosisnya jauh lebih buruk.12
35