Вы находитесь на странице: 1из 7

1

STUDI PENYEBAB PENYAKIT BERCAK DAUN PADA TANAMAN KALATEA (Calathea


zebrina) DAN EFEKTIFITAS BERBAGAI CARA INOKULASI SERTA INANG
ALTERNATIF PADA BEBERAPA JENIS TANAMAN KALATEA
(Study Of Leaf Spot Diseases On Kalatea (Calathea Zebrina) and Inoculation Metods Effectivity
And Ets Alternative Host On Some Species Of Kalatea)
Afitania Anggraini, Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Syamsuddin Djauhari
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jln. Veteran, Malang 65145

ABSTRACT
This research was include to identify of fungal pathogens cause leaf spots disease on
kalatea (Calathea zebrina), conidia germination of fungal pathogens, the effective method of fungal
pathogen inoculation and the alternative of host disease fungal caused leaf spot disease on some
varietnes of kalatea plants. This research was conducted in the Mycology Department of Pest and
Plant Disease, Faculty of Agriculture, University of Brawijaya Malang since January 2015 to
October 2015. The results showed that the pathogen causes leaf spots disease in Calathea zebrina
was Curvularia sp. The percentage of conidia germination period up to 24 hours was 63.49%. The
incubation period of alternative host Curvularia sp. on the Calathea concinna was 2,4 day after
inoculation which was faster than Calathea zebrina, and Calathea ornata. The occurance o some
diseas such as Calathea zebrina was 11.19%, of Calathea concinna 10.23% and Calathea ornata
6.79%. Inoculation method could affect the incidence of the disease. The average incidence rate of
the Calathea zebrina diseas which was inoculated with spray method showed 0,63 symptoms/day
which was higher than brush method which showed 0.51 symptoms/day.
Keywords : leaf spots, Calathea zebrina, alternative host.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui patogen penyebab penyakit bercak daun kalatea
(C. zebrina), perkecambahan konidia jamur patogen, efektifitas cara inokulasi jamur patogen dan
inang alternatif jamur penyebab penyakit bercak daun pada beberapa jenis tanaman kalatea.
Peneitian ini dilakukan di sub Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang sejak bulan Januari 2015 hingga bulan Oktober 2015 . Hasil
penelitian menunjukkan bahwa patogen penyebab penyakit bercak daun pada tanaman Calathea
zebrina adalah jamur Curvularia sp. Berdasarkan hasil uji daya perkecambahan konidia jamur
Curvularia sp. hingga 24 jam sebesar 63,49 %, Masa inkubasi inang alternatif jamur Curvularia sp.
penyebab penyakit bercak daun pada tanaman C. concinna sebesar 2,4 hari setelah inokulasi (hsi)
lebih cepat dibandingakan dengan C. zebrina dan C. ornata. Kejadian penyakit tanaman C.zebrina
sebesar 11,19 %, C. concinna 10,23 % dan C. ornata 6,79 %. Metode inokulasi dapat
mempengaruhi persentase kejadian penyakit yang ditimbulkan. Rata-rata laju kejadian penyakit C.
zebrina yang diinokulasi dengan metode semprot sebesar 0,63 gejalahari yang mana lebih tinggi
dibandingkan dengan metode kuas sebesar 0,51 gejala/hari .
Kata Kunci : Bercak daun, Calathea zebrina, inang alternatif

PENDAHULUAN
Kalatea (Calathea zebrina)
ialah
tanaman yang tergolong sebagai tanaman
penutup (cover crop) dan tanaman hias
indoor. Tanaman hias ini memiliki daya tarik
yang berbeda dibandingkan dengan tanaman
hias lainnya yaitu corak zebra dan perpaduan
warna daun antara hijau dengan ungu. C.
zebrina merupakan tanaman hias yang bukan
asli berasal dari Indonesia. Tanaman ini
berasal dari Brasil dan merupakan tanaman
impor tertinggi untuk Sri lanka sebagai
tanaman potong (Wilmanesa, 2009).
Di Indonesia tanaman C. zebrina
disukai sebagai bunga potong, atau tanaman
hias
dalam
ruangan.
Tanaman
ini
membutuhkan kelembaban yang tinggi
karena habitat aslinya merupakan tanaman
penutup dan berada dibawah naungan. Oleh
karena itu, tanaman ini juga rentan akan hama
dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas
atau nilai keindahan (estetika) dari tanaman
tersebut.
Kelembaban yang tinggi merupakan
kondisi yang sangat sesuai dengan
pertumbuhan patogen penyebab penyakit
salah satunya adalah jamur. Tanaman kalatea
yang terserang oleh patogen jamur memiliki
gejala terbentuknya lingkaran berwarna
kuning kecoklatan (halo) disekeliling jaringan
yang sakit, dan terjadinya jaringan mati yang
melekuk. (Mahneli, 2007). Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) mengetahui patogen
penyebab penyakit pada tanaman C. zebrina,
(2) efektifitas berbagai macam cara inokulasi,
(3) inang alternatif penyakit penyebab bercak
daun.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya pada bulan
Januari 2015 Oktober 2015.
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) menggunakan 3 perlakuan


percobaan diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan
tersebut adalah:
1. Percobaan 1, perkecambahan konidia
dengan pengamatan 3 jam sekali hingga
24 jam.
2. Percobaan 2, inang alternatif dengan
menggunakan C. zebrina, C. ornata, C.
concinna.
3. Percobaan 3, cara inokulasi yaitu kontrol,
kuas dan semprot.
Identifikasi penyebab penyakit bercak
daun pada tanaman C. zebrina
a. Pengambilan Sampel Daun Tanaman
Kalatea yang Bergejala
Pengambilan sampel dilakukan pada tanaman
Kalatea yang terserang bercak daun. Sampel
diambil menggunakan metode purposive
sampling. Kemudian daun dimasukkan dalam
plastik dan disimpan dalam suhu dingin yang
bertujuan untuk menjaga kesegaran daun dan
menjaga jamur tetap bertahan hidup.
b. Isolasi Jamur Patogen Pada Tanaman
Kalatea
Tanaman kalatea yang terserang bercak daun
diisolasi menggunkan dua metode yaitu
dengan sporulasi (menumbuhkan spora dalam
kondisi lembab) dan penanaman langsung
gejala pada media PDA (Potato Detrox Agar).
Koloni yang telah tumbuh kemudian
dipindahkan dalam media buatan untuk
diidentiikasi.
c. Identiikasi jamur patogen penyebab
bercak daun
Identifikasi konidia dilakukan dengan
memanen konidia dari biakan murni spora
tunggal dan diletakkan diatas kaca preparat,
diinokulasi ke obyek glass dan ditutup dengan
cover glass selanjutnya diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 10 x 40 dan 10
x 100 kali.
Penyiapan inokulum

a. Pada percobaan 1 (perkecambahan)


perhitungan kerapatan konidia dari 5 ml
air destilasi + konidia, ditambahkan 10 ml
air destilasi adalah 5,6 x 103 konidia / cm3
b. Pada percobaan 2 (inang alternatif)
perhitungan kerapatan konidia dari 5 ml
air destilasi + konidia, ditambahkan
dengan 20 ml air destilasi adalah 7,2 x 103
konidia / cm3\
c. Pada percobaan 3 (metode inokulasi)
inokulum di dapat dari tanaman

terinfeksi atau bergejala. Daun yang


bergejala diambil sebanyak 1 gram
ditambahkan dengan air destilasi steril
sebanyak 5 ml, kemudian dishaker selama
3 menit
Percobaan 1 (perkecambahan konidia)

Inokulum jamur Curvularia sp diteteskan


pada permukaan daun C. zebrina dengan
menggunakan pipet mikro. Setiap 3 jam
sekali hingga 24 jam setelah inokulasi,
daun dipotong menggunakan gunting 1
cm kemudian dimasukkan kedalam
larutan carnoy selama 3 4 jam yang
berfungsi sebagai peluruh klorofil daun
sehingga daun menjadi transparan.
Kemudian diamati dibawah mikroskop
dan menghitung konidia yang bercambah
dan yang belum berkecambah dalam satu
bidang pandang. Untuk perhitungan
perkecambahan menggunakan rumus
Susilo et al. (1993):
t 100
K=
m+ t
Keterangan
:
K
: persentase perkecambahan,
t
: konidia yang berkecambah,dan
m
: konidia yang tidak berkecambah.
Percobaan 2 (inang alternatif)

Percobaan 2 bertujuan untuk mengetahui


inang alternatif dengan melihat presentase
kejadian penyakit pada beberapa jenis
tanaman Kalatea.
Untuk kejadian penyakit menggunakan rumus
Sinaga (2003) sebagai berikut:

P=

a
100
N

Keterangan :
P
: kejadian penyakit,
a
: jumlah bercak yang muncul pada
petak inokulasi, dan
N
: luasan petak inokulasi.
Percobaan 3 (cara inokulasi)

mengetahui masa inkubasi dari berbagai


cara inokulasi
Untuk kejadian penyakit menggunakan rumus
Sinaga (2003) sebagai berikut:

P=

a
100
N

Keterangan :
P
: kejadian penyakit,
a
: jumlah bercak yang muncul pada
petak inokulasi, dan
N
: luasan petak inokulasi.
Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan
laju infeksi (r) masing-masing diukur dengan
model persamaan Van der Plank (1963)
sebagai berikut:

r=

1
+(logit x 2logit x 1)
t 2t 1

Keterangan :
r
: laju infeksi,
x1
: kejadian penyakit pada t1,
x2
: kejadian penyakit pada t2,
t1
: pengamatan kejadian penyakit awal,
t2
: pengamatan kejadian penyakit
selanjutnya

Analisis data
Pada pengujian laboratorium ini, data
dianalisis dengan ragam ANOVA dengan
tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.
Apabila terdapat pengaruh antar perlakuan
akan dilanjutkan dengan uji BNT.

berbentuk tunggal, lurus dan berwarna coklat.


Konidia tunggal atau lebih yang terdapat pada
ujung hifa, bersepta 3,bagian sel konidia
kedua lebih besar. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Gandjar (1999) konidiosfor

Curvularia sp. biasanya tunggal atau


berkelompok memiliki cabang, bentuknya
lurus atau merunduk, berwarna coklat
dengan ujung coklat muda, bersepta 3,
membengkok pada sel ke dua atau ke tiga
yang lebih lebar dan berwarna lebih
coklat dari pada sel yang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Patogen penyakit bercak daun pada C.
zebrina
b

Percobaan 1 (uji perkecambahan)


Konidia dikatakan berkecambah apabila
konidia telah terbentuk tabung kecambah
yang panjangnya setengah diameter konidia.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Barnet
(1951) konidia yang berkecambah perlahan
akan mengkondisikan dirinya untuk memulai
perkecambahan kemudian tabung kecambah
akan muncul dan memanjang membentuk
tubuh jamur baru. Persentase perkecambahan
meningkat setiap waktu pengamatan (Tabel
1). Peningkatan perkecambahan konidia
Curvularia sp. pada setiap jam setelah
inokulasi. Proses perkecambahan diamati
mulai pada 3 jam setelah inokulasi,
persentase perkecambahan Curvularia sp.
5,81 %. Perkecambahan meningkat setiap
waktu pengamatan, hingga akhir pengamatan
yaitu pada 24 jam setelah inokulasi
persentase perkecambahan mencapai 63,49
%.

konidia

Gambar 1. Gejala penyakit bercak daun pada


tanaman C. zebrina, (a) gejala
makroskopis
pada
daun,
(b)
mikroskopis pada permukaan daun.

Gejala penyakit bercak daun tampak awalnya


berwarna coklat tua dengan dikelilingi halo
berwarna kuning, daun yang terserang lama
kelamaan mengering dan terdapat konidia
kecoklatan di permukaan daun (Gambar 1A).
Pengamatan mikroskopis pada perbesaran
400x menunjukkan hifa berwarna kecoklatan
dan bersekat (Gambar 1B). Konidiofor
Tabel 1. Perkecambahan Curvularia sp.
Perlakuan
Spora + air destilasi

3 jsi

Perkecambahan (%) menurut waktu pengamatan (jam)


6 jsi
9 jsi
12 jsi
15 jsi
18 jsi
21 jsi

24 jsi

5,81

12,75

63,49

15,21

22,79

34,34

43,72

52,04

Keterangan: untuk keperluan analisis statistik data telah ditransformasikan kedalam kuadrat (x + 0,5)
Jsi : Jam setelah inokulasi

Percobaan 2 (inang alternatif)


Keberhasilan sebuah jamur patogen dalam
menginfeksi inang dapat dilihat dari adanya

gejala yang muncul pada tanaman. Calathea


concinna memiliki reaksi yang lebih cepat
dan menimbulkan gejala dibandingkan
dengan Calathea zebrina dan Calathea

ornata.
Calathea
inokulasi
Calathea

Reata masa inkubasi penyakit


concinna yaitu 2,4 hari setelah
(hsi) dibandingkan dengan tanaman
zebrina 3,3 hari setelah inokulasi

dan Calathea ornata 3,8 hari setelah


inokulasi Bercak daun Curvularia sp. rerata
diameter 0,2 cm 0,5 cm pada saat muncul
pertama kali.

Tabel 2. Jumlah gejala bercak daun pada berbagai jenis Calathea


Gejala bercak daun menurut waktu pengamatan (hari)

Perlakuan
2

10

12

14

0a

0a

0a

0a

0a

0a

0a

Calathea zebrina

0a

9b

14,8 b

19 c

21,9 c

22,8 c

24,5 c

Calathea ornata

0a

7,8 b

13,4 b

16,1 b

17,9 b

18,5 b

19,5 b

11,9 b

16,1 c

17,9 c

19,5 c

20,5 c

21 bc

21,0 b

0,60

1,39

1,59

2,15

2,23

2,58

2,76

Calathea zebrina (kontrol)

Calathea concinna
BNT 5%

Keterangan : Bilangan pada kolom sama diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Beda Nyata Terkecil (P 0,05). - Data ditransformasi menggunakan akar kuadrat
(x + 0,5) untuk keperluan analisis statistik.
Kejadian penyakit Calathea zebrina sebesar
11,19 %, kemudian Calathea concinna 10,23
% dan Calathea ornata 6,79 %. Hal ini
menjelaskan bahwa patogen penyebab
penyakit bercak daun Curvularia sp. dapat
menginfeksi jenis tanaman Calathea yang
lainnya. Pada hasil uji lanjut inang alternatif
(Tabel 5.) menunjukkan bahwa dari ketiga
Percobaan 3 (cara inokulasi)
Gejala yang tampak secara visual pada inang
akibat infeksi patogen Curvularia sp, mula mula timbul bercak - bercak kecil berwarna
kuning kemudian menjadi kecoklatan dan
membentuk halo pada permukaan daun.
Perkembangan bercak pada inokulasi kuas

jenis tanaman yang diinokulasi, ketigatiganya terinfeksi. Manamgoda et al.(2012)


menjelaskan
bahwa
Curvularia
sp.
merupakan patogen tanaman khususnya pada
jenis tanaman famili Poaceae dan
Marantaceae yang tersebar luas di seluruh
dunia.
relatif lebih lambat dibandingkan dengan
inokulasi semprot, hal ini diduga karena pada
inokulasi kuas persediaan energi patogen
untuk menginfeksi jaringan digunakan saat
melakukan penetrasi secara langsung
sehingga perkembangannya relatif lambat
dibandingkan inokulasi semprot yang masuk
melalui lubang alami daun (stomata dan
hidatoda).

Tabel 8. Rata-rata lebar bercak daun Curvularia sp.


Perlakuan
Kontrol
Semprot
Kuas
BNT 5%

2
0
0
0
tn

Lebar bercak daun menurut waktu pengamatan (hari)


4
6
8
10
12
0a
0a
0a
0a
0a
5,52 c
7,18 c
8,34 c
9,62 c
12,19 c
4,30 b
6,28 b
7,58 b
8,28 b
9,77 b
0,71
0,5
0,83
0,94
1,18

14
0a
13,29 c
10,70 b
1,45

Keterangan : Bilangan pada kolom sama diikuti huruf sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (P 0,05). Data ditransformasi menggunakan akar
kuadrat (x + 0,5) untuk keperluan analisis statistik.
Pada
inokulasi
semprot,
patogen
mempenetrasi melalui lubang alami (stomata
dan hidatoda) tanpa harus menembus lapisan
kutikula dan dinding epidermis tanaman
sehingga lubang alami menjadi pintu masuk
untuk menyerap nutrisi pada tanaman inang
oleh jamur Curvularia sp dalam proses
metabolisme
seperti perkecambahan,
pertumbuhan hifa, dan infeksi keseluruh
bagian daun.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
dari kedua cara inokulasi yaitu semprot dan
kuas, inokulasi semprot lebih efektif dan
cepat dalam menimbulkan gejala dari pada
inokulasi kuas. Giri,P (2013) menyatakan
dalam penelitian mengenai perbedaan metode
inokulasi Alternaria brassicae pada tanaman
Brassica juncea menunjukkan bahwa metode
inokulasi semprot lebih efektif dibandingkan
dengan kuas dan infiltrasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelian yang dilakukan hasil
identifikasi patogen penyebab penyakit
bercak daun pada tanaman Calathea zebrina
dengan cara mengisolasi secara langsung
bagian tanaman yang sakit serta sporulari
adalah jamur Curvularia sp. Jamur patogen
ini memiliki persentase perkecambahan 63,49
% setelah 24 jam setelah inokulasi.
Hasil uji efektifitas cara inokulasi jamur
Curvularia
sp
menunjukkan
dengan
menggunakan metode inokulasi semprot lebih
efektif dalam menimbulkan infeksi pada
tanaman Calathea zebrina dibandingkan
dengan
inokulasi
menggunkan
kuas.
Persentase kejadian penyakit menggunkan
metode sempot sebesar 10,12 % dan metode
kuas sebesar 7,59 %.
Jamur patogen penyebab penyakit bercak
daun (Curvularia sp.) diinokulasikan pada
beberapa jenis tanaman Calathea lainnya.
Dari ketiga jenis tanaman Calathea yaitu

Calathea zebrina, Calathea ornata dan


Calathea concinna, ketiga-tiganya dapat
diinfeksi oleh jamur Curvularia sp. dengan
persentase kejadian penyakit C. zebrina
sebesar 11,19 %, C. concinna sebesar10,23 %
dan C. ornata sebesar6,79 %.

DAFTAR PUSTAKA
Barnet, H, L. dan B.Hunter. 1972. Ilustrated
genera of imperfect fungi (third
edition). Minneapolis, Minnesota:
Burgess
Publishing
Company.
Commonwealth Mycological Institute,
Kew, UK.
Gandjar,I. 1999. Pengenalan kapang tropik
umum. UI press. Jakarta.
Giri,P; G.Taj dan A. Kumar.2013.
Comparison of artificial inokulation
methods for studying pathogenesis of
Alternaria brassicae Sacc on Brassica
juncea. Tesis S3. G.B. Pant University
of Agriculture and Technology. India.
pp.2422-2426.
Mahneli, R. 2007. Pengaruh Pupuk Organik
Cair dan Agensia Hayati terhadap
Pencegahan
Penyakit Antraknosa
(Colletotrichum gloeosporioides) pada
Pembibitan
Tanaman
Kakao
(Theobroma cacao L.). Skripsi.
Fakultas
Pertanian
Universitas
Sumatera Utara.
Manamgoda D. S, Cai L, Mckenzie EHC,
Crous PW, Madrid H, Chukeatirote E,
Shivas RG, Tan YP, Hyde KD. 2012. A
phylogenetic and taxonomic reevalution
of
the
BipolarisCochiobolus-Curvularia
complex.
Fungal Divers. 56(1):131144. DOI:
http://dx.doi.org/10.1007/s13225- 0120189-2

Sinaga, M.S., 2006. Dasar - dasar ilmu


penyakit tumbuhan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Susilo, A; S, Santosoc dan H. A. Tutung.
1993.Sporulasi, viabilitas cendawan
Metarhizium anisopliae (Metscnikoff)
Sorokin pada media jagung dan
patogenesitasnya
terhadap
larva
Oryctes
rhinoceros.
Simposium
Patologi Serangga I. Universitas
Gadjah
Mada.Yogyakarta.
12-13
Oktober 1993.
Van der Plank, J.E. 1963. Plant diseases
epidemics and control. Academic

press.New york and london. XVI-page


349.
Wimalasena.
W.Y;
N.
Deshappriya
Department of Botany, University of
Kelaniya. 2009. 4.8 A preliminary
survey
of
diseases
of
some
commercially grown foliage plants in
selected regions of Sri Lanka.
Proceedings of the Annual Research
Symposium 2009-Faculty of Graduate
Studies, University of Kelaniya.

Вам также может понравиться