Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB I

STATUS PASIEN NEUROLOGI


Nama
Jenis kelamin
Usia
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Status marital
Nomor rekam medis
Tanggal masuk Rumah Sakit
Tanggal pemeriksaan

: Tn. S
: Laki-laki
: 70 tahun
: Hindu
: Bali
: SMA
: Pensiunan
: Ubud Kelod, Ubud, Bali
: Menikah
: 190079
: 7 Oktober 2016
: 7 - 15 Oktober 2016

1. Anamnesa (Autoanamnesa)
1.1.Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan kelemahan mendadak pada tangan dan kaki kanan
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
1.2.

Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh bicara pelo 1 hari SMRS.

1.3.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan kelemahan pada kaki dan tangan kanan terjadi
secara mendadak pada pagi hari saat pasien bangun tidur. Hal ini baru
pertama kali dirasakan. Rasa lemas dirasakan semakin berat. Pasien
mengatakan muntah 1x namun didahului rasa mual. Tidak ada hal yang
dirasa memperparah maupun meringankan gejala yang dirasakan
pasien ini. Pasien mengatakan bahwa keadaan yang dialami ini tidak
disertai dengan nyeri yang hebat maupun kehilangan kesadaran. Selain
kelemahan yang dirasakan pasien, pasien juga mengeluhkan rasa
pusing berputar yang dirasakan bersamaan dengan kelemahan yang
dialami pasien. Pusing dirasa mendadak, seakan-akan keadaan sekitar
yang berputar. Pasien juga mengatakan semakin sulit bicara dan terasa
pelo. Pasien memiliki penyakit darah tinggai dan meminum obat
Captopril 1x25mg yang diberikan oleh klinik dokter umum sekitar 5
tahun belakangan ini.

1.4.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat operasi, alergi,
pengobatan tertentu.

1.5.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala seperti yang
dirasakan oleh pasien. Riwayat darah tinggi, diabetes melitus,
kolesterol yang tidak terkontrol, dan kelainan jantung pada keluarga
disangkal.

1.6.

Riwayat Kebiasaan / Pola Hidup


Pasien merokok sejak usia 17 tahun, sekitar 1bungkus perhari, namun
sudah berhenti sekitar 10 tahun belakangan ini. Selain ini, pasien tidak
mengkonsumsi alkohol, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan
tidak memiliki alergi terhadap apapun. Pasien mengaku sangat jarang
berolahraga.

2. Pemeriksaan Fisik
2.1.
Status Generalis (7 Oktober 2016)
Kesadaran
: Compos Mentis (GCS: E4, M6, V5)
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Tekanan darah
: 150/110 mmHg
Nadi
: 68 x/menit
Pernapasan
: 20 x /menit
Suhu
: 36C

Kepala
:
Normocephal, tidak terdapat jejas, distribusi rambut merata.

Mata
:
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Pupil : 3mm / 3mm, isokor
Refleks cahaya langsung, tidak langsung ++/++

Telinga
:
Aurikula normal, serumen -/-, hiperemis -/-

Hidung
:
Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada luka dan
perdarahan.

Mulut
:
Lidah terdorong ke kanan.

Leher
:
Tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
jantung
paru

:
simetris dalam keadaan statis/dinamis
fremitus normal, kanan = kiri
sonor pada kedua lapang paru
: S1 dan S2 normal, murmur (-), gallop (-)
: bunyi vesikuler, wheezing (-), ronchi (-)

Abdomen
:
Hepar
tidak teraba
Lien
tidak teraba
Bising usus (+), normal
Tidak terdapat nyeri tekan ataupun nyeri lepas, tidak ada
tahanan, tidak teraba massa.

2.2.

Punggung
:
Tidak terdapat luka dan deformitas.

Ekstremitas
:
Akral hangat, bentuk normal, tidak terdapat deformitas,
cyanosis, bekas luka maupun benjolan. Capillary refill time < 2
detik.

Status Neurologis
GCS : 15 (E4, M6. V5)
Tanda rangsang meningeal :
Kaku kuduk
: (-)
Laseque
: (-)
Kernique
: (-)
Brudzinski I
: (-)
Brudzinski II
: (-)
Brudzinski III
: (-)
Brudzinski IV
: (-)
Saraf Kranialis
Nerve I (Olfactorius)
- Dalam batas normal
Nerve II (Opticus)
- OD / OS : Visus dalam batas normal. Refleks
cahaya langsung dan tak langsung dalam batas
normal.
Nerve III (Okulomotor), IV (Troklearis), VI (Abdusen)
- Celah kelopak mata normal, tidak ada ptosis.
- Pupil bulat, isokor : 3mm / 3mm
- Pergerakan kedua bola mata normal.
- Tidak terdapat nistagmus di kedua bola mata
Nerve V (Trigrminal)
- Sensorik :
V1
: Normal.
V2
: Normal.
V3
: Normal.
- Refleks kornea
: Normal.
- Motorik :
Menggigit : Baik, tidak ditemukan
paresis di otot pengunyah.
Membuka rahang : Baik, mulut lurus,
tidak miring ke salah satu sisi.
Nerve VII (Facialis)
- Sensorik :
Pengecapan 2/3 ant lidah : Baik.
- Motorik :
Mengangkat alis : Normal.
Mengembung pipi : Normal.
Mencucu : Normal.

Meringis : Normal.
Nerve VIII (Vestibulocochlear)
- Gesekkan jari AD / AS : Baik
- Detik jam AD / AS : Baik.
Nerve IX (Glosofaringeal)
- Sensorik :
Pengecapan 1/3 posterior lidah baik.
- Motorik :
Refleks menelan baik.
Nerve X (Vagus)
- Tidak tedapat disfonia maupun disfagia.
- Refleks muntah : Baik.
- Arkus faring : Simetris.
- Letak uvula : Di tengah.
Nerve XI (Asesorius)
- Mengangkat bahu : Baik.
- Memalingkan kepala : Baik.
Nerve XII (Hipoglosus)
- Deviasi lidah : ke kanan.
- Atrofi/fasikulasi/tremor lidah : (-) / (-) / (-)
- Artikulasi : Baik
Pemeriksaan Motorik
Massa otot
:
Lokasi
Kanan
Kiri
Ekstremitas Atas
Eutrofi
Eutrofi
Ekstremitas Bawah
Eutrofi
Eutrofi

Tonus :
Lokasi
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah

Kanan
Normotonus
Normotonus

Kiri
Normotonus
Normotonus

Kekuatan:
Lokasi
Lengan Atas
Lengan Bawah
Tangan
Jari Tangan
Tungkai Atas
Tungkai Bawah
Kaki
Jari Kaki

Kanan
4
4
4
4
4
4
4
4

Kiri
5
5
5
5
5
5
5
5

Gait : Pasien harus di bantu untuk dapat berdiri karena adanya


kelemahan pada kaki kanan.

Refleks Fisiologis
Ekstremitas Atas
- Biceps
- Triceps
Ekstremitas Bawah
- Patella
- Achilles
Refleks Patologis
Ekstremitas Atas
- Hoffman
- Trommer
Ekstremitas Bawah
- Babinski
- Schaefer
- Chaddock
- Oppenheim
- Gordon
Klonus
Patella
Achilles

: ++ / ++
: ++ / ++
: ++ / ++
: ++ / ++

:-/:-/:-/:-/:-/:-/:-/:-/:-/-

Pemeriksaan Sensoris
Ekstremitas Atas
- Raba : Normoestesia/Normoestesia
- Nyeri : Normoalgesia/Normoalgesia.
- Getar : Tidak diperiksa.
- Suhu : Tidak diperiksa.
- Propioseptif : Normal.
- Diskriminasi dua titik : Normal.
Ekstremitas Bawah
- Raba : Normoestesia/Normoestesia.
- Nyeri : Normoalgesia/Normoalgesia.
- Getar : Tidak diperiksa.
- Suhu : Tidak diperiksa.
- Propioseptif : Normal.
- Diskriminasi dua titik : Normal.
Otonom
Buang air besar
: Normal.
Buang air kecil
: Normal.
Berkeringat
: Normal.
Fungsi Luhur
Memori
: Baik.
Kognitif
: Baik.
Bahasa
: Baik.
Pemeriksaan Koordinasi
Disdiadokinesia
: Baik.
Tes telunjuk hidung : Baik.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter
Hasil
Nilai Rujukan
HEMATOLOGI LENGKAP
Hemoglobin
14,8
13,5 17,5
Leukosit
7,1
4,1 - 11
Hematokrit
43,2
41 - 53
Trombosit
175
150 - 440
Eritrosit
4,82
4,5 5,9
ELEKTROLIT
Kalium
3,83
3,5 5,1
Natrium
143,6
136 - 145
Chlorida
110,9
94 - 110
PROFIL LIPID
Cholesterol total
149
140 - 199
Trigliserida
120
< 150
RENAL FUNGSI TEST
BUN
11,75
8,00 23,00
Creatinine
0,94
0,7 1,2
Asam urat
6,23
27
Glukosa darah sewaktu
125
70 - 140

Rontgent Thorax

Satuan
g/dL
109/l
%
109/l
juta/ul
mmol/l
mmol/l
mmol/l
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL

EKG :

Pemeriksaan CT Scan

4. RESUME
Pasien laki-laki usia 70 tahun mengalami hemiparesis dekstra disertai
disartria sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki faktor
resiko berupa merokok dan riwayat hipertensi lama dengan pengobatan
captopril 1x25mg. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
150/110mmHg, kekuatan motorik asimetris. Pemeriksaan EKG dan
Rontgent thorax dalam batas normal, pemeriksaan CT scan tidak
menunjukkan tanda-tanda perdarahan.
5. DIAGNOSIS
Klinis
: Hemiparese dekstra
Topis
: Kapsula Interna
Etiologi
: CVD Iskemik (Trombotik)
6. DIAGNOSIS BANDING

CVD Iskemik (Emboli)


7. PENATALAKSANAAN
Umum
Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi,
respiratory rate)
Breathing: menjaga oksigenisasi dan ventilasi baik;
penghisapan lendir jika ada, pengobatan jika ada gangguan
saluran napas seperti asma atau pneumonia.
Blood: menjaga suplai darah ke otak tetap berjalan dengan
baik; tekanan darah hanya boleh diturunkan jika sistolik
>180mmHg atau diastolik > 100mmHg. Penunurunan darah
hanya boleh sebesar 20% maksimal; koreksi hipovolemia
dengan salin normal; kadar gula darah dijaga untuk dapat tetap
<140 mg/dl.
Brain: pengendalian peninggian tekanan intra kranial;
memonitor adanya muntah proyektil, bradikardia relatif,
maupun nyeri kepala; menghindari hipertermia; pengendalian
kejang.
Bladder: menjaga agar output urin tetap lancar; jika ada
retensio urin dipasang kateter.
Bowel: menjaga nutrisi seimbang (25-30 kkal/kgBB/hari) dan
pencegahan adanya obstipasi
Khusus
Medikamentosa
- Pertahanan hemodinamik: Ringer Laktat 20 tpm
- Neuroprotektor : Citicholin (3 x 1 ampoule)
- Obat-obatan untuk pencegahan gejala lain
Ranitidin 2x1
Cernevit Drip
Acetosal 1x100mg
Fisioterapi pasif selama fase akut dilanjutkan secara aktif
Nonmedikamentosa: pengendalian faktor resiko
8. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

BAB II
FOLLOW UP
8 Oktober 2016
S : Kepala terasa pusing berputar, kelemahan sisi kanan tubuh belum membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 110/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 16 x/menit, suhu 35,8 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
: 4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
P :

: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik

RL 20 gtt/menit
Citicholin (3 x 1 ampoule)
Ranitidin 2x1
Cernevit Drip dalam RL
Acetosal 1x100mg

9 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh belum membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 170/110 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 16 x/menit, suhu 36 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi

: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik

P : Lanjut terapi sebelumnya

10 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh belum membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 150/110 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 16 x/menit, suhu 36 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi

: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik

P : inj. Citicoline 3 x 1 amp bila tensi sistolik > 120mmHg


Dulcolax supp bila belum BAB 3 hari

11 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh belum membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 100/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 35,8 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi

: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik

P : Lanjut terapi sebelumnya

12 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh dirasa sedikit membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 130/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,2 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi

: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik

P : Lanjut terapi sebelumnya


13 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh mulai membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 130/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,1 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi

: Diagnosis klinis : hemiparese dekstra


: kapsula interna
: CVD iskemik

P : Lanjut terapi sebelumnya


14 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh mulai membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 130/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,2 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan

Refleks fisiologis
Refleks patologis
Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus
Klonus
A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi

: ++/++
:-/4444 5555
4444 5555
: Dalam batas normal
: Normal
:-/: Diagnosis klinis : hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik

P : stop terapi parenteral


Obat oral citicolin 2x500mg, neurosanbe 1x500mg, asetosal 1x100mg
15 Oktober 2016
S : Kepala tidak pusing lagi, kelemahan sisi kiri tubuh membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 130/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,2 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi

: Diagnosis klinis : hemiparese dekstra


: kapsula interna
: CVD iskemik

P : Obat oral citicolin 2x500mg, neurosanbe 1x500mg, asetosal 1x100mg


Pasien boleh pulang

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. VASKULARISASI OTAK

Gambar 1. Sistem yang memperdarahi otak


Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri koritis interna,
setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga
tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum,
mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya
bercabang menjadi dua yaitu arteri serebri anterior dan arteri serebri media.
Untuk otak, sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan
beberapa bagian lobus temporalis.

Gambar 2. Sirkulus Wilisi

Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium melalui
foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri
serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu
arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada
tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri
serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian
medial lobus temporalis.

Gambar 3. Pembagian perdarahan di otak.


2. STROKE
Saat ini stroke dikategorikan sebagai penyebab kematian ketiga setelah
penyakit jantung dan keganasan, serta penyebab kecacatan jangka panjang
nomor satu di dunia.
2.1. Definisi
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih

dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain
selain gangguan vaskuler.
2.2. Epidemiologi
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan
modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang
meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Pada 1999, 50 juta orang
telah mengalami kecacatan akibat stroke. Jumlah ini merupakan 3,5 % dari
seluruh penderita cacat. Proyeksi hingga 2020 nanti menunjukan bahwa setiap
tahun sekitar 61 juta orang akan mengalami kecacatan akibat stroke.
2.3. Faktor Resiko
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: usia, jenis kelamin, ras/etnis,
genetik.
b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi: inaktivitas fisik, diet yang buruk,
obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dyslipidemia, sindorma metabolik,
hiperhomocysteinemia, infeksi, penyalahgunaan alkohol, dll.
2.4. Klasifikasi
a. Berdasarkan kelainan patologis
Stroke hemoragik: perdarahan intra serebral, pendarahan
subarakhnoid .
Stroke non-hemoragik: thrombosis serebri, emboli, hipoperfusi
sistemik
b. Berdasarkan waktu terjadinya
Transient Ischemic Attack (TIA) : < 24 jam
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) : 24 jam 1 minggu
Stroke In Evolution (SIE) : gejala makin memburuk dibandingkan
awal
Completed stroke : gejala menetap, permanen lesi otak.
c. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler
Sistem karotis (anterior)
- Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
- Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
- Gangguan visual : hemianopsia homonim, amaurosis fugaks
- Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
Sistem vertebrobasiler (posterior)
- Motorik : hemiparese alternans, disartria
- Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
- Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
2.5. Etiologi
Pada stroke hemoragik, penyebab utamanya adalah pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim
otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Pendarahan intraserebral ditemukan 10% dari seluruh kasus stroke. Selain itu,
pendarahan terjadi di ruang subaraknoid.
Pada stroke non-hemmorhagic paling sering disebabkan oleh emboli

atau thrombus. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh
penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang
mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade
iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
2.6. Gambaran Klinis
Gejala klinis yang terjadi bergantung pada neuroanatomi dan vaskularisasinya.
Defisit neurologis yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi iskemi.
Gejala Klinis
Defisit fokal
Onset
Nyeri kepala
Muntah pada
awalnya
Hipertensi
Penurunan
kesadaran
Hemiparesis
Gangguan bicara
Liquor
Parese / gang
N.III

PIS
Berat
Menit/jam
Hebat
Sering

PSA
Ringan
1-2 menit
Sangat hebat
Sering

Hampir
selalu
Ada

Biasanya tidak

Non Hemoragik
Berat ringan
Pelan (jam/hari)
Ringan
Tidak, kecuali lesi
batang otak
Sering kali

Ada

Tidak ada

Sering dari
awal
Sering ada
Berdarah
Tidak ada

Permulaan tidak Sering dari awal


ada
Jarang
Sering
Berdarah
Jernih
Bisa ada
Tidak ada

di

2.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalu anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun
pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan manifestasi klinis yang telah
disebutkan di atas. Selain itu ada yang disebut Siriraj Stroke Score dan
alogaritma Gajah Mada yang sering digunakan untuk membantu membedakan
stroke berdasarkan etiologinya.

No
.
1

Siriraj Stroke Score


Gejala/Tanda
Kesadaran

Penilaian
(1) Kompos Mentis
(2) Mengantuk
(3) Semi koma/koma
(1) Tidak
(2) Ya
(1) Tidak
(2) Ya
Diastolik

Muntah

Nyeri Kepala

4
5

Tekanan Darah
Ateroma:
(1) Tidak
DM
(2) Ya
Angina Pektoris
Klaudikasio Intermiten
Konstanta

Indek

Skor

x 2,5

x2

x2

x 10%

x (-3)

-12

-12

Hasil SSS
Bila SSS > 1 : Stroke Hemoragik
SSS < -1 : Stroke Non Hemoragik.
Skor antara 1 dan -1 menunjukkan hasil yang ekuivokal dan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis.
2.8. Penatalaksanaan
Non Farmakologis
- Mengendalikan faktor risiko
- Rehabilitasi medik dilakukan sedini mungkin pada stroke
ischemic dan dilakukan setelah melewati fase akut pada
stroke hemorrhagic (1-2minggu), dengan tujuan untuk
memperbaiki fungsi motoric, mencegah kontraktur sendi,
agar penderita dapat mandiri, rehabilitasi sosial.
- Terapi umum (5B : Breating - stabilisasi jalan nafas dan
pernafasan; Blood - TD tidak boleh segera diturunkan
kecuali sistolik > 220 mmHg, diastolik > 120 mmHg. Batas
penurunan TD maksi-mal 20-25%. Stabilisasi hemodinamik
dengan pemberian cairan kristaloid atau koloid; Brain - Bila
didapatkan kenaikan TIK maka diberikan manitol, posisi
kepala 20-30 derajat. Aktivitas metabolisme otak harus
diturunkan (mengatasi hipertermia, agitasi, kejang, nyeri,
bila ada); Bladder - mengosongkan kandung kemih yang
penuh, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten; Bowel Perhatikan kebutuhan cairan dan kalori, hindari obstipasi,
jika terdapat kesulitan menelan pasang NGT. Nutrisi oral
hanya boleh diberikan bila fungsi menelan baik.)
Farmakologis
stroke iskemik
- reperfusi : trombolisis penghilang sumbatan akibat stroke
rt-PA 0,9 mg/kgBB maksimal 90 mg (10% diberikan
bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60 menit);
pemberian harus kurang dari 3 jam onset.
- Hemorheologi memperbaiki aliran darah, mengurangi
viskositas
pentoxifilin 15 mg/kgBB/hari, Naftidroufuril 600
mg/hari IV selama 10 hari dilanjutkan oral 300
mg/hari.
- Antikoagulan: untuk pasien stroke yang beresiko emboli
otak
Heparin 1000 u/jam, cek aPTT 6 jam kemudian,
hari ketiga oral
LMWH 2 x 0,4cc subkutan, cek trombosit hari ke1 dan ke-3
Warfarin 8 mg hari ke-1, 6 mg hari ke-2, cek INR
- Anti agregasi trombosit:
Aspirin 80 120 mg/hari, Clopidogrel 1x75 mg,
Cilostazol 2x50 mg, Ticlopidin 2x250 mg
- Neuroproteksi:

Citicoline: 500-2000 mg.hari selama 14 hari


meningkatkan oksigen ke otak, memperbaiki
membrane sel, dan menghasilkan asetilkolin untuk
fungsi kognitif.
Piracetam: bolus 12 gr/hari, minggu kelima oral
2x2,4 gr mencegah hipoksia dan memperbaiki
integritas sel.
Cerebrosilin: 30-50 cc selama 21 hari protein otak
penghambat caspase yang berfungsi dalam
apoptosis, inflamasi, dan nekrosis.
stroke hemoragik
- Konservatif
PIS: anti pendarahan: epsilon aminocaproat 30-36
gr/hari, asam traneksamat 6x1 gr untuk mencegah
lisis bekuan darah. Diberikan pula agen
neuroproteksi dan antikoagulan.
PSA: bed rest total 3 minggu, morphine 15 mg IM
pada pasien sadar untuk menghilangkan nyeri,
nimodipine 60-90 md oral tiap 4 jam selama 21 hari
atau 15-30 mg/kg/jam selama 7 hari, baru
dilanjutkan oral 360 mg/hari selama 14 hari untuk
mencegah terjadinya vasospasme global.
- Operatif
Indikasi:
pendarahan > 30 cc / diameter > 3cm pada fossa
posterior.
GCS >7
pendarahan cerebellum
pendarahan ventricular / terjadi hydrocephalus
letak lobar/kortikal dengan peningkatan TIK atau
ancaman herniasi

BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan definisi stroke, maka pasien ini dapat dimasukkan ke dalam kategori
stroke, sebab :
Gangguan fungsi serebral : pada pasien ini terjadi hemiparese dekstra.
Gangguan anggota gerak ini disebut parese yaitu sensasi abnormal dan
kombinasi berbagai sensasi seperti kelumpuhan atau baal, yang terjadi pada
bagian kanan maka disebut hemiparese desktra. Pada pasien tidak terjadi
defisit neurologis. Pasien mengeluhkan bicara pelo yang mengindikasikan
kelumpuhan nervus kranialis XII yang banyak terjadi pada penyakit
serebrovaskular.
Berlangsung dengan cepat : pada pasien ini, gejala yang dirasakan muncul
mendadak.
Lebih dari 24 jam : Setelah di follow up, gejala tetap ada walaupun membaik
selama lebih dari 5 hari.
tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler : Pada pasien ini
ditemukan adanya tanda iskmik berdasarkan hasil CT scan.
Pada pasien ini tidak ada keluhan progresif berupa kelemahan motorik yang
lambat laun terjadi dalam waktu tertentu atau ada nyeri kepala menahun
seperti pada gambaran tumor otak maka dapat dihilangkan kemungkinan lain
selain vaskuler.
Adapun pada pasien ini, karena terjadi suatu perdarahan pada daerah kapsula
interna, maka dapat kita curigai adanya gangguan fungsi pada daerah yang
diperdarahi oleh arteri serebri media.
Pasien ini memiliki beberapa faktor resiko untuk terjadinya suatu stroke, yakni
umur yang relatif tua (50 tahun), jenis kelamin lelaki, adanya hipertensi, merokok,
serta gaya hidup yang kurang olahraga.
Adapun pada pasien ini, gejala hemiparese dekstra mungkin disebabkan oleh
adanya perifocal edema yang menyebabkan terjadinya penekanan pada jaras
motorik, sehingga berakibat pada hemiparese pada tangan dan kaki pasien. Seiring
dengan perjalan waktu, apabila perdarahan yang ada telah tertangani dan edema
yang ada berkurang, maka gejala yang dirasakan juga akan membaik.
Apabila kita menggunakan Siriraj Stroke Score pada pasien ini, maka akan
dapat kita temukan :
No
.
1

Gejala/Tanda
Kesadaran

Muntah

Nyeri Kepala

Tekanan Darah

Penilaian
Kompos Mentis (0)
Mengantuk
(1)
Semi koma/koma (2)
Tidak
(0)
Ya
(1)
Tidak
(0)
Ya
(1)
Diastolik

Indek

Skor

x 2,5

x2

x2

x 10%

+11

Ateroma:
Tidak
(0)
DM
x (-3)
-0
Ya
(1)
Angina Pektoris
Klaudikasio Intermiten
6
Konstanta
-12
-12
Hasil SSS
-1
Bila SSS > 1 : Stroke Hemoragik
SSS < -1 : Stroke Non Hemoragik.
Skor antara 1 dan -1 menunjukkan hasil yang ekuivokal dan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis.
HASIL : Berdasarkan perhitungan SIRIRAJ STROKE SCORE, pada kasus ini
ditemukan nilai -1 yang menunjukkan Stroke Non Hemoragik.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, hanya didapatkan hemiparesis dekstra dan
paresis nervus kranialis XII yang biasa terjadi pada kasus stroke.
Gambaran CT scan belum menunjukkan lesi hipodens yang merupakan golden
diagnosis penyakit stroke yang menandakan adanya sumbatan aliran darah ke
otak. Tidak terdapat lesi hiperdens sehingga pada pasien ini dapat dihilangkan
diagnosis stroke hemoragik. Ada beberapa kemungkinan yang menjelaskan
mengapa belum terdapat lesi hiperdens pada otak yaitu:
Kejadian yang terlalu akut; lesi hipodens terbentuk >24 jam pasca
kejadian
Diperlukan pemeriksaan MRI untuk memperjelas kemungkinan infark
minimal (lacunar) pada otak.
Pada pasien ini, pengobatan medik spesifik dilakukan dengan dua prinsip
dasar yaitu:

Pengobatan medik untuk memulihkan sirkulasi otak di daerah yang


terkena stroke, kalau mungkin sampai keadaan sebelum sakit.
Tindakanpemulihansirkulasidanperfusijaringanotakdisebutsebagai
terapireperfusi.

Untuk tujuan khusus ini digunakan ibatobat yang dapat


menghancurkanemboliatauthrombuspadapembuluhdarah.

Pada pasien ini digunakan obat citicolin merupakan suatu prekursor


phospolipidyangmenghambatdeposisibetaamiloiddiotak,membentuk
acetylcholine, meningkatkan neurotransmiter norepinephrine, dopamine
danserotonin,menghambataktivitasfosfolipasedansfingomielinaseyang
memberikanefekneuroproteksipadaotak.Pemberianobatinidiharapkan
dapat membantu dalam perbaikan membran sel saraf yang rusak dan
memperbaiki kemampuan kognitif dan motorik yang lebih baik pada
pasien.
Cernevit merupakan obat yang mengandung berbagai vitamin salah
satunya mecobalamin yang merupakan suatu homolog vitamin

B12.Mecobalamin juga merupakan satusatunya homolog vitamin B12


yang berperan dalam reaksi transmetilasi dalam tubuh manusia.
MecobalaminmemfasilitasiprosesmetilasitRNAyangmerupakanproses
penting dalam sintesis protein dan perubahan homosistein menjadi
metionin.Sehinggamecobalamindapatmeningkatkanpenyembuhanpada
kelemahanototdanmenunjukkanefekperbaikankerusakanjaringansaraf.
Aksi ini diduga disebabkan oleh aktivitas mecobalamin dalam
meningkatkan sintesis asam nukleat dan protein di saraf untuk
memfasilitasiprosesmielogenesis.
Ranitidinediberikansebagaigastroprotektordanmencegahefeksamping
dariinteraksiberbagaimacamobat.

BAB V
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
1. Duus, Peter. 2006. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.
Jakarta: EGC.
2. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan
peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor
Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. 2007. Hal: 81-115.
3. Chung, Chin-Sang. Neurovascular Disorder in Textbook of Clinical Neurology
editor Christopher G. Goetz. W.B Saunders Company: 1999. Hal: 10-3
4. D. Adams. Victors. Cerebrovasculer diseases in Principles of Neurology 8 th
Edition. McGraw-Hill Proffesional. 2005. Hal: 660-67
5. Ginsberg L. Stroke. Dalam Neurologi. Edisi 8. Erlangga. Jakarta. 2007
6. Goetz Christopher G. 2007. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of
Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders.
7. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: PERDOSSI.
8. LY, Hung, Wang PY, Wang Y, Chia LG. Clinical distinction between acute
hemorrhagic and acute ischemic stroke by Siriraj stroke score [online]. Tersedia
pada: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7780882. Diunduh pada: 7 April 2012
9. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victors
Priciples of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
10. Rumantir CU. 2007. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf
RSUD Arifin Achmad/FK UNRI. Pekanbaru.
11. Snell, Richard S. 2006. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran .
Jakarta : EGC.

12. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer dan
prevensi sekunder dalam Farmakoterapi dalam Neurologi. Penerbit Salemba
Medika. Hal: 53-73.

Вам также может понравиться