Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nama
: An. I
Nomor RM
: 885786
Jenis Kelamin
Umur
: Laki-laki
: 15 tahun
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Sunda
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Pelajar
Status
: Belum menikah
MRS
: 30 Agustus 2016
KRS
: 02 September 2016
Ruangan
ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis, Tanggal 01 September 2016 , Jam 15:00 WIB,
di Gedung Kecubung.
ANAMNESA KHUSUS
Keluhan utama
: Sesak Nafas
Sesak dirasakan
hilang timbul dan memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
(SMRS) sehingga pasien datang ke Rumah Sakit (RS). Pasien mengaku
akhir-akhir ini sering cepat lelah dan jika tidur harus 2-3 bantal. Pasien
juga mengaku sering terbangun saat tidur malam karena sesaknya timbul.
Keluhan disertai dada berdebar pada sebelah kiri dan perut terasa penuh
1
disertai nyeri dan semakin membesar sejak 1 minggu SMRS. Pasien juga
mengaku adanya batuk berdahak yang hilang timbul sejak kurang lebih 2
bulan, namun dahaknya susah untuk dikeluarkan. Pasien juga merasakan
adanya pusing. Pasien tidak mengalami BAB mencret, namun mengalami
mual. Buang air kecil dirasakan lancar, tidak ada keluhan. Nafsu makan
pasien sama seperti biasa. Keluhan bengkak pada pergelangan kaki dan
tangan pernah dirasakan, tetapi sudah mulai berkurang. Pasien menyukai
makanan yang mengandung banyak minyak seperti gorengan. Riwayat
merokok di sangkal. Riwayat mengkonsumsi alkohol disangkal. Riwayat
minum obat setelan disangkal. Sebelumnya pasien pernah mengalami
keluhan yang sama seperti ini namun pasien baru memeriksa keadaannya
lagi sekarang. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan diakui sejak
enam bulan yang lalu sudah tidak kontrol.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 110/50 mmHg
Heart Rate
: 100x/menit (ireguler)
Frekuensi nafas
: 28x/menit
Suhu
: 36,4
: normocephal
: mata cekung (-), udem palpebra (-), konjungtiva
anemis (-), hiperemis (-), sklera ikterik (-)
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Kulit
Ikterus (-)
Thorax:
Paru-Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Batas jantung kiri : linea aksilaris anterior ICS V sinistra
Batas jantung kanan
Auskultasi
Abdomen:
Inspeksi
: simetris
Palpasi
Perkusi
Inferior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Tanggal 30 Agustus 2016 22:07
1. Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Lekosit
Trombosit
Eritrosit
11.3
37
9,440
258,000
g/dl
%
/mm3
/mm3
13.0-18.0
40-52
3,800-10,600
150,000-
4.88
juta/mm3
440,000
3.5-6.5
2. Kimia Klinik
Protein Total
Albumin
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Ureum
Kreatinin
Glukosa
Darah
7.69
3.72
42
23
27
0.9
103
g/dL
g/dL
U/L
U/L
mg/dl
mg/dl
mg/dl
6.6-8.7
3.5-5
s/d 37
s/d 40
15-50
0.7-1.3
<140
g/dL
3.5-5
Sewaktu
4.11
EKG
Kesan :
Irama : sinus
Aksis : normal
Gelombang P : terdapat gelombang P yang sesungguhnya
Radiologi
-
Kriteria Minor
Hepatomegali (-)
DIAGNOSA AKHIR
CHF Fc II-III et causa mitral regurgitasi, et causa mitral stenosis et causa
reumatoid heart disease (RHD sq) dengan asites
Echocardiography
(prosedur
diagnostik
yang
menggunakan
RENCANA PENGELOLAAN
Non Farmakologis :
-
Farmakologis :
-
IVFD
Asering
15
gtt
x/m.
Makro.
ISDN
(isosorbit
dinitrat)
tab
p.o.
-
p.o.
-
PROGNOSIS
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
RESUME
Tanggal
01 September 2016
Pusing
sudah
pasien.
-
O:
Keadaan -
umum
- Kesadaran
- Tekanan
Compos mentis
100/80 mmHg
tidak
dirasakan
darah
100 x/menit
- Nadi
30 x/ menit
- Pernapasan
36,4 0C
- Temperatur
93 %
- Saturasi
oksigen
- Keadaan
spesifik
- Kepala
- Mata
- Hidung
- Mulut
- Leher
- Thorax:
Normocephal
- Jantung
- Paru
- Abdomen
- Ekstremitas
-A
MS
RHD sq
-P
-
Dengan Ascites
O2 2-4 liter
- Rencana
Thorax photo
EKG ulang
Tanggal
02 September 2016
O:
Keadaan -
umum
- Kesadaran
- Tekanan
darah
- Nadi
- Pernapasan
- Temperatur
Compos mentis
100/80 mmHg
110 x/menit
22 x/ menit
36,7 0C
97 %
- Saturasi
oksigen
- Keadaan
spesifik
- Kepala
- Mata
- Hidung
- Mulut
- Leher
- Thorax:
Normocephal
- Jantung
- Paru
- Abdomen
MS
AF
- Ekstremitas
-A
RHD sq
-P
Dengan ascites
O2 2-4 liter
PEMBAHASAN KASUS
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah benar ?
- Diagnosis pasien ini adalah CHF karena menurut anamnesis di
dapatkan pasien merasa jantung berdebar-debar dan nyeri ulu hati. Selain
itu terdapat sesak yang mengganggu aktivitas pasien. Dari kriteria
Framingham didapatkan adanya 2 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Pasien mengakui bahwa memiliki keluhan yang sama sebelumnya dan
terdapat riwayat penyakit jantung. Di katakan CHF Fc III karena pasien
sudah merasa sesak jika melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya
dilakukan merasa sesak namun berkurang saat istirahat dan juga dada
berdebar. Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan murmur dan gallop S3.
O2 2-4 liter
Infus Asering 15 gtt/menit
Hindari pengunaan infus
baik.
Farsix 1x1/iv
Farsik (furosemide) adalah derivat asam antranilat yang
KSR 1x1 PO
Mengandung
KCl
untuk
mengobati
dan
mencegah
penggunaan farsix
Ceftriaxon 1gr 1x1 (i.v.)
Clopidogrel adalah obat golongan antiagregasi trombosit
atau antiplatelet yang bekerja secara selektif menghambat
ikatan Adenosine Di-Phosphate (ADP) pada reseptor ADP di
platelet,
yang
sekaligus
dapat
menghambat
aktivasi
Prognosis
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad functionam
: Dubia ad bonam
Ad sanationam
: Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
-
darah
untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolisme
jaringan
atau
abnormal.
Penamaan
gagal
jantung
kongestif
yang
sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.1
Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung
untuk
meliputi
kemampuan
konteraktilitas
jantung,
yang
Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini
pulmonal
- Beban volume berlebihan (abnormal volume overload)
1. Beban isian ke dalam ventrikel yang berlebihan pada waktu diastolik
dalam batas tertentu masih dapat ditampung oleh ventrikel (preload
yang meningkat).
2. Preload berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel volume dan
tekanan pada akhir diastolik dalam ventrikel meningkat.
Pengisian
Darah
ke
Ventrikel
(Restriction
of
Ventricular Filling)
- Gangguan aliran darah untuk masuk ke dalam ventrikel atau gangguan
aliran balik vena (hambatan venous return) pengeluaran atau output
ventrikel berkurang curah jantung menurun
- Contoh :
Primer: gangguan distensi diastolik, misalnya : perikarditis
kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan
paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi dispneu, batuk, mudah
lelah, denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi S3, kecemasan dan
kegelisahan.
-
menonjol adalah kongestif visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi
karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang
secara normal kembali dari sirkulasi vena.
-
1.3. Klasifikasi
Klasifikasi
berkembang
melakukan
jantung.
berdasarkan -
menjadi
Tidak
gagal
terdapat
gangguan
struktural
atau
fungsional
jantung,
tidak
Telah
terbentuk
struktur
jantung
berhubungan
perkembangan
Klasifikasi
berdasarkan
fisik.
kelelahan,
KELAS II
penyakit -
Terdapat
batasan
aktifitas
yang
dengan
gagal
fisik
sehari-hari
menimbulkan
atau gejala.
STADIUM C
nafas.
KELAS III
Gagal
jantung
simtomatik
dengan
yang -
berhubungan
penyakit
struktural
Terdapat
batasan
bermakna.
Tidak
keluhan
saat
aktifitas
aktif
terdapat
istirahat,
fisik
tetapi
ringan
menyebabkan
kelelahan,
STADIUM D
lanjut
fisik
serta
jantung
gejala
gagal
yang
sangat
bermakna
saat
istirahat
walaupun
sudah
mendapat
terapi
medis
maksimal
(refrakter).
-
gejala
tanpa
saat
meningkat
aktifitas.
keluhan.
Terdapat
istirahat.
Keluhan
saat
melakukan
terapi
menurunkan
gagal
afterload
jantung
adalah
venodilator
dan
dengan
diuretik
vasodilator
untuk
untuk
menurunkan
Diagnosis
gagal
pemeriksaan
jantung
jasmani,
kongestif
dibuat
elektrokardiografi,
berdasarkan
foto
toraks,
KRITERIA MAYOR
Paroxysmal
Dyspneu
Distensi Vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peninggian
tekanan
Nocturnal
Edema ekstremitas
Batuk Malam Hari
Dyspnea deffort
Hepatomegali
Efusi Pleura
Penurunan Kapasitas Vital 1/3
dari normal
Takikardia
Vena
Jugularis
Refluks hepatojugular
*Diagnosis gagal jantung kongestif tegak apabila memenuhi minimal 1
kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
KRITERIA MINOR
Abnormalitas
- -
Penyebab
Sinus
- -
Gagal
Takikardia
Sinus
- -
Bradikardia
jantung -
Pemeriksaan
anemia,
laboratorium
demam,
- -
klinis,
hipertiroidisme
Obat penyekat B, -
anti
Pemeriksaan
sindroma
Atrial
Penilaian
dekompesasi,
aritmia,
hipotiroidisme,
Implikasi Klinis
sinus
akut
Hipertiroidisme,
Takikardia
infeksi,
Futer
jantung,
laboratorium
gagal
Perlambat
AV,
konversi
elekroversi,
konduksi
medik,
ablasi
Fibrilasi
-
Aritmia
- -
Ventrikel
Iskemia
/ - -
Infark
dekompensasi,
kateter, antikoagulasi
infark miokard
Iskemia,
infark, -
Pemeriksaan
kardiomiopati,
laboratorium,
miokarditis,
latihan
hypokalemia,
pemeriksaan
hipomagnesemia,
angiografi
overdosis digitalis
Penyakit jantung -
ICD
Ekokardiografi,
koroner
troponin,
tes
beban,
perfusi,
coroner,
Angiografiikoroner,
-
Gelombang Q
- -
Infark,
revaskularisasi
Ekokardiografi,
kardiomiopati
hipertrofi,
-
Hipertrofi
- -
ventrikel kiri
LBBB,
preexitasi
Hipertensi,
penyakit
angiografi coroner
- katup
Ekokardiografi,
doppler
aorta,
kardiomiopati
-
Blok
Atrioventrikular
hipertrofi
Infark
miokard, -
Evaluasi
intoksikasi
obat,
obat,
miokarditis,
penggunaan
pacu
jantung,
penyakit sistemik
sarkoidosis,
-
Mikrovoltase
penyakit Lyme
Obesitas,
emfisema,
efusi
Ekokardiografi,
rontgen toraks
perikard,
-
Durasi
0,12
QRS
> -
detik
dengan
morfologi LBBB
amiloidosis
Disinkroni elektrik -
Ekokardiograf,
dan mekanik
CRT-D
CRT-P,
LBB
Lef
Bundle
Branch
Block;
ICD
Implantable
Cardioverter Defbrillator
-
Pemeriksaan
ekokardiografi
dilakukan
untuk
evaluasi
1.7. Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan
penalaksanaan
penderita
secara
non
dengan
gagal
farmakologis
dan
jantung
secara
meliputi
farmakologis.
gejala
dan
memperbaiki
prognosis,
meskipun
Non farmakologi :
a Anjuran Umum
-
Edukasi
terangkan
hubungan
keluhan,
gejala
dengan
pengobatan
-
b Tindakan Umum
-
Hentikan rokok
Istirahat
baring
eksaserbasi akut.
pada
gagal
jantung
akut,
berat
dan
Farmakologi
Diuretik.
Kebanyakan
pasien
dengan
gagal
jantung
aktivitas
yang efektif.
Beta blocker bermanfaat sama seperti penghambat ACE.
Pemberian dimulai dosis kecil, kemudian dititrasi selama
beberapa minggu dengan kontrol ketat sindrom gagal jantung.
Biasanya diberikan bila keadaan sudah stabil. Pada gagal
jantung klas fungsional II dan III. Penyekat Beta yang
digunakan
carvedilol,
bisoprolol
atau
metaprolol.
Biasa
diuretik.
Angiotensin II antagonis reseptor dapat digunakan bila ada
atau
aritmia
untuk
ventrikel
pasien
yang
yang
menetap.
digunakan
digunakan
untuk
untuk
terapi
terapi
aritmia
aritmia
atrial
atrial
dan
dan
tidak
tidak
dapat
1.8. Prognosis
-
terbatas
(konsumsi
oksigen
maksimal
<
10
ml/kg/menit),
2. Demam Reumatik
2.1. Definisi
Demam
reumatik
merupakan
suatu
penyakit
inflamasi
2.2. Etiologi
2/3
dari
pasien
yang
menderita
demam
rematik
akut,
pengobatan
profilaksis
yang
diberikan
untuk
mencegah
menimbulkan
penyakit-penyakit
supuratif,
seperti
faringitis,
dimana
bakteri
ini
mempermainkan
sistem
imun
tubuh.
dapat
demam
reumatik.
Terdapat
suatu
konsep
rhematogenicity dari terinfeksinya penyakit ini. Serotipe Streptococcus hemolyticus grup A tertentu (M tipe 1, 3, 5, 6, 18, 24) sering diisolasikan
dari pasien dengan demam reumatik akut dibandingan serotipe lainnya.4
-
yang sebelumnya telah menderita faringitis oleh Streptococcus hemolyticus grup A, dan hanya infeksi faring tersebut yang dapat
mencetuskan atau mereaktivasi demam reumatik.4
-
2.3.
-
Faktor Resiko
lebih
berperan
dalam
timbulnya
demam
reumatik
demam
reumatik
berhubungan
dengan
kepadatan
transmisi
cepat
atau
paparan
berulang
dari
Epidemiologi
Evolusi
dari
demam
reumatik
sungguh
menakjubkan.
Angka
kejadian penyakit ini pada awal abad ke-20 sangat tinggi (100-200 kasus
per 100.000 penduduk di Amerika Serikat pada tahun 1900 dan 50 per
100.000 pada tahun 1940). Dulu demam reumatik merupakan salah satu
penyebab terbesar dari kematian pada anak-anak dan remaja, dan
penyebab penyakit jantung didapat pada dewasa muda. Hingga awal
tahun 1980 terjadi penurunan tajam sekitar 0,5 per 100.000 di Amerika
Serikat. Sejak saat itu, telah terjadi wabah demam reumatik di beberapa
daerah. Di Eropa telah terjadi penurunan serupa dari angka kejadian
demam reumatik dan telah menjadi penyakit yang jarang ditemui.
Penjelasan dari penurunan tajam dari insidensi demam reumatik akut dan
penyakit jantung reumatik di Amerika Serikat dan negara-negara maju
lainnya
penelitian
menunjukan
bahwa
berbagai
manifestasi
dari
ketersediaan
penggunaan
pelayanan
antibiotik.
Terapi
kesehatan
antibiotik
yang
untuk
memadai
dan
faringitis
oleh
penurunan
tersebut
juga
menunjukan
prevalensi
strain
infeksi
-hemolyticus
Streptococcus
grup
pada
orang
yang
dari
angka
tersebut,
mengingat
penyakit
jantung
reumatik
2.5.
Patogenesis
-
karena
adanya
persamaan
antara
antigen
Streptococcus
hemolyticus
grup
terpredisposisi.
Usaha
adalah
pencetus
terakhir
untuk
utama
dari
menerangkan
individu
yang
suspektabilitas
pejamu terhadap kuman ini adalah gen respon imun yang ditemukan
pada sekitar 15% seluruh populasi. Respon imun yang dicetuskan oleh
kolonisasi Streptococcus -hemolyticus grup A di faring meliputi: (1)
sensitisasi dari limfosit B oleh antigen streptokokus. (2) pembentukan
antibodi
antistreptokokus.
(3)
pembentukan
kompleks
imun
yang
2.6.
Gejala Klinis
-
dapat dibuat tanpa penetapan ketat dari kriteria Jones. Korea mungkin
timbul sebagai manifestasi klinis satu-satunya dari demam reumatik akut.
Keadaan yang sama mirip dengan seorang pasien yang dengan karditis
dan baru datang berobat pertama kali berbulan-bulan setelah onset
demam reumatik. Beberapa pasien dengan serangan ulangan dapat
memenuhi kriteria Jones, beberapa lainnya tidak.8
-
1. Poliartritis Migran.
-
Artritis timbul pada 75% pasien dengan demam reumatik akut dan
sering melibatkan sendi-sendi besar, terutama sendi lutut, pergelangan
kaki, pergelangan tangan, dan siku. Keterlibatan tulang belakang,
sendi-sendi kecil dari tangan dan kaki, atau sendi panggul sangat
jarang. Persendian yang terkena rematik secara umum ditandai oleh
adanya
nyeri,
pembengkakan,
kemerahan,
teraba
panas,
dan
karena
mengakibatkan
merupakan
kematian
satu-satunya
penderita
manifestasi
pada
fase
terjadi
akut
yang
dapat
dan
dapat
penyakit jantung
jantung
kongestif.
Pankarditis
adalah
peradangan
aktif
ekokardiografi
meliputi
effusi
perikardium,
penurunan
stenosis
katup,
yang
mungkin
akan
membutuhkan
3. Korea Sydenhem
-
memucat jika ditekan. Tanda mayor ini hanya ditemukan pada kasus
yang berat.
5. Nodul Subkutan.
-
Manifestasi Minor.
kalanya
mencapai
39C,
terutama
jika
terdapat
artritis.
abnormal
sistem
konduksi
pada
nodus
Titer
antistreptolisin
(ASTO)
merupakan
pemeriksaan
dapat
mengesampingkan
kemungkinan
adanya
infeksi
streptokokus akut.
2.7.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur tenggorokan. Pengambilan sampel dengan cara mengusap
kedua tonsil dan laring bagian posterior kemudian dibiak dalam
medium
agar
darah
domba,
untuk
melihat
adanya
infeksi
biakan
dapat
diperiksa
dengan
latex
agglutination,
memberikan hasil
negatif
saat
gejala
dari
demam
segera
diberikan
saat
pasien
masih
berada
dikamar
klinik
dari
demam
apakah
sebelumnya
pernah
terinfeksi
oleh
Tes antibodi terhadap komponen seluler antigen Streptococcus hemolyticus grup A meliputi antistreptococcal polusaccharide,
antiteicholic acid antibody, dan anti-M protein antibody. Secara
umum,
antibodi
terhadap
antigen
streptokokus
ekstraseluler
(90%)
glomerulonefritis
untuk
akut.
memastikan
demam
Antihialuronidase
pada
reumatik
pasien
atau
demam
terlebih
dahulu,
dan
menetap
lebih
lama
dibanding
demam reumatik.
Heart reactive
antibodies:
Tropomiosin
meningkat
pada
demam
reumatik
dan
dapat
berguna
untuk
antara
gagal
jantung
kongestif
dan
reumatik
pneumonia.
Ekokardiografi
Pada
penderita
penyakit
jantung
reumatik
akut,
penutupan.
Ashcoff
bodies
(fokus
perivaskuler
yang
dan
endokardium.
Ashcoff
bodies
tampak
Diagnosis
-
Seperti
yang
telah
dijelaskan
diatas,
diagnosis
demam
ini
kemudian
diperbaiki
oleh
American
Heart
Kriteria Mayor
o Karditis
o Poliartritis
o Korea
o Eritema marginatum
o Nodulus subkutan
Kriteria Minor
Klinik
o Riwayat demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
sebelumnya
o Artralgia
o Demam
Laboratorium
o Peningkatan kadar reaktan fase akut (protein C reaktif, laju
endap darah, leukositosis)
o Interval P-R yang memanjang
Ditambah
suatu
pedoman
dalam
menentukan
diagnosis
demam
3. Mitral Regurgitasi
-
3.1. Definisi
-
ke atrium kiri pada saat sistolik karena katup mitral tidak menutup dengan
baik. Regurgitasi mitral adalah suatu keadaan di mana terdapat aliran
darah balik dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri pada saat sistol, akibat
tidak dapat menutupnya katup mitral secara sempurna. Dengan demikian
aliran darah saat sistol akan terbagi dua, disamping ke aorta yang
seterusnya ke aliran darah sistemik sebagai fungsi utama, juga akan
masuk ke atrium kiri. Akan tetapi daya pompa jantung jadi tidak efisien
dengan berbagai tingkat klinisnya, mulai dari yang asimptomatis sampai
gagal jantung berat. Dari segi prosesnya terjadi mitral regurgitasi dapat
dibagi menjadi mitral regurgitasi akut, transient atau bersifat sementara,
dan kronik.9, 10
-
kiri.
Berfungsi
untuk
menyanggah
kedua
chordae.
saja hanya satu dari empat komponen tadi, misalnya pada anulus yang
melebar, pada penyakit jantung degeneratif seperti penyakit jantung
koroner, namun bisa saja mengenai dua atau lebih, seperti katup mitral
memendek, mengapur dan kelainan pada chordae, fusi dan memendek
seperti pada penyakit jantung rematik. Pada akut infark, dapat terjadi
muskulus papilaris.4
-
3.2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, insufisiensi atau regurgitasi mitral
dapat
di
bagi
atas
Rheumatik
dan
non
rheumatik
(degeneratif,
9, 10,
11, 12
MR kronik
MR
kronik
dapat
berlangsung secara
terjadi
pada
penyakit
jantung
vulvular
yang
penyakit
perforasi
katup
atau
ruptur
korda
yang
tidak
pernah
a. MR karena reumatik
Biasanya disertai juga dengan stenosis mitral berbagai tingkatan dan
fusi dari commisura, hanya sekitar 10% kasus rematik mitral murni
MR tanpa ada stenosis. MR berat karena rheuma yang memerlukan
tindakan operasi masih sering ditemukan pada negara-negara yang
sedang berkembang, tetapi sudah jarang dinegara-negara maju.
Biasanya lesi reumatik dapat berupa retraksi fibrosis pada apparatus
valvuler, yang mengakibatkan koaptasi dari katup mitral tidal berfungsi
secara sempurna. Pada kasus-kasus MR yang mengalami koreksi
3.4.
-
Manifestasi Klinis
Sebagian besar penderita tidak diketahui adanya riwayat demam
kasus dapat diperberat oleh timbul secara tiba-tiba. Kadang ruptur korda
ditandai oleh adanya nyeri dada, orthopnea, paroxysmal nocturnal
dispnea dan rasa capai kadang ditemukan pada MR akut. Dari anamnesis
juga kemungkinan dapat diperoleh perkiraan etiologi dari MR akut. MR
akut akibat iskemia berat, dapat diperkirakan pada kasus dengan syok
atau gagal jantung kongestif pada pasien dengan infark akut.
3.5.
-
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
Terapi MR akut adalah secepatnya menurunkan volume regurgitan,
yang seterusnya akan mengurangi hipertensi pulmonal dan tekanan
atrial serta meningkatkan strok volume. Vasodilator arterial seperti
sodium nitroprusid merupakan terapi utama, dapat mengurangi
resistensi valvuler, meningkatkan aliran pengeluaran dan bersamaan
dengan ini akan terjadi juga pengurangan dari aliran regurgitasi. Pada
saat bersamaan dengan berkurangnya volume ventrikel kiri dapat
membantu perbaikan kompetensi katup mitral. Sodium nitroprusid
diberikan secara intravena, sangat bermanfaat karena half life sangat
pendek, sehingga mudah dititrasi apalagi bila diberikan dengan
pemasangan Swan-Ganz catheter. Pada pasien MR berat dengan
hipotensi sebaiknya pemberian sodium nitroprusid harus dihindari.
Intra Aortic Ballon Counter Pulsation dapat dipergunakan untuk
memperbaiki mean arterial blood pressure, dimana diharapkan dapat
mengurangi afterload dan meningkatkan forward output (pengeluaran
darah
dari
ventrikel
kiri).
Penggantian
katup
mitral
baru
bisa
Terapi
medikamentosa
pada
MR
kronik,
prevensi
terhadap
dengan
disfungsi
ventrikel
kiri,
memperbaiki
survival
dan
memperbaiki simptom.
-
mechanical
ini
sudah
terjamin
namun
terdapat
risiko
4. Mitral Stenosis
- 4.1. Definisi
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan dimana gangguan pada
katup mitral yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pada
atrium kiri dimana yang akan menghasilkan hipertensi pulmoner, edema
paru, dan gagal jantung kanan. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan
gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri
pada saat diastol. Kondisi dimana yang menyebabkan manifestasi klinis
umumnya ketika pembukaan katup mitral pada saat diastol berkurang + 2
cm2 Stenosis mitral merupakan suatu proses progresif kontinyu dan
penyakit seumur hidup. Merupakan penyakit a disease of plateaus yang
pada mulanya hanya ditemui tanda dari stenosis mitral yang kemudian
dengan kurun waktu (10-20 tahun) akan diikuti dengan keluhan, fibrilasi
atrium dan akhirnya keluhan disabilitas.16, 17
4.2. Etiologi
-
katup organik dan jarang disebabkan oleh kelainan katup yang bersifat
fungsional dimana katup mitral secara anatomi normal tetapi fungsi
terganggu. Penyebab tersering adalah endokarditis reumatika, akibat
reaksi yang progesif dari demam rematik oleh infeksi streptokokus. Sekitar
90% stenosis mitral disebabkan demam rematik atau penyakit jantung
deformitas
parasut
mitral,
vegetasi
systemic
lupus
daun
katup
pada
usia
lanjut
akibat
proses
degeneratif.
- Derajat
ringannya
stenosis
mitral
dapat
dinilai
berdasarkan
hubungan antara gradien dan luasnya area katup serta waktu pembukaan
katup mitral (tabel 2) dan berdasarkan luas areanya katup mitral derajat
stenosis mitral sebagai berikut:
1. Minimal : bila area > 2,5 cm2
2. Ringan : bila area 1,42,5 cm2
3. Sedang : bila area 11,4 cm2
4. Berat : bila area < 1,0 cm2
-
Berat
msec
- < 80 msec
Area
1,5 cm2
- < 1 cm2
Gradien
< 5 mmHg
5-10 mmHg
> 10 mmHg
4.5. Patofisiologi
-
mitral,
terjadi
penurunan
laju
pada
saat
diastolik
dan
hipertrofi
hypertension).
tunika
Kenaikan
media
resistensi
dan
penebalan
arteriolar
paru
intima
ini
(reactive
sebenarnya
meningkatnya
hipertensi
pulmonal
ini
akan
menyebabkan
pada saat istirahat. Terkadang edema paru akut dapat terjadi pada
saat aktivitas. Tanda lain pada gagal jantung kiri termasuk
ortopnoe, dan paroxysmal nocturnal dyspnea. Pada stadium lanjut
stenosis mitral dimana terjadinya remodeling dari pembuluh darah
paru yang bersifat ireversibel dapat menyebabkan peningkatan
tekanan arteri pulmonal dan resistensi pembuluh darah paru.
Kemudian terjadi gagal jantung kanan ketika hipertrofi jantung
kanan tidak dapat beradaptasi lama terhadap tekanan yang tinggi
pada arteri pulmonal dan ventrikel kanan. Gejala pada gagal
jantung
kanan
termasuk
intoleransi
aktivitas,
sesak
nafas,
bronkial
terjadinya
dan
menyebabkan
hemoptisis
diantaranya
hemoptisis.
sputum
Penyebab
pada
lain
serangan
4.7. Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
1. Pulsasi Arteri
Pada stenosis mitral berat, ketika volume pada jantung berkurang akan
diikuti dengan penurunan pulsasi arteri sebaliknya ketika volume
jantung besar akan diikuti dengan peningkatan pulsasi arteri.
2. Irama
Pada stadium awal stenosis mitral, pasien memiliki irama sinus normal.
Pada stadium sedang sampai berat, terjadi peningkatan tekanan atrium
kiri dan fibrosis jaringan atrium yang menyebabkan aritmia pada
atrium, umumnya akan menjadi atrial fibrilasi dimana suara jantung
1. Elektrokardiografi (EKG)
Irama dapat sinus atau atrial fibrilasi. Terlihat adanya gelombang P
atau P mitral pada lead II dan III dengan atau tanpa adanya gelombang
P biphasic pada lead V1 yang mencerminkan adanya pembesaran
atrium kiri (Left Atrial Enlargement). Jika terdapat pembesaran ventrikel
kanan dan gagal jantung kanan, dapat terlihat sebagai deviasi aksis
kiri, inkomplit right bundle branch block dan R yang tinggi pada V 2 atau
S yang dalam pada lead V6. Pembesaran atrium kanan ditemukan
> 20 mmHg.
3. Ekokardiografi Droppler
Ekokardiografi merupakan modalitas pilihan yang paling sensitif dan
spesifik untuk diagnosis stenosis mitral. Dengan ekokardiografi dapat
dilakukan evaluasi struktur dari katup, pliabilitas dari daun katup,
ukuran dari area katup dengan planimetri (mitral valve area) struktur
dari aparatus subvalvular, juga dapat ditentukan fungsi ventrikel.
Sedangkan dengan doppler dapat ditentukan gradien dari mitral, serta
ukuran dari area mitral dengan cara mengukur pressure half time
terutama bila struktur katup sedemikian jelek karena kalsifikasi,
sehingga pengukuran dengan planimetri tidak dimungkinkan. Selain
daripada itu dapat diketahui juga adanya regurgitasi mitral sering
menyertai stenosis mitral. Derajat berat ringannya stenosis mitral
berdasarkan
eko
doppler
ditentukan
antara
lain
oleh
gradien
diagnosis
dan
menentukan
berat
ringan
stenosis
mitral.
16, 17
4.9. Tatalaksana
sedang
sampai
berat
dengan
jantung
vasodilator.
kanan
secara
bersamaan
dapat
ditambahkan
Terapi Intervensional
- Terapi mekanikal harus dipertimbangkan ketika area katup mitral <
1,5 cm2 atau ketika indeks katup mitral < 0,6 cm 2/m2. Sebagai
tambahan gejala pada gagal jantung kongestif NYHA kelas III/IV yang
sulit disembuhkan dengan medikamentosa yang optimal, intervensi
invasif seharusnya dapat dipertimbangkan.
1. Valvotomi Mitral Balon Perkutan (Balloon Mitral Valvotomy
Percutan)
Valvotmi balon perkutan dipersiapkan untuk individu dengan
kelenturan katup dengan kalsifikasi minimal dan adanya regurgitasi
mitral atau tidak dan dapat dipertimbangkan pada individu dengan
kandidat operasi yang jelek dengan morfologi katup buruk. Ini juga
dapat digunakan secara aman pada ibu hamil. Penilaian mengenai
sesuai tidaknya untuk dilakukan tindakan ini salah satunya dengan
penilaian
skor
Wilkins
dengan
menggunakan
ekokardiografi.
karena
gagal
jantung
kongestif,
20-30%
karena
KESIMPULAN
sebagai
tidak
mampu
memenuhi
kebutuhan
darah
untuk
Dari kasus kali ini diagnosis fungsional yaitu CHF. Hal didasarkan
pada kriteria Framingham
minimal satu
Kriteria mayor:
1. Paroksismal nocturnal dispneu
Kriteria minor:
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam hari
3. Dispnea deffort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital
7. Takikardi (> 120 x/menit)
1.
2.
3.
4.
5.
Kriteria mayor:
poliartritis
karditis
korea
nodul subkutaneus
eritema marginatum
- Kriteria minor:
1. klinis: suhu tinggi
2. sakit sendi : atralgia
3. riwayat pernah menderita DR/PJR
-
lelah selama aktivitas atau dalam keadaan yang membuat sinus takikardi
seperti hipertiroidisme, hipovolemia, anemia, demam, stress emosional,
kehamilan, dan paparan agen simpatomimetik. Pada perjalanan penyakit
yang sudah parah dapat mengeluhkan sesak nafas saat istirahat. Pasien
yang cenderung mengembangkan atrial fibrilasi dan hilangnya kontraksi
atrium dan disinkronisasi dengan kontraksi ventrikel kiri selama setiap
siklus jantung dapat memperburuk sesak nafas saat aktivitas atau bahkan
istirahat, terutama pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri.
-
DAFTAR PUSTAKA
5. Weil-Olivier
C.
Rheumatic
Fever.
[internet].
Available
http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-RF.pdf. 2004.
6. Kisworo.
Demam
Rematik.
[internet].
Available
from
from
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09DemamRematik116.pdf/09De
mamRematik116.pdf . 1997.
7. Behrman, Klegman, Arvin. Rheumatic Fever in: Nelson Text Book of
Pediatrics, 17th edition. USA. 2006
8. Chin TK. Pediatric Rheumatic Fever. [internet]. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1007946-overview . 2010
9. Manurung, D. Penyakit jantung valvular, penyakit katup mitral dan
tricuspid. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam ed.2. 1991.
10.
Lange. 1993.
12.
Schlant, RC. Mitral valve disease. In: The hearth. Ed.8. 1990.
13.
Goldstein
JA.
Valvular
hearth
disease.
In:
Essential
of
Diagnosis and Treatment Cardiology. Edisi ke-4. New York: McGrawHill Education, 2014. Hal 425-46
17.
Indrajaya T, Ali G. Stenosis Mitral. Dalam: Setiati S, Alwi Idrus,
Aru WS, Marcellus SK, Bambang S, Ari FS. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing, 2014. Hal 117179
18.
20.
KARDIOVASKULAR