Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
dan terjaga
pada tekanan yang tinggi dan pemanasan dalam jangka waktu yang lama. Tanaman
mengandung kandungan selulosa yang tinggi. Setelah tanaman dan pepohonan tersebut
tertimbun dalam jangka waktu tertentu di dalam tanah akan terjadi perubahan kimia
yang merendahkan kadar oksigen dan hidrogen dari molekul selulosa tersebut . Para
pakar geologis meyakini bahwa proses pengendapan batubara di dalam tanah
terbentuk sekitar 250- 300 juta tahun yang lalu, ketika sebagian besar bumi masih
dilapisi oleh hutan dan pepohonan yang lebat. Pohon dan tanaman tersebut akan
mengalami proses regenerasi dimana bagian dari tanaman yang berguguran akan
tertimbun dalam lapisan tanah, dan proses ini akan mengakibatkan penurunan kadar
oksigen dan hidrogen secara bertahap pada molekul.
Selama degradasi dari tanaman yang telah mati, dekomposisi dari protein, pati, dan
selulosa lebih cepat daripada dari bahan kayu. Pada berbagai tingkat, dan dengan
berbagai kondisi iklim yang berbeda, konstituen dari tanaman akan terdekomposisi
dalam kondisi aerob membentuk karbon dioksida, air, dan ammonia. Proses ini disebut
humifikasi dan akan membentuk gambut. Gambut ini kemudian tertutup oleh lapisan
sedimen, tanpa adanya udara, dan karenanya tahap kedua dari proses pembentukan
batubara terjadi dalam kondisi anaerob. Pada tahap kedua, proses gabungan antara
temperatur, tekanan, dan waktu akan mengubah lapisan gambut menjadi brown coal
( lignit), dan kemudian sub-bituminus, dan kemudian membentuk antrasit. Jenis-jenis
batubara ini umumnya disebut dengan batubara hitam ( black coals). Dalam kondisi
yang paling basah ( lembab) akan dihasilkan batubara dengan mutu yang paling
rendah, batubara coklat ( lignit). Pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi dan
dengan waktu yang cukup, akan membentuk batubara subbituminus, bituminus dan
bahkan membentuk antrasit.
segi fisika, kimia ataupun biologis. Faktor-faktor tersebut (Hutton dan Jones, 1995)
antara lain
1. Posisi Geoteknik
Posisi geoteknik adalah letak suatu tempat yang merupakan cekungan sedimentasi
yang keberadaanya dipengaruhi oleh gaya tektonik lempeng. Posisi geoteknik dapat
mempengaruhi struktur cekungan batubara, iklim lokal, topologi dan morfologi serta
kecepatan penurunan gambut. Semakin dekat cekungan sedimentasi batubara yang
terbentuk atau terakumulasi, terhadap posisi kegiatan tektonik lempeng, maka kualitas
batubara yang dihasilkan akan semakin baik.
2. Keadaan Topografi
Daerah tempat tumbuhan berkembang biak merupakan daerah yang relatif
mempunyai ketersediaan air. Tempat tersebut mempunyai topografi yang relatif lebih
rendah dibandingkan dengan daerah yang ada di sekelilingnya. Makin luas daerah
dengan topografi rendah, maka makin banyak pula tanaman yang tumbuh, sehingga
makin banyak bahan pada pembentukan batubara. Apabila keadaan topografi daerah
dipengaruhi pleh gaya tektonik, baik yang mengakibatkan penaikan ataupun
penurunan topografi, maka akan berpengaruh pula terhadap luas tanaman yang
merupakan bahan utama sebagai bahan pembentuk batubara. Hal ini merupakan salah
satu faktor yang mengakibatkan penyebaran batubara berbentuk seperti melensa.
3. Iklim Daerah
Iklim sangatlah berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Didaerah yang
berilklim tropis, hampir semua tanaman dapat hidup yang dikarenakan tingkat curah
hujan dan ketersediaan matahari sepanjang waktu yang memungkin tanaman tumbuh
dengan cukup baik. Oleh karena itu, didaerah yang beriklin tropis pada masa lampau
sangatlah memungkinkan didapatkan endapan batubara dalam jumlah banyak,
sebaliknya pada daerah yang beriklim subtropics mempunyai endapan batubara yang
relative lebih sedikit.
4. Proses Penurunan Cekungan Sedimentasi
Cekungan sedimentasi yang ada di alam relative dinamis, artinya dasar cekungan
akan mengalami proses penurunan atau pengangkatan. Makin sering dasar cekungan
sedimentasi mengalami proses penurunan, maka batubara yang terbentuk akan
semakin tebal.
5. Umur Geologi
Zaman Karbon ( 350 juta tahun yang lalu), merupakan awal munculnya tumbuhtumbuhan di dunia. Sejalan dengan proses tektonik yang terjadi, daerah tempat
tumbuhnya tanaman telah mengalami proses coalification cukup lama, sehingga
menghasilkan mutu batubara yang sangat baik. Jenis batubara dengan jenis ini banyak
4
dijumpai di belahan bumi bagian Utara. Contohnya: Amerika Utara dan Eropa (pada
kedalam 3 mil yang membentang dari Scotlandia sampai Selesia (Polandia). Batubara
di Indonesia, didapatkan di cekungan sedimentasi yang berumur Tersier ( 70 juta
tahun yang lalu). Dalam kurung waktu tersebut, proses coalification belum terjadi
secara sempurna. Hal ini mengakibatkan kualitas batubara di Indonesia belum
berkualitas baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tua lapisan batuan
sedimen yang mengandung batubara, maka semakin tinggi rank (peringkat) dari
baubara tersebut.
6. Jenis Tumbuh-Tumbuhan
Present is the key to the past merupakan salah satu konsep geologi yang mampu
menjelaskan kaitan antara mutu batubara dengan tumbuhan semula yang merupakan
bahan utama pembentuk batubara. Batubara yang terbentuk dari tumbuhan keras dan
berumur tua akan lebih baik debandingkan dengan batubara yang terbentuk dari
taanaman berbentuk semak dan hanya berumur semusim. Makin tinggi tingkataan
tumbuhan dan makin tua umur tumbuhan tersebut, apabila menalami proses
coalification, akan menghasilkan batubara dengan kualitas baik.
7. Proses Dekomposisi
Proses dekomposisi tumbuhan merupakan bagian dari transformasi biokimia pada
bahan organik. Selama porses pembentukkan batubara, sisa tumbuhan akan mengalami
perubahan baik secara fisik maupun kimia. Setelah tumbuhan mati, proses degredasi
biokimia lebih berperan. Proses pembusukan (decay) kan terjadi sebagai akibat kinerja
dari mikrobiologi dalam bentuk bakteri anaerobic. Bakteri ini bekerja dalam keadaan
tanpa oksegen, menghancurkan bagaian yang lunak dari tumbuhan seperti cellulose,
protolasma, dan karbohidrat. Proses ini membuat kayu berubah menjadi lignit,
bitumina. Selama poses biokimia berlangsung, dalam keadaan kurang oksigen
mengakibatkan keluarnya air (H2O) dan sebagian unsur karbon (C) yang akan hilang
dalam bentuk karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dan metana (CH4).
Akibat lepasnya unsur atau senyawa ini maka jumlah unsur karbon (C) akan relatif
bertambah.
8. Sejarah Setelah Pengendapan
Sejarah cekungan tempat terjadi pembentukan batubara salah satu faktor
diantaranya ditentukan pleh posisi cekungan sedimentasi tersebut terhadap posisi
geoteknik. Semakin dekat posisi cekungan sedimentasi terhadap posisi geoteknik yang
selalu dinamis, akan mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan letak
batubara berada. Selama waktu itu pula, proses geokimia dan metamorfisme organic
akan ikut berperan dalam mengubah gambut (endapan sedimen organic yang mudah
5
terbakar dengan kandungan air lebih dari 75%)menjadi batubara. Apabila dinamika
geoteknik memungkinkan terjadinya pensesaran dan perlipata pada lapisan batubara,
dapat mempercepat batubara dengan rank tinggi. Proses ini akan dipercepat pula
apabila daerah tersebut mengalami proses intrusi magmatis. Panas yang dihasilkan dari
proses intrusi magmatis akan mempercepat proses coalification, sehingga kadar C akan
lebih tinggi dari H2O.
9. Struktur Geologi Cekungan
Batubara terbentuk pada cekungan sedimentasi yang sangat luas, sehingga
mencapai ratusan hingga ribuan hektar. Dalam sejarah bumi, batuan sedimen
merupakan bagian kulit bumi, akan mengalami deformasi akibat gaya tektonik.
Cekungan akan mengalami deformasi lebih hebat apabila cekungan tersebut berada
dalam satu sistem geantiklin atau geosinklin. Akibat gaya tektonik yang terjadi pada
waktu-waktu tertentu, batubara bersama dengan batuan sedimen yang merupakan
perlapisan diantaranya akan terlipat dan tersesarkan. Proses perlipatan dan pensesaran
tersebut akan berpengaruh pada proses metamorfosis batubara dan batubara akan
menjadi lebih keras dan lapisannya terpatah-patah. Makin banyak perlipatan dan
pensesaran yang terjadi di lapisan sedimen yang mengandung batubara, secara teoritis
akan meningkatkan kualitas dari batubara tersebut. Oleh sebab itu, pencarian batubara
bermutu baik diarahkan pada daerah daerah geosinklin atau geantiklin karena daerah
tersebut tektoniknya intensif.
10. Metamorfosa Orogenik
Tingkat kedua dalam proses pembentukan batubara adalah penimbunan atau
penguburan oleh sedimen baru. Apabila telah terjadi proses penimbunan, proses
degradasi biokimia tidak berperan lagi., tetapi mulai digantikan dan didominasi oleh
proses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan gambut menjadi
batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab,
oksigen dan senyawa kimia lainnya antara lain CO, CO2, CH4 serta gas lainnya.
Dilain pihak terjadi pertambahan presentasi karbon (C), Belerang (S) dan kandungan
abu. Peningkatan mutu batubara sangat ditentukan oleh facktor tekanan dan waktu.
Tekanan dapat diakibatkan oleh lapisan sedimen penutup yang tebal atau karena
adanya tektonik. Makin lama selang waktu dari mulai bergradasi sampai terbentuk
batubara, maka makin baik mutu dari batubara yang diperoleh. Faktor tersebut dapat
mempercepat proses metamorfosa organik. Proses ini akan mengubah gambut menjadi
batubara sesuai dengan perubahan kimia, fisika dan tampak pula pada sifat optiknya
(Sukandarrumidi, 2006).
6
1993)
yaitu :
1. Teori In-situ
Pada Teori ini Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari
hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori
in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan
tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan
sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya
menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik. Batubara yang dihasilkan
dari proses ini memiliki kualitas yang baik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya
merata dan luas, bisa dijumpai di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan
2. Teori Drift
Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan
di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan
teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis,
tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor
(kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap
yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Kualitas
batubara yang dihasilkan dari proses ini tergolong kurang baik karena tercampur
material pengotor pada saat proses pengangkutan. Penyebaran batubara ini tidak begitu
luas, namun dapat dijumpai di beberapa tempat seperti di lapangan batubara delta
Mahakam Purba, Kalimantan Timur.
Drift
Endapannya menerus
Endapannya terputus-putus
Banyak lapisan
Banyak pengotor
sedikit
banyak
7
bituminous, dan antrasit, dimana masing- masing jenis batubara tersebut secara berurutan
memiliki perbandingan C : O dan C : H yang lebih tinggi. Antrasit merupakan batubara
yang paling bernilai tinggi, dan lignit, yang paling bernilai rendah (Gambar 1.2).
1. Lignit
Disebut juga brown-coal, merupakan tingkatan batubara yang paling rendah, dan
umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik.
2. Subbituminous
Umum digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga uap. Subbituminous juga
merupakan sumber bahan baku yang penting dalam pembuatan hidrokarbon aromatis
dalam industri kimia sintetis.
3. Bituminous
Mineral padat, berwarna hitam dan kadang coklat tua, sering digunakan dalam
pembangkit listrik tenaga uap (Tabel 1.1).
4. Antrasit
Merupakan jenis batubara yang memiliki kandungan paling tinggi dengan struktur
yang lebih keras serta permukaan yang lebih kilau dan sering digunakan keperluan rumah
tangga dan industri (Tabel 1.1).
60-75
75-80
5-6
5-6
20-30
15-20
50-70
25-30
% Volatile
matter
45-55
40-45
80-90
90-95
4-5
2-3
10-15
2-3
5-10
2-5
20-40
5-7
http://bobbyinternisti.blogspot.co.id/2014/03/mengenal-batubara.html
https://achmadinblog.wordpress.com/2010/05/21/pembentukan-batubara/
9