Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Sebuah padatan dengan mata telanjang tampak sebagai benda tegar
yang kontinu. Akan tetapi hasil eksperimen telah menunjukkan bahwa
semua padatan disusun oleh satuan dasar dari atom-ataom yang brsifat
diskrit. Atom-atom tersebut tidak terdistribusi secara random tetapi
tersusun dalam susunan yang sangat teratur relatif terhadap atom-atom
yang lain. Susunan dari kelompok atom-atom yang memeliki keteraturan
sangat tinggi tersebut disebut kristal. Terdapat beberapa jenis struktur
kristal

bergantung

pada

geometri

dari

susunan

atom-atomnya.

Pengetahuan tentang struktur kristal dalam Fisika Zat Padat menjadi


sangat penting karena struktur kristal mempengaruhi sifst-sifst fisika dari
padatan, yang akan dibahas pada bab berikut.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


1.2.1. Bagaimanakah keadaan suatu kristal?
1.2.2. Sebutkanlah beberapa definisi dasar dari kristal
1.2.3. Apakah kisi bravais dan tujuh sistem kristal?
1.2.4. Apakah nomenklatur kristal?
1.2.5. Bagaimanakah jarak antar bidang pada kristal
1.2.6. Bagaimnanakah jumlah atom dalam satuan sel suatu kristal
1.2.7. Sebutkanlah beberapa struktur kristal

1.3.

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.3.1. Untuk mengetahui keadaan suatu kristal.


1.3.2. Untuk mengetahui beberapa definisi dasar dari kristal.
1.3.3. Untuk mengetahui kisi bravais dan tujuh sistem kristal.

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 1

1.3.4. Untuk mengetahui Apakah nomenklatur Kristal.


1.3.5. Untuk mengetahui jarak antar bidang pada kristal.
1.3.6. Untuk mengetahui jumlah atom dalam satuan sel suatu Kristal.
1.3.7. Untuk mengetahui beberapa struktur Kristal.

1.4.

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

14.1. Bagi penulis, penulisan makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan


penulis mengenai kristal
14.2. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
pembaca mengenai Kristal dan bagiannya.

1.5.

Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode

kepustakaan yaitu menganalisis dan merefleksi ulang berbagai tulisan yang terkait
dengan topik makalah lalu menguraikannya kembali.

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Kristal


Suatu padatan dikatan menjadi kristal jika atom-atom penyusun padatan
tersusun sedemikian posisi masing-masing atom adalah sangat periodik, seperti
ditunjukkan gambar 1.1. Jarak antara dua atom tetangga terdekat sepanjang sumbu
x adalah a dan sepanjang sumbu y adalah b ( pada mana x dan y tidak harus
saling orthogonal). Sebuah kristal sempurna dipandang memiliki sifat periodik
pada kedua sumbu dari - sampai . Berdasarkan sifat periodisitasnya maka
atom A,B, C dan seterusnya adalah ekuivalen. Dengan kata lain pengamatan
atom-atom pada setiap titik kisi kristal adalah sama. Ide yang sama menunjukkan
bahwa sebuah kristal memlilki simetri translasi,

Gb. 1.1 Susunan priodik dari atom-atom kristal pada dua dimensi

berarti bahwa jika kristal ditranslasi oleh setiap vektor yang menghubungkan dua
atom katakanlah R dalam gambar 1.1 kristal tampat sama seperti sebelum
dilakukan trnslasi, dengan kata lain kristal memiliki sifat invarian terhadap
translasi

2.2 Beberapa Definisi Dasar


Untuk membahas secara tepat tentang struktur kristal, maka dalam hal ini
dikenalkan beberapa definisi-definisi dasar , yang diterapkan pada kristal dua atau
tiga dimensi.
Kisi Kristal, dalam kristallographi hanya sifat-sifat yang muncul dari geometri
kristal yang lebih ditekankan dari pada sifat-sifat yang muncul dari atom-atom
penyusun kristal. Oleh karenanya penggantian satu atom yang menempati sebuah

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 3

titik geometri pada posisi kesetimbangan, menghasilkan sebuah pola titik-titik


baru yang memiliki sifat geometri yang sama tapi memiliki sifat fisis yang
berbeda. Pola geometri tersebut disebut kisi kristal, atau sering disebut kisi saja.
Semua atom-atom kisi menempati kisi tersebut.
Terdapat dua kelas kisi yaitu; Kisi Bravais dan kisi non Bravais. Dalam
kisi Bravais, semua titik-titik kisi adalah ekuivalen, dengan demikian semua atomatom dalam kristal adalah sama jenisnya. Sedangkan dalam kisi non Bravais
beberapa dari titik-titik kisi adalah tidak ekuivalen
Vektor basis, Tinjalah sebuah kisi yang ditunjukkan gambar 1.2, dengan
koordinat awal pada titik kisi misalkan dipilih titik A. Dengan demikian vektor
posisi setiap titik pada titik kisi dinyatakan oleh;
R = n1a + n2b + n3c

1.1

Di mana a, b, dan c adalah tiga buah vektor yang ditunjukkan dan (n1 n2 n3) adalah
bilangan-bilangan bulat yang nilainya bergantung pada titik kisi.

A
Gamabr 1.2 Vektor basis dari kisi kristal
Untuk titik D (n1 n2 n3) = (3,3,1). Ketiga vektor a,b dan c (yang tidak harus saling
tegak lurus) membentuk perangkat vektor basis untuk kisi. Dalam hal pada mana
posisi dari semua titik kisi dapat secara tepat ditentukan oleh persamaan 1.1.
Perangkat dari semua vektor-vektor yang dinyatakan oleh persamaan 1.1 disebut
vektor-vektor kisi.
Satuan Sel, Bangun parallelogram yang sisi-sisinya adalah vektor basis a, b dan c
disebut satuan sel dari kisi

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 4

c
a

Gb. 1.3 Satuan sel parallelogram


Satuan sel merupakan bangun geometri terkecil dari suatu kristal, oleh
karena itu kisi dapat dipandang sebagai tersusun dari sejumlah besar satuan sel
yang ekuivalen, seperti pola mosaik.
Atom-atom dalam sebuah kristal disusun dalam sebuah deretan pariodik,
oleh karenanya memungkinkan untuk mengisolasi sebuah satuan sel dari berbagai
jenis kristal. Satuan sel tersebut akan merepresentasikan struktur kristal dari zat
padatan bersangkutan. Sekelompok ion-ion, atom-atom atau melekul-molekul
penyusun padatan kristal dalam satuan sel tersebut membentuk susunan berulang
secara translasi dalam arah tiga dimensi yang ditunjukan gambar 1.4.

Gambar 1.4 Ruang kisi disusun oleh perulangan translasi dari satuan sel

2.3 Kisi Bravais dan Tujuh Sistem Kristal


Satuan sel diklasifikasi dalam 14 kelas ruang kisi sesuai dengan adanya 14
kemungkinan ruang kisi yang berbeda, yang didasarkan pada bentuk
parallelogram dari satuan sel, yang disebut dengan 14 kisi Brevais. Geometri
parallelogram dari satuan sel adalah seperti gambar 1.5 berikut.

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 5

Gb. 1.5 Satuan sel parallelogram.


Sebuah ruang kisi adalah sebuah susunan tiga dimensi titik-titik
sedemikian, sehingga masing-masing dari sebuah titik dikelilingi oleh titik-titik
tetangga yang identik. Titik-titik tersebut ditempati ion-ion, atom-atom atau
molekul-molekul sesuai dengan penyusun kristal tersebut, pada mana setiap titiktitik dalam kisi memiliki komposisi, urutan dan orientasi yang sama. Ke 14 kisi
Bravais ditunjukkan pada gambar 1.6. Dari gambar 1.6 ditunjukkan bahwa ke 14
kisi Bravais dihasilkan oleh tujuh system kristal sehingga dikenal dengan tujuh
system kristal yang terdiri dari:
Sistem

Kisi Bravais

Triklinik

Premitif

Simbul
P

Sifat Satuan sel


90o
abc

Monoklinik

Orthorohombik

Tetragonal

Kubus

Trigonal

Premitif

= = 90o

Pusat badan

abc

Premitif

= = = 90o

Pusat dasar

abc

Pusan badan

Pusat muka

Premitif

= = = 90o

Pusat badan

a= bc

Premitif

= = = 90o

Pusat badan

a=b=c

Pusat muka

Premitif

= = 90o
a=b=c

Heksagonal

Premitif

= = 90o dan = 120o


a=b c

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 6

1. Triklinik, tidak ada sumbu kisi kristal yang saling tegak lurus, interval
perulangan kisi pada ketiga arah sumbu tidak ada yang sama satu dengan yang
lainnya. Kisi kristal ini hanya terdiri dari kisi kristal triklinik sederhana (P).
2. . Monoklinik, dua sumbu kristal tidak saling tegak lurus, tapi sumbu
kristal ke tiga tegak lurus pada dua sumbu yang tidak saling tegak lurus, interval
perulangan kisi pada masing-masing arah sumbu kristal tidak sama satu dengan
yang lainnya. Kisi kristal monoklinik terdiri dari kisi kristal monoklinik sederhana
(P) dan kisi kristal monoklinik pusat badan (I).
3. Orthorhombik, sumbu-sumbu kristal satu dengan yang lainnya saling
tegak lurus, tapi interval perulangan kisi pada masing-masing arah sumbu kristal
tidak sama. Kisi kristal orthorhombic terdiri dari, kisi kristal orthorhombic
sederhana (P), kisi kristal orthorhombic pusat dasar (C), kisi kristal orthorhombic
pusat badan (I), dan kisi kristal orthorhombic pusat muka (F).
4. Tetragonal, sumbu-sumbu kristal satu dengan yang lainnya saling tegak
lurus, interval perulangan kisi sepanjang dua arah sumbu adalah sama, tapi
interval perulangan pada arah sumbu ke tiga tidak sama. Kisi kristal tetragonal
terdiri dari kisi kristal tetragonal sederhana (P) dan kisi kristal tetragonal pusat
badan (I).
5. Heksagonal, dua sumbu kristal membentuk sudut 60o, semestara sumbu
ketiga tegak lurus pada dua sumbu yang membentuk sudut 60o. Interval
perulangan sepanjang kedua sumbu yang membentuk sudut 60o adalah sama, tapi
interval perulangan pada sumbu ketiga tidak sama.

Gb. 1.6 Satuan sel heksagonal

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 7

Struktur satuan heksagonal sederhana sering dikenal dengan struktur


rhombik.seperti ditunjukkan gambar di bawah. Satuan sel heksagonal memiliki
empat sumbu pada mana tiga sumbu saling membentuk sudut 120o terletak dalam
satu bidang, sedangkan sumbu ke empat tegak lurus terhadap bidang ketiga sumu.
Interval perulangan satuan sel pada ketida sumbu adalah sama.
6. Trigonal yang sering disebut Rhombohedral, Sudut dari masingmasing pasangan sumbu kristal adalah sama tapi tidak 90o, interval perulangan
sepanjang ketiga arah sumbu kisi kristal adalah sama.
7. Kubus, sumbu-sumbu kristal satu dengan yang lainnya saling tegak
lurus dan interval perulangan kisi pada ketiga arah sumbu adalah sama. Kisi
kristal kubus terdiri dari kisi kristal kubus sederhana (P), kisi kristal kubus pusat
badan (I), dan kisi kristal kubus pusat muka (F).
Terdapat tiga buah jenis kisi dalam system kubus yaitu: kubus sederhana
(P), kubus pusat badan (I) dan kubus pusat muka (F). Sifat-sifat dari ketiga jenis
kubus tersebut dirangkum pada table 01 berikut.

Triklinik

Monoklinik P

Orthorhombik
P

Orthorhombik
B

Tetragonal
P

Tetragonal
I

Kubus P

Monoklinik I

Orthorhombik
I

Orthorhombik
F

Heksagonal
P

Kubus F

Trigonal P

Kubus I

Gambar 1.7 Ke 14 Kisi Bravais


Pengantar Fisika Zat Padat

Page 8

Perlu dicatat bahwa sebuah kisi premitif (sederhana) hanya memiliki titiktitik atom pada sudutnya, kisi pusat badan memiliki satu titik atom tambahan di
pusat selnya, sedangkan sebuah kisi pusat muka memiliki enam titi-titik atom
tambahan pada masing-masing muka sel kisi.

2.4 Nomenklatur Kristal


Untuk menjelaskan fenomena fisis dalam kristal, dapat dilakukan dengan
menggambarkan arah atau bidang kristal. Untuk menentukan arah dari suatu
kristal (misalnya seperti pada gambar aa), maka harus dipilih salah satu titik kisi
pada garis tersebut sebagai sebuah titik awal, misalkan titik A. Vektor kisi yang
menghubungkan A dengan titik-titik kisi yang lain seperti B pada garis tersebut
dapat dinyatakan dengan
R = n1a + n2b + n3c
Arah vektor kisi dapat ditentukan sebagai tiga buah bilangan bulat

n1n2n3

dimana ketiga bilangan bulat tersebut adalah bilangan bulat terkecil.

Dengan demikian arah vektor kisi yang ditunjukkan pada gambar aaa adalah arah

111 .
D
C
B
A

Gb. 1.8 Arah Vektor Kisi


Sebuah vektor kisi tidak diartikan sebagai satu garis lurus tertentu, tetapi
meliputi seluruh keseluruhan garis lurus yang sejajar yang merupakan vektor kisi
yang ekuivalen karena sifat simetri translasi.
Bila satuan sel memiliki beberapa simetri rotasi maka akan terdapat
beberapa vektor kisi yang tidak sejajar (arah non paralel) yang akan ekuivalen
kerena sifat simetri. Dalam kristal kubus aran 100 , 010 dan 001 adalah

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 9

ekuivalen. Arah yang ekuivalen dari

n1n2n3

dinyatakan dengan

n1n2n3 .

Misalnya dalam sistem kubus simbul 100 menyatakan enam arah vektor kisi

yaitu 100 , 010 , 001 , 100 , 010 dan 00 1 . Tanda negatif di atas bilangan
menyatakan sebuah harga negatif. Begitu pula dengan 111 menyatakan semua
diagonal ruang dari kubus. Di mana arah 100 dan 111 tidak ekuivalen.
Bidang bidang kristal dan indek Miller
Dalam kristal terdapat banyak bidang-bidang kristal, pada setiap bidang
kristal terdapat sejumlah atom-atom atau molekul-molekul penyusun kristal yang
menempati titik kisi. Atom-atom ini berfungsi mengatur pola-pola difraksi yang
sesuai dengan struktur kristal yang bersangkutan dalam difraksi sinar x.
Indeks Miller digunakan untuk mengidentifikasi suatu bidang dalam
kristal. Indeks Miller didefinisikan sebagai bilangan bulat terkecil dari kebalikan
perpotongan bidang pada sumbu utama kristal.
Dari gambar bb bidang kristal

memotong sumbu x, y dan z

r
p

masing-masing pada p,q dan r atau


dinyatakan
q

dengan

[pqr]

maka

dalam indeks Miller bidang tersebut


dinyatakan dengan bidang (hkl)
yaitu
(hkl) = 1 1 1
p q r

Gb. 1.9 Bidang Kristal

dengan 1 1 1 merupakan bilangan p q r

bilangan bulat terkecil.


Prosedur dalam menentukan indeks Miller adalah sebagai berikut:
1. Jika bidang melalui titik awal, buat bidang paralel lainnya di dalam sel
satuan dengan translasi. Atau dengan membuat titik awal lain di sudut lain
sel satuan.
2. Bidang yang dicari bisa berpotongan atau sejajar dengan sumbu. Panjang
bidang yang berpotongan ditulis dalam satuan parameter kisi a, b dan c.

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 10

3. Ambil kebalikan dari angka-angka perpotongan tersebut. Bidang yang


sejajar dengan sumbu dianggap berpotongan di tak berhingga sehingganya
kebalikannya adalah nol.
4. Bila perlu robah ketiga bilangan ini ke bilangan bulat terkecil dengan
mengali atau membaginya dengan suatu faktor tertentu.
5. Tulis indeks ini tanpa koma dengan diapit tanda kurung biasa, (h k l).
Catatan: Jika indeks negatif, tanda negatif ditulis dengan strip diatas indeks.
Contoh
Jika bidang pada gambar bb memotong sumbu x pada 3a dan memotong sumbu y
pada 2b dan memotong sumbu z pada 6c maka [pqr] = [326], dengan demikian

3 2 6

indeks Miller bidang tersebur adalah (hkl) = 1 1 1 231 sengan demikian


bidang tersebut dikenal memiliki indeks Miller (hkl) = 231
Dalam kristal terdapat banyak sekali bidang-bidang kristal yang semuanya
dapat diidentifikasi dengan menyatakan indeks Miller bidang tersebut. Setiap
bidang-bidang yang satu dengan yang lainnya saling sejajar akan memiliki indek
Miller yang sama.
Perhatikan gambar
H
D

G
C

E
A

H
D

F
B

(100)

G
C

E
A

H
D

F
B

G
C

E
A

(110)

F
B

(111)

Gb. 2.0 Bidang-bidang kristal

Dari gambar cc menunjukkan bahwa titik-titik potong bidang ABCD pada


sumbu-sumbu kristal adalah [pqr] = [1~ ~] artinya bidang ABCD memotong satusatuan sumbu x dan memotong sumbu y dan sumbu z di tak hingga, dengan

demikian indeks Miller bidang ABCD adalah (hkl) 1 1 1 100 , sehingga


bidang ABCD dikenal dengan bidang (100). Dengan cara yang sama dapat

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 11

ditentukan indeks Miller bidang BCGF adalah (010) dan indeks Miller bidang
DCGH adalah (001).
Untuk menentukan indeks Miller bidang yang memotong sumbu di titik 0,
dapat dilakukan sebagai berikut;
-

Jika bidang memotong sumbu kristal di titik 0 maka untuk


menentukan indeks titik potong bidang tersebut pada sumbu kristal
bidang tersebut dapat dimajukan atau dimundurkan sepanjang satusatuan sumbu kristal. Sehingga titik potong bidang tersebut pada
sumbu kristal menjadi 1 atau 1

Bidang-bidang yang sejajar pada suatu sumbu kristal memiliki titik


potong pada sumbu tersebut di jauh tak hingga.

Sehingga ketentuan di atas, maka bidang EFGH dapat memiliki titik-titik


potong sumbu [pqr] = [1~ ~] atau [pqr] = [ 1 ~ ~] tanda minus menyatakan bahwa
bidang memotong sumbu pada 1. Jadi indeks Miller bidang EFGH adalah (100)
atau ( 1 00 ). Demikian selanjutnya dapat ditentukan bahwa bidang ADEH
memiliki indek Miller (010) atau (0 1 0 ) dan bidang ABEF memiliki indeks
Miller (001) atau (00 1 ). Bidang-bidang tersebut disebut bidang muka kristal.
Bidang-bidang dengan indeks Miller yang sama merupakan bidang-bidang kristal
yang sejajar.
Bidang ABGH dalam kristal disebut bidang diagonal, yang memiliki
indeks miller (101), demikian juga dengan bidang-bidang diagonal yang lainnya.
Pada sistem kristal kubus terdapat bidang sebanyak dua belas bidang yang
ekuivalen yakni memiliki indek miller; (110), (101), (011), ( 1 1 0), (1 1 0 ), (10 1
), ( 1 01 ), (0 1 1), (01 1 ), ( 1 1 0), ( 1 0 1 ), dan (0 1 1 ).
Untuk bidang AFH merupakan bidang yang dibentuk oleh tiga diagonal
muka, di mana indeks miller bidang tersebut adalah (111). Dengan menggunakan
aturan penentuan indeks Miller Bidang maka pada bidang yang dibentuk oleh tiga
diagonal muka dapat ditentukan sejumlah delapan bidang yang memiliki indek
miller (111), (11 1 ), (1 1 1), ( 1 11), ( 1 1 1), ( 1 1 1 ), (1 1 1 ) dan ( 1 1 1 ).

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 12

2.5 Jarak Antar Bidang


Pada difraksi sinar-x pada sebuah kristal, yang harus diketahui adalah
jarak interplanar antara dua bidang dengan indek Miller (hkl) yang dinyatakan
dengan dhkl. Untuk menentukan jarak interplanar antara dua bidang (hkl)
bergantung pada struktur kristal. Dalam hal ini pembahasan dibatasi untuk kristal
yang ketiga sumbunya saling tegak lurus
r

Bidang (hkl)

dhkl

Gb. 2.1 jarak antar bidang sejajar


Dari gambar dd bidang yang sejajar dengan bidang (hkl) adalah suatu bidang yang
melalui titik (000), jarak antara kedua bidang adalah dhkl merupakan panjang dari
garis normal dari titik (000) terhadap bidang. Misalkan sudut yang dibentuk antara
garis normal tersebut terhadap masing-masing sumbu kristal adalah ,, dan dan
titik potong-titik potong bidang (hkl) dengan sumbu kristal adalah p,q dan r maka
dapat diperoleh;
dhkl = p cos = q cos = r cos
dari hubungan cos2 + cos2 + cos2 = 1, maka jika dipecahkan untuk cos ,
cos , dan cos maka diperoleh;
d hkl

1
1
p2

q12 r12

1
2

sedangkan p,q dan r berhubungan dengan indeks Miller h,k dan l yaitu;
h = n a ; k = n b , dan l = n c , dengan n menyatakan faktor yang digunakan
p

untuk mereduksi indek miller menjadi bilangan bulat terkecil yang mungkin. Dari
persamaan 1.4 diperoleh;

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 13

d hkl
h2

k2

l2

1
2

2 2 2
b
c
a

dengan demikian jarak antar bidang (111) untuk sistem kubus adalah d111 = na/3
dengan a adalah sisi kubus, karena khusus untuk kristal sistem kubus n = 1 dan a
= b = c.

2.6 Jumlah Atom dalam Satuan Sel


Pada setiap titik-titik kisi dalam kristal ditempati oleh atom-atom
penyusun kristal yang bersifat sangat periodik. Jumlah atom-atom penyusun
kristal dalam satu satuan sel kristal bergantung pada struktur kristal bersangkutan.
Untuk lebih jelasnya pada bagian ini dibahas beberapa struktur kristal sederhana
dari sistem kubus (Yasa, 2004).
Kubus sederhana (P),
Struktur kristal kubus sederhana ditunjukkan oleh gambar 2.2a pada
masing-masing titik sudut kubus ditempati masing-masing oleh bagian atom.
Dengan demikian dalam kristal sistem kubus sederhana dalam satu satuan selnya
ditempati oleh satu atom penyusun kristal.
Kubus pusat badan (I),
Sruktur kristal kubus pusat badan ditunjukkan oleh gambar 2.2b pada
masing-masing titik sudut kubus ditempati masing-masing oleh bagian atom
sehingga dari kedelapan titik sudut secara komulatif disusun oleh satu buah atom.
Atom yang menempati pusat kubus adalah sebuah atom utuh. Dengan demikian
dalam kristal system kubus pusat badan dalam satu satuan selnya ditempati oleh
dua atom penyusun kristal.
Kubus pusat muka (F),
Struktur Kristal kubus pusat muka ditunjukkan oleh gambar 2.2c pada
masing-masing titik sudut kubus ditempati oleh masing-masing oleh bagian
atom sehinggga dari kedelapan titik sudut secara komulatif disusun oleh satu buah

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 14

atom. Atom yang menempati muka pusat kubus adalah bagian atom, karena
dalam kubus karena dalam kubus terdapat enam pusat muka secara komulatif
yang menempati pusat muka adalah tiga buah atom. Dengan demikian dalam
kristal system kubus pusat muka dalam satu satuan selnya ditrmpati oleh empat
atom penyusun kristal.

a. Kubus
Sederhana

b. Kubus Pusat Badan

c. Kubus Pusat Muka

Gb. 2.2 Struktur Kristal sederhana

Dari ganbar 2.2 diatas maka dimensi satuan sel dari masing-masing
struktur kristal kubus dapat dihubungkan dengan jejari atom-atom penyusun
kristal. Untuk menentukan hubungan dimensi satuan sel dengan jejari atom
diasumsikan bahwa atom penyusun kristal dianggap sebagai sebuah bola pejal.
Dengan demikian jika dimensi satuan sel kubus adalah d dan jejari atom adalah r
maka dapat dibuktikan bahwa untuk struktur kristal kubus sederhana (P) diperoleh
d 2r, untuk struktur kristal kubus pusat badan d

sedangkan untuk

struktur kristal kubus pusat maka d


Dengan anggapan bahwa atom-atom dalam kristal suatu zat padat sebagai
bola pejal maka dalam kristal sebagian besarnya adalah merupakan ruang kosong.
Untuk struktur kristal kubus dimensi satuan sel kristal dapat ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu; massa jenis padatan kristal (), massa atom kristal (M), dan
struktur kristal itu sendiri. Untuk menentukan dimensi satuan sel kristal dilakukan
dengan cara sebagai berikut;
Tinjaulah sebuah suatu jenis kristal dengan struktur kristal kubus yang
dimensi satuan selnya adalah yang menyatakan sisi-sisi kubus tersebut disusun
oleh atom-atom yang memiliki massa atom M. dalam satuan selnya terdapat n

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 15

atom sesuai dengan struktur kristalnya. Kristal memiliki massa jenis yang
menyatakan jumlah massa kristalpersatuan volume kristal telah diketahui bahwa;

Jumlah molekul atau atom penyusun kristal dapat ditentukan dengan:

Dimana N0 menyatakan bilangan Avogadro, dengan menyatakan bahwa V


= a3, maka dari persamaan ..dengan . Diperoleh hubungan:
(

Catatan: untuk Kristal kubus sederhana n = 1, Kristal kubus pusatt badan n


= 2 dan Kristal kubus pusat muka n = 4 (Yasa, 2004).

2.7

Beberapa Struktur Kristal

a. Kristal logam
Kisi kristal logam terdiri atas atom logam yang terikat dengan ikatan
logam. Elektron valensi dalam atom logam mudah dikeluarkan (karena energi
ionisasinya yang kecil) menghasilkan kation. Bila dua atom logam saling
mendekat, orbital atom terluarnya akan tumpang tindih membentuk orbital
molekul. Bila atom ketiga mendekati kedua atom tersebut, interaksi antar
orbitalnya terjadi dan orbital molekul baru terbentuk.
Sifat-sifat logam yang bemanfaat seperti kedapat-tempa-annya, hantaran
listrik dan panas serta kilap logam dapat dihubungkan dengan sifat ikatan logam.
Misalnya, logam dapat mempertahankan strukturnya bahkan bila ada deformasi.
Hal ini karena ada interaksi yang kuat di berbagai arah antara atom (ion) dan
elektron bebas di sekitarnya (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Deformasi sruktur logam.


Pengantar Fisika Zat Padat

Page 16

Logam akan terdeformasi bila gaya yang kuat diberikan, tetapi logam
tidak akan putus. Sifat ini karena interaksi yang kuat antara ion logam dan
elektron bebas (Takeuchi, 2008).

b. Kristal ionik
Kristal ionik semacam natrium khlorida (NaCl) dibentuk oleh gaya tarik
antara ion bermuatan positif dan negatif. Susunan ion dalam kristal ion yang
paling stabil adalah susunan dengan jumlah kontak antara partikel bermuatan
berlawanan terbesar, atau dengan kata lain, bilangan koordinasinya terbesar.
Namun, ukuran kation berbeda dengan ukuran anion, dan akibatnya, ada
kecenderungan anion yang lebih besar akan tersusun terjejal, dan kation yang
lebih kecil akan berada di celah antar anion (Anonim, 2009).
Dalam kasus natrium khlorida, anion khlorida (jari-jari 0,181 nm) akan
membentuk susunan kisi berpusat muka dengan jarak antar atom yang agak
panjang sehingga kation natrium yang lebih kecil (0,098 nm) dapat dengan mudah
diakomodasi dalam ruangannya (Gambar 8.9(a)). Setiap ion natrium dikelilingi
oleh enam ion khlorida (bilangan koordinasi = 6). Demikian juga, setiap ion
khlorida dikelilingi oleh enam ion natrium (bilangan koordinasi = 6) (Takeuchi,
2008).

Gambar 2.4 Struktur kristal natrium khlorida


Dalam cesium khlorida, ion cesium yang lebih besar (0,168nm) dari ion
natrium dikelilingi oleh 8 ion khlorida membentuk koordinasi 8:8. Ion cesium
maupun khlorida seolah secara independen membentuk kisi kubus sederhana, dan
satu ion cesium terletak di pusat kubus yang dibentuk oleh 8 ion khlorida.

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 17

Gambar 2.5 Struktur kristal cesium khlorida.


Setiap ion dikelilingi oleh delapan ion dengan muatan yang berlawanan.
Struktur ini juga bukan struktur terjejal (Anonim, 2009).
c. Kristal Molekular
Kristal dengan molekul terikat oleh gaya antarmolekul semacam gaya van
der Waals disebut dengan kristal molekul. Kristal yang didiskusikan selama ini
tersusun atas suatu jenis ikatan kimia antara atom atau ion. Namun, kristal dapat
terbentuk, tanpa bantuan ikatan, tetapi dengan interaksi lemah antar molekulnya.
Bahkan gas mulia mengkristal pada temperatur sangat rendah. Argon mengkristal
dengan gaya van der Waaks, dan titik lelehnya -189,2C. Padatan argon
berstruktur kubus terjejal.
Molekul diatomik semacam iodin tidak dapat dianggap berbentuk bola.
Walaupun tersusun teratur di kristal, arah molekulnya bergantian. Namun, karena
strukturnya yang sederhana, permukaan kristalnya teratur. Ini alasannya mengapa
kristal iodin memiliki kilap.

Gambar 2.6 Struktur kristal iodin.

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 18

Pola penyusunan kristal senyawa organik dengan struktur yang lebih rumit
telah diselidiki dengan analisis kristalografi sinar-X. Bentuk setiap molekulnya
dalam banyak kasus mirip atau secara esensi identik dengan bentuknya dalam fasa
gas atau dalam larutan.

d. Kristal kovalen
Banyak kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip
polimer. Dalam kristal seperti ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu
jenis) secara berulang saling terikat dengan ikatan kovelen sedemikian sehingga
gugusan yang dihasilkan nampak dengan mata telanjang. Intan adalah contoh khas
jenis kristal seperti ini, dan kekerasannya berasal dari jaringan kuat yang
terbentuk oleh ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida sp3. Intan stabil sampai
3500C, dan pada temperatur ini atau di atasnya intan akan menyublim.
Kristal semacam silikon karbida (SiC)n atau boron nitrida (BN)n memiliki struktur
yang mirip dengan intan. Contoh yang sangat terkenal juga adalah silikon
dioksida (kuarsa; SiO2). Silikon adalah tetravalen, seperti karbon, dan mengikat
empat atom oksigen membentuk tetrahedron. Setiap atom oksigen terikat pada
atom silikon lain. Titik leleh kuarsa adalah 1700 C.

Gambar. 2.7 Struktur kristal intan


Satuan sel dari kristal intan adalah kubus pusat muka (F) dengan sebuah
basis, dimana basis disusun oleh dua atom Carbon yang berhubungan dengan
masing-masing titik-titik kisi pusat muka. Posisi dari kedua atom-atom basis
adalah 000, , seperti ditunjukan oleh gambar 2.7 Tidak ada cara untuk
memilih sedemikian sehingga basis dari struktur intan hanya terdiri dari sebuah
atom.

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 19

Gambar 2.8 Posisi atom-atom basis


Masing-masing atom basis dikelilingi oleh empat atom terdekat yang
membentuk sebuah tetrahedral yang pusatnya adalah atom basis tersebut.
Konfigurasi ini biasanya ditemukan dalam semikonduktor seperti struktur kristal
Ge dan Si (Yasa, 2004).
e. Kristal cair
Kristal memiliki titik leleh yang tetap, dengan kata laun, kristal akan
mempertahankan temperatur dari awal hingga akhir proses pelelehan. Sebaliknya,
titik leleh zat amorf berada di nilai temperatur yang lebar, dan temperatur selama
proses pelelehan akan bervariasi.
Material seperti ini disebut dengan kristal cair. Molekul yang dapat menjadi
kristal cair memiliki fitur struktur umum, yakni molekul-molekul ini memiliki
satuan struktural planar semacam cincin benzen. Di Gambar.., ditunjukkan
beberapa contoh ristal cair (Takeuchi, 2008).

Gambar 2.9 Beberapa contoh kristal cair

Pengantar Fisika Zat Padat

Page 20

Вам также может понравиться