Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel
kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian (Allan et al. 2006; Schiffman et al.2007; Susilawati, 2012). Menurut
National Cancer Institute atau NCI (2009), terdapat lebih dari enam juta penderita
kanker setiap tahunnya, dan dalam sepuluh tahun terakhir ini diperkirakan terjadi
sembilan juta kematian akibat kanker per tahun. Di Indonesia sendiri, saat ini
kanker termasuk di dalam sepuluh besar penyakit utama penyebab kematian.
Terdapat beberapa jenis kanker yang banyak diderita di Indonesia yaitu, kanker
rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit, kanker
rectum. Kasus penyakit kanker yang ditemukan di provinsi Bali pada tahun 2015
sebanyak 13,277 kasus, terdiri dari kanker servik 6,899 kasus (35,13%) kanker
mamae 9,54 kasus (48,59%), kanker hepar 2.242 (11,42%), kanker paru 954 kasus
(4,86%), dan salah Rumah Sakit Swasta di Daerah Denpasar yaitu RS Bhakti
Rahayu ditemukan penyakit kanker .
Salah satu upaya pengobatan kanker di antaranya pembedahan,
kemoterapi, terapi radiasi, dan bioterapi (Otto, 2005). Secara umum biasanya
digunakan lebih dari satu macam cara pengobatan, misalnya pembedahan diikuti
oleh kemoterapi atau radioterapi (Yayasan Kanker Indonesia, 2004). Salah satu
cara pengbatan yang sering dilakukan pada pasien kanker adalah kemoterapi.
yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan
gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan
yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut
(Tomb, 2004 : Irianto, 2014). Ansietas perlu diatasi untuk mencapai keadaan
homeostastis dalam diri individu, baik secara fisiologis maupun psikologis.
Apabila individu tidak mampu mengatasi ansietas secara konstruktif, maka
ketidakmampuan tersebut dapat menjadi penyebab utama terjadinya perilaku yang
patologis (Asmadi, 2009).
Hasil penelitian tentang kecemasan pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi yang dilakukan Hendianti (2012) menunjukkan bahwa sebanyak
34,28% responden mengalami kecemasan sedang; 12,86% mengalami kecemasan
berat; 4,28% mengalami kecemasan sangat berat. Hal ini juga dipertegas dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Irianto (2014) yang menyebutkan bahwa
48,9% responden yang akan mengalami kemoterapi mengalami kecemasan
sedang.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap 10 orang responden yang
mengalami kemoterapi di RS Bhakti Rahayu Denpasar,seluruh pasien yang akan
mengalami kemoterapi sebagian mengalami perasaan cemas. Sebagian besar
(80%) pasien kanker mengatakan dukungan dari orang terdekat terutama keluarga
sangat penting selama proses perawatan dan kecemasannya. Hampir setengah dari
pasien mengatakan dukungan dari keluarga kurang adekuat selama proses
perawatan yang dijalani. Pasien mengatakan kurangnya dukungan keluarga akibat
jarak rumah yang jauh, keluarga sibuk dengan pekerjaan dan karena faktor
ekonomi. Menurut Friedman (1998), Dukungan keluarga yang tinggi maka pasien
akan merasa lebih tenang dan nyaman dalam menjalani pengobatan, hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan (Nurpeni, Prapti dan Kusmarjathi, 2014).
Dukungan keluarga dalam hal memotivasi dan meminimalkan rasa cemas
akibat hospitalisai adalah hal yang sangat penting dalam menunjang untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pada saat pasien dirawat inap.
Dukungan keluarga yang baik maka kecemasan akibat dari perpisahan dapat
teratasi sehingga pasien akan merasa nyaman saat menjalani perawatan. Pasien
yang merasa nyaman saat perawatan mencegah terjadinya penurunan sistem imun
sehingga berpengaruh pada proses kesembuhannya (Clancy, 1998 ; Nurpeni,
Prapti dan Kusmarjathi, 2014).
Keluarga merupakan elemen penting yang sangat berperan dalam proses
pengobatan pasien, sejak awal di diagnosis mengidap kanker sampai dengan
pemberian terapi. Keluarga bertugas memberikan dukungan berupa materi dan
psikis dalam kecemasan pasien. Permasalahan psikis tersebut sangat berpengaruh
terhadap kondisi pasien. Keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien kanker untuk
dapat menerima dirinya karena keadaan dan penanganan penyakit kanker ini dapat
menimbulkan stres yang terus-menerus, sehingga tidak hanya mempengaruhi
penyesuaian fisik tapi juga penyesuaian psikologis individu (Lehmann dkk, 1978 ;
Nurpeni, Prapti dan Kusmarjathi, 2014). Dukungan keluarga yang adekuat
diharapkan menurunkan kecemasan pasien, sehingga pasien bisa fokus pada
pengobatan dan kesembuhannya.
ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemoterapi
1.
Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah memberikan segolongan obat-obatan sitostatika
yang dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh sel kanker
(NHS, 2007). Dengan demikian, diharapkan pertumbuhan sel kanker
terhambat, metastase dapat dikurangi, sehingga gejala gangguan
metabolisme akibat sel kanker dapat diminimalkan. Kemoterapi dapat
menjadi bentuk terapi primer, atau kombinasi dengan pembedahan atau
terapi radiasi. Kemoterapi efektif untuk menangani kanker pada anak yang
tidak dapat diatasi secara efektif dengan pembedahan atau terapi radiasi
saja (Bowden & Greenberg, 2010)
2. Agen Kemoterapi
Agen kemoterapi secara umum dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu agen siklus sel spesifik (cell cycle-specific) dan siklus sel nonspesifik (cell cycle-nonspesific). Agen kemoterapi yang tergolong dalam
agen siklus sel spesifik memberikan efek maksimal selama fase tertentu
dalam siklus sel terutama pembelahan sel (mitosis). Agen kemoterapi
siklus sel spesifik, contohnya adalah alkylating agent, nitrosureas, agen
alkaloid, dan agen anti metabolit.
prinsipnya,
semua
agen
kemoterapi
didesain
untuk
pemeriksaan
dan
prosedur
tindakan
medik
yang
Intervensi
keperawatan
yang
tepat
diperlukan
untuk
2.
a. Faktor Predisposisi
terjadi
dari
ketakutan
akan
pola
penolakan
3) Teori Perilaku
g) Umur
Tingkat Kecemasan
Stuart (2007) membagi tingkat kecemasan menjadi empat tingkat yaitu :
a.
Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi
waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
Respon fisiologis ditandai dengan sesekali nafas pendek, nadi dan
tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, bibir
bergetar. Respon kognitif merupakan lapang persepsi luas, mampu
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif. Respon perilaku dan emosi
seperti tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kadang-kadang meningkat.
b.
Kecemasan Sedang
Kecemasan
sedang
memungkinkan
seseorang
untuk
Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi seseorang terhadap sesuatu
yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain.
Semua perilaku ditujukan untuk menghentikan ketegangan. Individu
dengan kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pikiran pada suatu area lain. Respon fisiologi : nafas
pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, ketegangan
dan sakit kepala. Respon kognitif : lapang persepsi amat sempit, tidak
mampu menyelesaikan masalah. Respon perilaku dan emosi : perasaan
ancaman meningkat.
d.
Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang.
Hilangnya kontrol, menyebabkan individu tidak mampu melakukan
apapun meskipun dengan perintah. Respon fisologis : nafas pendek,
Respon Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, respon
kecemasan menurut Suliswati (2005) antara lain:
a. Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah
dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun
parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh,
sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon
tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah fight atau flight.
Flight merupakan reaksi isotonic tubuh untuk melarikan diri, dimana
terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang
akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah
sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang
yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin
sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik. Bila
korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis
ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau epinefrin
sehingga efeknya antara lain napas menjadi lebih dalam, nadi
adapun parameter tersebut yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang,
cemas berat dan cemas sangat berat atau panik. Alat ukur ini terdiri dari 14
kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan
gejala-gejala yang lebih spesifik sebagai berikut:
a. Perasaan cemas meliputi firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan
mudah tersinggung
b. Ketegangan meliputi merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat
istirahat dengan nyenyak, mudah menangis, gemetar dan gelisah
c. Ketakutan meliputi kegelapan, ditinggal sendiri, takut pada orang
asing, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada
kerumunan banyak orang
d. Gangguan tidur meliputi susah memulai tidur, terbangun malam hari,
tidak pulas, mimpi buruk, dan mimpi yang menakutkan
e. Gangguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk, sulit berkonsentrasi,
sering bingung
f. Perasaan depresi meliputi kehilangan minat, sedih, bangun dini hari,
berkurangnya kesukaan pada hobi, perasaan berubah-ubah sepanjang
hari
g. Gejala somatik/otot-otot meliputi nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemertak, dan suara tidak stabil
h. Gejala sensorik meliputi telinga berdengung, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat, merasa lemah, dan perasaan ditusuk-tusuk
i. Gejala kardiovaskuler meliputi denyut nadi cepat, berdebar-debar,
nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan,
dan detak jantung hilang sekejap
j. Gejala pernafasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
merasa nafas pendek/sesak, dan sering menarik nafas panjang
melakukan
atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anakanaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).
Adapun tipe keluarga menurut Suprajitno (2004) dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah ibu,
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi).
2. Dukungan keluarga
Friedman (1998) dalam Murniasih (2007) menyatakan Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika di perlukan.
Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan (Setiadi, 2008). Menurut Smet (1994) dalam
Christine (2010), Dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi
verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam
lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan
secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau
kesan yang menyenangkan pada dirinya .
3. Komponen dukungan keluarga
Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Sarafino,
(1994) dalam Christine (2010), terdiri dari :
a. Dukungan pengharapan
Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu
untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber
depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi
stressor.
Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada
ekspresi
penilaian
yang
positif
terhadap
individu.
Individu
strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspekaspek yang positif.
b. Dukungan nyata
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah
seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan
nyata (instrumental support material support), suatu kondisi dimana
benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis,
termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang
memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari,
menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan
merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu
memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai
oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata
keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan
nyata.
c. Dukungan informasi
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan
tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi
dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan
balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat
menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi
yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk
melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari
tingkat kecemasan, hal ini menunjukkan semakin baik dukungan keluarga semakin
berkurang tingkat kecemasan pasien kanker payudara (Ca mammae).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kerangka hipotesis yang menunjukkan keterangan
situasi masalah yaitu fakto atau factor-faktor yang berhubungan dengan situasi
masalah (Lapau, Buchari, 2015)
Dukungan Keluarga
Penurunan Kecemasan
Keterangan :
: yang diteliti
: yang tidak diteliti
B. Kerangka Konsep
Dukungan Keluarga
Variabel Independen
C. Hipotesis
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Penelitian
Dukungan
Operasional
Dukungan yang
Menyebarkan
Kuesioner
Keluarga
diberikan keluarga
Kuesioner
Skala
Ordinal
a. Baik
terhadap
(66-88)
pasien
b. Cukup
Kanker
(49-65)
dalam bentuk
c. Kurang
informasi tentang
(<49)
Kanker
serta
menyediakan sarana
prasarana dalam
mendampingi saat
menjalankan
kemoterapi, sehingga
penderita
Kanker
merasa aman nyaman
yang berpengaruh
Kecemasan
pada emosi.
Gangguan
alam Mengukur
yang kecemasan
operatif
ditandai
katarak
dengan dilakukan
yang oleh
tingkat Penilaian
yang atau
a. Skor < 6
dengan pemakaian
=
terapi Scale
Anxiety
(HRS-A)
Ordinal
tidak
ada
kecemas
an.
b. Skor 7
14
=
pasien
kecemas
an
ringan.
c. Skor 15
27
=
kecemas
an
sedang.
d. Skor
>
27
=
kecemas
an berat.
2. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen (bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga.
b. Variabel Dependen (terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kecemasan pasien kanker yang manjalani kemoterapi..
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian
ini
akan
menggunakan
jenis
penelitian
deskriptif
korelasional,dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan dua
variable yaitu variable dukungan keluarga sebagai variable bebas dan variable
kecemasan sebagai variable terikat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan cross sectional yaitu pendekatan yang dilakukan dimana
data variable bebas dan variable terikat diambil dalam satu kali waktu penelitian
atau secara bersamaan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah keseluruhan yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami kecemasan sebelum
dilakukan operasi katarak di Rumah Sakit Indera Provinsi Bali pada minggu I
sampai minggu IV Oktober 2012. Berdasarkan rekapitulasi data rekam medis RS
Indera tahun 2009 sampai tahun 2011, jumlah pasien operasi katarak di RS Indera
Provinsi Bali tahun 2009 sebanyak 842 orang,tahun 2010 sebanyak 1056 orang
dan tahun 2011 sebanyak 1699 orang sehingga rata-rata jumlah pasien operasi
katarak setiap tahunnya adalah 1199 orang.
Berdasarkan data hasil penelitian menyebutkan prevalensi kecemasan di
masyarakat umum berkisar antara 2 % - 4%, angka kecemasan pada pasien yang
ketidakmampuan
mendeteksi
volume
suara,
dan
Keterangan:
n =Besar Sampel
N =Besar Populasi
e =Tingkat Kesalahan (10%, karena keterbatasan sampel dan waktu penelitian)
Jumlah populasi diperkirakan sebanyak 80 orang. Dari jumlah tersebut
maka dapat dihitung sampel yang akan dipakai dalam penelitian ini sebagai
berikut (Prasetya, 2005) :
n
80
1 80(0,10 2 )
80
1 80.0,01
80
1 0,8
80
1,8
n 44,4
4. Teknik Sampling
Teknik sampling yang akan digunakan adalah Nonprobability Sampling
dengan teknik Purposive Sampling. Pengambilan sampel secara purposive ini
dilakukan dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki
peneliti,
yang
memenuhi
kriteria
inklusi
dan
eksklusi,
(Nursalam, 2003).
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang Poliklinik Bedah atau
D. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan mulai bulan ..
E. Etika Penelitian
Penelitian keperawatan yang menggunakan manusia sebagai responden,
berisiko menimbulkan permasalahan etik dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu
peneliti perlu menerapkan beberapa prinsip etik untuk memberikan perlindungan
terhadap hak-hak individu, baik bagi responden ataupun peneliti sendiri. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan prinsip etik, antara lain self determination,
confidentiality, beneficence, dan justice.
1.
Self determination
Pasien dan keluarga memiliki otonomi untuk berpartisipasi atau tidak
Justice
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi
prinsip
keadilan,
lingkungan
penelitian
dikondisikan
memenuhi
prinsip
perlakuan yang sama baik sebelum, selama, dan sesudah berpartisipasi dalam
penelitian tanpa membedakan gender atau status sosial.
F. Alat Pengumpul Data
1. Instrumen Penelitian
a. Alat Ukur Kecemasan dan Reabilitas Instrumen
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran kecemasan menurut alat ukur
kecemasan yang disebut HRS-A (Hamilton Rating Scale Anxiety). Skala HRS-A
merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom
pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HRS-A terdapat 14
syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item
yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Not Present) sampai dengan 4
(severe). Skala HRS-A telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup
tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu
0,93 dan 0,97.
Penilaian kecemasan dengan menggunakan HRS-A adalah dengan
memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari gejala yang ada
4 = sangat berat/panik semua gejala ada
Setelah responden menjawab 14 gejala yang ada pada HRS-A, selanjutnya
skor tiap item yang telah diperoleh berdasarkan kategori di atas dijumlahkan dan
penentuan derajat kecemasan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
e. Skor < 6
f. Skor 7 14
= kecemasan ringan.
g. Skor 15 27
= kecemasan sedang.
h. Skor > 27
= kecemasan berat.
Keterangan :
r
= koefisien korelasi
Xi
= jumlah responden
Yi
2) Uji Reabilitas
Reabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan
oleh orang ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Sebagai patokan dasar
dapat ditentukan ukuran indeks reabilitas sebagai berikut :
< 0,59
0,60 0,89
0,90 1,00
Uji reabilitas
= reabilitas rendah
= reabilitas sedang
= reabilitas tinggi
pada instrument ini dilakukan dengan menggunakan rumus
rii =
Dimana :
rii
= reabilitas instrument
ab
at
= varians total
ditolak
d) Sedangkan nilai reabilitas, jika nilai alpha menunjukkan nilai > 0,60 berarti
kuesioner reliabel
b. Alat Ukur Dukungan Keluarga
Alat ukur dukungan keluarga penderita kanker berupa kuesioner dengan
skala Likert (Sugiyono, 2009). Bentuk kuesioner ini ada empat alternatif jawaban
yaitu selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2, dan
tidak pernah diberi skor 1. Ada dua tipe pertanyaan yaitu favourable (bersifat
positif) dan unfavorable (bersifat negatif). Hasil ukur dari kuesioner ini
menggunakan skala ordinal dengan kategori baik dengan nilai 41, cukup dengan
nilai 21-40, kurang dengan nilai 20.
Kuesioner dukungan keluarga yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan
kuesioner
yang
digunakan
oleh
Siburian
(2012)
dalam
f. Melakukantabulasidananalisisdata
g. Apabila peneliti berhalangan hadir maka sudah disiapkan 2 orang peneliti
pendampingyangmemilikipersepsiyangsamadenganpeneliti.
H. Pengolahan Data
Langkahlangkahdalampengolahandata:
a. Editing
Dengan memeriksa kelengkapan jawaban responden pada kuesioner,
memperjelas, apabila ditemukan kejanggalan hasil kuesioner atau terdapat
kuesioner yang tidak diberi jawaban akan dilakukan klarifikasi danresponden
dimintauntukmenjawabulang.
b.
Scoringdancoding
Angket yang sudah terkumpul diperiksa kelengkapannya, kemudian
jawabanrespondendiberiskorsesuaidenganketentuandandiberikankodesesuai
denganketentuanpeneliticontoh:untukjeniskelamin:kode1untuklakilaki,2
untukperempuan.
c. Entry
Kegiatanmemasukkandatakedalamprogramkomputeruntukmencegah
risikokehilangandata.
d.
Tabulasidata
Melakukantabulasidatakedalammastertabelyangtelahdibuat.
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan dengan mendeskripsikan data krakteristik
responden dan variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung nilai
prosentase masing-masing karakteristik karena semua data dalam penelitian ini
adalah data katagorik. Data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
b.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Effendy , OnongUnchjana. 2005. Ilmu Telekomunikasi Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Guyton, A.C dan John E.H. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan oleh
Irawati Setiawan dkk. 2006. Ed. 11. Jakarta: EGC.
Penelitian
Ilmu
Potter, P.A. dan Perry, A.G. 2006. Fundamental Keperawatan. Volume 2. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Prasetya. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prasetyo, E. 2009. Peran Musik Sebagai Fasilitas Dalam Produk Dokter Gigi
Untuk
Mengurangi
Kecemasan
Pasien,
(online),
(http://www.journal.unair.ac.id, diakses tanggal 27 Juli 2012)
Puri, B.K. 2011. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Rothrock, Jane C. 2010. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta:
EGC.
Sastroasmoro, S. 2002. Dasar- Dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Edisi Dua,
Jakarta: Sagung Seto.
Schwartz. 2007. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1.
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Soekardi, Istiantoro. 2004. Transmisi Menuju Fakoemulsifikasi. Jakarta: Granit.
Stuart dan Sunden. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Suliswati dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Lembar Kuesioner
Umur
: tahun
Pendidikan
: SD
Jenis Kelamin
: Pria
Wanita
Pekerjaan
Jenis Operasi
: .
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
Merasa tegang
Lesu
SKORE
Mudah terkejut
Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
Sering bingung
Kehilangan minat
Sedih
Bangun dini hari
Berkurangnya kesukaan pada hobi
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
Tinitus/telinga berdengung
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lemah
Perasaan ditusuk-tusuk
Sulit menelan
Mual
Berat badan menurun
Konstipasi/sulit buang air besar
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri lambung sebelum atau sesudah makan
Rasa panas di perut
Perut terasa penuh/kembung
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Amenorrhoe/menstruasi yang tidak teratur
Frigiditas
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Pusing, sakit kepala
Bulu roma berdiri
Gelisah
Tidak tenang
Mengerutkan dahi , muka tegang
Tonus/ketegangan otot meningkat
Nafas pendek dan cepat
Muka merah