Вы находитесь на странице: 1из 48

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gerontologi dan Geriatri


1. Pengertian
Gerontologi berasal dari kata "Geros" dari bahasa yunani berarti
lanjut usia dan "Logos" berarti ilmu. Jadi gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut
lanjut usia. Gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai
proses penuaan, yaitu biologis, psikologi, sosial, ekonomi, kesehatan,
lingkungan, dan lain-lain (Depkes RI, 2001; Maryam dkk, 2008).
Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990; Nugroho,
2008).
Geriatri berasal dari kata geros yang artinya lanjut usia dan eatriea
yang artinya kesehatan/medikal. Geriatri merupakan cabang dari ilmu
gerontologi dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari
usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badani, jiwa dan sosial
serta penyakit cacat (S, Tamher, 2009).
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
proses menjadi tua pada manusia, akibatnya pada manusia, cara

15

16

pencegahan penyakit dan kekurangannya pada lanjut usia. Sedangkan


geriatric nursing adalah praktik keperawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua dengan menggunakan pengetahuan,
keahlian, keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal
lanjut usia secara komprehensif (Kozier, 1987; Nugroho, 2008).
2. Tujuan
Tujuan Gerontologi menurut Nugroho 2008 :
a. Membantu individu lanujt usia memahami adanya perubahan pada
dirinya berkaitan dengan proses penuaan.
b. Membantu mempertahankan identitas kepribadian lanjut usia.
c. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan
lanjut usia, baik jasmani, rohani, maupun sosial secara optimal.
d. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya
e.
f.
g.
h.

meningkatkan kesejahteraan lanjut usia.


Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari.
Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Mempercepat pemulihan/penyembuhan penyakit.
Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat,
sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.

Tujuan Geriatri (Nugroho 2008) :


a. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf yang
setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental.

17

c. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat


mengenal dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka
menemukan kelainan tertentu.
d. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang
menderita

suatu

penyakit

atau

gangguan,

masih

dapat

mempertahankan aktivitas secara mandiri tanpa pertolongan.


e. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan sudah
sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap
memberikan bantuan yang bersifat simpatik, seperti bantuan moral
dan perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung
dengan tenang.

Dalam Simposium Geriatri (1978) di Jakarta telah diformulasikan


tujuan gerontologi/geriatri di Indonesia yaitu "Mengadakan upaya dan
tindakan-tindakan sehingga orang-orang usia lanjut selama mungkin
tetap dalam keadaan sehat, baik fisik, mental dan sosial sehingga masih
berguna bagi masyarakat, setidak-tidaknya sedikit mungkin merupakan
beban bagi masyarakat Indonesia" (Darmojo, 1979). Sesuai dengan
slogan Tahun Usia Lanjut WHO TAHUN 1982 "Do not put years to life
but life into years", yang berarti usia panjang tidaklah ada artinya bila
tidak berguna, bahagia dan mandiri sejauh mungkin, dengan mempunyai
kualitas hidup yang baik. "Long life without contiunous usefulness,
produktivity and good quality of life is not a blessing" (Darmojo, 2009).

18

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,


mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi
kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan
gerontik. Cakupan ilmu keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar lansia sebagai akibat dari proses penuaan (Maryam dkk,
2008).

3. Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik


Lingkup

asuhan

keperawatan

gerontik

adalah

pencegahan

ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk


pemenuhan

kebutuhan

lansia,

dan

pemulihan

untuk

mengatasi

keterbatasan lansia (Maryam dkk, 2008).

B. Konsep Lansia
1.
Pengertian Lansia
Mengenai kapan seseorang disebut lanjut usia sulit dijawab secara
memuaskan karena dari berbagai literatur terkesan tidak ada batasan
yang pasti tentang lanjut usia. Umur yang dijadikan patokan sebagai
lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun
(Nugroho, 2008). Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

19

2.

Batasan-Batasan Lanjut Usia


Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur. Batasan usia ini sampai sekarang belum memiliki kepastian
referensi, masih banyak yang berpendapat mengenai hal ini, beberapa
pendapat mengenai batasan usia ini antara lain;
a. WHO (1989) menetapkan batasan usia lansia adalah kelompok usia
45-59 tahun sebagai usia pertengahan (middle/young elderly) , orang
dengan usia 60-74 tahun disebut lansia (ederly), umur 75-90 tahun
disebut tua (old), umur di atas 90 tahun disebut sangat tua (very old).
b. Menurut Undang-undang RI No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas.
c. Menurut Dep. Kes RI, usia lanjut digolongkan menjadi 3 golongan
yaitu umur 55-64 tahun disebut dengan kelompok lansia dini, usia 65
tahun ke atas disebut dengan kelompok lansia pertengahan, dan usia
70 tahun ke atas disebut dengan kelompok lansia dengan resiko
tinggi.

3.

Tipe Lansia
Menurut Nugroho (2008) terdapat beberapa tipe lanjut usia, yaitu :

20

a. Tipe arif bijaksana: kaya dengan hikmah pengalaman, mudah


menyesuaikan diri dengan perubahan jaman, memiliki kesibukan,
bersifat ramah, rendah hati, dermawan, selalu memenuhi undangan dan
menjadi panutan bagi orang-orang di sekitarnya.
b. Tipe mandiri: mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan
kegiatan-kegiatan yang baru, selektif dalam memilih pekerjaan, teman
pergaulan dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman
yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut,
sulit dilayani, dan pengkritik.
d. Tipe pasrah: menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
beribadah, ringan kaki dan melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung: mudah kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, sering menyesal, merasa minder, pasif dan acuh tak acuh.

Sedangkan menurut Darmojo (2009) sifat-sifat stereotipe para lansia


ini sesuai dengan pembawaanya pada waktu muda. Beberapa tipe yang
dikenal adalah sebagai berikut:
a. Tipe Konstruktif: Orang ini mempunyai integritas baik, dapat
menikmati hidupnya, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik,
fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak
muda. Mereka bisa menerima fakta-fakta proses menua, mengalami

21

masa pensiun dengan tenang, begitu juga dalam menghadapai masa


akhir.
b. Tipe ketergantungan (dependent): Lansia ini masih dapat diterima di
tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri,
tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang
dengan tipe ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun,
malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka berkerja dan
senang untuk berlibur.
c. Tipe

defenitif:

Orang

ini

biasanya

dulunya

mempunyai

pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, sering


kali emosinya tidak dapat dikontrol, memegang teguh pada
kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. Anehnya mereka takut menjadi
tua dan tak menyenangi masa pensiun.
d. Tipe bermusuhan (hostility): Mereka menganggap orang yang lain
menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan
mudah curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil, menjadi
tua dianggap tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang
yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif
untuk menghindari masa yang sulit/ buruk.
e. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): Orang ini
bersifat

kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tidak

mempunyai ambisi, mengalami penurunan ambisi, mengalami

22

penurunan kondisi sosial ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan


yang tak bahagia, mempunyai sedikit aktivitas, merasa menjadi korban
dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada proses menua, tidak
iri hati pada yang berusia muda , merasa sudah cukup mempunyai apa
yang ada. Mereka menganggap kematian adalah suatu kejadian yang
membebaskannya dari penderitaan. Statistik kasus bunuh diri
menunjukkan angka yang lebih tinggi persentasenya pada golongan
lansia ini, apa lagi pada mereka yang hidup sendirian.

Menurut Yeniar Indriana (2012) Lansia dapat dibedakan menjadi 2 :


a. Lanjut Usia Potensial
Adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa.
b. Lanjut Usia Tidak potensial
Adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

C. Proses Penuaan
1. Pengertian Proses Penuaan
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang
dimulai dari awal kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu masa anak-

23

anak, masa dewasa, dan masa tua. Memasuki usia tua seseorang tersebut
akan mengalami berbagai kemunduran, seperti kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho,2008).
Menurut Constantinides (1994) dalam Darmodjo (2009) Penuaan
(menjadi tua=aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Definisi lain menyatakan bahwa penuaan adalah suatu proses
alami

yang

tidak

dapat

dihindari,

berjalan

terus-menerus

dan

berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,


fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan memengaruhi fungsi
dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001).

2. Teori Terjadinya Proses Penuaan


Proses menua itu bersifat individual, artinya pada tiap individu
prosesnya akan berbeda. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan
yang berbeda dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan agar dapat
mencegah proses menua (Bandiah S, 2009).

24

Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat


sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur,
timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan
penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang
lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul.
Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif
seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat,
serta tidak mudah menerima hal/ide baru (Maryam, dkk., 2008).
Tujuan hidup manusia itu ialah menjadi tua tetapi tetap sehat (healthy
aging). Menurut Takemi (1977) yang menyatakan "gerontology is concerned
promarily with prolem of healthy aging rather than the prevension of aging"
(Darmodjo,2009). Healthy aging akan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
endogenic dan exogenic factor. Endogenic factor yang dimulai dengan
cellular aging, lewat tissue dan anatomical aging ke arah proses menuanya
organ tubuh. Proses ini seperti jam yang terus berputar. Sedangkan Exogenic
factor, yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan (environment) dimana
seseorang hidup dan faktor sosiobudaya yang paling tepat disebut gaya
hidup ( life style). Faktor exogenic aging tadi sekarang lebih dikenal dengan
sebutan faktor resiko (Darmojo, 2009).

25

Gambar.2.1. Model Healthy Aging dengan faktor-faktornya


Menuju healthy aging (menua sehat) dapat dengan jalan 4P yaitu
peningkatan mutu (promotion), pencegahan penyakit (prevention) pengobatan
penyakit (curative), dan pemulihan (rehabilitation) sehingga keadaan
patologik pun dicoba untuk disembuhkan karena proses patologik akan
mempercepat jalannya jam waktu tadi, endogenic dan exogenic factors ini
seringkali sulit untuk dipisah-pisahkan karena saling mempengaruhi dengan
erat, bila faktor-faktor tersebut tidak dapat dicegah terjadinya maka orang
tersebut akan lebih cepat meninggal (Darmojo, 2009).
Faktor endogenic dan

faktor exogenic ini lebih dikenal dengan

sebutan faktor resiko, hubungan antara faktor resiko dengan penyakit

26

degeneratif pada para lanjut usia dapat lebih jelas dilihat pada gambar
menyerupai laba-laba di bawah ini (Darmojo, 2009).

Gambar 2.2. Hubungan antara faktor resiko dengan penyakit degeneratif pada
para lanjut usia
Sumber: Darmojo,2009
Faktor resiko dan penyakit degeneratif seringkali bersamaan sehingga
memungkinkan

terjadinya

banyak

penyakit

pada

satu

penderita

(multipatologi) maka faktor resiko tadi haruslah dicegah dan dikendalikan


(Darmojo, 2009).
Dalam kaitan dengan proses penuaan, teori-teori proses menua akan
dijelaskan di sini, antara lain :
a. Teori "genetic clock"

27

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu, tiap spesies mempunyai nuclei (inti sel) dimana didalamnya
terdapat jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.
Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak
diputar. Jadi menurut konsep ini, bila jam itu berhenti seseorang itu akan
meninggal dunia meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit (Darmojo, 2009).
b. Teori mutasi somatic (error catastrophe)
Teori mutasi somatik terjadi karena mutasi yang progresif pada DNA sel
somatik sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut. Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan
mutasi sel somatik adalah hipotesis Error Castastrophe. Menurut
hipotesis ini proses menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang
beruntun sepanjang kehidupan, setelah berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi maupun proses
translasi, kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang salah
dan akan menyebabkan reaksi metabolisme yang salah sehingga akan
mengurangi fungsional sel, maka akan terjadi kesalahan yang makin
banyak sehingga terjadilah catastrop (Suhana, 1994 dalam Darmojo,
2009).
c. Teori rusaknya sistem imun tubuh

28

Teori rusaknya sistem imun tubuh dimana mutasi yang berulang atau
perubahan protein pascatranslasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan

sistem imun

tubuh

mengenai

dirinya

sendiri

(self

recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada


antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun
tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel
asing dan menghancurkannya. Peristiwa inilah yang menjadi dasar
terjadinya

peristiwa

autoimun.

Hasilnya

dapat

berupa

reaksi

antigen/antibody yang bersifat luas, yang dapat mengenai jaringanjaringan beraneka ragam. Jadi, efek menua akan menyebabkan reaksi
histoinkomtabilitas pada banyak jaringan (Darmojo, 2009).
d. Teori metabolisme
Mc.Kay et al. (1935) terdapat dalam Goldstein, et al.(1935) mengatakan
bahwa pengurangan asupan kalori pada rodentia muda akan menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur. Pentingnya metabolisme sebagai
faktor penghambat umur panjang dikemukakan pula oleh Ballin dan Allen
(1989) dalam Suhana (1994), menurut mereka ada hubungan antara
tingkat metabolisme dengan panjang umur. Hewan-hewan di alam bebas
dikatakan lebih panjang umurnya daripada hewan laboratorium. Peristiwa
menua akibat metabolisme antara lain karena kalori yang berlebihan,
kurang aktivitas dan sebagainya (Darmojo, 2009).
e. Teori radikal bebas

29

Teori radikal bebas dikatakan radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas,
dan didalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan
didalam rantai pernapasan mitokondria (Oen, 1993).
Radikal bebas bersifat merusak karena sangat reaktif sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam
membran sel dan gugus SH. Walaupun ada system penangkal namun
sebagian radikal bebas tetap lolos, bahkan makin lanjut usia makin banyak
radikal bebas yang terbentuk sehingga proses pengrusakan terus terjadi.
Kerusakan organela sel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati
(Oen, 1993). Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

Menurut Khalid Mujahidullah (2012), secara umum implikasi yang dapat


dikembangkan pada proses menua dapat didasarkan pada teori menua
berdasarkan 3 faktor, yaitu :
a. Teori Biologis
Teori Biologis dalam proses menua mengacu pada anggapan bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt,1980). Teori ini lebih menekankan
pada perubahan kondisi struktural sel/ organ tubuh. Fokusnya daalah
mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan
fungsi organisme yang dalam konteks sistemik dapat mempengaruhi
dampak terhadap organ/ sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai

30

dengan peningkatan usia kronologis (Hayflick, 1977). Yang termasuk


teori menua dalam lingkup biologis adalah :
1) Teori Hayflick (Hayflick Limit Theory)
Pada proses menua sel-sel mengalami perubahan kemampuan
reproduksi sesuai denag bertambahnya usia (Lueckenote, 1996).
Teori Hayflick menekankan bahwa perubahan kondisi fisik pada
manusia dipengaruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan
fungsional sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya
usia.
2) Teori Kesalahan
Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel
nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan
jumlah substansi DNA.
3) Teori Pakai dan Usang
Teori ini mengatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup jika
sel-sel tersebut digunakan secara terus menerus. Menua dianggap
sebagai proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan
dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan
lingkungan (Matesson, Mc.Connell, 1988).
4) Teori Imunitas
Penuaan disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun.
Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limfosit-T dan
Limfosit-B. Perubahan ini dapat : (a) menurunkan resistansi melawan
pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker (b) menurunkan
kemampuan untuk mengdakan inisiasi proses dan secara agresif

31

memobilisasi petahanna tubuh terhadap patogen (c) meningkatkan


produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin meningkatnya
resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan autoimun.
5) Teori Radikal Bebas
Teori ini berpendapat bahwa proses menua terjadi sebagai akibat dari
kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh
adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas
merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah
satu hasil kerja metabolisme tubuh. Meskipun normal, tetapi dapat
terbentuk akibat : (a) Proses oksigenisasi lingkungan seperti
pengaruh polutan ozon dan pestisida (b) reaksi akibat paparan dengan
radiasi (c) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.
6) Teori Ikatan Silang
Teori ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekular dari
sel berikatan secara bersama-sama membentuk reaksi kimia.
b. Teori Psikologis Lansia
Dalam teori psikologis, lansia dibagi dalam beberapa proses
perkembangan lebih lanjut, antara lain adalah :
1) Teori Tugas Perkembangan
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada
masa tua antara lain adalah :
a) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan
kesehatan.

32

b) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya


c)
d)
e)
f)

penghasilan.
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya.
Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
Menyesuaikan diri dengan peran sosial secra luwes.

2) Teori Delapan Tingkat Kehidupan


Ericson (1950) teori ini menyatakan bahwa pada usia tua, tugas
perkembangan

yang

harus

dijalani

adalah

untuk

mencapai

keseimbangan hidup. Tugas perkembangan terakhir yang harus


diterima oleh lanjut usia adalah bahwa mereka harus mampu
menerima

kematian yang bakal terjadi pada dirinya dalam

kesejahteraan.
3) Teori Jung
Carl Jung mengembangkan teori bahwa seorang individu melalui
tahapan perkembangan seperti : masa kanak-kanak, masa remaja dan
remaja akhir, usia pertengahan dan usia tua. Teori mengungkapkan
bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia
pertengahan maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat
kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan, dan
meninggalkan khayalan.
Adapun penataleksaan keperawatan adalah :
a) Perlunya penyadaran atau pendidikan kesehatan kepada manula
dalam upaya menjalani proses kehidupan.

33

b) Kegiatan penyelenggaraan dororngan psikologis sangat diperlukan


untuk mencapai hasil optimal bagi kesejahteraan psikis.
c) Perawat harus mampu mengakomodasi atau memfasilitasi proses
kegiatan penyelenggaraan penyuluhan dan bimbingan rohani serta
dorongan psikologis.
d) Masalah yang dihadapi oleh manula saat ini dapat merupakan
akibat terjadinya gangguan pada tahap kehidupan sebelumnya,
sehingga perawat prlu mempelajari konsep psikologis secara
mapan dan mampu menjadi fasilitator dalam bimbingan rohani.

c. Teori Sosial Lansia


1) Teori Stratifikasi
Teori ini menyatakan bahwa yang mengalami proses menua di
pandang sebagai individu elemen sosial dan juga sebagai anggota
kelompok dalam masyarakat. Menurut Rilley dalam Khalid
Mujahidullah (2012), ada lima konsep utama yang mendasar yaitu :
a) Setiap individu merupakan bagian sosial.
b) Adanya keunikan peran dan fungsi.
c) Tidak hanya pada tataran tertentu saja terjadi perubahan.
d) Pengalaman yang dimiliki oleh orang yang tua dapat dibentuk
melalui parameter umur dan tugas.
e) Hubungan antara manusia lanjut dengan lingkungan tidak
berhenti.

34

2) Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa seseorang individu harus mampu eksis
dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dihari
tua. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa :
a) Aktif lebih baik daripada pasif.
b) Gembira lebih baik daripada tidak gembira.
c) Orang tua merupan orang yang baik untuk mencapai sukses dan
akan memilih alternatif pilihan aktif dan gembira.

3) Teori Kontinuitas
Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi
yang selalu terjaid dan secara berkisinambungan yang harus
dihadapi oleh orang lanjut usia. Adapun penatalaksaan perawat
adalah :
a) perlu bagi perawat untuk mengaktifkan peran sosial manula
sesuai dengan kemampuannya.
b) Perawat harus mampu menciptakan lingkungan sosial yang
bervariatif.

3.

Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

35

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental,


psikososial dan spiritual (Bandiyah, 2009).
a. Perubahan-Perubahan Fisik
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya.
b) Lebih besar ukurannya.
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan
hati.
e) Jumlah sel otak menurun.
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2) Sistem Persarafan
a) Berat otak menurun 10-20% (Setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stres.
d) Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan

36

perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan


rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e) Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3) Sistem Pendengaran
a) Presbiakusis

(gangguan

dalam

pendengaran).

Hilangnya

kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama


terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun.
b) Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa/stres.

4) Sistem Penglihatan
a) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

37

d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi


terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5) Sistem Kardiovaskuler
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi
dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa
menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing
mendadak.
e) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.

38

6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh


a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun.
b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas akibatnya aktivitas otot menurun.

7) Sistem Gastrointestinal
a) Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
b) Indera

pengecap

menurun,

hilangnya

sensitivitas

saraf

pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.


c) Eosephagus melebar.
d) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Daya absorbsi melemah.

8) Sistem Reproduksi
a) Menciutnya ovari dan uterus.
b) Atrofi payudara.
c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

39

d) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia


asal kondisi kesehatan baik.
e) Selaput lendir vagina menurun.

9) Sistem Perkemihan
a) Ginjal
b) Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di
glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%.
c) Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air
kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada
pria.

10) Sistem Endokrin.


a) Produksi semua hormon menurun.
b) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal
Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
c) Menurunnya produksi aldosteron.
d) Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron,
estrogen, dan testosteron.

40

11) Sistem Kulit (Sistem Integumen)


a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis.
c) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan
vaskularisasi
f) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g) Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang
bercahaya.
h) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

12) Sistem Muskuloskletal


a) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
b) Kifosis
c) Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d) Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil). Otot-otot
serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban,
otot-otot kram dan menjadi tremor.
g) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

41

13) Sistem Respirasi


a) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Menurunnya aktivitas dari silia
c) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman
bernafas menurun.
d) Kemampuan untuk batuk berkurang.
e) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
f) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
b. Perubahan-perubahan Mental
1) Kenangan (Memory)
Dalam komunikasi, memori memegang peranan yang penting
dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Menurut
Schlessinger dan Groves (1976) bahwa memori adalah sistem yang
sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme mampu merekam
fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk
membimbing perilakunya. Menurut John Griffith, ahli matematika,
menyebutkan bahwa kemampuan rata-rata memori manusia untuk
menyimpan

informasi

sebesar

seratus

triliun

bit.

Asimov

menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup


menyimpan sampai satu kuidrilliun bit informasi (Nugroho, 2000).
Secara fisiologis, ingatan tertentu hanya belangsung beberapa detik,
dan yang lainnya berlangsung beberapa jam, berhari-hari, atau
bahkan bertahun-tahun. Untuk itu Khalid Mujahidullah (2012)
mengklasifikasikan ingatan menjadi 3 yaitu :

42

a) Ingatan jangka pendek


Dicirikan oleh ingatan seseorang mengenai 7 sampai 10 angka
selama bebrapa detik sampai beberapa menit pada sat tertentu,
tetapi hanay akan berlangsung lama jika seseorang terus
menerus memikirkan tentang angka-angka tersebut. Ahli
fisiologis memperkirakan bahwa ingatan jangka pendek ini
disebabkan oleh aktivitas saraf yang berkesinambungan, yang
merupakan hasil dari sinyal-sinyal saraf yang terus berjalan
berkeliling di jejak ingatan sementara melalui lintasan neuron
bergaung. Hal ini terjadi pada sinaps-sinaps yang terletak pada
ujung-ujung presinaptik, bukan pada neuron-neuron berikutnya.
Neurotransmitter yang disekresikan pada ujung-ujung seperti
ini sering kali menyebabkan pada inhibisi yang lama tergantung
pada jenis transmitter yang disekresikan, yang berlangsung
selama beberapa detik atau bahkan beberapa menit. Lintasan
jenis seperti ini dapat menimbulkan ingatan jangka pendek.
b) Ingatan Jangka Menengah
Dapat berlangsung selama bermenit-menit atau bahkan
berminggu-minggu. Ingatan ini kadang-kadang akan hilang,
kecuali jika jejak ingatan menjadi lebih permanen, yang
kemudian diklasifikasikan sebagai ingatan jangka panjang.
c) Ingatan Jangka Panjang

43

Dapat

berlangsung

berbulan-bulan.

selama

Pembentukan

berminggu-minggu
ingatan

jangka

bahkan
panjang

bergantung pada strukturisasi sinaps-sinaps secara fisik dalam


cara

tertentu

untuk

meningkatkan

sensitivitas

dalam

menjalarkan sinyal-sinyal saraf (Guyton and Hall, 1997)

2) IQ (Inteligentia Quantion)
Menurut Khalid Mujahidullah (2012), Intelegensia Dasar
(Fluid Intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian
kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi
nonverbal, pemecahan masalah, mengenal wajah orang, kesulitan
dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi (Hochanadel and
Kaplan, 1984 dalam Strub and Black, 1992).

c. Perubahan-perubahan Psikososial
1) Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun
(purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara
lain :
a) Kehilangan finansial (income berkurang).
b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).

44

c) Kehilangan teman/ kenalan atau relasi.


d) Kehilangan pekerjaan/ kegiatan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of
mortality)
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
5) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan.
6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
d. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya
(Maslow,1970 dalam Nugroho 2000). Lansia makin teratur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak
dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970 dalam Nugroho, 2000).
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan
(Fowler, 1978 dalam Nugroho, 2000).

D. Kognitif
1. Pengertian kognitif
Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya
kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua

45

aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002). Kognisi


adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari
proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan
adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui
aktivitas

mengingat,

menganalisis,

memahami,

menilai,

menalar,

membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa


diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang
mempelajari kognisi beragam, diantaranya adalah psikologi, filsafat,
komunikasi, neurosains, serta kecerdasan buatan (http://id.wikipedia.org/
wiki/Kognisi).
Sternbern & Mc.Grane (1993) melakukan penelitian pada
perkembangan

kognitif

lansia

mengenai

kecepatan

memproses,

mengingat, dan memecahkan masalah, dari hasil penelitian didapat hasil


bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa
dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa
lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah
disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara
pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa
akhir, namun faktor individual differences juga berperan dalam hal ini.

46

2. Fungsi kognitif
Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi:
a. Atensi
Adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari
sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari
penginderaan, ingatan dan proses kognitif lainnya. Atensi terbagi
menjadi atensi terpilih (selective attention) dan atensi terbagi
(divided attention). Kesadaran meliputi perasaan sadar maupun hal
yang disadari yang mungkin merupakan fokus dari atensi.
b. Persepsi
Adalah rangkaian proses pada saat mengenali, mengatur dan
memahami sensasi dari panca indera yang diterima dari rangsang
lingkungan. Dalam kognisi rangsang visual memegang peranan
penting dalam membentuk persepsi. Proses kognif biasanya dimulai
dari persepsi yang menyediakan data untuk diolah oleh kognisi.
c. Ingatan
Adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan
pengalaman masa lalunya dan menggunakan hal tersebut sebagai
sumber informasi saat ini. Proses dari mengingat adalah menyimpan
suatu informasi, mempertahankan dan memanggil kembali informasi
tersebut. Ingatan terbagi dua menjadi ingatan implisit dan eksplisit.
Proses tradisional dari mengingat melalui pendataan penginderaan,
ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
d. Bahasa

47

Adalah menggunakan pemahaman terhadap kombinasi kata dengan


tujuan untuk berkomunikasi. Adanya bahasa membantu manusia
untuk berkomunikasi dan menggunakan simbol untuk berpikir halhal yang abstrak dan tidak diperoleh melalui penginderaan. Dalam
mempelajari

interaksi

pemikiran

manusia

dan

bahasa

dikembangkanlah cabang ilmu psikolinguistik.


e. Pemecahan masalah dan kreativitas
Pemecahan masalah adalah upaya untuk mengatasi hambatan yang
menghalangi terselesaikannya suatu masalah atau tugas. Upaya ini
melibatkan proses kreativitas yang menghasilkan suatu jalan
penyelesaian

masalah

yang

orisinil

dan

berguna

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi).

3. Kognitif pada Lansia


Memasuki usia lanjut, seseorang akan banyak mengalami
kemunduran dalam berbagai hal, salah satunya adalah kemunduran
kemampuan kognitif. Kemunduran kemampuan kognitif antara lain
berupa berkurangnya ingatan (mudah lupa) dimana ingatan kepada halhal dimasa mudanya masih baik, namun ingatan terhadap hal-hal yang
baru terjadi sangat terganggu. Hal ini dikenal dengan istilah shortterm
memory versus longterm memory. Hal ini berkaitan dengan
kemunduran fungsi pusat-pusat ingatan pada lobus frontalis dan lobus

48

lainnya di otak besar (serebrum). Umumnya pada usia lanjut orientasi dan
persepsinya terhadap ruang/tempat dan waktu juga akan mengalami
kemunduran, hal ini disebabkan oleh pandangannya yang mulai
menyempit dalam berbagai hal (S, Tamher, 2009).
Salah satu temuan yang konsisten adalah ketika melibatkan
kecepatan pengolahan data , orang dewasa yang lebih tua melakukannya
lebih buruk dari mereka yang lebih muda. Penurunan pada pengolahan
data ini terlihat jelas pada dewasa tengah dan semakin nyata pada dewasa
akhir (Hartley, 2006 dalam King, 2010). Orang yang berusia lanjut lebih
berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
dapat mengintegrasikan jawaban mereka, kurang mampu mempelajari
hal-hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa
lalu dan hasilnya kurang tepat dibanding orang yang lebih muda
(Hurlock, 1980).
Orang dewasa yang lebih tua juga cenderung lebih buruk dalam
wilayah ingatan dibandingkan mereka yang lebih muda (Craik &
Bialystok, 2006 dalam King, 2010). Pada wilayah penting ingatan
dimana orang dewasa yang lebih tua mengalami penurunan dalam
menyusun informasi untuk memecahkan masalah dan membuat
keputusan. Sekalipun terjadi penurunan pada aspek kognitif karena
penuaan, melatih orang dewasa yang lebih tua dapat meningkatkan

49

kemampuan kognitif mereka (Baltes, L & Staudinger, 2006 dalam King,


2010).
Setiati, Harimurti & Roosheroe (2006) menyebutkan adanya
perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya
kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi
transmisi saraf di otak (menyebabkan proses informasi melambat dan
banyak informasi hilang selama transmisi), berkurangnya kemampuan
mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori,
serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan
kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Penurunan
menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai kontributor
utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam
pemrosesan informasi.
Penurunan terkait penuaan ditunjukkan dalam kecepatan, memori
jangka pendek, memori kerja dan memori jangka panjang. Perubahan ini
telah dihubungkan dengan perubahan pada struktur dan fungsi otak. Raz
dan Rodrigue (dalam Myers, 2008) menyebutkan garis besar dari
berbagai perubahan post mortem pada otak lanjut usia, meliputi volume
dan berat otak yang berkurang, pembesaran ventrikel dan pelebaran
sulkus, hilangnya sel-sel saraf di neokorteks, hipokampus dan serebelum,
penciutan saraf dan dismorfologi, pengurangan densitas sinaps, kerusakan
mitokondria dan penurunan kemampuan perbaikan DNA. Raz dan

50

Rodrigue (2006) juga menambahkan terjadinya hiperintensitas substansia


alba, yang bukan hanya di lobus frontalis, tapi juga dapat menyebar
hingga daerah posterior, akibat perfusi serebral yang berkurang (Myers,
2008). Buruknya lobus frontalis seiring dengan penuaan telah
memunculkan hipotesis lobus frontalis, dengan asumsi penurunan fungsi
kognitif lansia adalah sama dibandingkan dengan pasien dengan lesi
lobus frontalis. Kedua populasi tersebut memperlihatkan gangguan pada
memori kerja, atensi dan fungsi eksekutif (Rodriguez-Aranda & Sundet
dalam Myers, 2008).

4. Faktor yang Mempengaruhi Kognitif pada Lansia


a. Status Kesehatan
Kesehatan adalah komponen penting yang berpengaruh terhadap
fungsi kognitif individu yang lanjut usia. Kesehatan dibagi 2 :
1) Kesehatan Fisik
Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia
terutama pada usia lanjut. Kekuatan fisik, pancaindera, potensi,
dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap
tertentu (Prasetyo, 1998). Dengan demikian orang lanjut usia
harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidakberdayaannya.
Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit
seperti pada gangguan sirkulasi darah, persendian, sistem

51

pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental.


Karena itu maka timbullah berbagai masalah pada lanjut usia,
seperti mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan,
saluran kencing, fungsi indera, susah berkonsentrasi, dan pada
umumnya pada lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi
kognitif, dimana fungsi kognitif menurut Zainudin (2002)
meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian,
perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku
lanjut usia menjadi semakin lambat.
Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi
penurunan kognitif lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan
darah kronis dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur
otak, meliputi reduksi substansia putih dan abu-abu di lobus
prefrontal, penurunan hipokampus, meningkatkan hiperintensitas
substansia putih di lobus frontalis. Angina pektoris, infark
miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit vaskular
lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif
(Briton & Marmot, 2003 dalam Myers, 2008)
2) Kesehatan Psikis
Menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang yang lanjut usia
maka secara otomatis akan timbul kumunduran kemampuan
psikis. Salah satu penyebabnya karena menurunnya indera

52

pendengaran. Dengan menurunnya fungsi dan kemampuan


pendengaran bagi orang yang lanjut usia maka banyak dari
mereka yang gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain
sehingga mudah timbul perasaan tersinggung, tidak dihargai dan
tidak percaya diri. Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan
menurunnya fungsi kognitif (Zainudin, 2002).
b. Faktor usia
Usia adalah lama waktu dia hidup sejak dia dilahirkan sampai
meninggal

(Departemen

Pendidikan

Naisonal,

2002).

Usia

digolongkan menjadi tiga (Birren and Jenner, 1977 dalam Nugroho,


2008), yaitu :
1) Usia Biologis
Yaitu jangka waktu seseorang sejak lahirnya, berada dalam
keadaan hidup dan tidak mati.
2) Usia Psikologis
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian
pada situasi yang dihadapinya.
3) Usia sosial
Yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada
seseorang sehubungan dengan usianya.

53

Suatu

penelitian

yang

mengukur

kognitif

pada

lansia

menunjukkan skor di bawah cut off skrining adalah sebesar 16% pada
kelompok umur 65-69, 21% pada 70-74, 30% pada 75-79, dan 44%
pada 80+. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan
positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif (Scanlan et al,
2007).

c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha menstransfer atau memindahkan
ilmu pengetahuan kepada orang lain. Seseorang yang telah menerima
pendidikan yang lebih baik atau tinggi, biasanya akan lebih mampu
berpikir secara rasional, maka seseorang akan lebih mudah menerima
hal-hal baru yang dianggap menguntungkan bagi dirinya. Pendidikan
adalah usaha sadar dari sistematis yang berlangsung seumur hidup
dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang
lain (Dariyo, 2003).
Peran pendidikan sangat penting bagi individu dalam rangka
meningkatkan martabat hidup atau kesejahteraannya. Dengan adanya
pendidikan, seseorang akan mempunyai kemampuan berkomunikasi
dengan baik, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap persepsi,
sikap, dan perilakunya. Individu yang memiliki latar belakang
pendidikan rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang

54

mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun


kemampuan intelektualnya (Turner dan Helm, 1995 dalam Dariyo,
2003).

d. Jenis Kelamin
Wanita tampaknya lebih beresiko mengalami penurunan
kognitif. Hal ini disebabkan adanya peranan level hormon seks
endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah
ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan
memori, seperti hipokampus. Rendahnya level estradiol dalam tubuh
telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori
verbal. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat
membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta terlihat sebagai
protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer
(Yaffe dkk, 2007 dalam Myers, 2008).

E. Struktur dan Fungsi Otak


Di dalam otak manusia, diperkirakan terdapat 1 trilyun sel otak.
Sepersepuluh atau sebanyak 100 miliar sel otak tersebut adalah sel otak aktif

55

sementara sisanya adalah sel pendukung. Di dalam setiap sel otak (neuron)
memiliki cabang-cabang yang disebut dendrit. Setiap cabang besar dan
panjang yang dinamakan akson yang berfungsi sebagai jalan keluar utama
dalam menyebarkan informasi yang diterima oleh neuron. Sebenarnya, selain
ditentukan oleh jumlah sel otak yang dimiliki, kecerdasan seseorang juga
ditentukan oleh seberapa banyak koneksi yang biasanya terjadi diantara
masing-masing sel otak (neuron) kemungkinan koneksi yang dapat terjadi
antara setiap sel otak mulai dari 1 hingga 20.000 koneksi inilah yang
sebenarnya menentukan kecerdasan seseorang, bagaimana cara kita untuk
menambah jumlah koneksi antar sel otak dengan cara menggunakan dan
melatih otak sesering mungkin. Semakin sering otak digunakan dan dilatih,
semakin banyak koneksi yang terjadi (Rohana, 2010).
Seiring dengan penambahan usia, manusia akan mengalami kemunduran
intelektual secara fisiologis, kemunduran dapat berupa mudah lupa sampai
pada kemunduran berupa kepikunan (demensia). Kenyataan menunjukkan
bahwa otak menua mengalami kemunduran dalam kemampuan daya ingat dan
kemunduran dalam fungsi belahan otak kanan yang terutama memantau
kewaspadaan, konsentrasi dan perhatian (Rohana, 2010).
Otak manusia terdiri dari otak besar (serebrum) dengan dua belahan
(hemisfer) otak kanan dan kiri yang sama persis yang masing-masing
mempunyai fungsi yang berbeda bahkan bertentangan satu dengan yang lain,
batang otak (brain stem) dan otak kecil (serebelum). Otak besar diliputi pada

56

permukaannya oleh kulit otak (kortek serebri) yang dikenal sebagai thinking
cup atau kopiah pintar karena memang di tempat itulah tersimpan
kemampuan intelektual manusia (Rohana, 2010).
Otak terbagi dalam bagian-bagian yang disebut lobus dan mempunyai
fungsi fungsi tertentu, seperti pusat penglihatan terletak di lobus oksipitalis,
pusat pendengaran di lobus temporalis, pusat perabaan di lobus parietal ,
pusat penghidu di bagian lobus temporalis, pusat pergerakan berada di lobus
frontal.
Cara lain untuk menggambarkan otak adalah dengan suatu area tertentu.
Tiga area utama, yaitu : area motor, area sensori dan area asosiasi. Area motor
adalah bagian dari korteks yang bertanggung jawab untuk gerakan sadar
tubuh. Area sensori adalah bagian dalam lapisan otak yang terkait dengan
masing-masing indra. Sedangkan area asosiasi adalah salah satu bagian dari
serebral korteks yang dipandang sebagai area proses mental yang lebih tinggi
terjadi seperti berpikir, bahasa, memori dan ucapan (Rowe, et al., 2000 dalam
Feldman, 2012).
Sumber daya otak akan meningkat atau dengan kata lain kemampuan
kognitif akan bertambah secara optimal apabila bagian-bagian sensoris dan
area asosiasi tersebut bekerja secara integratif. Sebuah aksi (praksis) yang
menggunakan intergrasi antara sensori auditoris (pendengaran), visual
(penglihatan), perabaan, keseimbangan dan gerak akan menghasilkan
peningkatan fungsi kognitif seperti konsentrasi, percaya diri, kontrol diri,

57

kemampuan organisasi, kemampuan belajar akademis, kemampuan berpikir


secara abstrak dan memberi alasan serta penghayatan tentang kedua sisi otak
dan tubuh (Ayres, 1979 dalam Rohana, 2010).
Berbagai kemampuan kognitif juga berada di berbagai lobus secara
khusus seperti perhatian atau konsentrasi berada di lobus frontalis (di bagian
dahi) terutama bagian otak sisi kanan, pusat berbahasa di lobus frontalis dan
temporalis terutama bagian otak sisi kiri, pusat visuospasial (persepsi dan
orientasi) di lobus parietal (di bagian atas otak) terutama bagian otak sisi
kanan, pusat daya ingat di lobus temporalis (di bagian pelipis otak), untuk
daya ingat visual (apa yang dilihat) di belahan otak sisi kanan.

Gambar 2.2. Belahan otak


Sumber: Cognitif Psychology, Robert J.Sternberg, hal.64
Edisi 5. 2009

58

Lobus yang paling besar dan paling akhir berkembang adalah lobus
frontalis yang berada di daerah dahi, lobus ini merupakan pusat integrasi dari
semua fungsi lobus yang ada. Bersama dengan bagian lobus yang ada di
depannya, lobus prefrontal dan struktur lain mempunyai peran yang sangat
penting dalam kehidupan manusia yaitu kemampuan memori kerja (working
memory) dan kemampuan seseorang dalam pengorganisasian, perencanaan
dan

pelaksanaan

(executive

function).

Bagian-bagian

otak

tersebut

berhubungan dengan struktur yang berada di dalam otak yang disebut system
limbic dan berpengaruh terhadap kemampuan emosional (Rohana, 2010).
Kedua belahan otak (hemisfer kanan dan kiri) disekat oleh sebuah
struktur yang disebut korpus kalosum dan komisura hipokampus yang
merupakan jembatan lintas yang menghubungkan kedua belahan otak
tersebut. Khususnya sel-sel otak di kulit permukaan kedua belahan otak
(korteks serebri) saling dihubungkan langsung oleh serabut saraf melalui
korpus kalosum ini. Struktur ini merupakan sarana untuk kerjasama kedua
belah hemisfer dengan cara peralihan, pergeseran dan integrasi fungsi kedua
belahan otak dan struktur ini begitu pentingnya sehingga disebut sebagai
jembatan emas (golden bridge) struktur ini mempunyai peranan yang amat
penting bagi keberhasilan peningkatan sumber daya otak, fungsinya
menyalurkan stimulus dari belahan otak kanan ke kiri dan sebaliknya.
Sagan (dalam Springer/Deutsch, 1981) menyatakan: We might say that
the human culture is the function of the corpus callosum (bahwa

59

kebudayaan manusia merupakan fungsi dari korpus kalosum), hal ini


dibenarkan karena korpus kalosum mengintegrasikan pola pikir analitis
(belahan otak kiri) dengan pola pikir intuitif (belahan otak kanan) dan
mengintegrasikan setiap struktur bagian otak sehingga mempunyai peranan
dalam perilaku manusia (human behavior) dan kebudayaan manusia (human
culture) yang merupakan fungsi dari perilaku manusia.

F. Pemeriksaan Status Mini Mental Pada Lansia


Pemeriksaan status mini mental (mini mental state examination)
merupakan suatu tes skreening yang valid terhadap gangguan kognitif. Tes
tersebut diperkenalkan oleh Folstein pada tahun 1975 dan telah banyak
digunakan di seluruh dunia termasuk Indonesia serta telah direkomendasikan
oleh kelompok studi fungsi luhur PERDOSSI perhimpunan dokter spesialis
saraf Indonesia (Dahlan, 1999 dalam Rohana, 2010).
Pemeriksaan status mini mental-Foldstein (MMSE) adalah salah satu
pengujian fungsi kognitif. MMSE terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama hanya
membuuthkan respon-respon verbal saja dan hanya mengkaji orientasi,
ingatan, serta perhatian. Bagian kedua pengkajian ini, memeriksa kemampuan
untuk menuliskan suatu kalimat, menamai objek, mengikuti perintah verbal
dan tertulis, dan menyalin desain poligon yang kompleks (Gallo, Joseph J,
1998).

60

Mini-Mental State Exam (MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi


mental : orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali, dan
bahasa (Folstein et al, 1975 dalam Kushariyadi, 2010). Pemeriksaan ini
bertujuan untuk melengkapi dan menilai, tidak dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik. Karena pemeriksaan MMSE mengukur beratnya kerusakan
kognitif dan mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu dan dengan
tindakan sehingga dapat berguna untuk mengkaji kemajuan klien berhubungan
dengan intervensi (Kushariyadi, 2010).
Mini-Mental State Exam (MMSE) dibuat khusus untuk pemeriksaan
standar status mental yang berfungsi untuk membedakan gangguan organik
dan fungsional pada pasien kejiwaan. Pengalaman penggunaan uji ini telah
meningkat selama beberapa tahun belakangan ini sehingga fungsi utamanya
sekarang ditetapkan untuk mendeteksi dan melacak progresi gangguan
kognitif yang disebabkan oleh gangguan neurodegenerative, seperti pada
demensia Alzheimer. Uji MMSE meliputi pertanyaan-pertanyaan sederhana
dan pemecahan masalah pada beberapa bidang yaitu waktu dan tempat tes,
mengulangi kata, aritmatika, penggunaan bahasa, dan kemampuan motorik
dasar.
Penilaian mini mental status terdiri atas dua bagian, bagian pertama
merupakan respon fokal meliputi pemeriksaan orientasi, daya ingat dan
perhatian dengan jumlah skor 21. Bagian kedua meliputi kemampuan untuk
menyebutkan nama, mengikuti perintah. Verbal dan tulisan, menuliskan

61

kalimat dan menggambar polygon berupa Bender-Gestalt dengan jumlah skor


9 (sembilan). Skor maksimal seluruhnya adalah 30 (tiga puluh), Pemeriksaan
status mini mental telah diuji oleh National Institute of Mental Health USA,
terdapat korelasi yang baik dengan nilai IQ pada RAIS (TVechsler Adult
Intelegence Scale) dan CT Scan otak dan elektro enselografi dengan
sensitivitas 87% dan

spesifisitas 82% untuk mendeteksi demensia

(Setyopranoto, 1999 dalam Rohana, 2010).


Interpretasi tes adalah jika skor 25 poin (dari 30) menunjukkan
kognisi normal, nilai dapat mengindikasikan penurunan kognitif ringan (21-24
poin), sedang (10-20 poin), parah ( 9 poin). Terdapatnya masalah fisik murni
jelas dapat mengganggu interpretasi, misalnya ketulian, kebutaan dan
kelumpuhan, pada kondisi ini tes biasanya dikustomisasi.
Nilai skor dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti usia, dan tingkat
pendidikan. Berbagai faktor lain yang biasanya dapat mempengaruhi hasil tes
adalah status pernikahan dan pekerjaan yang pernah dialaminya, sikap
kooperatif dari pasien, masalah bahasa, dan operasional saat melakukan tes.
Selain itu dipengaruhi pula oleh situasi saat tes diselenggarakan (Turana, 2004
dalam Rohana, 2010).
Interpretasi dari tes-tes dalam pemeriksaan status mental mini antara
lain: (a) tes orientasi (orientation) untuk menilai kesadaran dan daya ingat, (b)
tes registrasi (registration) untuk menilai fungsi memori, (c) tes perhatian dan
penghitungan (attention and calculation), (d) tes mengingat kembali (recall)

62

untuk menilai memori mengingat kembali, (e) tes bahasa (language) meliputi
tes menyebutkan nama benda (naming) dan tes mengulangi kalimat
(repetition) dan tes penilaian bahasa komprehensif dengan melakukan tiga
perintah bertahap. Tes menulis kalimat spontan dan menyalin gambar
pentagon, untuk menilai fungsi eksekutif.
Interpretasi tes adalah jika skor 25 poin (dari 30) menunjukkan
kognisi normal, nilai dapat mengindikasikan penurunan kognitif ringan (21-24
poin), sedang (10-20 poin), parah ( 9 poin). Terdapatnya masalah fisik murni
jelas dapat mengganggu interpretasi, misalnya ketulian, kebutaan dan
kelumpuhan,

pada

kondisi

ini

tes

biasanya

(http://en.wikipedia.org/wiki/Minimental_state_examination).

dikustomisasi

Вам также может понравиться