Вы находитесь на странице: 1из 20

ASKEP ANEMIA

ASKEP ANEMIA
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Hematologi
Menurut Handayani ( 2008:1 ), sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat
darah diproduksi, termasuk sum-sum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transfor tubuh,
volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah 5 liter. Keadaan
jumlah darah pada tiap tiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan
jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri dari atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
1. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein
darah.
2.

Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini.

a.

Eritrosit : Sel darah merah ( SDM -red blood cell ).

b.

Leukosit : Sel darah putih ( SDP white blood cell).

c.

Trombosit

: butir pembeku darah platelet.

Dalam keaadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah, sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai berikut :
1.

sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal berikut ini.

a.
Mengangkut gas karbondioksida ( CO2) dari jaringan perifer kemudian dikeluarkan
melalui paru-paru untuk didistribusikn ke jaringan yang memerlukan.
b. Mengangkut sisa-sisa/ampas dari hasil metabolisme jaringan berupa urea, kreatinin, dan
asam urat.
c.
Mengangkut sari makan yang diserap melalui usus untuk disebarkan ke seluruh jaringan
tubuh.
d.

Mengangkut hasil-hasil metabolisme jaringan.

2. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.

3. Mengatur panas tubuh.


4. Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh.
5. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
6. Mencegah perdarahan.
Gambar 2.1
Sel darah merah

2.1.2

Hemoglobin

Menurut Handayani ( 2008:3 ), komponen hemoglobin terdiri atas heme yang merupakan
gabungan protoporfirin dengan besi, dan globin merupakan bagian protein yang terdiri atas 2
rantai alfa dan 2 rantai beta. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah
merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu gram hemoglobin akan bergabung
dengan 1,34 ml oksigen. Oksihemoglobin merupakan hemoglobin yang berkombinasi/berikatan
dengan oksigen. Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion hidrogen
serta membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin.
2.1.3 Definisi
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doengoes, 2000 : 569).
Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth ( 2001:935), anemia adalah istilah yang menunjukkan
rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel
darah merah (hematokrit) per 100 ml darah (Muttaqin, 2009 : 394).Sedangkan Anemia menurut
Handayani ( 2008:37 ) merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Menurut Hidayat ( 2008:41 ), anemia merupakan kondisi dimana kurangnnya konsentrasi sel
darah merah atau menurunnya kadar hemoglobin dalam darah dibawah normal, penurunan kadar
tersebut banyak dijumpai pada anak karena kurangnya kadar zat besi atau perdarahan.

2.1.4 Derajat anemia


Menurut Handayani ( 2008: 38 ) derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat

anemia yang umum dipakai adalah sebagai berikut :


1. Anemia Ringan Sekali

: Hb 10-13 gr/dl

2. Anemia Ringan

: Hb 8-9,9 gr/dl

3. Anemia Sedang

: Hb 6-7,9 gr/dl

4. Anemia Berat

: < 6 gr/dl

Tabel 2.1
Nilai Normal Sel Darah

Jenis Sel Darah


USIA
Bayi baru lahir
1 Tahun
5 Tahun
8 12 Tahun
Eritrosit (juta/mikro lt)
5,9 (4,1 7,5)
4,6(4,15,1)
4,7 (4,2 5,2)
5 (4,5 -5,4)

Hb ( gr/dl )
19 (14 24)
12 (11 15)
13,5 (12,5 15)
14 (13 15,5)
Leukosit (per mikro lt)
17.000 (8 38)
10.000 (5 15)
8000 (5 13)
8000 (5 12)
Trombosit (per mikro lt)
200.000
260.000
260.000
260.000
Hematokrit (%)
54

36
38
40
Sumber:Essentials of Pediatrics Nursing, Wong (2000)
2.1.5 Etiologi
Berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritropoesis,
seperti: asam folat, vitamin B12, dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat turun apabila
sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang tidak memadai karena
kekurangan eritroproetin, seperti terjadi pada penyakit ginjal kronis. Peningkatan penghancuran
sel darah merah dapat terjadi akibat aktivitas sistem retikuloendotelial yang berlebihan (misal
hiperpsplenisme) atau akibat sum-sum tulang yang menghasilkan sel darah merah abnormal
(Muttaqin, 2009 : 394).
Beberapa penyebab terjadinya anemia menurut Syaifuddin (2011: 28) yaitu sebagai berikut:
1.

Perdarahan yang hebat

2.
Aplasia sum-sum tulang: sum-sum tulangnya hancur karena keracunan obat atau radiasi
sinar gamma.
3.

Kegagalan pematangan: karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat.

4.

Hemolisis darah merah dengan berbagai kemugkinan penyebab, seperti:

a.

Keracunan obat,

b.

Penyakit herediter: yang membuang sel darah merah menjadi rapuh,

c.
Eritroblastosis fetalis: penyakit neonatus dimana antibodi dimana antibodi dari ibu
merusak sel darah merah dalam tubuh bayi.
2.1.6

Klasifikasi Anemia

Menurut Brunner dan Suddarth (2001 : 938) ada 2 klasifikasi anemia, yaitu :
1.

Anemia Hipoproliferatifa

a. Anemia Aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel perkusor dalam sum-sum tulang dengan lemak.
Dapat terjadi secara kongenital maupun didapat. Dapat juga idiopatik (dalam hal ini, tanpa
penyebab utama. Berbagai macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya atau dapat pula
disebabkan oleh obat, bahan kimia, atau kerusakan radiasi.
Anemia aplastik biasanya khas yaitu bertahap, ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak napas pada
saat latihan dan manifestasi anemia lainnya. Perdarahan abnormal akibat trombositopenia
merupakan gejala satu-satunya pada sepertiga pasien. Tanda fisik selain pucat dan perdarahan
kulit, biasanya tidak jelas. Pemeriksaan hitung darah menunjukkan adanya defisiensi berbagai
jenis sel darah (pensitopenia). Sel darah merah normositik dan normokromik, artinya ukuran dan
warnanya normal. Penatalaksaan anemia aplastik yang saat ini sering dilakukan yaitu
transplantasi sum-sum tulang dan pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit
(ATG).
b. Anemia pada Penyakit Ginjal
Derajat anemia yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir sangat bervariasi,
tetapi secara umum, terjadi pada pasien dengan nitrogen urea darah (BUN) yang lebih dari 10
mg/ dl. Gejala anemia biasanya merupakan gejala yang paling mengganggu di antara gejala
pasien lainnya. Hematokrit biasanya turun sampai antara 20% dan 30%, meskipun pada bebrapa
kasus jarang mencapai dibawah 15%. Sel darah merah tampak normal pada asupan darah tepi.
Anemia ini di sebabkan menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritropoetin. Beberapa eritropoetin terbukti yang masih terus berlangsung, bahkan pada pasien
yang ginjalnya telah diangkat.
c. Anemia pada Penyakit Kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik
(sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artritis rematoid,
abses paru, osteomielitis, tuberkulosis, dan berbagai keganasan.
Anemia biasanya ringan dan tidak progresif. Berkembang secara bertahap selama periode waktu
6 sampai 8 minggu dan kemudian stabil pada kadar hematokrit tidak kurang dari 25%.
Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 g/dl, dan sumsum tulang mempunyai selularitas
normal dengan peningkatan cadangan besi. Kadar eritroprotin rendah, karena turunnya produksi
dan adanya penyekat pada penggunaan besi oleh sel eritroid.
d. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat
normal. Besi diperlukan untuk sintesa hemoglobin. Merupakan jenis anemia paling sering pada
semua kelompok umur. Orang yang mengalami defisiensi besi mengalami penurunan angka
hemoglobin dan sel darah merah. Penyebab defisiensi besi adalah kegagalan pasienmencernakan

atau mengabsorbsi besi diet yang adekuat untuk mengkompensasi kebutuhan besi sehubungan
dengan pertumbuhan tubuh untuk menggantikan kehilangan darah setelah perdarahan, baik
perdarahan yang fisiologis (menstruasi) maupun patologis.
e. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat menunjukkan perubahan
yang sama antara sumsum tulang dan darah tepi, karena kedua vitamin tersebut esensial bagi
sintesis DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi hiperplasia (peningkatan abnormal jumlah sel
darah normal) sumsum tulang, dan prekursor eritroid dan mieloid besar dan aneh, beberapa
mengalami multinukleasi.
f.

Anemia Defisiensi Vitamin B12

Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Gangguan ini jarang sebgagai akibat
asupan diet yang tidak adekuat, namun dapat terjadi pada vegetarian yang tidak makan daging
sama sekali. Efek hematologis defisiensi disertai oleh efek pada sistem organ lain
terutamatraktus gastrointestinalis dan sistem saraf.
g. Anemia Defisiensi Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah yang
normal. Disimpan dalam bentuk senyawa, dikenal sebagai folat. Simpanan folat dalam tubuh
jauh lebih kecil dibanding vitamin B12. Sehingga lebih sering dijumpai defisiensi folat dalam
diet. Defisiensi ini sering terjadi pada pasien yang jarang makan sayur dan buah mentah.
h. Anemia Hemolitika
Pada anemia hemolitika, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum tulang
biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali
atau lebih dibanding kecepatan normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai
gambaran laboratoris yang sama yaitu jumlah retikulosit meningkat, fraksi bilirubin indirek
menigkat dan haptoglobin (protein yang mengikat hemoglobin bebas) biasanya rendah. Sum-sum
tulang menjadi hiperseluler akibat poliferasi eritrosit.

2. Anemia Hemolitika Turunan


a.

Sferositosis Turunan

Sferositosis turunan merupakan suatu anemia hemolitika ditandai dengan sel darah merah kecil

berbentuk sferis dan pembesaran limfa (splenomegali). Merupakan kelainan yang jarang,
diturunkan secara dominan. Kelainan ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak, namun dapat
terlewat sampai dewasa karena gejalanya sangat sedikit. Penanganannya berupa pengambilan
limpa secara bedah.
b. Anemia Sel sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanaya defek pada molekul hemoglobin
dan disertai dengan serangan nyeri. Penyakit yang melemahkan ini ditemukan terutama pada
keturunan Afrika. Orang dengan trait sel sabit hanya mendapat satu gen abnormal. Sehingga sel
darah merah mereka masih mampu mensintesa kedua rantai dan s, jadi mereka mempunyai
hemoglobin A dan S.
c.

Hemoglobinopati Lainnya

Merupakan anemia hemolitik ringan dengan splenomegali (limpa membesar) tanpa komplikasi
serius.
d. Anemia Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase
Abnormalitas kelainan ini terdapat pada G-6-PD, suatu enzim dalam sel darah merah yang
esensial untuk stabilitas membran. Beberapa pasien mendapat enzim secra herediter yang tidak
baik sehingga ia mengalami anemia hemolitika kronik.
Menurut Muttaqin ( 2009:395 ), anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi sel darah
merah dan etiologi, yaitu:
1.

Klasifikasi Morfologi

a. Anemia Normositik Normokrom


Terjadi ketika ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang normal (MCVdan MCHC normal atau normal rendah), tetapi individu
menderita anemia. Penyebab jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronis
termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sum-sum tulangdan penyakitpenyakit infiltratif metastatik pada sum-sum tulang.
b. Anemia Makrositik Normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal, tetapi normokrom terjadi
karena konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV meningkat, MCHC normal), hal ini
diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan
pada defisiensi B12 atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agenagen yang digunakn mengganggu metabolisme sel.
c. Anemia Mikrisitik Hipokrom

Mikrositik berarti kecil dan hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang
kurang normal (MCV kurang, MCHC kurang). Halini menggambarkan insufisiensi sintesis heme
(besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronis
atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal
kongenital).
2.

Klasifikasi Etiologi

Anemia dapat juga diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab utamanya, adalah:


a.

Meningkatnya kehilangan sel darah merah

b.

Penurunan atau gangguan pembentukan sel

Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarahan atau penghancuran
sel perdarahan dapat disebabkan olehtrauma, atau akibat perdarahan kronis karena polip pada
kolon, penyakit-penyakit keganasan, hemoroid atau menstruasi.
2.1.7

Patofisiologi

Menurut Handayani ( 2008:38 ), timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum


atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah
terjadi dalam sistem sel fagositosik atau dalam sistem retikulo endotelial, terutama dalam hati
dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentukdalam fagosit,
akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila kosentrasi plasmanya melebihi kapasitas
hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine.

2.1.8

Manifestasi Klinis

Menurut Muttaqin (2007 : 395), manifestasi klinis pada anemia bergantung pada hal-hal sebagai
beirikut:
1.

Kecepatan timbulnya anemia.

2.

Usia.

3.

Mekanisme kompensasinya.

4. Tingkat aktivitasnya,

5.

Keadaan penyakit yang mendasari.

6.

Parahnya anemia tersebut.

Jika jumlah sel darah merah yang efektif berkurang, maka lebih sedikit oksigen yang dikirimkan
ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak atau berlebih, seperti pada perdarahan,
menimbulkan gejala sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Tanda dan gejala yang sering adalah
gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardia, sesak napas, serta kolaps sirkulasi yang progresif
cepat atau syok. Namun, pengurangan hebat jumlah sel darah merah dalam waktu beberapa
bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk
menyesuaikan diri, dan biasanya klien asimtomatik.
Sedangkan menurut Handayani ( 2008:38 ), gejala anemia sangat bervariasi, tetapi pada
umumnya dapat dibagi menjadi tiga golongan besar,yaitu:
1.

Gejala Umum Anemia

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic syndrome. Gejala umum
anemia disebut juga sebagai sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia
pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini
timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena.
a.
Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas beraktivitas,
angina pektoris, dan gagal jantung.
b.
Sistem saraf: sakit kepala, pusing telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan
otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c.

Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun

d.
Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambuttipis dan
halus.
2.

Gejala Khas Masing-Masing Anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagi berikut:
a.

Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.

b.

Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).

c.

Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

d.

Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.

3.

Gejala Akibat Penyakit Dasar

Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena penyakitpenyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan
oleh infksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembasaran parotis dan
telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.
2.1.9

Komplikasi

Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung, parestesia dan kejang. Pada setiap tingkat
anemia, pasien dengan penyakit jantung cenderung lebih besar kemungkinannya mengalami
angina atau gejala gagal jantung kongestif dari pada seseorang yang tidak mempuyai penyakit
jantung. Komplikasi sehubungan dengan jenis anemia tertentu disertakan bersama penjelasan
yang terpisah (Brunner dan Suddarth, 2001:937).
2.1.10

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada anemia adalah(Handayani, 2008: 41):
1.

Pemeriksaan laboratorium hematologis

Pemeriksaan laboratorium hematologis dilakukan secara bertahap sebagai berikut:


a. Tes penyaring tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini:
1)

Kadar hemoglobin

2)

Indeks eritrosit (MCV, MCH, DAN MCHC)

3)

Apusan darah tepi

b. Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sisten leukosit
dan trombosit.
c. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikerjakan jika telah mempunyai
dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk menginformasi dugaan diagnosis
tersebut. Pemeriksaan tersebut meliputi komponen berikut ini:
1) Anemia defisiensi besi: serum iron TIBC, saturasi transferin dan feritin serum
2) Anemia megaloblastik : asam folat darah/ eritrosit, vitamin B12.
3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs dan elektroforesis Hb.

4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.


2.

Pemeriksaan laboratorium nonhematologis, meliputi:

a.

Faal finjal

b.

Faal endokrin

c. Asam urat
d. Faal hati
3.

Pemeriksaan penunjang lain

Pada beberapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:


a.

Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi.

b.

Radiologi: torak, bone survey, USG,atau limfangiorgrafi.

c.

Pemeriksaan sitogenetik.

d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase Chain Reaction, FISH = Fluorescence In


SituHybrydization).

2.1.11 Penatalaksanaan
Menurut Handayani ( 2008: 42) pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut ini:
1.

Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.

2.

Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional dan efisien.

Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah:


a.

Terapi gawat darurat

Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera
diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah yang dimanfaatkan (PRC) untuk
mencegah perburukan payah jantung tersebut.
b.

Terapi khas untuk masing-masing anemia

Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia
defisiensi besi.
c.

Terapi kausal

Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia.
Misalnya, defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus diberikan obat anti
cacing tambang.
d.

Terapi ex-juvantivus (empiris)

Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini berhasil,
berarti diagnosis dapat kuatkan. Terapi ini hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis
yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi dengan ketat. Jika
terdapat respons yang baik, terapiditeruskan, tetapi jika tidak terdapat respons, maka dilakukan
evaluasi kembali.
2.2

Konsep Tumbuh Kembang Anak

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian
atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada
pertambahan secara kuantitatifdan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu
bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (IDAI,2002). Jadi, pertumbuhan lebih
ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih
matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala
(Nursalam, 2005:32)
Menurut Soetjiningsih (2000) menjelaskan pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri-ciri
tertentu, yaitu:
1.

Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.

2.
Hilangnya ciri-ciri lama dan tumbuhnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi
susu dan lepasnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda
seks sekunder, dan perubahan lainnya.
3.
Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu,
yaitu masa pranatal, bayi, dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan cepat dan masa
prasekolah dan masa sekolah, dimana pertumbuhan berlangsung lambat.
Pada dasarnya,manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan tumbuh
kembang dan setiap tahap menpunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling
memerlukan perhatianadalah pada masa anak-anak.
Menurut Soetjiningsih (2002) ada beberapa tahapan pertumbuhan dan

perkembangan pada masa anak-anak, tahapan tersebut adalah sebagai berikut


1. Masa pranatal (konsepsi-lahir), terbagi atas:
a. Masa embrio (mudigah): masa konsepsi-8 minggu
b. Masa janin (fetus): 9 minggu-kelahiran
2. Masa pascanatal, terbagi atas:
a.

Masa neonatal usia 0-28 hari

b.

Neonatal dini (perinatal): 0-7 hari

c.

Neonatal lanjut: 8-28 hari

d.

Masa bayi

1) Masa bayi dini: 1-12 bulan


2) Masa bayi akhir: 1-2 tahun
3. Masa prasekolah (usia 2-6 tahun), terbagi atas:
a. Prasekolah awal (masa balita): mulai 2-3 tahun
b. Prasekolah akhir: mulai 4-6 tahun
4. Masa sekolah atau masa prapubertas,terbagi atas:
a. Wanita: 6-10 tahun
b. Laki-laki:8-12 tahun
5. Masa adolesensi atau masa remaja, terbagi atas:
a. Wanita 10-18 tahun
b. Laki-laki: 12-20

2.3

Konsep Keperawatan

Proses keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien
dalam menetukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, penentuan
diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, serta pengevaluasian hasil asuhan yang
telah diberikan dengan berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan. Setiap tahap saling
bergantung dan berhubungan (Hidayat, 2006: 81)
2.3.1

Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pegumpulan
data atau perolehan data yang akurat dari pasien guna mengetahui berbagai permasalahan yang
ada (Hidayat, 2006: 85)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data menurutHidayat (2006: 86) yaitu:
1.

Identitas pasien

Identitas pasien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, kapan pendataan
dilakukan dan data penanggung jawab (orang yang dapat dihubungi).
2.

Riwayat Kesehatan

a.

Keluhan utama

Tanyakan tentang keluhan utama atau gejala apa yang menyebabkan pasien berobat.
b.

Riwayat Kesehatan Sekarang

Tanyakan tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi atau hal-hal yang memengaruhi /


mendahului keluhan, bagaimana sifat terjadinya, bagaimana gejalanya (mendadak, perlahanlahan, terus menerus, berupa serangan, hilang timbul atau berhubungan dengan waktu), lokalisasi
terjadinya gejala dan sifatnya (menjalar, menyebar, berpindah-pindah, atau menetap), berat
ringannya keluhan dan perkembangannya.
c.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Tanyakan tentang riwayat pemakaian obat, apa jenisnya, berapa dosisnya, bagaimana cara
pemakaiannya. Riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.
d.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Tanyakan tentang kesehatan yang dimiliki oleh salah satu anggota keluarga, apakah ada yang

menderita penyakit seperti yang dialami pasien, apakah ada yang menderita penyakit degeneratif
dan lain-lain.
3.

Pemeriksaan Fisik

Menurut Doengoes (2000: 569)pemeriksaan fisik pada anemia adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas / istirahat
Gejala

a.

Keletihan, kelemahan, malaise umum.

b.

Penurunan semangat untuk bekerja.

c.

Toleransi terhadap latihan rendah.

d.

Kebutuhan untuk tidur dan ristirahat lebih banyak.

Tanda

a.

Takikardia / takipnea, dipsnea pada bekerja dan istirahat.

b.

Letargi, menarik diri, apatis, lesu, kurang tertarik pada sekitarnya.

c.

Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

d.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang menunjukkan
keletihan.
2.

Sirkulasi

Gejala

a.
Riwayat kehilangan darah kronis, misal: perdarahan GI kronis, menstrusi berat, angina,
CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
b.

Riwayat endokarditis infektif kronis

c.

Palpitasi (takikardia kompensasi)

Tanda

a.
TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural.
b.
Distrimia: Abnormalitas EKG, misal: depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T, takikardia.
c.

Bunyi jantung mur-mur sistolik.

d.
Ekstermitas (warna): pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva,mulut, faring,
bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabuabuan), pucat atau kuning lemon terang.
e.

Sklera: biru atau putih seperti mutiara.

f.
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi
kompensasi).
g.

Kuku: mudah patah berbentuk seperti sendok (koilonikia).

h.

-Rambut: kering,mudah putus, tumbuh uban secara prematur.

3. Eliminasi
Gejala

a.

Riwayat pielonefritis, gagal ginjal

b.

Hematemesis, Feses dengan darah segar, melana

c.

Diare atau konstipasi

d.

Penurunan haluaran urine

Tanda

distensi abdomen

4.

makanan / cairan

Gejala

a.

Penurunan masukan diet, masukan protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi.

b.

Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)

c.

Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia

d.

Adanya penurunan berat badan.

Tanda

a.

Lidah tampak merah daging/ halus.

b.

Membran mukosa kering, pucat.

c.

Turgor kulit: buruk, kering, tampak kisut / hilang elastisitas

5.

Neurosensori

Gejala

a.

Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, ketidakmampuan berkonsentrsi.

b.

Imsomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata.

c.

Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah, sensasi menjadi dingin

Tanda

a.

Peka rangsangan, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis.

b.

Mental: tak mampu berespon lambat dan dangkal

c.

Epistaksis, perdarahan dari lubang-lubang

6.

Pernafasan

Gejala

a.

Riwayat TB, Abses Paru.

b.

Nafas pendek pada aktivitas dan istirahat.

Tanda

Takipnea, ortopnea dan dipsnea


7.

Seksualitas

Gejala

a.

Perubahan aliran menstruasi

b.

Hilang libido

c.

Impoten

Tanda

Serviks dan vagina pucat


2.3.2

Diagnosa Keperawatan

Ada 7 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan anemia (Doengoes,
2000: 573), diantaranya :
1.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk tubuh untuk pengiriman oksigen / nutrient ke sel.
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan absorbsi
nutrient yang diperlukan oleh tubuh.
4.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologis.
5.
Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet dan perubahan proses
pencernaan
6.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder
leukoponia.
7.

Kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan salah interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.


Sedangkan Menurut Arif Muttaqin (2009:401) diagnosa yang mungkin muncul pada anemia
adalah sebagai berikut:
1.
Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya
menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah
merah di sirkulasi.
2.
Aktual/risiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan menurunnya suplai darah ke
miokardium.
3.
Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan respons
peningkatan frekuensi pernapasan.
4.
Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan intake, mual, daan anoreksia.
5.
Aktual/risiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbanganantara suplai oksigen ke jaringan.
6.
Cemas berhubungan dengan rasa takut dengan kematian, penurunan status kesehatan,
situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan.

Вам также может понравиться