Вы находитесь на странице: 1из 24

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TAKSONOMI BLOOM

Dosen Pembimbing : Dra. Armiati, M.Pd

OLEH
KELOMPOK 13
1. 14029011 Ninda Pratiwi
2. 14029063 Vella Aryuda
3. 14029096 Septia Nurvitasari

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah
mengenai Taksonomi Bloom. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Armiati, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Matematika yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai
Evaluasi Pembelajaran Matematika dan membantu dalam membimbing calon
pendidik agar dapat menjadi pendidik yang baik nantinya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah penyusun susun di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Padang, 1 September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................2
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................3
Bab II : Pembahasan
A. Klasifikasi Taksonomi Bloom.............................................................4
1) Ranah Kognitif.............................................................................4
2) Ranah Afektif...............................................................................9
3) Ranah Psikomotor........................................................................10
B. Revisi Taksonomi Bloom....................................................................13
Bab III : Penutup
A. Kesimpulan.........................................................................................21
B. Saran....................................................................................................22
Daftar Pustaka................................................................................................23

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses
transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali
menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang
paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan
juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali
disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga
sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana klasifikasi Taksonomi Bloom?
2. Bagaimana perbaikan Taksonomi Bloom

oleh

Anderson

dan

Krathwohl?
C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini agar para mahasiswa diharapkan dapat ::
1. Mengetahui dan memahami Taksonomi Bloom.
2. Memahami perbaikan Taksonomi Bloom oleh Anderson dan Krathwohl.

BAB II
PEMBAHASAN
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan dan
nomos yang berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi berarti klasifikasi berhierarki
dari suatu prinsip yang mendasari klasifikasi tersebut. Konsep Taksonomi Bloom
dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom, seorang psikolog
bidang pendidikan beserta dengan teman-temannya.
A. KLASIFIKASI TAKSONOMI BLOOM
Taksonomi Bloom mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan
menjadi tiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotor dan setiap ranah tersebut
dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.
Ranah

kognitif

berisi

perilaku-perilaku

yang

menekankan

aspek

intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ranah


afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ranah psikomotor berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan
aspek-aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Menurut Bloom, segala
upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir,
kompetensi

memperoleh

pengetahuan,

pengenalan,

pemahaman,

konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Bloom membagi ranah kognitif


ke dalam enam tingkatan atau kategori, yaitu:
i.

Pengetahuan (knowlegde) C1
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam

mengingat
pengetahuan

kembali
tentang

materi

yang

istilah,

telah

fakta

dipelajari,
khusus,

seperti

konvensi,

kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria serta


metodologi. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali
pada saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau
mengenal kembali (recognition).

Tingkatan atau jenjang ini

merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi


tingkatan selanjutnya. Di jenjang ini, peserta didik menjawab
pertanyaan berdasarkan dengan hafalan saja.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini
adalah : mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambarkan,
membilang, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan, memberi
label, memberi indeks, memasangkan, menamai, menandai,
membaca, menyadari, menghafal, meniru, mencatat, mengulang,
mereproduksi, meninjau, memilih, menyatakan, mempelajari,
mentabulasi, memberi kode, menelusuri, dam menulis.
Contoh :
a) Tulislah defenisi dari bilangan genap?
3
b) Dari bentuk pecahan
8 , tunjukkan manakah yang
merupakan penyebut?
c) Sebutkan contoh-contoh dari bilangan prima?
d) Apakah pembagian pada bilangan bulat bersifat tertutup?
ii.

Pemahaman (comprehension) C2

Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan


dalam memahami materi tertentu yang dipelajari. Kemampuankemampuan tersebut yaitu :

Translasi (kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk

ke bentuk lain)
Interpretasi (kemampuan menjelaskan materi)
Ekstrapolasi (kemampuan memperluas arti)
Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan

kata-katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip


maupun konsep. Dengan kata lain, seorang peserta didik dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini
adalah

memperkirakan,

menjelaskan,

mengkategorikan,

mengasosiasikan,

membandingkan,

mencirikan,

merinci,

menghitung,

mengkontraskan,

mengubah,

mempertahankan,

menguraikan, menjalin, membedakan, mendiskusikan, menggali,


mencontohkan, menerangkan, mengemukakan, mempolakan,
memperluas, menyimpulkan, meramalkan, merangkum, dan
menjabarkan.
Contoh :
a) Dari bilangan 8,11, 19, 352, 781, 998, dan 1001,
kemukakan manakah yang merupakan bilangan genap?
7 2

b) Hitunglah hasil bagi 8 3 !


c) Jelaskan pengertian dari bilangan rasional dan irrasional?
iii.

Penerapan (application) C3
Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan
menerapkan informasi pada situasi nyata, dimana peserta didik
mampu

menerapkan

pemahamannya

dengan

cara

menggunakannya secara nyata. Di jenjang ini, peserta didik


dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia miliki
pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini


adalah : menugaskan, mengurutkan, menentukan, menerapkan,
menyesuaikan, mengkalkulasi, memodifikasi, mengklasifikasi,
menghitung,
menggunakan,

membangun,
menilai,

membiasakan,

melatih,

menggali,

mencegah,

mengemukakan,

mengadaptasi, menyelidiki, mengoperasikan, mempersoalkan,


mengkonsepkan,
memproses,

melaksanakan,
mengaitkan,

meramalkan,
menyusun,

memproduksi,
mensimulasikan,

memecahkan, melakukan, dan mentabulasi.


Contoh :
Pak Bani memetik apel dari kebunnya, kemudian ia menjual apelapel tersebut ke pasar. Sesampainya di pasar, apel-apel Pak Bani
dibeli oleh Bu Silvi 8 buah, Pak Agus 4 buah, Pak Tono 6 buah, Bu
Aji 5 buah dan Bu Rini 10 buah. Sekarang tersisa apel Pak Bani 13
buah. Berapakah jumlah apel Pak Bani saat belum ada yang
terjual?
iv.

Analisis (analysis) C4
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah

kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponenkomponen yang lebih jelas. Kemampuan ini dapat berupa :

Analisis elemen/unsur (analisis bagian-bagian materi)


Analisis hubungan ( identifikasi hubungan)
Analisis pengorganisasian prinsip/prinsip-prinsip organisasi
(identifikasi organisasi)
Di jenjang ini, peserta didik diminta untuk menguraikan

informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, dan


membedakan pendapat dan fakta serta menemukan hubungan
sebab akibat.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini
adalah : menganalisis, mengaudit, memecahkan, menegaskan,
mendeteksi,
menominasikan,
merasionalkan,
membagankan,

mendiagnosis,

menyeleksi,

mendiagramkan,
menguji,
menyimpulkan,

memerinci,

mengkorelasikan,

mencerahkan,
menemukan,

menjelajah,
menelaah,

memaksimalkan,

memerintahkan,

mengedit,

mengaitkan,

memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer.


Contoh :
a) Jelaskanlah mengapa bentuk

dalam bentuk

2 7

3 5

2 5

3 7

dapat ditulis juga

b) Sebuah kantin sekolah mencatat banyak penjualan


minuman kaleng setiap minggu sebagai berikut:
46, 25, 26, 32, 28, 36, 40, 34, 37, 39, 40, 28.
Carilah median dari data banyak penjualan minuman
tersebut. Tentukan modus dan jangkauan.
Nilai apakah yang paling tepat untuk menggambarkan
penjualan minuman per minggu tersebut?
v.

Sintesis (synthesis) C5
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan

memproduksi dan mengkombinasikan elemen-elemen untuk


membentuk sebuah struktur yang unik. Kemampuan ini dapat
berupa memproduksi komunikasi yang unik, rencana atau kegiatan
yang utuh, dan seperangkat hubungan abstrak. Di jenjang ini,
peserta didik dituntut menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri
dengan memadukan berbagai ilmu dan pengetahuan.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini
adalah : mengabstraksi, mengatur, menganimasi, mengumpulkan,
mengkategorikan, mengkode, mengkombinasikan, menyusun,
mengarang,

membangun,

menciptakan,
merencanakan,
memfasilitasi,
menggabungkan,

menanggulangi,

mengkreasikan,
mendikte,
membentuk,

menghubungkan,

mengoreksi,
meningkatkan,

merumuskan,

memadukan,

merancang,
memperjelas,

menggeneralisasi,

membatas,

mereparasi,

menampilkan, menyiapkan, memproduksi, merangkum, dan


merekonstruksi.
Contoh :
Buktikanlah bahwa hasil penjumlahan dua bilangan ganjil adalah
bilangan genap!

vi.

Evaluasi (evaluation) C6
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan

menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan


kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide,
kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini seseorang dipandu untuk
mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik,
penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan
sintesis.
Menurut Bloom paling tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu :

Evaluasi berdasarkan bukti internal


Evaluasi berdasarkan bukti eksternal
Di jenjang ini, peserta didik mengevaluasi informasi

termasuk di dalamnya melakukan pembuatan keputusan dan


kebijakan.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini
adalah : membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan,
mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan, memprediksi,
memperjelas,

menugaskan,

menafsirkan,

mempertahankan,

memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan, memvalidasi,


mengetes, mendukung, memilih, dan memproyeksikan.
Contoh :
Tentukan akar dari 6342.173 dengan menggunakan dua cara,
kemudian persentasikanlah di depan kelas. Bandingkan kedua cara
tersebut, kemudian diskusikanlah kelebihan dan kekurangan
masing-masing cara tersebut.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai,
perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek
dalam kegiatan belajar mengajar. Ranah afektif terdiri dari lima domain
yang berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian
ranah afektif ini disusun oleh Bloom antara lain :

i.

Penerimaan (receiving) A1
Pada tahap ini, seseorang peka terhadap rangsangan dan

memiliki kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti


penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan untuk menyadari
adanya suatu fenomena di lingkungannya yang dalam pengajaran
bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya,
dan mengarahkannya. Misalnya juga kemampuan mengakui
adanya perbedaan-perbedaan.
ii.

Partisipasi (responding) A2
Tingkatan ini mencakup kerelaan dan kesediaan untuk

memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu


kegiatan. Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi
terhadap rangsangan yang disajikan, meliputi persetujuan,
kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Misalnya,
mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
iii.

Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing) A3


Merupakan kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
Mulai

dibentuk

suatu

sikap,

menerima,

menolak

atau

mengabaikan. Misalnya menerima pendapat orang lain.


iv.

Organisasi (organization) A4
Pada tingkatan ini, adanya kemampuan untuk membentuk

suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam


kehidupan. Misalnya, menempatkan nilai pada suatu skala nilai
dan dijadikan pedoman dalam bertindak secara bertanggungjawab.
v.

Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value) A5


Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga

menjadi milik pribadi, menjadi pegangan nyata dan jelas dalam


mengatur kehidupannya sendiri. Sistem nilai tersebut yang
mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik
gaya hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan

10

hidup di berbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya


pada tugas belajar atau bekerja. Misalnya juga kemampuan
mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin.
3) Ranah Psikomotor
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspekaspek keterampilan jasmani.
i.

Persepsi (perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris

dalam memandu aktivitas motorik. Misalnya penggunaan alat


indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan, sebagai
rangsangan untuk menyeleksi isyarat menuju terjemahan. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan
kesadaran akan hadirnya ransangan dan perbedaan antara seluruh
rangsangan yang ada.
ii.

Kesiapan (set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai

suatu gerakan, berupa kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk


melakukan gerakan.
iii.

Gerakan terbimbing (guided response)


Kemampuan untuk melakukan suatu gerakan sesuai dengan
contoh yang diberikan atau coba-coba.

iv.

Gerakan yang terbiasa (mechanical response)


Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi

contoh yang diberikan karena sudah dilatih secukupnya.


Kemampuan ini muncul dengan membiasakan gerakan-gerakan
yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan
cakap.
v.

Gerakan yang kompleks (complex response)

11

Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang


terdiri dari banyak tahap dengan lancar, tepat dan efisien. Gerakan
motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola
gerakan yang kompleks. Misalnya, bongkar pasang peralatan
dengan tepat.
vi.

Penyesuaian pola gerakan (adjusment)


Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat

disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi ini mencakup


kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola
gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan
taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
vii.

Kreativitas (creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar

prakarsa atau inisiatif sendiri. Membuat pola gerakan baru yang


disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.
Hingga akhir hayatnya, Bloom tidak merumuskan kategori dalam
ranah psikomotorik. Ahli psikologi berikutnyalah yang mengembangkan
kategori psikomotorik, yakni Dave (1967), Simpson (1972), dan Harrow
(1972). Berikut ini adalah kategori psikomotorik menurut Dave (1967) :
i.

Imitasi P1
Imitasi berarti meniru tindakan seseorang. Contoh imitasi
misalnya seorang siswa mengamati demonstrasi guru tentang
penggunaan dua segitiga siku-siku dan jangka dalam melukis
garis-garis yang sejajar dan kemudian siswa meniru proses atau
aktivitas guru tersebut.

ii.

Manipulasi P2
Kategori manipulasi berarti melakukan keterampilan atau

menghasilkan produk dengan cara mengikuti petunjuk umum,


bukan berdasarkan observasi. Pada kategori ini, siswa dipandu
melalui instruksi untuk melakukan keterampilan tertentu.

12

iii.

Presisi P3
Kategori presisi berarti secara independen melakukan
keterampilan atau menghasilkan produk dengan akurasi, proporsi,
dan ketepatan. Misalnya siswa terampil melakukan pengukuran
suhu dengan termometer atau terampil menggunakan mikroskop.
Tidak hanya terampil menggunakan alat-alat laboratorium tetapi
siswa juga harus memahami setiap bagian-bagian pada alat-alat
tersebut.

iv.

Artikulasi P4
Kategori artikulasi artinya memodifikasi keterampilan atau

produk agar sesuai dengan situasi baru, atau menggabungkan lebih


dari satu keterampilan dalam urutan harmonis dan konsisten.
Misalnya siswa sudah dapat menggabungkan langkah-langkah
tertentu dalam memecahkan masalah dengan metode ilmiah.
v.

Naturalisasi P5
Kategori naturalisasi artinya menyelesaikan satu atau lebih

keterampilan dengan mudah dan membuat keterampilan otomatis


dengan tenaga fisik atau mental yang ada. Pada kategori ini, sifat
aktivitas

telah

otomatis,

sadar

penguasaan

aktivitas,

dan

penguasaan keterampilan terkait sudah pada tingkat strategis


(misalnya dapat menentukan langkah yang lebih efisien).
B. REVISI TAKSONOMI BLOOM
Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin W. Anderson beserta
rekannya merevisi Taksonomi Bloom. Alasan disebabkan kebutuhan untuk
memadukan pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran baru dalam sebuah
kerangka kategorisasi tujuan pendidikan. Selain itu, taksonomi merupakan sebuah
kerangka berpikir khusus yang menjadi dasar untuk mengklasifikasikan tujuantujuan pendidikan. Dengan diadakannya revisi, menurut Anderson taksonomi yang
baru ini merefleksikan bentuk sistem berpikir yang lebih aktif dan akurat
dibandingkan dengan taksonomi sebelumnya dalam menciptakan tujuan-tujuan
pendidikan.

13

Revisi yang dilakukan ini khusus dalam domain kognitifnya. Hasil


revisiannya dipublikasikan pada tahun 2001 dalam buku yang berjudul A
Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: Arevision of Bloom's Taxonomy
of Educational Objectives yang disusun oleh Lorin W. Anderson dan David R.
Karthwohl.
Menurut Anderson dan Krathwohl, dimensi proses kognitif terdiri atas
beberapa tingkat yaitu :
i.

Mengingat (Remember) C1
Mengingat adalah kemampuan

memperoleh

kembali

pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori


remember terdiri dari proses kognitif recognizing (mengenal
kembali) dan recalling (mengingat). Untuk menilai remember,
siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif
recognizing (mengenal kembali) dan recalling (mengingat).
a. Mengenal kembali (Recognizing)
Recognizing
adalah
memperoleh
kembali
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang
kemudian membandingkannya dengan informasi yang
tersaji. Dalam recognizing, siswa mencari potongan
informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau
hampir sama dengan informasi yang baru disampaikan.
Ketika menemui informasi baru, siswa menentukan mana
informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang
sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.
b. Mengingat (Recalling)
Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan
yang sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon
suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat
berupa sebuah pertanyaan. Dalam recalling, siswa mencari
sebagian
kemudian
ii.

informasi

dalam

membawanya

memori

untuk

jangka

mengerjakan

panjang,
memori

dimana informasi ini dapat diproses.


Memahami (Understand) C2
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari
pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam
bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka
mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru

14

diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori


understand terdiri dari proses kognitif :
a.
Interpreting (menginterpretasikan)
Interpreting adalah kemampuan

siswa

untuk

mengubah informasi yang disajikan dari satu bentuk ke


bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa mengubah
kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat,
kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
b. Exemplifying (memberi contoh)
Exemplifying adalah kemampuan

siswa

untuk

memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai


konsep secara umum. Exemplifying dapat pula berarti
mengidentifikasi

pengertian

dari

bagian-bagian

pada

konsep umum.
c. Classifying (mengklasifikasikan)
Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa
sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying
dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang
menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan
kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika exemplifying
dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk
mencari contoh khususnya, maka classifying dimulai dari
contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep
umumnya.
d. Summarizing (menyimpulkan)
Siswa dikatakan memiliki kemampuan summarizing
ketika siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang
menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara
umum.
e. Inferring (menduga)
Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa
contoh kasus. Siswa dikatakan memiliki kemampuan
inferring jika siswa dapat membayangkan konsep atau
prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara
mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing
contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan
antara contoh-contoh tersebut.
f. Comparing (membandingkan)

15

Comparing

adalah

kemampuan

menunjukkan

persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek.


Comparing

dapat

juga

diartikan

sebagai

mencari

korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan


objek yang lain.
g. Explaining (menjelaskan)
Explaining adalah kemampuan merumuskan dan
menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Siswa
yang

memiliki

kemampuan

menjelaskan

dapat

menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian dalam


suatu sistem.
iii.

Menerapkan (Apply) C3
Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur
untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal
sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan
digunakan untuk menyelesaikan soal. Kategori menerapkan terdiri
dari proses kognitif kemampuan melakukan (executing) dan
kemampuan menerapkan (implementing).
a.
Executing (melakukan)
Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang
sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan
digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering
memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa
yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada
kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan
algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill
dan algoritma memiliki ciri sebagai berikut:
a) langkah pengerjaan soal lebih berurutan
b) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka
b.

hasil yang akan diperoleh juga pasti benar.


Implementing (menerapkan)
Dalam Implementing, siswa memilih

dan

menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang


belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami
benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan
prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Implementing berhubungan dengan dua
kategori yang lain yaitu understand dan create. Karena

16

siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa


belum mengetahui prosedur apa yang akan digunakan.
Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan
bukan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa
prosedur yang dimodifikasi. Implementing berhubungan
dengan teknik dan metode daripada skill dan algoritma.
Teknik dan metode memiliki dua ciri:
a)
prosedur mungkin lebih cenderung

berupa

flowchart daripada langkah yang berurutan, karena


b)

itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan,


jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat
mungkin terjadi jika setiap langkah dilakukan

iv.

dengan benar.
Menganalisa (Analyze) C4
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu
kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana
bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau
bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada
kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian
dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis,
seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan
mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
dari sebuah skenario yang rumit. Kategori apply terdiri
kemampuan

membedakan

(differentiating),

mengorganisasi

(organizing) dan memberi simbol (attributing)


a.
Differentiating (membedakan)
Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagianb.

bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.


Organizing (mengorganisasi)
Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi
unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang

c.

saling terkait.
Attributing (Memberi symbol)
Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan
tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu
masalah

yang

diajukan.

Attributing

membutuhkan

17

pengetahuan dasar yang lebih agar dapat menerka maksud


dari inti permasalahan yang diajukan.
v.

Menilai (Evaluate) C5
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan
judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria
sering digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi,
dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan
kuantitas maupun kualitas.
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian
terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking
(mengecek) dan Critiquing (mengkritik).
a.
Checking (mengecek)
Cheking adalah kemampuan

untuk

mengetes

konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau hasil.


mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan.
b. Critiquing (mengkritik)
Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau
operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu.
mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu
prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban
yang benar
vi.

Berkreasi (Create) C6
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru,
produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create
di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu
kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu
bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu
Create jika dapat membuat produk baru dengan merombak
beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang
belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create
umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang
sebelumnya.
Proses Create dapat dipecah mnjadi tiga fase yaitu:

18

a)

b)

masalah diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami


soal, dan mengeluarkan solusi yang mungkin;
perencanaaan penyelesaian, di mana siswa

memeriksa

kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan;


c)

dan
pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil melaksanakan
rencana.
Karena itu, proses kreatif dapat diartikan sebagai awalan

yang memiliki fase yang berbeda di mana akan muncul


kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana
yang dilakukan siswa yang mencoba untuk memahami soal
(Generating). Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang
mengerucut, dimana siswa memikirkan metode penyelesaian dan
menggunakannya dalam rancangan kegiatan (Planning). Terakhir,
rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian
(Producing).
Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan faktual (factual
knowledge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan
prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive
knowledge).
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus diketahui siswa
sehingga siswa mampu memahami suatu masalah atau memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan-pengetahuan dasar yang
saling berhubungan dan dengan struktur yang lebih besar sehingga dapat
digunakan secara bersama-sama. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan
mengenai bagaimana untuk melakukan sesuatu ; metode untuk mencari sesuatu,
suatu pengetahuan yang mengutamakan kemampuan, algoritma, teknik dan
metode. Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan yang melibatkan
pengetahuan kognitif secara umum.
Hingga saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat
perhatian. Skill menekankan aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi
jasmani sehingga lebih tepat dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude juga
merupakan faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran karena
attitude terbentuk sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru
dilakukan pada ranah kognitif yang difokuskan pada knowledge.

19

20

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taksonomi berarti klasifikasi berhierarki dari suatu prinsip yang mendasari
klasifikasi tersebut.
1. Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawankawan. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir.
Pada Taksonomi Bloom, ranah kognitif meliputi :
i.
Pengetahuan C1
ii.
Pemahaman C2
iii.
Penerapan C3
iv. Analisis C4
v. Sintesis C5
vi.
Evaluasi C6
b. Ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri.
Pada Taksonomi Bloom, ranah afektif meliputi :
i.
Penerimaan A1
ii.
Partisipasi A2
iii.
Penilaian atau penentuan sikap A3
iv. Organisasi P4
v. Pembentukan pola hidup A5
c. Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang,
dan mengoperasikan mesin.
Pada Taksonomi Bloom, ranah psikomotor yang dikemukakan
Dave meliputi :
i.
Imitasi P1
ii.
Manipulasi P2
iii.
Presisi P3
iv. Artikulasi P4
v. Naturalisasi P5

21

2. Lorin W. Anderson beserta rekannya merevisi Taksonomi Bloom disebabkan


kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran baru
dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan.
Revisi yang dilakukan ini khusus dalam domain kognitifnya, yaitu :
i. Mengingat C1
ii. Memahami C2
iii.
Menerapkan C3
iv. Menganalisa C4
v. Menilai C5
vi. Berkreasi C6
Hingga saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian.
B. Saran
Pendidikan sangat penting di era modern ini. Maka untuk menempuh
pendidikan yang sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik
dan menarik agar mereka yang belajar memiliki jiwa semangat tinggi untuk terus
belajar dan menjadi generasi bangsa yang cerdas. Kami juga berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami berharap kritik dan saran yang
bersifat positif untuk kesempurnaan makalah ini.

22

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W & Krathwohl, David R. 2002. A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assessing. A Revision of Blooms Taxonomy of
Educational Objectives. New York: Longman.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer
(Edisi Revisi). Bandung:UPI.
http://www.mengejarasa.com/2014/10/makalah-taksonomi-pendidikanbloom.html. Diakses pada 1 September 2016.
http://pipinridmaningsih.blogspot.co.id/2014/12/makalah-taksonomi-bloom-dangagne_49.html. Diakses pada 1 September 2016.
https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/12/10/taksonomi-bloom-ranahkognitif-afektif-dan-psikomotor-serta-identifikasi-permasalahanpendidikan-di-indonesia/. Diakses pada 3 September 2016.

23

Вам также может понравиться