Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Saat ini dunia internasional tengah menyaksikan konflik akut yang terjadi
dalam skala besar di Suriah. Dunia seolah terdiam dengan berbagai pembantaian dan
kekerasan yang mematikan tersebut. Gelombang besar pengungsian, kemiskinan,
pengangguran, penculikan dan pemerkosaan semakin menambah panjang penderitaan
rakyat sipil tak berdosa yang setiap hari menjadi korban perang yang seolah tak
berujung.
Berdasarkan data The Syrian Observatory of Human Rights, korban tewas
akibat konflik Suriah sejak Maret 2011 sampai Maret 2014 telah mencapai 146.065
jiwa.1 Tidak hanya itu, konflik ini juga mengakibatkan semakin meningkatnya
jumlah . warga sipil yang mengungsi ke berbagai negara, seperti Turki, Lebanon dan
Yordania yang menurut UNHCR berjumlah 2.598.502 orang . 2 Konfik yang telah
menjadi tragedi kemanusiaan itu jelas menimbulkan tanggapan dari dunia
internasional. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Uni Eropa, Liga Arab dan negaranegara di dunia mengutuk kekerasan yang dilakukan rezim Bashar Assad terhadap
rakyat sipil di Suriah dan menuntut Bashar Assad untuk mundur karena telah
kehilangan legitimasi rakyatnya. Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama
mendesak Dewan Kemanan PBB (DK PBB) untuk mengeluarkan resolusi mengutuk
kekerasan di Suriah dan memberikan sanksi kepada rezim Assad. Namun, sampai saat
ini resolusi yang diusulkan DK PBB terkait kecaman, pemberian sanksi dan
penyidikan atas kejahatan perang belum membuahkan hasil dan masih mengalami
hambatan apalagi setelah kedua negara besar seperti Rusia dan Cina memveto resolusi
tersebut dengan alasan mencegah intervensi asing yang lebih luas di Suriah.
Sementara itu, Uni Eropa memberlakukan sanksi mencakup embargo
ekonomi, larangan penjualan senjata dan pencekalan tiga belas pejabat penting yang
berasal dari dalam lingkungan pemerintahan rezim. Sama halnya dengan PBB dan
Uni Eropa, negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab menangguhkan
keanggotaan Suriah dan melakukan pemberian sanksi berupa pencekalan kepada
pejabat senior Assad, pembekuan asset Suriah di negara-negara Arab dan
menghentikan aktivitas di bank besar Suriah. Liga Arab pada akhirnya mendukung
National Coalition for Syirian Revolutionary sebagai pemegang otoritas di Suriah
yang didekralasikan di Istanbul pada 15 September 2011. Serangkaian kecaman dan
sanksi pun diikuti oleh berbagai negara di dunia yang menolak kebrutalan rezim
Bashar Al Assad.
Upaya penyelesaian konflik melalui jalur mediasi pun sebenarnya sudah
dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, upaya tersebut tidak
membuahkan hasil setelah kedua belah pihak yang bertikai menolak untuk berdialog.
Rezim Bashar Assad mengklaim bahwa kelompok oposisi telah melakukan tindakan
terorisme dengan dukungan negara-negara Barat. Sementara kelompok oposisi
menolak berdialog, karena sikap politik rezim yang cenderung otoriter dan kerap
melakukan tindakan kekerasan terhadap rakyat sipil. Pernyataan kedua belah pihak
menunjukkan adanya kebuntuan dialog sejak awal antara rezim Assad dengan para
penentangnya.
Di tengah upaya damai yang dilakukan berbagai pihak, eskalasi konflik
dengan menggunakan kekerasan justru semakin meningkat sepanjang tahun 2013.
Disamping itu solusi yang ditawarkan Assad berupa reformasi dalam bidang politik,
amandemen kosntitusi dan pelaksanaan pemilu kerap diabaikan pihak oposisi yang
mengakibatkan terhambatnya rekonsiliasi nasional. Tragedi berdarah yang terjadi di
berbagai daerah berupa serangan senjata kimia yang menewaskan ribuan orang
mendorong dunia internasional untuk melakukan langkah-langkah berupa sanksi
terkait penggunaan senjata kimia. Dalam sidang DK PBB pada 11 September 2013,
AS mendesak DK PBB untuk melakukan intervensi militer terhadap basis-basis
kekuatan senjata kimia di Suriah. Kebijakan AS tersebut kontan menuai perdebatan
panjang diantara DK PBB dan juga negara-negara di dunia. Intervensi militer tidak
hanya dianggap dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan tetapi juga dapat
menjadi penghambat rencana demokratisasi yang tengah berjalan di Timur Tengah.
Kasus Irak dan Afganistan dapat dijadikan contoh betapa intervensi yang melibatkan
kekuatan militer tidak hanya menguras dana yang begitu besar, tetapi juga memakan
waktu yang cukup lama dalam penyelesaian konflik itu sendiri.
Terlepas dari perdebatan yang tengah berlangsung, tulisan ini mencoba
menjelaskan kompleksitas konflik yang terjadi di Suriah baik dari isu konflik, dan
peran beberapa negara yang memilik kepentingan atas konflik ini. Diharapkan tulisan
ini juga dapat memberikan kontribusi informasi terkait konflik yang berkepanjangan
tersebut.3
3 Minoritas Kristen maupun Kurdi berkoalisi dalam pemerintahan rezim untuk menghindari
diskriminasi
dan
intimidasi
terhadap
lawan
politiknya
yang
pemilu 2000 pada mulanya dinilai dapat membawa perubahan di Suriah dengan
munculnya fenomena Damascus Spring pada tahun 2000-2001. Namun, gerakan
reformasi ini terhenti setelah rezim Assad kembali melakukan kediktatoran dan
diskriminasi politik dengan menangkap dan membunuh para aktivis pro perubahan.
Disamping itu, Kondisi ekonomi yang tidak stabil akibat embargo ekonomi AS sejak
2004 mendorong menculnya gerakan protes di berbagai daerah di Suriah.
Secara garis besar konflik internal berkepanjangan yang terjadi pada masa
Bashar Assad melibatkan dua kubu, yaitu pihak pemerintah rezim otoriter dan pihak
oposisi yang didukung kalangan Salafi dan Ikhwanul Muslimin. Dalam peta kekuatan
politik domestik Suriah, militer Assad memiliki ratusan ribu tentara dan menguasai
teknologi militer yang dikuasai divisi elite pendukung rezim yaitu Garda Republik
yang sebagian besar anggotanya berasal dari Syiah Alawiyyah, karenanya pasukan
loyalis rezim mempunyai keunggulan dalam konfrontasi militer langsung dengan
kelompok oposisi yang memiliki pasukan dan persenjataan terbatas.
Pada tahun 2005 terjadi perlawanan dari kelompok oposisi, namun berhasil
diredam Assad. Disamping itu Assad pun berhasil meminimalisir gejolak demonstrasi
dengan melakukan langkah-langkah perubahan, seperti liberalisasi ekonomi dan
reformasi politik terbatas. Langkah yang paling mendapat sambutan luas adalah
kebijakannya membebaskan tahanan politik. Sementara itu, kebijakan politik luar
negeri rezim tetap menolak penjajahan Israel atas Palestina serta menentang agresi
militer AS ke Irak pada tahun 2003. Kebijakan tersebut mengisolasi Suriah dari
kancah politik internasional seperti halnya Iran dan para non-state actors seperti
Hamas dan Hizbullah yang menentang kependudukan Israel di Palestina.
Kendati Assad telah melakukan reformasi politik secara terbatas, namun rezim
ini terus menekan dan menimbulkan perlawanan dari kelompok oposisi yang
kemudian memuncak pada tahun 2011 seiring dengan terjadinya fenomena Arab
Spring yang terjadi di beberapa negara Timur tengah. Gelombang Arab Spring di
Suriah dimulai dengan munculnya aksi protes warga di Daraa pada Maret 2011
menuntut mundurnya Presiden Assad, dibukanya kebebasan berpolitik dan reformasi
ekonomi. Protes tersebut dibalas rezim Assad dengan kekerasan yang mengakibatkan
jatuhnya korban. Pada 6 Juni 2011, terjadi serangan yang dilakukan pemberontak
hingga mengakibatkan tewasnya puluhan pasukan loyalis Assad di Jisr As Shughur.6
6 Timeline of International Rspons to Syiria Conflict, Global Centre For The Responsibility
to Protect, 2012.
langkah-langkah
penggulingan Assad
melalui
intervensi
internasional
serta
africa/21603470-rivalry-between-insurgents-helping-him-nowbut-may-eventually-underminehim.
Suriah, serta bertanggung jawab dalam setiap serangan dan pemberontakan di Utara
Suriah.10
Tabel 1. Aktor Internal Konflik
Rezim
Kelompok Oposisi
Kristen Maronite
Druze
Konflik antar berbagai kekuatan politik yang terjadi di Suriah tersebut pada
akhirnya mendorong berbagai pihak baik dalam taraf domestik maupun internasional
untuk sepakat mewujudkan perdamaian. Dewan Keamanan PBB, Liga Arab bersedia
berdialog dengan rezim Al Assad mewujudkan peta perdamaian Suriah. Bahkan, Liga
Arab yang dipimpin Nabil Al Arabi berhasil mendesak Assad untuk melakukan
gencatan senjata dan reformasi di Suriah. Di sisi lain, AS dan negara-negara Uni
Eropa mengancam akan menutup kedutaan besarnya di Damascus dan memaksa
Assad untuk turun dari jabatannya. Desakan internasional tersebut menuntut rezim
untuk melakukan langkah reformasi yang di usulkan PBB dan Liga Arab. Pada
tanggal 26 Februari 2012 pemerintah Assad menyelenggarakan referendum guna
membentuk konstitusi baru dan menyelenggarakan pemilu yang memungkinkan
persaingan politik di luar partai Bath. Melalui referendum mayoritas rakyat Suriah
menyetujui konstitusi baru dan penyelenggaraan pemilu, namun referendum tidak
memiliki legitimasi karena rendahnya pemilih ditengah bentrokan yang masih
berlangsung.11
10 Syiria Civil Map War, http://www.polgeonow.com/2013/12/syria-civil-war-map-
december-2013-12.html.
11 Current Crisis in Syiria, www.studentsummit.cz/.../1354903402701NATO_Current-crisis-
in-Syria
polemik
berkepanjangan.
Kedekatan
Suriah
dengan
negara-negara
pendukung seperti Iran menjadikan konflik semakin memanas. Suriah dan Iran adalah
dua negara yang menentang eksistensi Israel di Timur Tengah. Hubungan harmonis
kedua negara juga tampak dari eksistensinya mendukung Hizbullah yang merupakan
penentang utama Israel. Suriah bukan saja berkonfrontasi langsung dengan Israel
terkait kepemilikan Dataran Tinggi Golan, tetapi juga berperan penting dalam
terjadinya konflik antara Israel dan Lebanon. Jejaring kekuatan politik regional yang
berafiliasi dengan Suriah menjadikan konflik suriah semakin kompleks.
Dari uraian di atas terlihat begitu kempleksnya konflik Suriah yang tidak
hanya melibatkan kekuatan politik internal tetapi juga kekuatan-kekuatan regional dan
12 Rusia Pasok 72 Persen Senjata Ke Suriah, www.kompas.com, 19 Maret 2012
13 Sepanjang tahun 2003-2010 Cina memasok senjata kepada rezim Assad senilai 300 juta
dollar.
global yang mempunyai kepentingan di Suriah. Michael E Brown, seorang pakar ilmu
politik dan hubungan internasional, George Washington University, dalam bukunya
Nationalism and Ethnic Conflict pernah menyatakan bahwa konflik tidak hanya
disebabkan oleh perilaku elite internal semata tetapi meliputi banyak faktor dan
kepentingan seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya yang menjadikan suatu
wilayah rentan terhadap terjadinya konflik. 14 Kompleksitas konflik Suriah tercermin
dari terbaginya kekuatan politik kedalam dua poros yang saling bersaing dalam proxy
war (medan laga) di Suriah, yaitu kelompok Islam yang tergabung dalam barisan
oposisi mendapat dukungan AS, negara-negara Barat, Turki, Liga Arab, Suku Kurdi
dan kelompok Mujahidin di beberapa daerah di Suriah. Tujuan politik dari kubu ini
adalah menjatuhkan Assad dan mendirikan pemerintahan demokratis di Suriah
disamping mengganti dominasi partai Bath dengan pemerintahan yang dapat
bekerjasama dengan AS dan negara-negara Barat. Hal ini terlihat dari draf konstitusi
yang dibentuk oleh Syrian National Coalition for Revolutionary and Opposition
Forces yang antara lain berisikan dihapuskannya sistem politik partai tunggal dalam
pemilu Suriah disamping penghapusan sistem Sosialisme Arab yang sangat kental
dengan konstitusi Suriah di bawah kepemimpinan rezim partai Bath. Namun, peran
AS dalam pemaksaan demokrasi di Suriah mendapat kecaman berbagai pihak
terutama dengan kebijakan presiden Obama untuk melakukan intervensi militer ke
Surriah. Kebijakan yang memicu perdebatan tersebut tidak hanya pada level
internasional tetapi juga dalam dinamika politik AS itu sendiri dengan adanya faksi
dalam kongres AS.
Kedua, adalah kubu rezim Assad bersama Rusia, Cina, Iran, Hizbullah, milisi
Syiah Irak dan negara-negara blok komunis dengan strategi dan rencana untuk terus
mempertahankan pemerintahan rezim Assad dengan sistem sosialismenya. Sementara
itu, konflik Suriah disatu sisi menjadi persoalan tersendiri bagi Israel yang menjadi
sekutu AS. Kejatuhan Assad yang menjadi rival utama Israel akan mendorong
lahirnya pemerintahan baru di bawah pimpinan kelompok Ikhwanul Muslimin atau
Mujahidin yang menghambat kepentingan Israel. Di sisi lain konflik internal Suriah
juga dapat menjadi keuntungan bagi Israel baik secara politik maupun ekonomi. Israel
telah mengambil keuntungan untuk memantapkan cengkramannya di beberapa
wilayah Timur Tengah termasuk Dataran Tinggi Golan yang kaya akan sumber daya
alam. Yaron Ezhari, seorang analis politik Timur Tengah mengatakan bahwa konflik
14 Michael E Brown, Nationalism and Ethnic Conflict, 2001.
Suriah memberikan kesempatan kepada Israel untuk menguasai Dataran Tinggi Golan
yang sebelumnya dikuasai militer Suriah. Pada titik ini kita dapat melihat bahwa
konflik yang terjadi di Suriah bukan lagi menjadi persoalan domestik Suriah semata,
tetapi sudah menjadi persoalan global seiring munculnya kekuatan-kekuatan politik
baik regional maupun global yang mempunyai kepentingan di Suriah. Selama
berbagai kekuatan tidak mau keluar dari proxy war, besar kemungkinan konflik
Suriah tidak akan berakhir dalam waktu dekat.
Tabel 2. Aktor Eksternal Konflik Suriah
Pro-Rezim
Pro-Oposisi
Rusia
AS
Cina
Uni Eropa
Hisbullah
Liga Arab
Iran
Turki
Keterlibatan Rusia .
Konflik domestik ini berkembang menjadi konflik yang terinternasionalisasi
setelah Liga Arab mengajukan kasus ini ke Dewan Keamanan PBB. Dalam krisis ini,
banyak aktor internasional terlibat di antaranya Liga Arab dan anggota PBB. Konflik
yang telah berlangsung selama 21 bulan ini menjadi wacana penting dalam Dewan
Keamanan PBB saat ini. Sehingga, dalam menganalisis konflik ini, kronologis krisis
Suriah menjadi penting untuk diketahui.
Sampai saat ini, krisis di Suriah masih berlangsung dan menjadi semakin
kompleks. Presiden Bashar Al-Assad tidak akan mundur dari jabatannya dengan cara
yang diinginkan oleh pihak oposisi. Intervensi beberapa negara dalam kondisi politik
dalam negeri Suriah memperumit jalannya dialog antara pemerintah dan oposisi.
Negara-negara Liga Arab dan Barat yang mendukung pihak oposisi baik secara
diplomatik maupun suplai senjata menjadi poin kritis yang disampaikan oleh Rusia.
Dalam Dewan Keamanan PBB, Rusia telah berusaha untuk menyampaikan pesannya
agar menghormati kedaulatan yang dimiliki oleh tiap-tiap negara di dunia. Sehingga,
apa yang diperjuangkan oleh Rusia menjadi analisis yang mendalam karena setiap
kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh suatu negara pasti dilandasi oleh
kepentingan nasional yang ingin dicapai.
Rusia saat ini sedang berusaha membantu Suriah dalam menghadapi intervensi
pihak luar dengan cara memberikan hak veto atas resolusi yang ditawarkan oleh
Dewan Keamanan PBB untuk penyelesaian krisis Suriah.
Faktor-Faktor Keterlibatan Rusia dalam Konflik Suriah
Suriah merupakan partner tradisional Rusia sejak era Perang Dingin. Suriah
menyediakan beberapa poin penting untuk Rusia seperti akses ke Mediterania dalam
memudahkan jalur perdagangan bagi Rusia yang
langsung. Krisis yang saat ini terjadi di Suriah merupakan kondisi yang tidak
menguntungkan bagi iklim investasi dan perdagangan Rusia. Peningkatan ekskalasi
krisis yang terjadi berkaitan langsung dengan keamanan struktur dan infrastruktur
fisik milik Rusia di Suriah. Sedangkan dalam hitungan jangka panjang terdapat
kemungkinan Presiden Bashar Al -Assad akan jatuh dan jika hal tersebut terjadi maka
kemungkinan besar Rusia akan kehilangan Suriah sebagai partner ekonomi potensial.
Penekanan lain terdapat pada pentingnya bagi Rusia untuk mempertahankan
pengaruh yang dimilikinya dan keinginan untuk kembali bermain sebagai great power
state. Pihak AS saat ini menginginkan terjadinya proses peralihan pemerintahan dari
Presiden Bashar Al-Assad ke pemerintahan transisi yang telah disusun dengan alasan
pemenuhan proses demokrasi. Jika Rusia berhasil mempertahankan Presiden Bashar
Al-Assad maka hal tersebut akan merujuk pada kondisi dimana Rusia bisa
mengimbangi pengaruh AS di Timur Tengah.
Dengan adanya penekanan tersebut, maka berikut adalah beberapa faktor yang
mendorong Rusia untuk terlibat dalam krisis Suriah:
1. Melindungi Investasi dan Aset Perdagangan
Disebutkan dalam NSC tahun 2000 bahwa kepentingan Rusia hanya akan bisa dicapai
dengan adanya perkembangan ekonomi yang mendukung. Russia's national interests
may only be realized based on sustainable economic development.15 Sehingga, dalam
satu dekade ini, Rusia dengan giat berusaha untuk mencapai kemapanan ekonomi.
Salah satu basis investasi dan perdagangan Rusia adalah Suriah.
Laporan SIPRI tahun 2012 memperlihatkan sebanyak 10% dari total ekspor
senjata Rusia dialokasikan ke Timur Tengah. Negara penerima di Timur Tengah
adalah Suriah dan Iran. Suriah saat ini menempati urutan kedua negara importir
senjata per tahun 2011 dan sebanyak sebanyak 78% dari jumlah impornya merupakan
pasokan dari Rusia. Permintaan senjata Suriah meningkat sebanyak 580% dari kuartal
tahun sebelumnya. Jumlah kontrak yang disepakati oleh Rusia dan Suriah mencapai
15 Presiden Of Russia, (Military Doctrine Of Russian Federation), 2010
angka USD 5 milyar. Sehingga, penting bagi Rusia untuk melindungi aset dan
investasinya di Suriah.
Selain kerjasama ekspor senjata, hubungan e kebijakan pasar bebas dan Suriah
yang sedang aktif menjalankan liberalisasi dalam kerangka untuk meningkatkan
perekonomian domestiknya. Sebanyak 90 infrastruktur dan fasilitas industri di Suriah
merupakan kerjasama dengan Rusia. Sedangkan sepertiga dari fasilitas pemrosesan
minyak berada di bawah bantuan Rusia. Dalam bidang industri, kerjasama Rusia dan
Suriah meliputi pengembangan minyak bumi dan gas alam, proyek konstruksi
pembangkit listrik, pangkalan militer, dan perbaikan infrastruktur beberapa industri
Suriah.
Berdasarkan Doktrin Pertahanan Rusia tahun 2010, disebutkan bahwa Rusia
harus melakukan kebijakan luar negeri jika menyangkut urusan perekonomian
mereka. Rusia menganggap jika suatu negara melakukan tindakan agresif terhadap
partner ekonomi mereka di luar negeri, maka Rusia merasa perlu mengambil tindakan
represif untuk menyelamatkan perdagangan mereka. Dalam doktrin tersebut juga
disebutkan tindakan tersebut berupa kebijakan luar negeri yang sifatnya melindungi.
Sehingga, Rusia bisa menggunakan kapabilitasnya dalam melindungi apa saja yang
dinilai sebagai investasinya, termasuk asetnya yang berada di Suriah. Jika Rusia
meningkatkan aktivitas militernya di beberapa wilayah yang merupakan aset Rusia,
hal tersebut adalah tindakan penangkalan. Seperti yang terjadi di pangkalan Tartus,
saat ini Rusia menempatkan personil tambahan untuk berjaga-jaga dan mengirimkan
dua kapal Rusia untuk mengevakuasi warga negaranya yang bekerja di Suriah.
Tindakan ini merupakan tindakan pencegahan jika suatu saat Suriah mengalami
kekacauan yang tidak bisa ditangani atau rezim yang didukung Rusia berhasil
dijatuhkan.
Setiap negara akan berusaha untuk melindungi apa yang dimilikinya baik itu
di dalam maupun di luar batas teritori wilayahnya. Usaha Rusia untuk melindungi
perdagangan dan asetnya di Suriah diimplementasikan dengan pengiriman dua kapal
perang yang berkapasitas untuk mengevakuasi warga negara Rusia dan peralatanperalatan yang dimiliki Rusia di Suriah. Tidak ada yang berlebihan dengan tindakan
ini, berdasarkan konsep yang diungkapkan oleh Rodee bahwa setiap negara harus
meningkatkan derajat perekonomiannya untuk memakmurkan dalam negeri. Dalam
hal ini, kebijakan bisa berupa meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi dengan
negara lain, melindungi modal yang ada di luar negeri, dan menjaga eksistensi
ekonomi domestik untuk bisa sejalan dengan ekonomi global. Rusia melindungi
ekonominya yang berada di Suriah sebagai bentuk antisipasi ketika nanti Suriah
mengalami kejatuhan, ekonomi Rusia tidak akan terpengaruh, jikapun berpengaruh
maka hanya akan menimbulkan sedikit fluktuatif yang tidak menyebabkan krisis bagi
Rusia.konomi antara Rusia dan Suriah merupakan komitmen Rusia yang mendukung
implementasi . kebijakan pasar bebas dan Suriah yang sedang aktif menjalankan
liberalisasi dalam kerangka untuk meningkatkan perekonomian domestiknya.
Sebanyak 90 infrastruktur dan fasilitas industri di Suriah merupakan kerjasama
dengan Rusia. Sedangkan sepertiga dari fasilitas pemrosesan minyak berada di bawah
bantuan Rusia. Dalam bidang industri, kerjasama Rusia dan Suriah meliputi
pengembangan minyak bumi dan gas alam, proyek konstruksi pembangkit listrik,
pangkalan militer, dan perbaikan infrastruktur beberapa industri Suriah.
Berdasarkan Doktrin Pertahanan Rusia tahun 2010, disebutkan bahwa Rusia
harus melakukan kebijakan luar negeri jika menyangkut urusan perekonomian
mereka. Rusia menganggap jika suatu negara melakukan tindakan agresif terhadap
partner ekonomi mereka di luar negeri, maka Rusia merasa perlu mengambil tindakan
represif untuk menyelamatkan perdagangan mereka. Dalam doktrin tersebut juga
disebutkan tindakan tersebut berupa kebijakan luar negeri yang sifatnya melindungi.
Sehingga, Rusia bisa menggunakan kapabilitasnya dalam melindungi apa saja yang
dinilai sebagai investasinya, termasuk asetnya yang berada di Suriah. Jika Rusia
meningkatkan aktivitas militernya di beberapa wilayah yang merupakan aset Rusia,
hal tersebut adalah tindakan penangkalan. Seperti yang terjadi di pangkalan Tartus,
saat ini Rusia menempatkan personil tambahan untuk berjaga-jaga dan mengirimkan
dua kapal Rusia untuk mengevakuasi warga negaranya yang bekerja di Suriah.
Tindakan ini merupakan tindakan pencegahan jika suatu saat Suriah mengalami
kekacauan yang tidak bisa ditangani atau rezim yang didukung Rusia berhasil
dijatuhkan.
Setiap negara akan berusaha untuk melindungi apa yang dimilikinya baik itu
di dalam maupun di luar batas teritori wilayahnya. Usaha Rusia untuk melindungi
perdagangan dan asetnya di Suriah diimplementasikan dengan pengiriman dua kapal
perang yang berkapasitas untuk mengevakuasi warga negara Rusia dan peralatanperalatan yang dimiliki Rusia di Suriah. Tidak ada yang berlebihan dengan tindakan
ini, berdasarkan konsep yang diungkapkan oleh Rodee bahwa setiap negara harus
meningkatkan derajat perekonomiannya untuk memakmurkan dalam negeri. 16 Dalam
16 Carlton Clymer Rodee, Carlton Clymer. Introduction to Political Science 3rd
Revised Edition.USA: McGraw Hill Higher Education. 1993.
hal ini, kebijakan bisa berupa meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi dengan
negara lain, melindungi modal yang ada di luar negeri, dan menjaga eksistensi
ekonomi domestik untuk bisa sejalan dengan ekonomi global. Rusia melindungi
ekonominya yang berada di Suriah sebagai bentuk antisipasi ketika nanti Suriah
mengalami kejatuhan, ekonomi Rusia tidak akan terpengaruh, jikapun berpengaruh
maka hanya akan menimbulkan sedikit fluktuatif yang tidak menyebabkan krisis bagi
Rusia. Menurut Daniel Treisman, pakar Rusia di UCLA, It's a significant economic
interest. We're talking about several billion dollars in contracts with Syria may be at
risk. 17Jika Presiden Bashar Al-Assad jatuh, tentu hal tersebut akan membahayakan
semua investasi Rusia yang ada di Suriah. Pergantian rezim di Suriah bisa
menyebabkan Rusia kehilangan kontrak dengan Suriah nantinya sebagai bentuk baru
peningkatan ekonomi melalui hubungan dengan Turki, Eropa, dan AS sebagai patron
pihak oposisi semasa krisis. Kekhawatiran ini bukan merupakan asumsi tanpa dasar
melihat bagaimana akhir perdagangan senjatanya dengan Libya pada masa Presiden
Moammar Khadafi. Rusia dan Libya menyepakati kontrak perdagangan senjata
dengan nilai sebanyak USD 4 milyar dalam rentang 2005-2010. 18 Setelah terjadi
pergantian rezim, Pemerintah Libya yang baru kemudian menyepakati kontrak
perdagangan senjata jangka panjang dengan Perancis menggantikan Rusia.
Pergantian rezim pemerintahan baru akan membawa babak baru dalam
hubungan perdagangan dan investasi Rusia dan Suriah. Aset investasi Rusia di
kompleks pemrosesan minyak dan gas menjadi poin kekhawatiran Rusia jika saja
pemerintah baru yang naik tidak berada dalam hubungan baik dengan Rusia. Rezim
baru tentu akan membuat kebijakan baru yang berbeda dari rezim sebelumnya melihat
hubungan Rusia dan Presiden Bashar Al-Assad. Perubahan kebijakan ini belum tentu
akan sama menguntungkannya seperti saat ini dan besar kemungkinan justru akan
merugikan Rusia sebagai oposisi dari patron pihak oposisi Suriah yaitu AS dan
aliansinya.
Dengan demikian, untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan seperti tadi
maka Rusia akan berusaha semaksimal mungkin mendukung Presiden Bashar AlAssad untuk tetap menjadi pemimpin Suriah saat ini karena jelas bahwa ada
kepentingan yang dilindungi Rusia. Bagi Rusia, Presiden Bashar Al-Assad telah
mewadahi kepentingan ekonomi Rusia dan bagi Suriah, Rusia bisa melindungi rezim
Assad dari intervensi internasional. Sehingga, hal ini menjadi sama-sama
menguntungkan
dan
pada
akhirnya
keduanya
akan
berusaha
mencapai
Dari sudut pandang Rusia dapat dilihat bahwa kawasan Timur Tengah
memang penting dimana saat ini arena konflik internasional utama berada di Timur
Tengah. Ditambah dengan fakta bahwa kawasan Timur Tengah merupakan perbatasan
sebelah selatan Rusia yang bisa memberikan manfaat geopolitiknya. Bagi Rusia,
hubungan ekonomi dengan Timur Tengah, khususnya Suriah, dalam bentuk
perdagangan minyak atau senjata lebih bernilai politis. Hal ini bisa dibuktikan dengan
fakta keuntungan perdagangan senjata Rusia di Suriah tidak begitu besar atau mampu
mendongkrak kondisi ekonomi Rusia saat ini. Kehadiran Rusia dalam krisis di Suriah
lebih jelas terlihat dari sudut pandang politis-strategis, sehingga sangat jelas bahwa
keberadaan hubungan ekonomi Rusia dan Suriah lebih pada usaha Rusia untuk
kembali menjadi kekuatan yang diperhitungkan.
Rusia dan Suriah pernah mengalami pemutusan hubungan diplomatik selama
beberapa saat. Namun hal tersebut tidak mengubah konstelasi hubungan keduanya.
Sejak awal Rusia dan Suriah menjalin hubungan yang sifatnya lebih politis dibanding
ekonomis. Apa yang terjadi sekarang merupakan akumulasi serta keberlanjutan
hubungan politis tersebut walaupun banyak diikuti dengan tren hubungan ekonomi.
Dalam kaitannya dengan krisis Suriah, semua tindakan yang dilakukan oleh Rusia
bukan untuk melenggangkan kekuasaan sebuah rezim selama bertahun-tahun. Rusia
memiliki kekhawatiran jika Presiden Bashar Al-Assad turun, maka pengaruh yang
dimilikinya ikut menghilang. Ruslan Pukhov, analis pertahanan Rusia yang sekarang
menjabat sebagai Direktur CAST, berpendapat bahwa Suriah adalah satu-satunya
negara di Kawasan Timur Tengah yang mengikuti nasehat Rusia. Di sinilah Rusia bisa
menjalankan pengaruh tertentu yang nyata. Jelas, kekalahan Suriah berarti Rusia tidak
akan memiliki pengaruh di kawasan itu sama sekali. Hal ini memiliki nilai simbolik
untuk otoritas Rusia dan penetapan kebijakan luar negeri sebagai tanda bahwa Rusia
adalah negara great power.13 Rusia sadar sepenuhnya jika Rusia bertindak lunak
dalam menghadapi revolusi suatu negara dan membiarkan masuknya intervensi asing
baik melalui Dewan Keamanan atau ilegal, Rusia akan kehilangan pengaruhnya.
Hubungan yang terjalin antara Rusia dan Suriah merupakan hubungan yang
dinamis seiring dengan pergantian pemimpin dan pola hubungan internasional saat
itu. Bagi Rusia, Suriah adalah pertahanan yang paling penting untuk pijakannya di
Timur Tengah. Jika Suriah jatuh, maka Iran akan kehilangan pengaruh yang cukup
besar bersama dengan Rusia. Kejatuhan Suriah akan memberi satu kesimpulan bahwa
Rusia tidak mampu menjaga negara aliansinya yang berarti bahwa Rusia bukanlah
negara yang great power.
Arah politik Rusia yang ingin aktif sebagai aktor penting dalam politik global
mengharuskan Rusia untuk bisa mengembalikan dan mempertahankan pengaruhnya
melalui strateginya terkait krisis Suriah, sebagai aliansi terdekatnya. Lebih lanjut,
Andrei Klimov, Kepala Deputi Hubungan Luar Negeri Parlemen Rusia, mengatakan
bahwa Rusia menginginkan jalan keluar yang damai. Rusia tidak ingin
memperpanjang rezim yang saat ini berkuasa untuk beberapa dekade maupun abad
selanjutnya. Tugas Rusia adalah menemukan jalan damai secepatnya.
Dalam Doktrin Militer Rusia 2010, disebutkan bahwa terdapat wilayah dimana
Rusia telah memiliki kepentingan istimewa. Ini merupakan daerah asal negaranegara yang Rusia memiliki hubungan sejarah khusus dan terikat bersama sebagai
teman dan tetangga yang baik. Rusia akan memberi perhatian khusus untuk pekerjaan
Rusia di wilayah ini dan membangun hubungan bersahabat dengan negara-negara ini,
tetangga dekat Rusia. Berdasarkan poin di atas, maka tindakan yang dilakukan oleh
Rusia sebagai kebijakan terhadap Suriah menjadi jelas bahwa mereka melakukan
suatu kewajiban. Panduan kebijakan luar negeri yang telah jelas tertulis menjadi satu
bentuk analisis yang nyata. Rusia sedang dalam usaha untuk mencapai kepentingan
nasionalnya.
Menciptakan Stabilisasi Kawasan
Pangkalan Tartus di Suriah yang telah beroperasi sejak tahun 1963 menjadi
pangkalan yang cukup aktif terhitung meningkatnya konflik Suriah. Di pangkalan ini
terdapat kurang lebih 500 orang Rusia yang bekerja sebagai staf administasi, mekanis,
maupun angkatan bersenjata Rusia. Pangkalan Tartus dulunya merupakan pelabuhan
transit sekaligus depot suplai Rusia di Laut Mediterania. Bagi Rusia, pangkalan ini
adalah aset yang penting karena dinilai sangat strategis dan juga bersifat politis. Pihak
oposisi belum mengeluarkan pernyataan mengenai masa depan pangkalan ini jika
mereka berhasil menjatuhkan Presiden Bashar Al-Assad. Sehingga, Rusia merasa
sangat bergantung dengan Presiden Bashar Al-Assad saat ini terlebih mengingat
bahwa Rusia tidak pernah menyepakati kekuasaan yang didapat dari kejatuhan satu
otoritas kedaulatan yang utuh. Ketika Rusia tidak mampu mempertahankan Pangkalan
Tartus, maka Rusia akan gagal dalam memproyeksikan kekuatannya di Kawasan
Mediterania dan secara umum akan dinilai sebagai kegagalan seperti Libya.
Sedangkan di Suriah sendiri, kurang lebih 3000 orang Rusia telah menikah
dengan warga Suriah dan hidup menetap. Terdapat pula 100.000 lebih orang
Circassian14 yang merupakan pendukung Bashar Al-Assad. Penduduk ini banyak
tinggal di Homs, Damaskus, dan Aleppo. Sejak konflik di Suriah menjadi masalah
yang serius, banyak dari penduduk Circassian ini memilih mengungsi atau kembali ke
Rusia. Sedangkan di Rusia, daerah yang dihuni oleh orang Circassian adalah daerah
Republik Karbadino-Balkaria, Karachai-Cherkessia dan Adygea yang terletak di
bagian utara Pegunungan Kaukasus.
Pemerintah Rusia khawatir jika mereka membuka pintu, maka akan terjadi
destabilisasi kawasan. Bercermin pada pengalaman Chechnya, Rusia tidak ingin kasus
tersebut terulang. Sehingga saat ini, Rusia berusaha semampunya agar tidak terjadi
gelombang pengungsian di daerah asal orang Circassian. Menurut Andrei Klimov
krisis yang terjadi di Suriah merupakan hal yang berbahaya yang terjadi di pintu
Rusia. Rusia hanya ingin menghindari jenis agresi dari manapun. Sehingga, Rusia
akan mengerahkan semua kapabilitasnya dalam hal militer maupun politik untuk
menangkal ancaman tersebut.
Kejatuhan Suriah tentu akan membawa dampak yang besar bagi kawasan
Timur Tengah dan sekitarnya. Salah satu poin national security Rusia adalah
menciptakan yang stabil. Rusia menaruh kekhawatiran bahwa jika Suriah dibiarkan
terus tidak stabil atau bahkan jatuh, maka ketidak stabilan akan menyebar ke Rusia
melalui Chechnya dan Kaukasia Utara. Salah satu pihak yang tidak bisa disangkal
keberadaannya adalah kelompok teroris yang mengancam keamanan kawasan
tersebut. Kelompok teroris merupakan ancaman yang nyata bagi Rusia, dalam
dokumen NSC dan NSS, teroris dianggap sebagai ancaman bagi keamanan Rusia dan
harus segera dihentikan. Pengalaman Chechnya dan Kaukasia Utara menjadi pil pahit
yang harus ditelan oleh Rusia berkaitan dengan usahanya menjalin hubungan dengan
dunia Islam dan memerangi terorisme.
Keterlibatan Amerika Serikat
Kepentingan Amerika Serikat di Kawasan Timur Tengah
Perkara yang penting untuk diketahui ketika ingin melihat proses penyusunan
kebijakan luar negeri sebuah negara adalah kepentingan dari sebuah negara. Oleh
sebab itu, ketika kita ingin mengetahui tentang bagaimana proses penyusunan
kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Timur Tengah, maka yang penting
untuk kita pahami adalah kepentingan dari Amerika Serikat itu sendiri. Menurut
Bowman (2008:78), ada tiga kepentingan utama Amerika Serikat di Timur Tengah,
pertama dan yang dalam jangka panjang adalah kepentingan untuk mengamankan dan
tidak dirintanginya aliran minyak dari kawasan teluk Persia ke Amerika Serikat dan
jika sampai senjata pemusnah massal seperti teknologi nuklir jatuh ke tangan kaum
ekstrimis Islam, tentu akibat buruknya akan berlipat ganda.20
Untuk mengamankan kepentingan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah,
maka yang dilakukan Amerika Serikat adalah melakukan penempatan pasukan militer
sebanyak mungkin di kawasan tersebut (Bowman, 2008 : 81). Karena hanya dengan
menempatkan pasukan militer maka tiga kepentingan tersebut dapat tercapai.
Keberadaan militer Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah dapat dipergunakan
untuk melakukan pengawasan terhadap sumber-sumber minyak dari gangguan teroris
ataupun instabilitas domestik kawasan, serta dapat mengawasi pergerakan aktor-aktor
yang mengembangkan senjata nuklir seperti Iran, serta dengan keberadaan pasukan
tersebut dapat dipergunakan oleh Amerika Serikat untuk memburu para ekstrimisme
Islam, serta menghalau laju kebangkitan Islam sebagai ancaman ideologis global yang
baru pasca runtuhnya Komunisme.
Dalam rangka memuluskan kepentingan AS serta memperoleh izin untuk
menempatkan pasukan secara permanen di Timur Tengah, maka AS menjalin
kerjasama dengan beberapa negara di kawasan. Sejak tahun 1930-an AS telah
berusaha untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara Timur Tengah, seperti Arab
Saudi dan Iran (1953-1979). Pada masa awal kerjasama dengan negara-negara Timur
Tengah AS lebih memfokuskan pada upaya untuk meminimalisasi pengaruh dari Uni
Sovyet dengan cara mendukung dan memberi bantuan militer dan ekonomi bagi
pemerintahan yang anti-Soviet (Bowman, 2008 : 80). Namun, dalam perkembangan
selanjutnya keberadaan pasukan Amerika Serikat tidak memperoleh apresiasi yang
baik dari penduduk setempat dan pada kelanjutannya menjadi pemicu munculnya
gerakan-gerakan radikal. Atas dasar itu, keberadaan militer Barat di Timur Tengah
justru menjadi counterproductive karena memunculkan kemarahan bagi umat Islam
yang kemudian melakukan aktivitas Jihad yang ditujukan untuk mengusir Barat dari
Timur Tengah.21
Pada hakekatnya Amerika Serikat atau Barat yang didominasi oleh negara
maju merupakan negara-negara yang arogan serta cenderung bersikap superior,
mereka memiliki anggapan bahwa kelompok ekstrimis dan negara yang tidak
mengikuti arahan kebijakannya sebagai musuh. Tindakan atau kebijakan yang
dikeluarkannya tergolong berlebihan untuk mengamankan kepentingan dirinya di
20 http://muzainiyeh---fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59281-MBP%20Timur%20Tengah-Kepentingan
%20Barat%20di%20Timur%20Tengah.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2016
21 http://muzainiyeh---fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59281-MBP%20Timur%20Tengah-Kepentingan
%20Barat%20di%20Timur%20Tengah.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2016
28 Ibid ,hal 26
Lewis lebih jauh menyatakan bahwa demokrasi liberal tidak selaras dengan
fundamentalisme Islam.29
Konfrontasionalis lebih jauh lagi meyakini bahwa persaingan antara Islam dan
Barat bukan cuma urusan materi dan kepentingan politik, tetapi pertarungan di antara
keduanya merupakan suatu perang budaya dan peradaban. Dalam sebuah artikel yang
terkenal, Huntington meyakini sangat pentingnya budaya dalam politik internasional :
Sumber konflik yang mendasar dalam dunia baru ini bukanlah bersifat ideologis dan
ekonomi. Hal yang membelah-belah umat manusia dan sekaligus merupakan sumber
konflik yang utama adalah kebudayaan. Perang peradaban akan mendominasi peta
politik global. Perselisihan-perselisihan yang paling penting, menurut Huntington,
akan terjadi sepanjang garis kebudayaan yang memisahkan Barat dari peradabanperadaban non-Barat : Di kedua sisi, interaksi antara Islam dan Barat dilihat sebagai
perang peradaban. Ia memprediksi bahwa perang dunia berikutnya adalah sebuah
perang antar peradaban.30
Konfrontasionalis mengklaim bahwa terdapat tali-tali politis di antara berbagai
gerakan Islam. Mereka yakin bahwa fundamentalis Islam membentuk jaringan
internasional yang terus berkembang. Sama-sama mesianis dan ideologis, ekstrimis
dan tegar, amat sangat memusuhi liberalisme Barat. Efek teori domino dianggap telah
terjadi.
Satu
dua
keberhasilan,
ujar
Jonathan
Paris,
dapat
mengubah
fundamentalisme Islam menjadi sebuah bola salju revolusioner yang bisa menembus
semua perbatasan ke arah suatu ummat yang lebih besar, atau mencapai kesatuan
untuk
melaksanakan
Jihad.
Satu-satunya
yang
dibutuhkan
adalah
suatu
dalam
rangka
mengetahui
dengan
pasti
alasan
yang