Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan
akibat dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan.
Monitoring diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan
tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Tujuan monitoring:
Manjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan tujuan dan sasaran.
Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Metode survei: tujuannya untuk menjaring data dari para stakeholders, terutama kelompok
sasaran.
Metode observasi lapangan: untuk mengamati data empiris di lapangan dan bertujuan untuk
lebih meyakinkan dalam membuat penilaian tentang proses dari kebijakan. Dapat digunakan untuk
melengkapi metode survei.
Metode campuran: misalnya campuran antara metode dokumentasi dan survei, atau metode
survei dan observasi, atau dengan menggunakan ketiga atau bahkan keempat metode di atas
Metode FGD: dengan melakukan pertemuan dan diskusi dengan para stakeholdersyang
bervariasi. Dengan cara demikian, maka berbagai informasi yang lebih valid akan dapat diperoleh
melalui cross check data dan informasi dari berbagai sumber.
Jenis-jenis Monitoring:
Pemeriksaaan (auditing): jenis monitoring untuk melihat sejauh mana sumberdaya dan
pelayanan sampai pada kelompok sasaran.
Akuntansi (accounting): jenis monitoring untuk mengkalkulasi perubahan sosial dan ekonomi
yang terjadi setelah diimplementasikan suatu kebijakan.
Eksplanasi (explanation): jenis monitoring untuk menjelaskan adanya perbedaan antara hasil
dan tujuan kebijakan.
Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan
kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.
Tujuan Evaluasi
Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan: melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat
pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan: melalui evaluasi dapat diketahui berapa biaya dan
manfaat dari suatu kebijakan.
Mengukur dampak suatu kebijakan: evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu
kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.
Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan: untuk mengetahui adanya penyimpanganpenyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran
dengan pencapaian target.
Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang: untuk memberikan masukan
bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
Alasan Evaluasi Kebijakan
Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan: seberapa jauh suatu kebijakan
mencapai tujuannya.
Untuk mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal: dengan melihat tingkat
efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.
Memenuhi akuntabilitas publik: dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan, maka
dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana
dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.
Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan: apabila tidak dilakukan evaluasi
terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama kelompok sasaran tidak mengetahui secara
pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.
Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama: evaluasi kebijakan bermanfaat untuk
memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi
kesalahan yang sama.
Pendekatan evaluasi
menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu, kelompok, atau
masyarakat.
Evaluasi keputusan teoritis: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara
eksplisit diinginkan oleh berbagai stakeholders.
Indikator Evaluasi
Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?
Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok masyarakat
berbeda?
Single program after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program, tidak ada
kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok sasaran.
Single program before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah program,
tidak ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari perubahan kelompok sasaran.
Comparative before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah program, ada
kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari efek program terhadap kelompok sasaran dan
kelompok kontrol.
a. Manusia
Model kematangan manajemen manusia membatasi area praktik berikut kunci
bagi masyarakat perangkat lunak : rekruitmen , seleksi , manajemen untuk kerja ,
pelatihan, kompensasi , perkembangan karir, desain kerja , dan organisasi dan
perkembangan tim/ kultur. Organisasi mencapai tingkat kematangan yang tinggi
dalam area manajemen manusia memiliki kemiriipan yang lebih tinggi dari
implementasi praktik rekayasa perangkat lunak yang efektif.
b. Masalah
Sebelum memulai project, kita memerlukan untuk mengidentifikasi
obyektifitasnya dan ruang lingkupnya, pemecahan alternatif harus
dipertimbangkan, teknik dan batas pun harus didefinisikan.
Tanpa informasi ini tidak mungkin melakukan estimasi biaya yang dapat
dipertanggung jawabkan dan akurat, penilaian yang efektif terhadap resiko,
merinci secara realistis tugas-tugas proyek, atau jadwal proyek yang dapat
dikelola yang memberikan indikasi kemajuan yang berarti.
c. Proses
Proses perangkat lunak memberikan suatu kerangka kerja dimana rencana
komprehensif bagi pengembangan perangkat lunak dapat dibangun. Sejumlah
kecil aktivitas kerangka kerja yang dapat diaplikasikan pada semua proyek
perangkat lunak, tanpa mempedulikan ukuran dan kompleksitasnya. Sejumlah
kumpulan tugas yang berbeda tugas-tugas, milestone, kemampuan penyampaian
dan jaminan kualitas memungkinkan aktivitas kerangka kerja disesuaikan
dengan karakterisitik proyek perangkat lunak serta kebutuhan tim proyek.
Akhirnya aktivitas pelindung seperti jaminan kualitas perangkat lunak,
manajemen konfigurasi perangkat lunak, dan pengukurannya melapisi model
proses yang ada. Aktivitas pelindung tidak tergantung pada satu aktivitas
kerangka kerja dan ada pada keseluruhan proses.
Manajemen dalam organisasi terdiri dari tiga tingkatan pembuat
keputusanmanajemen yaitu : manajemen tingkat bawah (operasional), manajemen
tingkat menengah (perencanaan dan kontrol manajerial) dan manajemen tingkat
atas(strategik). Setiap level memiliki tanggung jawabnya sendiri-sendiri dan
semuanyabekerja sama dalam mencapai tujuan dan sasaran.
2. Tahap Analisis
Tahap penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang
baru atau diperbaharui. Informasi yang didapat dari proses sebelumnya yaitu tahap
perencanaan dikaji lebih dalam oleh seorang Analis Sistem atau System Analist. Dari hasil
kajiannya seorang analis tersebut akan menemukan beberapa kelemahan sistem sehingga
nantinya ia akan dapat mengusulkan suatu perbaikan atau solusi.
Kegiatan-kegiatan pada tahap Analisis:
a. Convention. Mendeteksi sistem, apabila sistem saat ini semakin berkurang manfaatnya
(Memburuk)
b. Initial Investigation. Memeriksa sistem saat ini dengan penekanan pada daerah-daerah
yang menimbulkan permasalahan.
c. Determination of Ideal System. Mendapatkan Konsensus (semacam kesepakatan/voting)
dari komunitas pengguna sistem (para user) tentang sebuah sistem yang ideal (sistem yang
diinginkan dari setiap user).
d. Generation of System Alternatives. Menggali (explore) perbedaan dari alternatifalternatif sistem yang ada dalam mengurangi jarak (gap) antara sistem saat in idengan
sistem idealnya.
e. Selection of Proper System. Membandingkan alternatif-alternatif sistem dengan
menggunakan metodologi terstruktur, memilih alternatif sistem yang paling baik dan
mengajukannya atau menjualnya kepada perusahaan.
3. Tahap Desain
Tahapan setelah analisis sistem yang menentukan proses dan data yang diperlukan oleh
sistem baru. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pemakai serta memberikan gambaran
yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram dan ahli teknik lain yang
terlibat dalam pengembangan sistem.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap Desain:
a. Output Design. Mendesain tampilan-tampilan output dari suatu sistem, berkas atau
form.
b. Infput Design. Mendesain form/dokumen masukan untuk sistem.
c. File Design. Memberikan bentuk-bentuk file yang dibutuhkan dalam sistem informasi.
4. Tahap Penerapan
Tahap dimana desain sistem yang sudah dibentuj sudah menjadi suatu kode yang siap untuk
dioperasikan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap Penerapan:
a. Programming and Testing. Mengkonversikan perancangan logikal kedalam kegiatan
operasi coding dengan bahasa pemrograman tertentu dan mengetest program, memastikan
semua fungsi/modul berjalan dengan lancar.
b. Training. Memimpin sebuah pelatihan dalam menggunakan sistem baru yang telah
dikembangkan, juga termasuk persiapan lokasi dan tugas-tugas lain yang berhubungan
dengan pelatihan seperti modul pembelajaran dan jadwal training.
c. Sistem Change Over. Merubah pemakaian sistem lama ke sistem baru, dari sistem
informasi yang berhasil dibangun. Adapun beberapa metode konversis sistem diantaranya
yaitu: (a) Konversi Paralel (b) Konversi Bertahap (c) Konversi Percontohan (d)
Langsung/Change Over.
5. Tahap Perawatan
a. Penggunaan Sistem
b. Audit Sistem. Melakukan pengamatan dan penelitian formal untuk menentukan seberapa
baik sistem baru dapat memenuhi kriteria kerja.
c. Penjagaan Sistem. Pemantauan rutin
d. Perbaikan Sistem. Melakukan perbaikan jika dalam program terdapat kelemahan
rancangan yang tidak terdeteksi saat tahap pengujuan sistem.
e. Meningkatkan Sistem. Jika manejer melihat adanya potensi peningkatan sistem, hal ini
bisa ditindaklanjuti untuk memodifikasi sistem sesuai keinginan manejer tersebut.
5. Metode pengembangan si
1.
Model SDLC atau Sekuensial Linier sering disebut juga Model Air Terjun. Model ini
mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan
sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode,
pengujian, dan pemeliharaan
Model ini disusun bertingkat, setiap tahap dalam model ini dilakukan berurutan, satu
sebelum yang lainnya. Model ini biasanya digunakan untuk membuat sebuah software dalam
skala besar dan yang akan dipakai dalam waktu yang lama. Sangat cocok untuk
pengembangan sistem yang besar. Tidak sesuai atau tidak terlalu disarankan untuk small
scale project karena:
Resource intensive
Tidak fleksibel
Sulit untuk aplikasi dengan perubahan cara pengambilan keputusan yang cepat
Tahapan-tahapan (SDLC):
a.
Fase Perencanaan Sistem
Dalam tahapan ini dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan pandangan sistem
informasi baru yang jelas yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemakai
informasi. Proyek sistem dievaluasi dan dipisahkan berdasarkan prioritasnya. Proyek dengan
prioritas tertinggi akan dipilih untuk pengembangan. Penyediaan sumber daya baru dan
penyediaan dana untuk pengembangan sistem. Rencana kerja yang matang juga disusun
untuk menjalankan tahapan-tahapan lainnya. Hasil dari tahapan ini adalah : Langkah-langkah
detail rencana kerja dan penugasan untuk anggota tim.
b.
Fase Analisis Sistem
Dilakukan proses penilaian, identifikasi dan evaluasi komponen dan hubungan timbal-balik
yang terkait dalam pengembangan system: definisi masalah, tujuan, kebutuhan, prioritas dan
kendala-kendala system, ditambah identifikasi biaya, keuntungan dan estimasi jadwal untuk
solusi yang berpotensi.
Fase analisis sistem adalah fase profesional sistem melakukan kegiatan analisis sistem.
Laporan yang dihasilkan menyediakan suatu landasan untuk membentuk suatu tim proyek
sistem dan memulai fase analisis sistem.
Tim proyek sistem memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang alasan untuk
mengembangkan suatu sistem baru.
Ruang lingkup analisis sistem ditentukan pada fase ini. Profesional sistem mewawancarai
calon pemakai dan bekerja dengan pemakai yang bersangkutan untuk mencari penyelesaian
masalah dan menentukan kebutuhan pemakai.
Beberapa aspek sistem yang sedang dikembangkan mungkin tidak diketahui secara penuh
pada fase ini, jadi asumsi kritis dibuat untuk memungkinkan berlanjutnya siklus hidup
pengembangan sistem.
Pada akhir fase analisis sistem, laporan analisis sistem disiapkan. Laporan ini berisi
penemuan-penemuan dan rekomendasi. Bila laporan ini disetujui,tim proyek sistem siap
untuk memulai fase perancangan sistem secara umum. Bila laporan tidak disetujui, tim
proyek sistem harus menjalankan analisis tambahan sampai semua peserta setuju
c.
Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual untuk pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan
perluasan kebutuhan pemakai. Alternatif perancangan konseptual memungkinkan manajer dan pemakai untuk
memilih rancangan terbaik yang cocok untuk kebutuhan mereka.
Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses dengan mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang
akan dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-masing laporan ditentukan. Biasanya, perancang
sistem membuat sketsa form atau tampilan yang mereka harapkan bila sistem telah selesai dibentuk. Sketsa ini
dilakukan pada kertas atau pada tampilan komputer.
Model Prototyping
4. Model Spiral
Model spiral pada awalnya diusulkan oleh Boehm, adalah model proses perangkat lunak
evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototype dengan cara kontrol dan aspek
sistematis model sequensial linier. Model iteratif ditandai dengan tingkah laku yang
memungkinkan pengembang mengembangkan versi perangkat lunak yang lebih lengkap
secara bertahap.
Tahapan-tahapan Model Spiral
1.
Komunikasi Pelanggan
Yaitu tugas-tugas untuk membangun komunikasi antara pelanggan dan kebutuhan- kebutuhan yang
diinginkan oleh pelanggan.
2.
Perencanaan
Yaitu tugas-tugas untuk mendefinisikan sumber daya, ketepatan waktu, dan proyek informasi lain yg
berhubungan.
3.
Analisis Resiko
Yaitu tugas-tugas yang dibutuhkan untuk menaksir resikomanajemen dan teknis.
4.
Perekayasaan
Yaitu tugas yang dibutuhkan untuk membangun satu atau lebih representasi dari apikasi tersebut.
5.
kepada pemakai.
6.
Evaluasi Pelanggan
Yaitu tugas-tugas untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan.
Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap
tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses
Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di
dalam evolusi produk.
Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke
dalam kerangka kerja iteratif .
Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi resiko
sebelum menjadi permaslahan yang serius.
2.
Kekurangan
Sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini bisa dikontrol.
Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika resiko mayor tidak
ditemukan dan diatur.
Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute
8. Prescriptive Methodologies
Yang termasuk dalam metodologi ini adalah :
ISDOS (Information System Design dan Optimization System), merupakan perangkat lunak
yang dikembangkan di University of Michigan. Kegunaan dari ISDOS adalah
mengotomatisasi proses pengembangan system informasi. ISDOS mempunyai dua
komponen, yaitu :
1. PSL (Program Statement Language), merupakan komponen utama dari ISDOS, yaitu suatu
bahasa untuk mencatat kebutuhan pemakai dalam bentuk machine readable form. PSL
dirancang sehingga output yang dihasilkannya dapat dianalisis oleh PSA. PSL merupakan
bahasa untuk menggambarkan sistemnya dan bukan merupakan bahasa pemrograman
prosedural.
2. PSA (Program Statement Analyzer) merupakan paket perangkat lunak yang mirip dengan
kamus data (data dictionary) dan digunakan untuk mengecek data yang dimasukkan,
disimpan, dianalisis dan yang dihasilkan sebagai output laporan.
9. Model V
Model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan karena
tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika dalam model
waterfall proses dijalankan secara linear, maka dalam model V proses dilakukan bercabang.
Tahapan-Tahapan Model V
1.
Requirement Analysis & Acceptance Testing
Tahap Requirement Analysis sama seperti yang terdapat dalam model waterfall. Keluaran
dari tahap ini adalah dokumentasi kebutuhan pengguna. Acceptance Testing merupakan tahap
yang akan mengkaji apakah dokumentasi yang dihasilkan tersebut dapat diterima oleh para
pengguna atau tidak
2.
System Design & System Testing
Dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan mengacu pada
dokumentasi kebutuhan pengguna yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya. Keluaran dari
tahap ini adalah spesifikasi software yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur
data, dan yang lain. Selain itu tahap ini juga menghasilkan contoh tampilan window dan juga
dokumentasi teknik yang lain seperti Entity Diagram dan Data Dictionary.
3.
Architecture Design & Integration Testing
Sering juga disebut High Level Design. Dasar dari pemilihan arsitektur yang akan
digunakan berdasar kepada beberapa hal seperti: pemakaian kembali tiap modul,
ketergantungan tabel dalam basis data, hubungan antar interface, detail teknologi yang
dipakai.
4.
Module Design & Unit Testing
Sering juga disebut sebagai Low Level Design. Perancangan dipecah menjadi modulmodul yang lebih kecil. Setiap modul tersebut diberi penjelasan yang cukup untuk
memudahkan programmer melakukan coding. Tahap ini menghasilkan spesifikasi program
seperti: fungsi dan logika tiap modul, pesan kesalahan, proses input-output untuk tiap modul,
dan lain-lain.
5.
Coding
Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul yang sudah dibentuk.
Kelebihan dan Kekurangan
1.
Kelebihan
V Model sangat fleksibel. V Model mendukung project tailoring dan penambahan dan
pengurangan method dan tool secara
dinamik.
Akibatnya
sangat
mudah
untuk
melakukantailoring pada V Model agar sesuai dengan suatu proyek tertentu dan sangat
mudah untuk menambahkan method dan tool baru atau menghilangkan method dan tool yang
dianggap sudah obsolete.
V Model dikembangkan dan di-maintain oleh publik. User dari V Model berpartisipasi
dalamchange control board yang memproses semua change request terhadap V Model.
2.
Kekurangan
V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan sekali dalam
suatu proyek.
V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan sekali dalam
suatu proyek.
Penggunaan
V Model digunakan dalam proyek teknologi informasi di negara Jerman. Hal ini berlaku
terutama untuk proyek teknologi informasi pada pada sektor pertahanan negara Jerman.
Selain itu, V Model juga digunakan oleh software developer negara Jerman untuk proyek
teknologi informasi lain.
10.
11.
Metode Outsourcing
Outsourcing merupakan salah satu metode pengelolaan teknologi informasi dengan cara
memindahkan pengelolaannya pada pihak lain, yang tujuan akhirnya adalah efektivitas dan
efisiensi kerja. Metode ini seringkali juga disamakan dengan metode lain seperti : sub
kontrak, supplier, proyek atau istilah lain yang berbeda-beda dilapangan, namun pada
dasarnya adalah sama, yaitu pemindahan layanan kepada pihak lain.
Kelebihan dan Kekurangan
1.
Kelebihan
Manajemen TI yang lebih baik, TI dikelola oleh pihak luar yang telah berpengalaman dalam
bidangnya, dengan prosedur dan standar operasi yang terus menerus dikembangkan.
Fleksibiltas untuk meresponse perubahan TI yang cepat, perubahan arsitektur TI berikut
sumberdayanya lebih mudah dilakukan
Akses pada pakar TI yang lebih baik
Fokus pada inti bisnis, perusahaan tidak perlu memikirkan bagaimana sistem TI-nya bekerja
2.
Kekurangan
Terdapat kekhawatiran tentang keamanan sistem informasi karena adanya peluang
penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor, misalnya pembajakan atau pembocoran
informasi perusahaan
Ada peluang sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dikarenakan vendor tidak memahami kebutuhan sistem dalam perusahaan tersebut.
ransfer knowledge terbatas karena pengembangan sistem informasi sepenuhnya dilakukan
oleh vendor.
Relatif sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem informasi karena pengembangan
perangkat lunak dilakukan oleh vendor, sedangkan perusahaan umumnya hanya terlibat
sampai rancangan kebutuhan sistem.
Dapat terjadi ketergantungan kepada konsultan.
Resiko tidak kembalinya investasi yang telah dikeluarkan apabila terjadi ketidakcocokan
sistem informasi yang dikembangkan.