Вы находитесь на странице: 1из 16

1.

Pengertian Monitoring Dan Evaluasi


Monitoring

Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan
akibat dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan.
Monitoring diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan
tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Tujuan monitoring:

Manjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan tujuan dan sasaran.

Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.

Melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring mengharuskan


untuk itu.
Data dan Informasi untuk monitoring:

Metode dokumentasi: dari berbagai laporan kegiatan seperti laporan


tahunan/semesteran/bulanan.

Metode survei: tujuannya untuk menjaring data dari para stakeholders, terutama kelompok
sasaran.

Metode observasi lapangan: untuk mengamati data empiris di lapangan dan bertujuan untuk
lebih meyakinkan dalam membuat penilaian tentang proses dari kebijakan. Dapat digunakan untuk
melengkapi metode survei.

Metode wawancara: pedoman wawancara yang menanyakan berbagai aspek yang


berhubungan dengan implementasi kebijakan perlu dipersiapkan.

Metode campuran: misalnya campuran antara metode dokumentasi dan survei, atau metode
survei dan observasi, atau dengan menggunakan ketiga atau bahkan keempat metode di atas

Metode FGD: dengan melakukan pertemuan dan diskusi dengan para stakeholdersyang
bervariasi. Dengan cara demikian, maka berbagai informasi yang lebih valid akan dapat diperoleh
melalui cross check data dan informasi dari berbagai sumber.
Jenis-jenis Monitoring:

Kepatuhan (compliance): jenis monitoring untuk menentukan tingkat kepatuhan implementor


terhadap standar dan prosedur yang telah ditetapkan.

Pemeriksaaan (auditing): jenis monitoring untuk melihat sejauh mana sumberdaya dan
pelayanan sampai pada kelompok sasaran.

Akuntansi (accounting): jenis monitoring untuk mengkalkulasi perubahan sosial dan ekonomi
yang terjadi setelah diimplementasikan suatu kebijakan.

Eksplanasi (explanation): jenis monitoring untuk menjelaskan adanya perbedaan antara hasil
dan tujuan kebijakan.
Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan
kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.
Tujuan Evaluasi

Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan: melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat
pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan: melalui evaluasi dapat diketahui berapa biaya dan
manfaat dari suatu kebijakan.

Mengukur tingkat keluaran: mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran


atau output dari suatu kebijakan.

Mengukur dampak suatu kebijakan: evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu
kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan: untuk mengetahui adanya penyimpanganpenyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran
dengan pencapaian target.

Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang: untuk memberikan masukan
bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
Alasan Evaluasi Kebijakan

Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan: seberapa jauh suatu kebijakan
mencapai tujuannya.

Untuk mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal: dengan melihat tingkat
efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.

Memenuhi akuntabilitas publik: dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan, maka
dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana
dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.

Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan: apabila tidak dilakukan evaluasi
terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama kelompok sasaran tidak mengetahui secara
pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.

Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama: evaluasi kebijakan bermanfaat untuk
memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi
kesalahan yang sama.
Pendekatan evaluasi

Evaluasi Semu: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk


menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan, tanpa

menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu, kelompok, atau
masyarakat.

Evaluasi formal: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk


menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan berdasarkan
sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh pembuat kebijakan.

Evaluasi keputusan teoritis: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara
eksplisit diinginkan oleh berbagai stakeholders.
Indikator Evaluasi

Efektivitas: apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.

Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?

Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok masyarakat
berbeda?

Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai kelompok dan dapat


memuaskan mereka?

Ketepatan: apakah hasil yang dicapai bermanfaat?


Metode Evaluasi

Single program after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program, tidak ada
kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok sasaran.

Single program before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah program,
tidak ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari perubahan kelompok sasaran.

Comparative after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program, ada kelompok


kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok sasaran dan kelompok kontrol.

Comparative before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah program, ada
kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari efek program terhadap kelompok sasaran dan
kelompok kontrol.

2. Konsep Manajemen Proyak.


Manajemen proyek sistem informasi ditekankan pada tiga faktor, yaitu :
manusia,masalah dan proses. Dalam pekerjaan sistem informasi faktor manusia
sangat berperan penting dalam suksesnya manajemen proyek. Pentingnya faktor
manusia dinyatakan dalam model kematangan kemampuan manajement
manusia (a people management capability maturity model/ PM-CMM) yang
berfungsi untuk meningkatkan kesiapan organisasi perangkat lunak (sistem
informasi) dalam menyelesaikan masalah dengan melakukan kegiatan menerima,
memilih, kinerja manajemen, pelatihan, kompensasi, pengembangan karier,
organisasi dan rancangan kerja serta pengembangan tim.

a. Manusia
Model kematangan manajemen manusia membatasi area praktik berikut kunci
bagi masyarakat perangkat lunak : rekruitmen , seleksi , manajemen untuk kerja ,
pelatihan, kompensasi , perkembangan karir, desain kerja , dan organisasi dan
perkembangan tim/ kultur. Organisasi mencapai tingkat kematangan yang tinggi
dalam area manajemen manusia memiliki kemiriipan yang lebih tinggi dari
implementasi praktik rekayasa perangkat lunak yang efektif.
b. Masalah
Sebelum memulai project, kita memerlukan untuk mengidentifikasi
obyektifitasnya dan ruang lingkupnya, pemecahan alternatif harus
dipertimbangkan, teknik dan batas pun harus didefinisikan.
Tanpa informasi ini tidak mungkin melakukan estimasi biaya yang dapat
dipertanggung jawabkan dan akurat, penilaian yang efektif terhadap resiko,
merinci secara realistis tugas-tugas proyek, atau jadwal proyek yang dapat
dikelola yang memberikan indikasi kemajuan yang berarti.
c. Proses
Proses perangkat lunak memberikan suatu kerangka kerja dimana rencana
komprehensif bagi pengembangan perangkat lunak dapat dibangun. Sejumlah
kecil aktivitas kerangka kerja yang dapat diaplikasikan pada semua proyek
perangkat lunak, tanpa mempedulikan ukuran dan kompleksitasnya. Sejumlah
kumpulan tugas yang berbeda tugas-tugas, milestone, kemampuan penyampaian
dan jaminan kualitas memungkinkan aktivitas kerangka kerja disesuaikan
dengan karakterisitik proyek perangkat lunak serta kebutuhan tim proyek.
Akhirnya aktivitas pelindung seperti jaminan kualitas perangkat lunak,
manajemen konfigurasi perangkat lunak, dan pengukurannya melapisi model
proses yang ada. Aktivitas pelindung tidak tergantung pada satu aktivitas
kerangka kerja dan ada pada keseluruhan proses.
Manajemen dalam organisasi terdiri dari tiga tingkatan pembuat
keputusanmanajemen yaitu : manajemen tingkat bawah (operasional), manajemen
tingkat menengah (perencanaan dan kontrol manajerial) dan manajemen tingkat
atas(strategik). Setiap level memiliki tanggung jawabnya sendiri-sendiri dan
semuanyabekerja sama dalam mencapai tujuan dan sasaran.

3. Struktur organisasi proyek si

4. Pembagian inti dalam proyek metode pengembangan si


1. Tahap Perencanan
Tahapan ini merupakan tahapan dimana pengembang mendefinisikan perkiraan-perkiraan
kebutuhan akan sumber daya yang sifatnya masih umum seperti kebutuhan user, kebutuhan
infrastruktur dan lain-lain.

Langkah-langkah dalam tahapan perencanaan:


Menyadari adanya masalah
Mendefinisikan masalah
Menentukan tujuan sistem
Mengidentifikasikan kendala-kendala sistem
Membuat studi kelayakan
Mempersiapkan usulan penelitian sistem
Menyetujui atau menolak penelitian sistem
Menetapkan mekanisme pengendalian

2. Tahap Analisis
Tahap penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang
baru atau diperbaharui. Informasi yang didapat dari proses sebelumnya yaitu tahap
perencanaan dikaji lebih dalam oleh seorang Analis Sistem atau System Analist. Dari hasil
kajiannya seorang analis tersebut akan menemukan beberapa kelemahan sistem sehingga
nantinya ia akan dapat mengusulkan suatu perbaikan atau solusi.
Kegiatan-kegiatan pada tahap Analisis:
a. Convention. Mendeteksi sistem, apabila sistem saat ini semakin berkurang manfaatnya
(Memburuk)
b. Initial Investigation. Memeriksa sistem saat ini dengan penekanan pada daerah-daerah
yang menimbulkan permasalahan.
c. Determination of Ideal System. Mendapatkan Konsensus (semacam kesepakatan/voting)
dari komunitas pengguna sistem (para user) tentang sebuah sistem yang ideal (sistem yang
diinginkan dari setiap user).
d. Generation of System Alternatives. Menggali (explore) perbedaan dari alternatifalternatif sistem yang ada dalam mengurangi jarak (gap) antara sistem saat in idengan
sistem idealnya.
e. Selection of Proper System. Membandingkan alternatif-alternatif sistem dengan
menggunakan metodologi terstruktur, memilih alternatif sistem yang paling baik dan
mengajukannya atau menjualnya kepada perusahaan.

3. Tahap Desain
Tahapan setelah analisis sistem yang menentukan proses dan data yang diperlukan oleh
sistem baru. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pemakai serta memberikan gambaran
yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram dan ahli teknik lain yang
terlibat dalam pengembangan sistem.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap Desain:
a. Output Design. Mendesain tampilan-tampilan output dari suatu sistem, berkas atau
form.
b. Infput Design. Mendesain form/dokumen masukan untuk sistem.

c. File Design. Memberikan bentuk-bentuk file yang dibutuhkan dalam sistem informasi.

4. Tahap Penerapan
Tahap dimana desain sistem yang sudah dibentuj sudah menjadi suatu kode yang siap untuk
dioperasikan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap Penerapan:
a. Programming and Testing. Mengkonversikan perancangan logikal kedalam kegiatan
operasi coding dengan bahasa pemrograman tertentu dan mengetest program, memastikan
semua fungsi/modul berjalan dengan lancar.
b. Training. Memimpin sebuah pelatihan dalam menggunakan sistem baru yang telah
dikembangkan, juga termasuk persiapan lokasi dan tugas-tugas lain yang berhubungan
dengan pelatihan seperti modul pembelajaran dan jadwal training.
c. Sistem Change Over. Merubah pemakaian sistem lama ke sistem baru, dari sistem
informasi yang berhasil dibangun. Adapun beberapa metode konversis sistem diantaranya
yaitu: (a) Konversi Paralel (b) Konversi Bertahap (c) Konversi Percontohan (d)
Langsung/Change Over.

5. Tahap Perawatan
a. Penggunaan Sistem
b. Audit Sistem. Melakukan pengamatan dan penelitian formal untuk menentukan seberapa
baik sistem baru dapat memenuhi kriteria kerja.
c. Penjagaan Sistem. Pemantauan rutin
d. Perbaikan Sistem. Melakukan perbaikan jika dalam program terdapat kelemahan
rancangan yang tidak terdeteksi saat tahap pengujuan sistem.
e. Meningkatkan Sistem. Jika manejer melihat adanya potensi peningkatan sistem, hal ini
bisa ditindaklanjuti untuk memodifikasi sistem sesuai keinginan manejer tersebut.

5. Metode pengembangan si
1.

Metode System Development Life Cycle (SDLC)

Model SDLC atau Sekuensial Linier sering disebut juga Model Air Terjun. Model ini
mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan
sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode,
pengujian, dan pemeliharaan
Model ini disusun bertingkat, setiap tahap dalam model ini dilakukan berurutan, satu
sebelum yang lainnya. Model ini biasanya digunakan untuk membuat sebuah software dalam
skala besar dan yang akan dipakai dalam waktu yang lama. Sangat cocok untuk
pengembangan sistem yang besar. Tidak sesuai atau tidak terlalu disarankan untuk small
scale project karena:
Resource intensive
Tidak fleksibel
Sulit untuk aplikasi dengan perubahan cara pengambilan keputusan yang cepat

Tahapan-tahapan (SDLC):
a.
Fase Perencanaan Sistem
Dalam tahapan ini dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan pandangan sistem
informasi baru yang jelas yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemakai
informasi. Proyek sistem dievaluasi dan dipisahkan berdasarkan prioritasnya. Proyek dengan
prioritas tertinggi akan dipilih untuk pengembangan. Penyediaan sumber daya baru dan
penyediaan dana untuk pengembangan sistem. Rencana kerja yang matang juga disusun
untuk menjalankan tahapan-tahapan lainnya. Hasil dari tahapan ini adalah : Langkah-langkah
detail rencana kerja dan penugasan untuk anggota tim.
b.
Fase Analisis Sistem
Dilakukan proses penilaian, identifikasi dan evaluasi komponen dan hubungan timbal-balik
yang terkait dalam pengembangan system: definisi masalah, tujuan, kebutuhan, prioritas dan
kendala-kendala system, ditambah identifikasi biaya, keuntungan dan estimasi jadwal untuk
solusi yang berpotensi.
Fase analisis sistem adalah fase profesional sistem melakukan kegiatan analisis sistem.
Laporan yang dihasilkan menyediakan suatu landasan untuk membentuk suatu tim proyek
sistem dan memulai fase analisis sistem.
Tim proyek sistem memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang alasan untuk
mengembangkan suatu sistem baru.
Ruang lingkup analisis sistem ditentukan pada fase ini. Profesional sistem mewawancarai
calon pemakai dan bekerja dengan pemakai yang bersangkutan untuk mencari penyelesaian
masalah dan menentukan kebutuhan pemakai.
Beberapa aspek sistem yang sedang dikembangkan mungkin tidak diketahui secara penuh
pada fase ini, jadi asumsi kritis dibuat untuk memungkinkan berlanjutnya siklus hidup
pengembangan sistem.
Pada akhir fase analisis sistem, laporan analisis sistem disiapkan. Laporan ini berisi
penemuan-penemuan dan rekomendasi. Bila laporan ini disetujui,tim proyek sistem siap
untuk memulai fase perancangan sistem secara umum. Bila laporan tidak disetujui, tim
proyek sistem harus menjalankan analisis tambahan sampai semua peserta setuju
c.

Fase Perancangan Sistem secara Umum

Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual untuk pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan
perluasan kebutuhan pemakai. Alternatif perancangan konseptual memungkinkan manajer dan pemakai untuk
memilih rancangan terbaik yang cocok untuk kebutuhan mereka.
Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses dengan mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang
akan dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-masing laporan ditentukan. Biasanya, perancang
sistem membuat sketsa form atau tampilan yang mereka harapkan bila sistem telah selesai dibentuk. Sketsa ini
dilakukan pada kertas atau pada tampilan komputer.

Fase Evaluasi dan Seleksi Sistem


Akhir fase perancangan sistem secara umum menyediakan point utama untuk keputusan
investasi. Oleh sebab itu dalam fase evaluasi dan seleksi sistem ini nilai kualitas sistem dan
biaya/keuntungan dari laporan dengan proyek system dinilai secara hati-hati dan diuraikan
dalam laporan evaluasi dan seleksi sistem.
Jika tak satupun altenatif perancangan konseptual yang dihasilkan pada fase perancangan
sistem secara umum terbukti dapat dibenarkan, maka semua altenatif akan dibuang. Biasanya,
beberapa alternatif harus terbukti dapat dibenarkan, dan salah satunya dengan nilai tertinggi
dipilih untuk pekerjaan akhir. Bila satu alternatif perancangan sudah dipilih, maka akan
dibuatkan rekomendasi untuk sistem ini dan dibuatkan jadwal untuk perancangan detailnya.
d.

Fase Perancangan Sistem secara Detail


Pada fase ini semua komponen dirancang dan dijelaskan secara detail. Perencanaan
output (layout) dirancang untuk semua layar, form-form tertentu dan laporan-laporan yang
dicetak. Semua output direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan.
Berdasarkan perancangan output dan input, proses-proses dirancang untuk mengubah
input
menjadi
output.
Transaksi-transaksi
dicatat
dan
dimasukkan
secara online atau batch. Macam-macam model dikembangkan untuk mengubah data menjadi
informasi. Prosedur ditulis untuk membimbing pemakai dan pesonel operasi agar dapat
bekerja dengan sistem yang sedang dikembangkan.
Database dirancang untuk menyimpan dan mengakses data. Kendali-kendali yang
dibutuhkan untuk melindungi sistem baru dari macam-macam ancaman dan error ditentukan.
Pada akhir fase ini, laporan rancangan sistem secara detail dihasilkan. Laporan ini
mungkin berisi beribu-ribu dokumen dengan semua spesifikasi untuk masing-masing
rancangan sistem yang terintegrasi menjadi satu kesatuan. Laporan ini dapat juga dijadikan
sebagai buku pedoman yang lengkap untuk merancang, membuat kode dan menguji sistem;
instalasi peralatan; pelatihan; dan tugas-tugas implementasi lainnya.
f.
Fase Implementasi Sistem dan Pemeliharaan Sistem
Sistem siap untuk dibuat dan diinstalasi.
Sejumlah tugas harus dikoordinasi dan dilaksanakan untuk implementasi sistem baru.
laporan implementasi yang dibuat pada fase ini ada dua bagian, yaitu:
1. Rencana implementasi dalam bentuk Gantt Chart atau Program and Evaluation Review
Technique (PERT) Chart
2. Penjadwalan proyek dan teknik manajemen. Bagian kedua adalah laporan yang menerangkan
tugas penting untuk melaksanakan implementasi sistem, seperti :
Pengembangan perangkat lunak
Persiapan lokasi peletakkan sistem
Instalasi peralatan yang digunakan
Pengujian Sistem
e.

Kelebihan dan Kekurangan


1.
Kelebihan
Mudah diaplikasikan.
Memberikan template tentang metode analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan
pemeliharaan.
2.
Kekurangan
Jarang sekali proyek riil mengikuti aliran sekuensial yang dianjurkan model karena model ini
bisa melakukan itersi tidak langsung.
Pelanggan sulit untuk menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga sulit untuk
megakomodasi ketidakpastian pada saat awal proyek.
Pelanggan harus bersikap sabar karena harus menunggu sampai akhir proyrk dilalui. Sebuah
kesalahan jika tidak diketahui dari awal akan menjadi masalah besar karenaharus mengulang
dari awal.
Pengembang sering malakukan penundaan yang tidak perlu karena anggota tim proyek harus
menunggu tim lain untuk melengkapi tugas karena memiliki ketergantungan hal ini
menyebabkan penggunaan waktu tidak efesien.
2.

Model Prototyping

Prototyping adalah proses iterative dalam pengembangan sistem dimana requirement


diubah ke dalam sistem yang bekerja (working system) yang secara terus menerus diperbaiki
melalui kerjasama antara user dan analis. Prototype juga bisa dibangun melalui beberapa tool
pengembangan untuk menyederhanakan proses.
Tahapan-tahapan Model Prototyping
1.
Pengumpulan Kebutuhan
Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat
lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
2.
Membangun Prototyping
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada
penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output).
3.
Menggunakan Sistem
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah
sesuai dengan keinginann pelanggan.
4.
Mengkodekan Sistem
Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa
pemrograman yang sesuai.
5.
Menguji Sistem
Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu
sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path,
pengujian arsitektur dan lain-lain.
6.
Evaluasi Sistem
Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang
diharapkan.
7.
Evaluasi Protoptyping
Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan.
Kelebihan dan Kekurangan
1.
Kelebihan
Prototype melibatkan user dalam analisa dan desain.
Punya kemampuan menangkap requirement secara konkret.
Digunakan untuk memperluas SDLC.
2.
Kekurangan
Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah.
Bisanya kurang fleksible dalam mengahdapi perubahan.
Protitype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah dan cepat selesai.

3. Model RAD (Rapid Application Development)


RAD adalah penggabungan beberapa metode atau teknik terstruktur. RAD menggunakan
metode prototyping dan teknik terstruktur lainnya untuk menentukan kebutuhan user dan
perancangan sistem informasi selain itu RAD menekankan siklus perkembangan dalam waktu
yang singkat (60 sampai 90 hari) dengan pendekatan konstruksi berbasis komponen.
Tahapan-tahapan Model RAD
1.
Bussiness Modelling
Fase ini untuk mencari aliran informasi seperti: informasi mengendalikan proses bisnis,
di mana informasi digunakan, siapa yang memprosenya, dan informasi apa yang
dimunculkan.
2.
Testing and Turnover
Karena menggunakan kembali komponen yang telah ada, maka akan mengurangi waktu
pengujian. Tetapi komponen baru harus diuji dan semua interface harus dilatih secara penuh..
3.
Aplication Generation

Selain menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga, RAD juga memakai


komponen program yang telah ada atau menciptakan komponen yang bisa dipakai lagi. Alatalat baantu bisa dipakai untuk memfasilitasi konstruksi perangkat lunak.
4.
Process Modelling
Aliran informasi pada fase data modelling ditransformasikan untuk mendapatkan aliran
informasi yang diperlukan pada implementasi fungsi bisnis. Pemrosesan diciptakan untuk
menambah, memodifikasi, menghapus, atu mendapatkan kembali objek data tertentu
5.
Data Modelling
Fase ini menjelaskan objek data yang dibutuhkan dalam proyek. Karakteristik (atribut)
masing-masing data diidentifikasikan dan hubungan antar objek didefinisikan.
Kelebihan dan Kekurangan
1.
Kelebihan
RAD mengikuti tahapan pengembangan sistem sepeti umumnya, tetapi mempunyai
kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada (reusable object).
Setiap fungsi dapat dimodulkan dalam waktu tertentu dan dapat dibicarakan oleh tim RAD
yang terpisah dan kemudian diintegrasikan sehingga waktunya lebih efesien.
2.
Kekurangan
Tidak cocok untuk proyek skala besar
Proyek bisa gagal karena waktu yang disepakati tidak dipenuhi.
Sistem yang tidak bisa dimodularisasi tidak cocok untuk model ini.
Resiko teknis yang tinggi juga kurang cocok untuk model ini

4. Model Spiral
Model spiral pada awalnya diusulkan oleh Boehm, adalah model proses perangkat lunak
evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototype dengan cara kontrol dan aspek
sistematis model sequensial linier. Model iteratif ditandai dengan tingkah laku yang
memungkinkan pengembang mengembangkan versi perangkat lunak yang lebih lengkap
secara bertahap.
Tahapan-tahapan Model Spiral
1.
Komunikasi Pelanggan
Yaitu tugas-tugas untuk membangun komunikasi antara pelanggan dan kebutuhan- kebutuhan yang
diinginkan oleh pelanggan.
2.

Perencanaan
Yaitu tugas-tugas untuk mendefinisikan sumber daya, ketepatan waktu, dan proyek informasi lain yg

berhubungan.
3.

Analisis Resiko
Yaitu tugas-tugas yang dibutuhkan untuk menaksir resikomanajemen dan teknis.

4.

Perekayasaan
Yaitu tugas yang dibutuhkan untuk membangun satu atau lebih representasi dari apikasi tersebut.

5.

Konstruksi dan Peluncuran


Yaitu tugas-tugas yang dibutuhkan untuk mengkonstruksi, menguji, memasang, dan memberi pelayanan

kepada pemakai.
6.

Evaluasi Pelanggan
Yaitu tugas-tugas untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan.

Kelebihan dan Kekurangan


1.
Kelebihan
Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak komputer.
Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar

Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap
tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses
Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di
dalam evolusi produk.
Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke
dalam kerangka kerja iteratif .
Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi resiko
sebelum menjadi permaslahan yang serius.
2.
Kekurangan
Sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini bisa dikontrol.
Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika resiko mayor tidak
ditemukan dan diatur.

Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute

5. Object Oriented Technology


Object Oriented Technology merupakan cara pengembangan perangkat lunak berdasarkan
abstraksi objek-objek yang ada di dunia nyata. Filosofi Object Oriented sangat luar biasa
sepanjang siklus pengenbangan perangkat lunak (perencanaan, analisis, perancangan dan
implementasi) sehingga dapat diterapkan pada perancangan sistem secara umum:
menyangkut perangkat lunak, perangkat keras dan system secara keseluruhan.
Tahapan-Tahapan Object Oriented Technology

6. Functional Decomposition Methodologies


Metodologi ini menekankan pada pemecahan dari sistem ke dalam subsistem-subsistem
yang lebih kecil, sehingga akan lebih mudah untuk dipahami, dirancang dan ditetapkan.
Yang termasuk dalam kelompok metodologi ini adalah :
- HIPO (Hierarchy plus Input Process Output)
- Stepwise Refinement (SR) atau Iterative Stepwise Refinement (ISR)
- Information Hiding

7. Data Oriented Methodologies


Metodologi ini menekankan pada karakteristik dari data yang akan diproses.
Dikelompokkan ke dalam dua kelas, yaitu :
1. Data flow oriented methodologies, sistem secara logika dapat digambarkan secara logika
dari arus data dan hubungan antar fungsinya di dalam modul-modul di sistem. Yang termasuk
dalam metodologi ini adalah :
- SADT (Structured Analysis and Design Techniques)
- Composite Design
- SSAD (Structured System Analysis and Design)
2. Data Structured oriented methodologies, Metodologi ini menekankan struktur dari input
dan output di sistem. Yang termasuk dalam metodologi ini adalah :
- JSD (Jacksons System Development)
- W/O (Warnier/Orr)

8. Prescriptive Methodologies
Yang termasuk dalam metodologi ini adalah :
ISDOS (Information System Design dan Optimization System), merupakan perangkat lunak
yang dikembangkan di University of Michigan. Kegunaan dari ISDOS adalah
mengotomatisasi proses pengembangan system informasi. ISDOS mempunyai dua
komponen, yaitu :
1. PSL (Program Statement Language), merupakan komponen utama dari ISDOS, yaitu suatu
bahasa untuk mencatat kebutuhan pemakai dalam bentuk machine readable form. PSL

dirancang sehingga output yang dihasilkannya dapat dianalisis oleh PSA. PSL merupakan
bahasa untuk menggambarkan sistemnya dan bukan merupakan bahasa pemrograman
prosedural.
2. PSA (Program Statement Analyzer) merupakan paket perangkat lunak yang mirip dengan
kamus data (data dictionary) dan digunakan untuk mengecek data yang dimasukkan,
disimpan, dianalisis dan yang dihasilkan sebagai output laporan.

9. Model V
Model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan karena
tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika dalam model
waterfall proses dijalankan secara linear, maka dalam model V proses dilakukan bercabang.
Tahapan-Tahapan Model V
1.
Requirement Analysis & Acceptance Testing
Tahap Requirement Analysis sama seperti yang terdapat dalam model waterfall. Keluaran
dari tahap ini adalah dokumentasi kebutuhan pengguna. Acceptance Testing merupakan tahap
yang akan mengkaji apakah dokumentasi yang dihasilkan tersebut dapat diterima oleh para
pengguna atau tidak
2.
System Design & System Testing
Dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan mengacu pada
dokumentasi kebutuhan pengguna yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya. Keluaran dari
tahap ini adalah spesifikasi software yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur
data, dan yang lain. Selain itu tahap ini juga menghasilkan contoh tampilan window dan juga
dokumentasi teknik yang lain seperti Entity Diagram dan Data Dictionary.
3.
Architecture Design & Integration Testing
Sering juga disebut High Level Design. Dasar dari pemilihan arsitektur yang akan
digunakan berdasar kepada beberapa hal seperti: pemakaian kembali tiap modul,
ketergantungan tabel dalam basis data, hubungan antar interface, detail teknologi yang
dipakai.
4.
Module Design & Unit Testing
Sering juga disebut sebagai Low Level Design. Perancangan dipecah menjadi modulmodul yang lebih kecil. Setiap modul tersebut diberi penjelasan yang cukup untuk
memudahkan programmer melakukan coding. Tahap ini menghasilkan spesifikasi program
seperti: fungsi dan logika tiap modul, pesan kesalahan, proses input-output untuk tiap modul,
dan lain-lain.
5.
Coding
Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul yang sudah dibentuk.
Kelebihan dan Kekurangan
1.
Kelebihan
V Model sangat fleksibel. V Model mendukung project tailoring dan penambahan dan
pengurangan method dan tool secara
dinamik.
Akibatnya
sangat
mudah
untuk
melakukantailoring pada V Model agar sesuai dengan suatu proyek tertentu dan sangat
mudah untuk menambahkan method dan tool baru atau menghilangkan method dan tool yang
dianggap sudah obsolete.
V Model dikembangkan dan di-maintain oleh publik. User dari V Model berpartisipasi
dalamchange control board yang memproses semua change request terhadap V Model.
2.
Kekurangan
V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan sekali dalam
suatu proyek.
V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan sekali dalam
suatu proyek.
Penggunaan

V Model digunakan dalam proyek teknologi informasi di negara Jerman. Hal ini berlaku
terutama untuk proyek teknologi informasi pada pada sektor pertahanan negara Jerman.
Selain itu, V Model juga digunakan oleh software developer negara Jerman untuk proyek
teknologi informasi lain.

10.

Metode End-user Development

Disini pengembangan dilakukan langsung oleh end-user. Keterlibatan langsung end-user


sangat menguntungkan, karena memahami benar bagaimana sistem bekerja. Artinya tahap
analisis sistem dapat dilakukan lebih cepat. Kelemahan adalah pada pengendalian mutu dan
kecenderungan tumbuhnya private sistem informasi. Integrasi dengan sistem yang lain
menjadi sulit.
Tahapan-tahapan EUD
1.
Tahap inisasi (initiation)
Yaitu tahap dimana organisasi(perusahaan) mulai pertama kali mngenal teknologi
informasi.
2.
Tahap ketularan (contagion)
Yaitu tahap diamana organisasi (perusahaan) sudah mulai banyak yang menggunakan
teknologi informasi meskipun ini dilakukan atau tidak terlalu mempertimbangkan
untung ruginya dari penggunaan teknologi informasi ini.
3.
Tahap kendali (control)
Pada tahap ini organisasi (perusahaa) sudah mulai selektif di dalam penggunaan
teknologi informasi. Ada hal yang dijadikan pertimbangan sebelum memutuskan
penggunaan teknolgi informasi seperti pertimbangan untung rugi.
4.
Tahap matang (mature)
Pada tahap ini organisasi (perusahaan) menggunakan teknologi informasi tidak
hanya
mempertimbangakan keuntungan (benfit) yang akan didapatkan serta berapa biaya
(cost) yang harus dikeluarkan tetapi lebih dari itu bagaimana teknologi informasi
yang digunakan dapat dijadikan sebagai alat keunggulan di dalam bersaing
Kelebihan dan Kekurangan
1.
Kelebihan
Dapat menghindari permasalahan kemacetan di departemen sistem informasi.
Kebutuhan pemakai sistem dapat lebih terpenuhi karena dapat dikembangkan sendiri
oleh pemakai.
Menambah atau meningkatkan partisifasi aktif pemakai dalam proses pengembangan
sistemnya sehingga akan ada kepuasan sendiri dari pemakai sistem.
Dapat menambah kualitas pemahaman pemakai terhadap aplikasi yang dikembangkan
serta teknollogi yang digunakan dalam sistem.
2.
Kekurangan
Karena pemakai sistem harus mengembangkan aplikasinya sendiri, maka dalam hal ini
pemakai sekaligus pengembang sistem dituntut untuk memiliki pemahaman mengenai
teknologi informasi (computer literacy) serta pemahaman tentang pengembangan sistem
infomasi.
End user computing memiliki resiko dapat menggangu bahkan merusak sistem
informasi di luar yang dikembangkan oleh pemakai sistem.
End user computing pasti akan berhadapan dengan maslah kemampuan teknis
pemakai sekaligus pengembang sistem.

11.

Metode Outsourcing
Outsourcing merupakan salah satu metode pengelolaan teknologi informasi dengan cara
memindahkan pengelolaannya pada pihak lain, yang tujuan akhirnya adalah efektivitas dan

efisiensi kerja. Metode ini seringkali juga disamakan dengan metode lain seperti : sub
kontrak, supplier, proyek atau istilah lain yang berbeda-beda dilapangan, namun pada
dasarnya adalah sama, yaitu pemindahan layanan kepada pihak lain.
Kelebihan dan Kekurangan
1.
Kelebihan
Manajemen TI yang lebih baik, TI dikelola oleh pihak luar yang telah berpengalaman dalam
bidangnya, dengan prosedur dan standar operasi yang terus menerus dikembangkan.
Fleksibiltas untuk meresponse perubahan TI yang cepat, perubahan arsitektur TI berikut
sumberdayanya lebih mudah dilakukan
Akses pada pakar TI yang lebih baik
Fokus pada inti bisnis, perusahaan tidak perlu memikirkan bagaimana sistem TI-nya bekerja
2.
Kekurangan
Terdapat kekhawatiran tentang keamanan sistem informasi karena adanya peluang
penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor, misalnya pembajakan atau pembocoran
informasi perusahaan
Ada peluang sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dikarenakan vendor tidak memahami kebutuhan sistem dalam perusahaan tersebut.
ransfer knowledge terbatas karena pengembangan sistem informasi sepenuhnya dilakukan
oleh vendor.
Relatif sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem informasi karena pengembangan
perangkat lunak dilakukan oleh vendor, sedangkan perusahaan umumnya hanya terlibat
sampai rancangan kebutuhan sistem.
Dapat terjadi ketergantungan kepada konsultan.
Resiko tidak kembalinya investasi yang telah dikeluarkan apabila terjadi ketidakcocokan
sistem informasi yang dikembangkan.

Вам также может понравиться