Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh
1. Nana Handayani
2. Yustin Dwi Rahayu
3. Tiara Hana Frinsiska
4. Fita Orin
5. Angga Redita
6. Bobby Rahman
infeksi
jaringan
otak
oleh
berbagai
macam
2. Valium
Generik: Diazepam, tablet 2 mg, 5 mg.
Merek dagang (brand name):
Menyusui : dapat memasuki air susu ibu (dapat terus diberikan dengan
perhatian khusus)
3. Clonazepam
Generik: Merek dagang (brand name):
Dosis dan aturan pakai: dosis awal 1 mg (Usia Lanjut: 500 mcg) malam hari,
selama 4 hari. Bertahap dosis dinaikkan dalam 2-4 minggu sampai dosis
pemeliharaan: 4-8 mg/hari dalam dosis terbagi. Anak sampai 1 th 250 mcg,
dinaikkan bertahap sampai 0,5-1 mg. 1-5 th 250 mcg, dinaikkan bertahap
sampai 1-3 mg. 5-12 th 500 mcg, dinaikkan bertahap sampai 3-6 mg.
Efek samping: lelah, mengantuk, pusing, hipotoni otot, gangguan koordinasi
gerak, hipersalivasi pada bayi, agresi, iritabel dan perubahan mental, jarang
gangguan darah, abnormalitas fungsi hati.
Risiko khusus:
4. Valproic acid
Generik: Merek dagang (brand name):
D. Klasifikasi Ensefalitis
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemik
1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis,
Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela,
pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit.
Hassan, 1997)
E. Patofisiologi
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian
lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering
menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya
menurunkan keluhan kejang tersebut. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran berhubungan dengan ensefalitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang
terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu
terhadap proses fisiologik. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, apatis, dan koma.
Pengkajian pada anak menunjukkan keadaan anak menjadi lesu atau
terjadi kelemahan secara umum, nyeri ekstremitas, mudah marah (irritable),
Patofisiologi
Pembentukan
transudat dan eksdutat
Reaksi kuman
patogen
Kerusakan
saraf V
Kerusakan
saraf IX
Edema
serebral
Suhu tubuh
meningkat
Kejang,
nyeri kepala
Kesulitan
mengunyah
Sulit
makan
1. Gangguan perufusi
jaringan serebral
3.
Risiko tinggi
defisit cairan dan
hipovolemik
Kesadaran
menurun
5.
Resiko
tinggi trauma
6.
Risiko
kejang berulang
7. Nyeri
8.
Gangguan
mobilitas fisik
9.
Gangguan
persepsi sensori
10.
Koping individu
tidak efektif
11.
Kecemasan
Penumpukan
sekret
2.
Gangguan
bersihan jalan nafas
4. Pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
F. Pengkajian
Pengkajian ensefalitis meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial (pada anak perlu
dikaji dampak hospitalisasi)
Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua
membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kejang disertai
penurunan tingkat kesadaran
Identitas kx :kita perlu mencatat nama klien, umur klien, jenis kelamin klien
dan alamat klien yang sekarang, alamat perlu di catat karena untuk
mengetahui seberapa persen pengaruh pemaparan penyakit dalam wilayah
tersebut
Keluhan utama :dalam mendirikan suatu diagnosis hal yang kita perlukan
juga adalah keluhan utama klien, karena dengan keluhan utama klien kita
bisa fokus dalam mendiagnosis suatu penyakit.
Riwayat penyakit saat ini :faktor riwayat penyakit sangat penting untuk di
ketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Di sini harus
ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan awal mula
terjadinya serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian
penyakit ensefalitis biasanya di dapat keluhan yang berhubungan dengan
akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan yang paling sering adalah
sakit kepala dan demam. Sakit kepala disebabkan ensefalitis yang berat dan
sebagai iritasi selaput otak. Demam umumnya tetap ada dan tetap tinggi
selama perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat kajian lebih dalam, bagaimana sifat
timbulnya kejang, stimulus apa penyebab kejang, dan tindakan apa yang
diberikan saat kejang terjadi.
Adanya penurunan kesadaran disebabkan ensefalitis bakteri. Gangguan
memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi
bergantung pada beratnya penyakit demikian pula respon individu terhadap
proses fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit juga dapat terjadi koma.
Pengkajian pada anak didapat dengan keadaan anak menjadi lesu atau terjadi
kelemahan secara umum, nyeri ektermitas rewel, demam (39-41 C)
Pengkajian psiko-sosial-spiritual
Pengkajian psikologis klien ensefalitis meliputi beberapa penilaian yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status
emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga serta
masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu rasa cemas, ras
ketidakmampuan dalam melakukan hal secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian yang mengenai koping
sering digunakan klien selama stres meliputi kemampuan klien dalam
mendiskusikan penyakit saat ini yang telah di ketahui dan perubahan perilaku
akibat stres.
Karena klien harus dirawat dalam masa pengobatan maka apakah
keadaan ini akan memberi dampak pada ekonomi klien, karena biaya
pengobatan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan
pengkajian
terhadap
fungsi
neurologis
dengan
dampak
yang
akan
G. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya menggunakan metode per sistem (B1B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah
dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital. Pada
klien ensefalitis biasanya didapat peningkatan suhu lebih dari normal (39-41 C).
Keadaan ini biasanya di hubungkan dengan proses inflamasi selaput otak yang
sudah mengganggu temperatur tubuh.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK. Apabila disertai peningkatan frekuensi pernafasan sering
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi
pada saluran prnafasan sebelum mengalami ensefalitis.
B1(Breating)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan yang sering didapatkan
pada klien ensefalitis disertai adanya gangguan sistem pernafasan. Palpasi
biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi nafas
tambahan seperti ronki, pada pasien dengan akumulasi sekret dari penurunan
kesadaran.
B2(Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik
yang sering terjadi pada pasien ensefalitis
B3(Brain)
Pengkajian brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya
Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien ensefalitis biasanya berkisar
pada tingkat latergi, stupor, dan semikamitosa. Apabila klien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
Saraf XII. Lidah simetris, tidak adanya deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulassi. Indra pengecapan normal.
Sistem Motorik
Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
mobilitas
fisik
yang
berhubungan
dengan
kerusakan
menggumnakan
otot
bantu
nafas,
ronki(-),
perunbahan
irama komplikasi
mengi(-),
dapat
dan
mengatasi
potensial.
Pengkajian
teratur
penting
karena
kerna
pengembanagan diafragma
Peninggian tempat tidur
mem-
jalan
nafas
kesulitan
dan
dalam
penelanan
Trapi fisik dada membantu batuk
lebih efektif
cairan
dapat
minum air putih dan pertahan kan menurunkan mukus yang kenal dan
mempertahankan
bersiahan
jalan
nafas
Rasionalisasi
Mengetahui status nutrisi klien
makan
Mengetahui keseimbangan nutrisi
klien
Observasi posisi
Untuk menghindari resiko infeksi
Tentukan kemampuan klien menelan, Untuk menetapkan makanan yang
batuk
diberikan
Kaji kemampuan klien dalm menelan, Dengan mengkaji hal itu kita dapat
batuk, adanya sekret
pada
usus
usus
kerusakan
menentukan
otak.
Bising
respon
pemberian
makanan
Untuk mengevaluasi
keefektivan
pemasukan makanan
Berikan makanan dengan meninggi- Menurunkan resiko aspirasi
kan kepal
Letakkan makanan pada daerah mulut Memberi stimulus sensorik termasuk
yang tidak terganggu
kemampuan
pengecap,
dapat
tenang
luar
Mulaialah untuk memberi makanan Makanan lunak dan cair mudah di
per oralsetengah cair
lingkungan
batasan
yang
ranjang,
pemberian
resiko
terjadi
jika
duasepam
reaksi
atau
terhadap
eksternal
mengurangi
Lakukan
penatalaksanaan
tegang
Mungkin
diperlukan
untuk
Gangguan
mobilitas
fisik
yang
berhubunagn
dengan
kerusakan
fisik
Rasionalisasi
dan Mengidentifikasi kerusakan fungsi
lakuakan
pertahankan
tempat
keadaan kering
Kaji adanya
nyeri,
dalam
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ensefalitis adalah
infeksi
jaringan
otak
oleh
berbagai
macam
Usia
Kondisi geografis
Musim
Klasifikasi
Encephalitis pasca-infeksi
B. Saran
Makalah ini belumlah lebih dari sempurna, maka kami mohon kritik dan
saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah-makalah kami yang
selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins JT. HSV PCR for CNS infections : pearls and pitfalls. Pediatr Infect Dis J,
1999 ; 18 : 823-4.
Domingues RB, Tsanalics AM, Pannuti CS, et al. Evaluation of the range of clinical
presentations of herpes simplex encephalitis by using polymerase chain
reaction assay of cerebrospinal fluid samples. Clin Infect Dis, 1997 ; 25 :
86-9.
Dupuis O, Audibert F, Fernandez H. Herpes Simplex Virus Encephalitis In
Pregnancy. Obstet Gynecol, 1999 ; 94 : 810-2.
Kohl S. Postnatal herpes simplex virus infection. In: Feign RD, Cherry JD, eds.
Textbook of pediatric infectious diseases. Philadelphia : WB Saunders ;
1992.
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika