Вы находитесь на странице: 1из 20

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN ENSEFALITIS

Disusun Oleh
1. Nana Handayani
2. Yustin Dwi Rahayu
3. Tiara Hana Frinsiska
4. Fita Orin
5. Angga Redita
6. Bobby Rahman

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2010

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ENSEFALITIS


A. Definisi
Ensefalitis adalah

infeksi

jaringan

otak

oleh

berbagai

macam

mikroorganisme (Hassan, 1997). Pada encephalitis terjadi peradangan


jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula
spinalis.
Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M.
Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut
encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000).
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai sistem syaraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen.
(Muttaqin, 2008).
B. Penyebab Ensefalitis
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri
penyebab Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid
fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting
dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang
otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
C. Faktor Resiko
Usia
Beberapa tipe ensefalitis akan lebih sering menyerang dengan gejala klinis
yang lebih parah pada usia anak- anak dan orang tua.
Sistem imun yang lemah
Seperti pada penderita HIV/AIDS, orang yang mengalami transplantasi akan
lebih mudah terkena ensefalitis.
Kondisi geografis

Orang- orang yang tinggal di Negara dimana penyebaran virus melalui


nyamuk sering dijumpai maka resiko terjadinya serangan epidemis akan
lebih tinggi.
Sering beraktivitas diluar rumah
Akan menyebabkan semakin mudah terserang
Musim
Musim panas akan menyebabkan perkembang biakan nyamuk yang semakin
meningkat, sehingga ensefalitis yang penyebarannya melalui serangga
tersebut akan lebih mudah.
1. Fenobarbital (Luminal)
Generik: Phenobarbital, tablet 30 mg, 50 mg; cairan injeksi 100 mg/ml.
Merek dagang (brand name): Indikasi: epilepsy, semua jenis, kecuali petit mal, status epileptikus.
Kontraindikasi: depresi pernapasan berat, porfiria.
Dosis dan aturan pakai: oral : 60-180 mg (malam). Anak 5-8 mg/kg/hari.
Injeksi i.m/i.v. 50-200 mg, ulang setelah 6 jam bila perlu, maksimal 600
mg/hari. Encerkan dalam air 1:10 untuk i.v. status epileptikus (tersedia di
ICU): i.v kecepatan tidak lebih dari 100 mg/menit, sampai bangkitan teratasi
atau sampai maksimal 15 mg/kg/hari tercapai.
Efek samping: mengantuk, letargi, depresi mental, ataksia, nistagmus,
irritabel dan hiperaktif pada anak, agitasi, resah dan bingung pada usia
lanjut, reaksi alergi pada kulit, hipoprotom bunemia, anemia megaloblastik.
Risiko khusus:

Kehamilan : faktor risiko D

Menyusui : dapat memasuki air susu ibu (tidak direkomendasikan/


dapat terus diberikan dengan perhatian khusus)

Penderita dengan ganggan fungsi hati dan ginjal perlu mendapatkan


perhatian khusus.

2. Valium
Generik: Diazepam, tablet 2 mg, 5 mg.
Merek dagang (brand name):

Lovium (Phapros), tablet 2 mg, 5 mg.

Mentalium (Soho), tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg.

Paralium (Prafa), cairan injeksi 5 mg/ml.

Stesolid (Dumex Alpharma indonesia), cairan injeksi 10 mg/2ml;


enema 5 mg/2,5 ml, 10 mg/2,5 ml; sirup 2 mg/5 ml; tablet 2 mg, 5 mg.

Trankinon (Combiphar), tablet 2 mg, 5 mg.

Valium (Roche Indonesia), cairan injeksi 5 mg/ml; tablet 2 mg, 5


mg.

Validex (Dexa Medica), tablet 2 mg, 5 mg.

Valisanbe (Sanbe), tablet 2 mg, 5 mg.

Indikasi: status epileptikus, konvulsi akibat keracunan.


Kontraindikasi: depresi pernapasan berat, insufisiensi pulmoner akut, status
fobi/obsesi, pikosis kronik, porfiria.
Dosis dan aturan pakai: injeksi i.v. 0,5 mg/kgbb/x i.v. dan pada anak dengan
berat badan 10 kg diberikan sebanyak ampul per kali.
Efek samping: mengantuk, pandangan kabur, bingung, ataksia (pada usia
lanjut), amnesia, ketergantungan. Kadang nyeri kepala, vertigo, hipotensi,
gangguan salivasi dan saluran cerna, ruam, perubahan libido, retensi urin.
Risiko khusus:

Kehamilan : faktor risiko D

Menyusui : dapat memasuki air susu ibu (dapat terus diberikan dengan
perhatian khusus)

3. Clonazepam
Generik: Merek dagang (brand name):

Rivotril (Roche Indonesia), tablet 2 mg.

Indikasi: epilepsi, semua jenis, termasuk petit mal, mioklonus, status


epileptikus.
Kontraindikasi: depresi pernapasan berat, insufisiensi pulmoner akut,
porfiria.

Dosis dan aturan pakai: dosis awal 1 mg (Usia Lanjut: 500 mcg) malam hari,
selama 4 hari. Bertahap dosis dinaikkan dalam 2-4 minggu sampai dosis
pemeliharaan: 4-8 mg/hari dalam dosis terbagi. Anak sampai 1 th 250 mcg,
dinaikkan bertahap sampai 0,5-1 mg. 1-5 th 250 mcg, dinaikkan bertahap
sampai 1-3 mg. 5-12 th 500 mcg, dinaikkan bertahap sampai 3-6 mg.
Efek samping: lelah, mengantuk, pusing, hipotoni otot, gangguan koordinasi
gerak, hipersalivasi pada bayi, agresi, iritabel dan perubahan mental, jarang
gangguan darah, abnormalitas fungsi hati.
Risiko khusus:

Kehamilan : faktor risiko D

Menyusui : dapat memasuki air susu ibu (tidak direkomendasikan)

4. Valproic acid
Generik: Merek dagang (brand name):

Depakote (Abbott Indonesia), tablet 250 mg.

Depakene (Abbott Indonesia), sirup 250 mg/5 ml.

Leptilan (Novartis Indonesia), tablet Ss150 mg, 300 mg.

Indikasi: epilepsi, semua jenis epilepsi


Kontraindikasi: penyakit hati aktif, riwayat disfungsi hati berat dalam
keluarga, porfiria.
Dosis dan aturan pakai: dosis awal 300-600 mg/hari terbagi dalam 2 dosis,
setelah makan dinaikkan 200 mg/hari tiap 3 hari, maksimum 2,5 g/hari,
dalam dosis terbagi. Dosis pemeliharaan biasanya 1-2 g/hari(20-30
mg/kg/hari). Anak sampai 20 kg (4 th): dosis awal 20 mg/kg/hari dalam
dosis terbagi. Dapat bertahap dinaikkan sampai 40 mg/kg/hari. Lebih dari 20
kg: dosis awal 400 mg/hari biasanya 20-30 mg/kg/hari, maksimal 35
mg/kg/hari.
Efek samping: badan terasa capai, mual, muntah, dan diare, berat badan
bertambah, tremor, trombositopenia ringan, dan peningkatan enzim enzim
hepatik. Sewaktu terapi dengan depakene hendaknya dipantau jumlah
trombosit dan fungsi hati.
Risiko khusus:

Kehamilan : faktor risiko D

Menyusui : dapat memasuki air susu ibu

Penderita dengan gangguan ginjal perlu mendapatkan perhatian


khusus.

D. Klasifikasi Ensefalitis
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemik
1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis,
Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela,
pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit.
Hassan, 1997)
E. Patofisiologi
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian
lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering
menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya
menurunkan keluhan kejang tersebut. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran berhubungan dengan ensefalitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang
terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu
terhadap proses fisiologik. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, apatis, dan koma.
Pengkajian pada anak menunjukkan keadaan anak menjadi lesu atau
terjadi kelemahan secara umum, nyeri ekstremitas, mudah marah (irritable),

demam (39-41C), nafsu makan menurun, muntah, nyeri kepala, nyeri


tenggorok, pucat, dan gelisah.

Patofisiologi

Faktor-faktor predisposisi pernah mengalami campak, cacar air, herpes


dan bronchopneumonia
Virus/bakteri masuk jaringan otrak secara lokal, hematogen
dan melalui saraf-saraf
Peradangan otak

Pembentukan
transudat dan eksdutat

Reaksi kuman
patogen

Iritasi kortek serebral


Area Fokal

Kerusakan
saraf V

Kerusakan
saraf IX

Edema
serebral

Suhu tubuh
meningkat

Kejang,
nyeri kepala

Kesulitan
mengunyah

Sulit
makan

1. Gangguan perufusi
jaringan serebral

3.

Defisit cairan dan


hipovolemik

Risiko tinggi
defisit cairan dan
hipovolemik

Kesadaran
menurun

5.

Resiko
tinggi trauma
6.
Risiko
kejang berulang
7. Nyeri

8.

Gangguan
mobilitas fisik

9.

Gangguan
persepsi sensori

10.

Koping individu
tidak efektif
11.
Kecemasan
Penumpukan
sekret

2.

Gangguan
bersihan jalan nafas

4. Pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan

F. Pengkajian
Pengkajian ensefalitis meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial (pada anak perlu
dikaji dampak hospitalisasi)

Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua
membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kejang disertai
penurunan tingkat kesadaran

Identitas kx :kita perlu mencatat nama klien, umur klien, jenis kelamin klien
dan alamat klien yang sekarang, alamat perlu di catat karena untuk
mengetahui seberapa persen pengaruh pemaparan penyakit dalam wilayah
tersebut

Keluhan utama :dalam mendirikan suatu diagnosis hal yang kita perlukan
juga adalah keluhan utama klien, karena dengan keluhan utama klien kita
bisa fokus dalam mendiagnosis suatu penyakit.

Riwayat penyakit saat ini :faktor riwayat penyakit sangat penting untuk di
ketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Di sini harus
ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan awal mula
terjadinya serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian
penyakit ensefalitis biasanya di dapat keluhan yang berhubungan dengan
akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan yang paling sering adalah
sakit kepala dan demam. Sakit kepala disebabkan ensefalitis yang berat dan
sebagai iritasi selaput otak. Demam umumnya tetap ada dan tetap tinggi
selama perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat kajian lebih dalam, bagaimana sifat
timbulnya kejang, stimulus apa penyebab kejang, dan tindakan apa yang
diberikan saat kejang terjadi.
Adanya penurunan kesadaran disebabkan ensefalitis bakteri. Gangguan
memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi
bergantung pada beratnya penyakit demikian pula respon individu terhadap
proses fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit juga dapat terjadi koma.
Pengkajian pada anak didapat dengan keadaan anak menjadi lesu atau terjadi
kelemahan secara umum, nyeri ektermitas rewel, demam (39-41 C)

Riwayat penyakit dahulu: pengkajian penyakit yang pernah dialami klien


yang menjadi predisposisi, keluhan sekarang meliputi pernakah klien

mengalami campak, cacar air, herpes. Pengkajian pada anak mungkin


didapatkan riwayat menderita penyakit yang disebabkan oleh virus influeza,
variela, infeksi bakteri satu sel, cacing, fungus.
Pengkajian pada obat-obatan yang sering di pakai klien seperti pemakaian
obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotic dan reaksi lainnya dapat
meningkatkan komprehensif pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh serta untuk memberikan tindakan
selanjutnya.

Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit keluarga juga sangat


menentukan apakah ada faktor keturunan dalam penyakit.

Pengkajian psiko-sosial-spiritual
Pengkajian psikologis klien ensefalitis meliputi beberapa penilaian yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status
emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga serta
masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu rasa cemas, ras
ketidakmampuan dalam melakukan hal secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian yang mengenai koping
sering digunakan klien selama stres meliputi kemampuan klien dalam
mendiskusikan penyakit saat ini yang telah di ketahui dan perubahan perilaku
akibat stres.
Karena klien harus dirawat dalam masa pengobatan maka apakah
keadaan ini akan memberi dampak pada ekonomi klien, karena biaya
pengobatan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan
pengkajian

terhadap

fungsi

neurologis

dengan

dampak

yang

akan

mempengaruhi gaya hidup klien. Perspektif keperawatan dalam mengkaji


hubungan ada dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oeleh defisit
neurologis dalam hubungannya dalam peran sosial klien dan rencana pelayanan
akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis didalam sistem dukungan
gangguan individu.

G. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya menggunakan metode per sistem (B1B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah
dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa tanda-tanda vital. Pada
klien ensefalitis biasanya didapat peningkatan suhu lebih dari normal (39-41 C).
Keadaan ini biasanya di hubungkan dengan proses inflamasi selaput otak yang
sudah mengganggu temperatur tubuh.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK. Apabila disertai peningkatan frekuensi pernafasan sering
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi
pada saluran prnafasan sebelum mengalami ensefalitis.
B1(Breating)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan yang sering didapatkan
pada klien ensefalitis disertai adanya gangguan sistem pernafasan. Palpasi
biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi nafas
tambahan seperti ronki, pada pasien dengan akumulasi sekret dari penurunan
kesadaran.
B2(Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik
yang sering terjadi pada pasien ensefalitis
B3(Brain)
Pengkajian brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya
Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien ensefalitis biasanya berkisar
pada tingkat latergi, stupor, dan semikamitosa. Apabila klien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat

kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau pemberian asuhan


keperawatan
Fungsi serebri
Status mental:observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya
bicara klien dan aktivitas motorik. Pada klien ensefalitis tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial

Saraf I. Fungsi penciuman tidak mengalami gangguan pada pasien


ensefalitis

Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan


papiledema mungkin didapatkan terutama pada ensefalitis supuratif
disertai abses serebridan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya
peningkatan TIK.

Saraf III,IV,VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien


ensefalitis yang tidak mengalami penurunan kesadaran biasanya tanpa
kelainan. Pada tahap lanjut ensefalitis yang telah mengganggu
kesadaran, tanda-tanda perubahan fungsi dan reaksi pupil akan
didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien ensefalitis
mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

Saraf V. Pada klien ensefalitis didapatkan paralisis pada otot sehingga


mengganggu proses mengunyah.

Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal ,wajah asimetris


karena adanya paralisis unilateral.

Saraf VIII. Tidak ditemukannya tuli konduktif atau tuli sensori

Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik sehingga


mengganggu pemenuhan nutrisi via oral

Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezeius.


Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk

Saraf XII. Lidah simetris, tidak adanya deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulassi. Indra pengecapan normal.

Sistem Motorik

Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada


ensefalitis tahap lanjut mengalami perubahan
Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum derajat
refleks pada respon normal. Refleks patofisiologis akan didapatkan pada
klien ensefalitis dengan tingkat kesadaran koma
Sistem sensorik
Pemeriksaan fisik pada ensefalitis biasanya didapatkan perasaan raba
normal, perasaan nyeri normal, perasaan suhu normal, tidak ada perasaan
abnormal di dalam tubuh, dan perasaan deskriminatif normal. Perdanagan
pada selaput otak mengakibatkan sejumlah tanda mudah dikenali pada
ensefalitis. Tanda tersebut adalah kaku kuduk ,yaitu ketika adanya upaya
untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot
leher.
B4(Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya
volume keluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan fungsi perfusi
dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5(Bowel)
Mual sampai muntah di hubungkan dengan peningkatan produksi asam
lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien ensefalitis menurun akibat anoreksia
adanya kejang.
B6(Bone)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan
mobilitas klien secara umum. Dalam memenuhi kebutuhan utama sehari-hari
klien lebih banyak di bantu oleh orang lain.
H. Pemeriksaan Penunjang Ensefalitis
1. Biakan

Dari darah ; viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar


untuk mendapatkan hasil yang positif.

Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan


didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.

Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif

Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif

2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi


dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi
antibodi tubuh. IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadangkadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau
glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik
yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang,
koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak,
dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan.(Smeltzer, 2002)
6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi
bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus
seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal.(Victor, 2001)
I. Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak
begitu membantu. Biasanya berwarna jernih, jumlah sel 50-200 dengan
dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa
masih dalam batas normal. Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi
difus (aktifitas lambat bilateral). Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang
dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang
bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada
daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes
Simplex.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakfektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi
sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran
2. Resiko tinggi gangguan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.

3. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan cedera yang berhubungan


dengan kejang, perubahan status mental, dan penurunan tingkat kesadaran
4. Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
5. Gangguan

mobilitas

fisik

yang

berhubungan

dengan

kerusakan

neuromaskular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran ,kerusakan


persepsi/kognitif
K. Rencana Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi
sekret, kempuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah di beri tindakan,jalan nafas kembali
efektif.
Kriteria hasil: secara subjektif sesak nafas(-), frekuensi nafas 16-20x/mnt,
tidak

menggumnakan

otot

bantu

nafas,

ronki(-),

mendemontrasikan cara batuk efektif


Intervensi
Rasionalisasi
Kaji fungsi paru,adnya bunyi nafas Memantau
tambhan,

perunbahan

irama komplikasi

mengi(-),

dapat

dan

mengatasi

potensial.

Pengkajian

kedalaman, penggunaan otot2 bantu, pernafasan dengan interval yang


dan kekentalan sputum

teratur

penting

karena

kerna

pernafasan yang tidak efektif dan


kegagalan, akibat paralisis otot dan
Atur posisi fowler dan semi fowler

pengembanagan diafragma
Peninggian tempat tidur

mem-

permudah pernafasan, meningkatkan


Ajarkan cara batuk efektif

batuk lebih efektif


Klien berada dalam resiko tinggi jika
tidak dapat batuk efektif untuk
membersihkan
mengalami

Lakukan fisioterapi dada;vibrasi dada

jalan

nafas

kesulitan

dan
dalam

penelanan
Trapi fisik dada membantu batuk
lebih efektif

Penuhi dehidrasi cairan via oral seperti Pemenuhan

cairan

dapat

minum air putih dan pertahan kan menurunkan mukus yang kenal dan

cairan 2500 ml/hr

dapat membantu pemenuhan cairan

yang banyak keluar dari tubuh


Lakukan pengisapan lendir di jalan Pengisapan
diperlukan
untuk
nafas

mempertahankan

bersiahan

jalan

nafas

Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5x24 jam
Kriteria hasil: turgor baik,asupan dapat masuk sesuai kebutuhan terdapat
kemampuan menelan, barat badan naik 1kg, hb dan albumin dalam batas
normal
Intervensi
Observasi turgor kulit

Rasionalisasi
Mengetahui status nutrisi klien

Lakuakn oral hygine

Kebersihan mulut merangsang nafsu

Observasi asupan dan keluaran

makan
Mengetahui keseimbangan nutrisi

klien
Observasi posisi
Untuk menghindari resiko infeksi
Tentukan kemampuan klien menelan, Untuk menetapkan makanan yang
batuk
diberikan
Kaji kemampuan klien dalm menelan, Dengan mengkaji hal itu kita dapat
batuk, adanya sekret

mengetahui kemampuan menelan

klien, dan mencegah aspirasi


Auskultasi bising usus, amati aktivitas Fungsi
GI
bergantung

pada

usus

usus

kerusakan
menentukan

Timbang berat badan sesuai indikasi

otak.

Bising

respon

pemberian

makanan
Untuk mengevaluasi

keefektivan

pemasukan makanan
Berikan makanan dengan meninggi- Menurunkan resiko aspirasi
kan kepal
Letakkan makanan pada daerah mulut Memberi stimulus sensorik termasuk
yang tidak terganggu

kemampuan

pengecap,

dapat

mencetus usaha menelan


Berikan makanan pada daerah yang Klien dapat onsentrasi mengunyah

tenang

makanan tanpa ada gangguan dari

luar
Mulaialah untuk memberi makanan Makanan lunak dan cair mudah di
per oralsetengah cair

cerna dalam mulut

Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan cedera yang berhubungan


denan kejang, perubahan status mental, dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam klien bebas dari cedera yang diakibatkan oleh
kejang dan penurunan kesadaran
Kriteria hasil: klien tidak mengalami cedera jika kejang berulang
Intervensi
Rasionalisasi
Monitor kejang pada otot mulut, Gambaran iritabilitas sistem saraf
muka, dan otot wajah lainnya
Persiapan
seperti

lingkungan
batasan

yang

ranjang,

pusat memerlukan evaluasi yang


tepat sesuai kebutuhan
aman Melindungi klien jika kejang terjadi
papan

pengaman, dan suction selalu ada


dalam dekat pasien
Pertahankan bedrest total selama fase Mengurangi
akut
Kolaborasi

pemberian

resiko

terjadi

jika

afaksia dan vertigo


terapi: Untuk mencegah kejang

duasepam

Nyeri yang berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak


Tujuan : dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang dan rasa sakit terkendali
Kriteria hasil: klien dapat tidur dgn tenang, waja rileks, klien dapat
mengurangi rasa sakit
Intervensi
Rasionalisasi
Usahakan membuat lingkungan yang Menurunkan

reaksi
atau

terhadap

aman dan tenang

eksternal

Kompres es(dingin)pada kepala

kesensitifan dengan cahaya


Dapat menyebabkan vasop kontriksi
pembuluh darah otak

mengurangi

Lakukan

penatalaksanaan

nyeri Membantu menurunkan stimulasi

dengan relaksasi nafas dalam


rasa nyeri
Lakukan latihan gerak pasif dan aktif Dapat membantu relaksasi otot 2
secara lembut dan hati-hati
Kolaborasi pemberian obat analgesik

tegang
Mungkin

diperlukan

untuk

mengurangi rasa sakit

Gangguan

mobilitas

fisik

yang

berhubunagn

dengan

kerusakan

neuromaskular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan


persepsi/ kognitif
Tujuan : tidak terjadi kontraktur, footdrop, gangguan intregitas kulit
Kriteria hasil : skala ketergantungan klien meningkat menjadi bantuan
minimal
Intervensi
Tinjau
kemampuan

fisik

Rasionalisasi
dan Mengidentifikasi kerusakan fungsi

kerusakan yang terjadi


dan menentukan pilihan intervensi
Memberikan perawatan kulit secra Memfasilitasi
sirkulasi
dan
adekuat,

lakuakan

pertahankan

tempat

keadaan kering
Kaji adanya

massge, mencegah gangguan integritas kulit


tidur

nyeri,

dalam

kemerahan, Indikasi adanya kerusakan kulit

bengkak pada kulit

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ensefalitis adalah

infeksi

jaringan

otak

oleh

berbagai

macam

mikroorganisme (Hassan, 1997). Pada encephalitis terjadi peradangan


jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula
spinalis.
Faktor Resiko

Usia

Sistem imun yang lemah

Kondisi geografis

Sering beraktivitas diluar rumah

Musim

Klasifikasi

Infeksi virus yang bersifat endemik

Infeksi virus yang bersiat sporadik

Encephalitis pasca-infeksi

B. Saran
Makalah ini belumlah lebih dari sempurna, maka kami mohon kritik dan
saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah-makalah kami yang
selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins JT. HSV PCR for CNS infections : pearls and pitfalls. Pediatr Infect Dis J,
1999 ; 18 : 823-4.
Domingues RB, Tsanalics AM, Pannuti CS, et al. Evaluation of the range of clinical
presentations of herpes simplex encephalitis by using polymerase chain
reaction assay of cerebrospinal fluid samples. Clin Infect Dis, 1997 ; 25 :
86-9.
Dupuis O, Audibert F, Fernandez H. Herpes Simplex Virus Encephalitis In
Pregnancy. Obstet Gynecol, 1999 ; 94 : 810-2.
Kohl S. Postnatal herpes simplex virus infection. In: Feign RD, Cherry JD, eds.
Textbook of pediatric infectious diseases. Philadelphia : WB Saunders ;
1992.
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika

Вам также может понравиться

  • A
    A
    Документ3 страницы
    A
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • Leaflet Meningitis
    Leaflet Meningitis
    Документ3 страницы
    Leaflet Meningitis
    Fyan Cuapz
    0% (2)
  • Leaflet Cva Trombosis
    Leaflet Cva Trombosis
    Документ3 страницы
    Leaflet Cva Trombosis
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Документ5 страниц
    DEFINISI
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Документ5 страниц
    DEFINISI
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • A
    A
    Документ3 страницы
    A
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • Cephalgia New
    Cephalgia New
    Документ11 страниц
    Cephalgia New
    Erfin Wawe
    Оценок пока нет
  • Artikel
    Artikel
    Документ14 страниц
    Artikel
    Sumartini Rompas
    Оценок пока нет
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Документ6 страниц
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
    Документ16 страниц
    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • GERONTIK
    GERONTIK
    Документ18 страниц
    GERONTIK
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Gerontik Ny
    Asuhan Keperawatan Gerontik Ny
    Документ27 страниц
    Asuhan Keperawatan Gerontik Ny
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • GERONTIK
    GERONTIK
    Документ18 страниц
    GERONTIK
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • Diabetes Mellitus
    Diabetes Mellitus
    Документ24 страницы
    Diabetes Mellitus
    Yuni Eun Wijaya
    Оценок пока нет
  • Askep Gerontik Windra
    Askep Gerontik Windra
    Документ26 страниц
    Askep Gerontik Windra
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 3-Rev Yg BLM
    BAB 3-Rev Yg BLM
    Документ11 страниц
    BAB 3-Rev Yg BLM
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Документ6 страниц
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 2-Jumi
    BAB 2-Jumi
    Документ31 страница
    BAB 2-Jumi
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Документ6 страниц
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 3-Jumi
    BAB 3-Jumi
    Документ10 страниц
    BAB 3-Jumi
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Документ6 страниц
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 2-Rev Yg BLM
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Документ31 страница
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 2-Rev Yg BLM
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Документ31 страница
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • Askep Epilepsi
    Askep Epilepsi
    Документ18 страниц
    Askep Epilepsi
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • Askep CVA
    Askep CVA
    Документ22 страницы
    Askep CVA
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 1jumi New
    BAB 1jumi New
    Документ6 страниц
    BAB 1jumi New
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • BAB 2-Rev Yg BLM
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Документ31 страница
    BAB 2-Rev Yg BLM
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • Askep Tumor Otak
    Askep Tumor Otak
    Документ20 страниц
    Askep Tumor Otak
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • Askep Epilepsi
    Askep Epilepsi
    Документ18 страниц
    Askep Epilepsi
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет
  • ASKEP Cedera Kepala
    ASKEP Cedera Kepala
    Документ10 страниц
    ASKEP Cedera Kepala
    Fyan Cuapz
    Оценок пока нет