Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK : 2
Nor Hidayah
( H1D113002 )
Adya Faurina
( H1D113010 )
Zahratunnisa
( H1D113013 )
Norhasanah
( H1D113025 )
Anisa Purwanti
( H1D113027 )
( H1D113030 )
Eka Pramita
( H1D113037 )
( H1D113041 )
( H1D113046 )
( H1D113034 )
2015
1.
Evaporator
1.1
Pengertian Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari tiga
bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu
menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam
kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya. Hasil dari
evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau larutan
berkonsentrasi. Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa
komponen volatil (mudah menguap).
Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan.
Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan
contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator. Evaporator mengubah air menjadi
uap, menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap dikondensasikan menjadi
air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem pendinginan, efek pendinginan
diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat
(penguapan membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk
memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.
Evaporator merupakan alat yang digunakan untuk
1.
Memproses cairan encer sampai menjadi cairan pekat (untuk industri susu
sampai kadar padatan sekitar 50%)
2.
3.
1.2
besar antara zat-zat yang yang terlarut dengan pelarutnya yaitu dengan penambahan
kalor atau panas untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang
memiliki titik didih tinggi dan zat pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah
sehingga dihasilkan larutan yang lebih pekat serta memiliki konsentrasi yang tinggi.
1.
Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar
antara zat-zatnya.
2.
3.
Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
4.
Titik didih cairan yang mengandung zat tidak mudah menguap (misalnya: gula)
akan tergantung tekanan dan kadar zat tersebut.
5.
Beda titik didih larutan dan titik didih cairan murni disebut kenaikan titik didih
(boiling).
1.3
a.
b.
Berdasarkan Bentuk
Evaporator Sirkulasi Alami/paksa
Evaporator sirkulasi alami bekerja dengan memanfaatkan sirkulasi yang
terjadi akibat perbedaan densitas yang terjadi akibat pemanasan. Pada
evaporator tabung, saat air mulai mendidih, maka buih air akan naik ke
permukaan dan memulai sirkulasi yang mengakibatkan pemisahan liquid dan
uap air di bagian atas dari tabung pemanas. Jumlah evaporasi bergantung dari
perbedaan
temperatur
uap
dengan
larutan.
Sering
kali
pendidihan
fermentasi karena fleksibilitas ruangan. Tidak efektif untuk larutan kental dan
padatan.
Multi stage Evaporator
Menggunakan uap untuk dipakai pada tahap berikutnya. Semakin banyak
tahap maka semakin rendah konsumsi energinya. Biasanya maksimal terdiri
dari tujuh tahap, bila lebih seringkali ditemui biaya pembuatan melebihi
penghematan energi. Ada dua tipe aliran, aliran maju dimana larutan masuk
dari tahap paling panas ke yang lebih rendah, dan aliran mundur yang
merupakan kebalikan dari aliran maju. Cocok untuk menangani produk yang
sensitive terhadap panas seperti enzim dan protein.
Horizontal-tube Evaporator
Evaporator horisontal-tabung merupakan pengembangan dari panci terbuka,
di mana panci tertutup dalam, umumnya dalam silinder vertikal. Tabung
pemanas disusun dalam bundel horisontal direndam dalam cairan di bagian
bawah silinder. Sirkulasi cairan agak miskin dalam jenis evaporator.
Vertikal-tube Evaporator
Dengan menggunakan tabung vertikal, sirkulasi alami dari cairan dipanaskan
dapat dibuat untuk memberikan transfer panas yang baik.
d.
e.
Berdasarkan Konstruksinya
Jenis pipa bersirip (finned tube)
Evaporator jenis finned, maka hanya pipa refrijeran yang disebut permukaan
primer, sedangkan finned-nya disebut sebagai evaporator permukaan
sekunder. Finned hanya berfungsi menangkap udara disekitarnya dan
mengubungkannya ke pipa refrijeran. Evaporator jenis finned adalah
evaporator bare-tube tetapi dilengkapi dengan sirip-sirip yang terbuat dari plat
tipis alumunium yang dipasang disepanjang pipa untuk menambah luas
permukaan perpindahan panas. Sirip-sirip alumunium ini berfungsi sebagai
permukaan transfer panas sekunder. Jarak antar sirip disesuaikan dengan
kapasitas evaporator, biasanya berkisar antara 40 sampai 500 buah sirip per
meter. Evaporator untuk keperluan suhu rendah, jarak siripnya berkisar 80
sampai 200 sirip per meter. Untuk keperluan suhu tinggi, seperti room AC,
jarak fin berkisar 1,8 mm.
Jenis pipa polos (tube)
Evaporator jenis bare-tube, terbuat dari pipa baja atau pipa tembaga.
Penggunaan pipa baja biasanya untuk evaporator berkapasitas besar yang
menggunakan ammonia. Pipa tembaga biasa digunakan untuk evaporator
berkapasitas rendah dengan refrijeran selain ammonia. Evaporator jenis Bare
tube dan plate-surface dapat dikelompokkan sebagai evaporator permukaan
primer, di mana permukaan untuk transfer panas mempunyai kontak langsung
dengan refrijeran cair yang menguap di dalamnya. Kalau evaporator Baretube dan plate-surface lazim digunakan untuk keperluan pendinginan air dan
pendnginan udara yang suhunya di bawah 1C. Akumulasi bunga es pas
permukaan evaporator tidak dapat dicegah. Oleh karena itu perlu diupayakan
untuk menghilangkan bunga es di permukaan evaporator.
Jenis shell and tube (tipe cangkang)
Tipe shell and tube digunakan untuk pendinginan tidak langsung dimana
refigeran mendidih di dalam pipa dan air sebagai fluida pendingin mengalir di
luar pipa dan masih di dalam cangkang (Holman 1991). Laluan pipa di dalam
1.4
Metodologi Perancangan
Pada disain evaporator ini menggunakan disain evaporator jenis tabung dan
pipa (shell and tube) dimana refrigerant mendidih di dalam pipa dan air sebagai fluida
pendingin mengalir di luar pipa dan masih di dalam cangkang. Laluan pipa di dalam
tabung dibuat berselang-seling yang tujuannya untuk meningkatkan nilai perpindahan
panas pada evaporator ini.
Data awal yang diperlukan dalam disain evaporator adalah:
1. Kapasitas refrigerasi rancangan;
2. Jenis refrigerant yang digunakan untuk menganalisis tingkat keadaan
termodinamik di evaporator;
3. Temperatur evaporasi refrigerant;
4. Temperatur dan kecepatan air memasuki evaporator.
*Kecepatan refrigerant
Pipa evaporator yang digunakan dalam perancangan ini adalah pipa tembaga
dan dimensinya akan diasumsikan berdasarkan ukuran pipa tembaga yang tersedia di
pasaran kemudian dianalisa berdasarkan data pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Kecepatan aliran refrigerant yang dianjurkan
Refrigeran
Amoniak
Saluran hisap
Kondensor
0,51-1,27
20,32-25,40
25,4-30,48
R-12
0,41-0,51
7,62-9,14
9,14-11,43
R-22
0,51-0,64
7,62-9,14
9,14-11,43
R-502
0,51-0,64
7,62-9,14
9,14-11,43
Air
0,51-1,27
0,15-0,25
9,14-11,43
*Penguapan Refrigeran
Aliran refrigerant didalam evaporator merupakan aliran dua fase. Pada saat
memasuki evaporator, persentase uap refrigerant rendah tetapi pada saat memasuki
bagian lebih dalam lagi persentase uapnya meningkat sehingga kecepatan alirannya
juga meningkat. Penguapan refrigerant tersebut disertai perpindahan panas dari
lingkungan ke dalam refrigerant, yang mana prosesnya sangat rumit dan kompleks.
Tabel 2 Penguapan Refrigeran
= 2,253(x)3,96W/m2
= 2,253p4/3(x)3,96W/m2
1+
2
Vmax = (0)x Vw
Koefisien konveksi rata-rata pada sisi air dihitung menggunakan persamaan
Zhukauskas:
Pr
*Faktor Pengotoran
Pengoperasian normal dari evaporator sebagai suatu penukar kalor, sering
mengalami pengotoran akibat pengotor (impurities) dalam fluida kerja atau
terbentuknya karat pada pipa. Terbentuknya lapisan pengotor pada permukaan pipa
meningkatkan tahanan perpindahan panas diantara dua fluida kerjanya. Efek tersebut
akan ditanggulangi dengan menambahkan tahanan termal pada saat disain, yang
sering disebut faktor pengotoran (fouling factor) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Faktor pengotoran beberapa fluida kerja
0. "
+ + Rf,o+
1
0
A0 =
0
Ltot = 0
Untuk mendapatkan hasil disain yang memuaskan maka perhitungan di atas dapat
diulang kembali untuk dicocokkan dengan asumsi awal (diiterasi).
1.5
R-22
sebagai
refrigeran,
data
perancangan
hasil
analisis
10
11
Skema aliran air di evaporator dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini:
12
2.
Vaporizer
2.1
dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air
pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar
perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas
terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
13
Jacketed Vessel
Menurut pendapat Sitompul (1993), alat penukar kalor adalah suatu peralatan
di mana terjadi perpindahan panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi
kepada fluida lain yang temperaturnya lebih rendah atau sebaliknya. Klasifikasi
peralatan penukar dapat panas didasarkan pada proses perpindahan panas, jumlah
14
2.2
Pengertian Vaporizer
Vaporizer adalah suatu perangkat yang digunakan untuk mengektraksi suatu
bahan dimana bahan yang diperoleh berupa uap. Uap dapat diekstraksi dengan cara
memanfaatkan semua kaca pemanas, ekstraksi, dan sebuah ruang ekstraksi venturi
berurutan. Sebuah vaporizer memanaskan bahan dalam vakum parsial sehingga
senyawa aktif yang terkandung dalamnya menjadi uap. Tidak terjadi pembakaran,
sehingga tidak ada asap.
Uap air idealnya tidak mengandung partikel lain dan secara signifikan
menurunkan konsentrasi gas beracun seperti karbon monoksida. Uap air diekstraksi
dalam berbagai bentuk didalam bilik-bilik ekstraksi yang termasuk lubang lurus,
venturi atau venturi urutan, dan yang dibuat dari bahan-bahan yang berbeda termasuk
logam dan kaca. Uap air yang diekstraksi kemudian adalah menghisap secara
langsung melalui suatu selang atau pipa yang termasuk uap air untuk keaktifan yang
paling tinggi. Pada vaporizer tidak ada asap dihasilkan, suhu-suhu lebih dingin, dan
lebih sedikit bahan yang diperlukan untuk mencapai tingkat tertentu.
Secara umum vaporizer digunakan untuk menguapkan cairan. Yang
membedakan vaporizer dengan evaporator adalah dimana evaporator berfungsi
untuk memekatkan suatu larutan dengan cara menguapkan airnya, sedangkan
vaporizer berfungsi untuk memekatkan suatu larutan dengan cara menguapkan cairan
selain air. Uap yang dihasilkan dari vaporizer digunakan untuk proses kimia, bukan
sebagai sumber panas seperti halnya steam pada boiler.
Vaporizer menggunakan elemen pemanas listrik, sering kali disertai
Thermostatic pengatur suhu. Harga vaporizer yang berkualitas tinggi sangat mahal,
mencapai beberapa ratus dolar AS. Dalam pemanasan secara konduksi, substansi
ditempatkan pada pelat logam yang kemudian dipanaskan untuk melepaskan
15
16
2.3
dipanaskan dengan suatu media pemanas (umpan tidak kontak langsung dengan
media pemanas). Biasanya tidak semua umpan dapat teruapkan dengan sempurna.
Produk yang dihasilkan (uap dan cairan) dipisahkan dalam suatu tangki pemisah. Uap
yang dihasilkan kemudian digunakan untuk proses selanjutnya, cairan yang tidak
menguap di recycle kembali.
2.4
Tipe-Tipe Vaporizer
Ada beberapa jenis dari vaporizer berdasarkan sirkulasinya yaitu vaporizer
dengan sirkulasi paksa dan vaporizer dengan sirkulasi alamiah. Berikut akan
dijelaskan mengenai kedua jenis vaporizer berdasarkan sirkulasi.
a) Vaporizer dengan sirkulasi paksa
Prinsip kerja dari vaporizer dengan sirkulasi paksa ini adalah dimana fluida
yang akan dipisahkan dengan komponen lainnya diumpankan ke dalam vaporizer
dengan menggunakan pompa. Pompa disini berfungsi untuk mengalirkan fluida liquid
17
ke dalam vaporizer. Itulah mengapa jenis ini disebut dengan jenis sirkulasi paksa.
Vaporizer dengan sirkulasi paksa ini ada berbagai macam, yaitu vaporizer atau
pompa melalui reboiler dengan titik didih isotermal, vaporizer atau pompa-melalui
reboiler dengan rentang didih, pompa-melalui vaporizer atau reboiler dengan atau
tanpa rentang titik didih, dan evaporator sirkulasi paksa atau water solution reboiler.
b) Vaporizer dengan sirkulasi alamiah
Vaporizer jenis ini memiliki prinsip kerja dimana cairan umpan dapat
mengalir sendiri dalam vaporizer dengan bantuan gaya gravitasi. Hal ini dapat terjadi
jika umpan diletakkan di ketinggian yang lebih tinggi daripada vaporizer. Ada
berbagai macam vaporizer dengan sirkulasi alamiah, yaitu kettle reboiler dan
thermosyphon reboiler. Jenis yang pertama adalah kettle reboiler.
2.5
Deskripsi Proses
Tipe vaporizer yang digunakan adalah tipe thermosyphon vertikal, yaitu tipe
exchanger berbentuk vertikal dengan penguapan terjadi pada tubes. Sirkulasi cairan
melewati exchanger dipengaruhi oleh perbedaan densitas antara campuran cairan-uap
pada exchanger dengan cairan pada dasar kolom.
2.6
Proses
Asumsi
Aliran masuk
2.
Pertukaran panas
3.
Aliran keluar
18
pada
aliran
keluar
service
fluid
5.
operasi,
yaitu
temperatur
Penentuan
metana
kalor
laten Nilai
kalor
laten
metana
berasal
dari
19
20
21
22
23
24
25
27
Heat
Exchanger
In
Out
Water (vapor)
Water(vapor)
1,8084
Laju Alir
1,8084 kg/s
Laju Alir
Temperatur
226,667 oC
Temperatur
147,78 oC
Dew/Bubble
138,3255
Point
Dew/Bubble
Point
138,3255 oC
kg/s
Quality
Quality
Tekanan
3,4474 bar
Tekanan
3,4485 bar
0,0689 bar
Delta P allow/calc
Kecepatan
6,27623 m/s
Kecepatan
Densitas
1,516332 kg/m3
Densitas
Viskositas
0,017203 mPa.s
Viskositas
Kapasitas
1,54653 kJ/kg.K
Kapasitas Panas
Shell
Delta P
allow/calc
28
0,001084
bar
14,5111
m/s
1,83195
kg/m3
0,001397
mPa.s
1,640323
Panas
kJ/kg.K
Konduktivitas
Termal
0,036602 W/m.K
Laju Alir
0,030453
Termal
W/m.K
Berat Molekul
Metan
Metan
(vapor)
(liquid)
0,5894
2,4793
kg/s
kg/s
18,0153
g/mol
Metan (vapor)
Laju Alir
3,0687
kg/s
43,889
-133,847 oC
Temperatur
-133,847 oC
Dew/Bubble Point
-164 oC
Quality
0,2377
Quality
Tekanan
6,2224 bar
Tekanan
0,18116 bar
Delta P allow/calc
6,1612 m/s
Kecepatan
Temperatur
Dew/Bubble
Point
Tube
Konduktivitas
Delta
allow/calc
Kecepatan
Densitas
377,92
9,8632
26
kg/m3
kg/m
29
Densitas
3
6,2237
bar
0,0013
bar
0,19206
m/s
316,4052
kg/m3
Viskositas
0,0670
0,00569
mPa.s
Viskositas
mPa.s
0,1185
mPa.s
3,8022
Kapasitas
2,597576
26
Panas
kJ/kg.K
kJ/kg.
Kapasitas Panas
1,7595
kJ/kg.K
Konduktivitas
0,015688
Termal
W/m.K
0,1521
W/m.
K
30
Konduktivitas
0,04273
Termal
W/m.K
Berat Molekul
16,04
g/mol
31
32
33
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Azridjal. 2005. Desain Evaporator Jenis Shell and Tube pada Mesin
Refrigerasi Siklus Kompresi Uap Hibrida Vol 2 No 2. Teknik Mesin
Universitas Riau : Riau.
Lukman, Arif. dan M. Sidiq. 2010. Pembuatan Evaporator Tipe Batch Untuk
Memekatkan Larutan Zat Warna Umpan Spray Dryer. Universitas Sebelas
Maret : Surakarta.
Sari, D. M. Vaporizer.
http://www.scribid.com/doc/240542758/Vaporizer#scribid
Diakses pada tanggal 27 November 2015
36