Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penyakit Alzheimer
Penderita demensia yang mengalami Alzheimer umumnya berusia 65 tahun ke atas.
Meski demikian, gejala penyakit Alzheimer mungkin juga muncul di usia yang lebih
muda, seringkali dikarenakan cacat genetik.
Walaupun penyebab pasti penyakit Alzheimer tidak diketahui, namun diyakini bahwa
plak dan kusut di jaringan otak merupakan biang keladinya. Plak terbentuk akibat
protein beta-amyloid yang menggumpal. Selain itu, faktor genetik juga dipercaya
berperan penting dalam menyebabkan penyakit ini.
Alzheimer biasanya mengalami peningkatan secara perlahan dalam waktu 7-10 tahun.
Kemampuan mental Anda dalam mengolah informasi (logika) perlahan menurun.
Sampai pada akhirnya seluruh bagian otak yang dipengaruhi tidak bekerja dengan
semestinya, termasuk kemampuan berbahasa, penilaian, mengontrol memori, serta
kemampuan spasial.
Demensia Vaskular
Jenis demensia ini terjadi akibat kerusakan otakkarena penurunan atau penyumbatan
aliran darah di pembuluh darah yang menuju ke otak. Masalah ini berpotensi
menyebabkan struk, infeksi katup jantung (endokarditis), dan masalah pembuluh darah
lain.
Gejala demensia vaskular biasanya muncul secara mendadak dan terjadi pada orang
dengan tekanan darah tinggi , yang pernah terkena struk atau serangan jantung.
Penyakit Alzheimer dan jenis demensia lain dapat dialami berbarengan dengan
demensia vaskular.
Demensia Frontotemporal
Salah satu jenis demensia yang jarang dialami, dan cenderung terjadi pada usia antara
40-65 tahun. Jenis demensia ini dikaitkan dengan penurunan fungsi sel saraf di lobus
frontal dan temporal otak. Area ini secara umum mempengaruhi kepribadian, perilaku
dan kemampuan berbahasa.
Beberapa tanda dan gejala demensia frontotemporal terdiri dari kesulitan
berkomunikasi, sulit berpikir atau berkonsentrasi, perilaku yang tidak pantas, serta
kesulitan mengatur gerakan.
Terapi Non Farmakologi Penyakit Demensia
1. Konsumsi ikan
Ikan sangat penting untuk mengatasi penyakit demensia, karena ikan mengandung
senyawa omega-3 yang sangat tinggi, dimana kandungan tersebut menurut sebuah
penelitian mampu menggabungkan saraf-saraf yang sempat terputus atau tidak
berfungsi
akibat
dari penyakit
demensia,
terutama
untuk penyakit
demensia alzheimer, Anda dapat mengonsumsi ikan-ikan laut segar, seperti tuna,
tongkol dan masih banyak lagi.
2. Hindari stres
Stres dapat membuat otak bekerja lebih keras dari pada sebelumnya, menurut sebuah
penelitian di Swedia seseorang yang mengalami stres akan lebih beresiko
terkena penyakit demensia dari wanita normal, maka dari itu jika Anda saat ini saja
sudah menderita penyakit demensia, akan sangat tidak baik apabila Anda stres
terlalu banyak tekanan. Anda dapat menghindari stres dengan melakukan kegiatan
yang menyenangkan bersama dengan orang yang disayang, seperti keluarga, teman
ataupun kekasih.
3. Tidur cukup
Tidur sangat erat kaitanya dengan kesehatan tubuh dan otak, oleh sebab itu jika Anda
mengalami penyakit demensia, akan sangat lebih baik apabila menghindari
begadang dan tidur dengan cukup, minimal orang normal tidur selama 6 jam, namun
apabila Anda mengalami penyakit demensia perbanyak waktu tidur hingga minimal 8
jam setiap harinya, dengan begitu kondisi kesehatan dan otak Anda akan menjadi lebih
baik.
4. Berhenti merokok dan minum alkoho*l
Alkohon dan rokok merupakan konsumsi yang sangat tidak baik untuk tubuh, karena
baik antara rokok ataupun alkoho*l dan membuat penyumbatan pada bagia saluran
peredaran darah yang menuju ke otak, sehingga akan sangat tidak baik bagi Anda yang
saat ini sedang mengalami penyakit demensia, terutama demensia jenis vaskular.
komunikasi pasang alat bantu komunikasi dan berusaha untuk membuat pasien
memusatkan perhatian dengan cara menepuk bahu atau menyentuh tangan.
[2] Berupaya mengatasi masalah perilaku
Prinsip pentalaksana terapi non farmakologi melalui masalah tingkah laku adalah
dengan menemukan perubahan tingkah laku sedini mungkin. Langkah awal yang dapat
ditempuh untuk mengatasi perubahan tingkah laku sebagai berikut:
1. Periksa kemungkinan adanya infeksi ataupun dehidrasi;
2. Evalusai terhadap perubahan fisik seperti penyakit yang diderita pasien;
3. Cegah stimulan lingkungan yang terlalu bising atau ramai seperti banyak orang,
lingkungan baru dan rutinitas yang tidak pernah dijalani sebelumnya;
4. Idetifikasi gangguan yang dialami oleh pasien atau penderita;
5. Lakukan pendekatan dengan tepat seperti mengalihkan perhatian pasien, memberi
rasa aman, menangani dengan lembut dan mengajarkan perilaku yang sebenarnya
kepada pasien.