Вы находитесь на странице: 1из 5

Demensia : Gejala, Penyebab, Pengobatan Demensia adalah penurunan fungsi kognitif yang

mempengaruhi memori, berpikir, bahasa, penilaian, dan perilaku. Seseorang


dikatakan demensia, apabila mengalami gangguan mental setidaknya terhadap dua fungsi otak.
Penyakit demensia atau Pikun ini juga dapat menyebabkan perubahan kepribadian seseorang.
Sebenarnya demensia bukanlah penyakit. Tetapi merupakan gejala yang disebabkan oleh
berbagai penyakit atau cedera. Gangguan mental pada demensia bisa ringan sampai berat.
Ada jenis demensia yang menjadi semakin memburuk dari waktu ke waktu, kondisi ini disebut
sebagai demensia progresif. Beberapa demensia dapat diobati atau bisa pulih kembali
(reversibel). Akan tetapi beberapa ahli menggunakan istilah demensia hanya untuk kemunduran
mental yang bersifat ireversibel (permanen). Apa Penyebab Demensia? Demensia dapat terjadi
akibat Neurodegenerative (degenerasi neuron atau sel otak), atau dengan gangguan pada
sistem tubuh lainnya yang mempengaruhi cara kerja neuron. Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan demensia, termasuk penyakit-penyakit pada otak. Penyebab paling umum
demensia adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Neurodegenerative berarti bahwa
neuron menurun secara bertahap (berhenti berfungsi atau terganggunya fungsi dan akhirnya
mati). Kita tahu bahwa antara neuron satu dengan yang lainnya saling terhubung membentuk
rangkaian yang disebut sinapsis, ketika ada sel saraf yang rusak maka hubungan ini akan
terputus disconnect, dan inilah yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan fungsi
(disfungsi). Lebih lajut, berikut ini beberapa penyebab yang lebih umum dari demensia meliputi:
Penyakit neurodegeneratif penyakit Alzheimer demensia vaskular Penyakit Parkinson dengan
demensia efek samping obat alkoholisme kronis tumor atau infeksi otak tertentu Penyebab lain
demensia adalah frontotemporal lobar degeneration, yang merupakan istilah untuk berbagai
kondisi yang menyebabkan kerusakan sel-sel saraf pada lobus frontal dan temporal otak.
Meliputi: demensia frontotemporal Penyakit Pick palsy supranuclear degenerasi corticobasal
Penyebab Demensia lainnya Penyakit demensia juga bisa disebabkan oleh kondisi-kondisi di
bawah ini: Gangguan struktur otak, seperti hidrosefalus (peningkatan tekanan pada otak akibat
penumpukan cairan serebrospinal), dan hematoma subdural (darah yang menumpuk di
permukaan otak). Gangguan metabolisme tubuh, seperti: hipotiroidisme, kekurangan vitamin B12, gangguan ginjal dan hati. Racun, seperti timah Beberapa demensia ini mungkin reversibel.
Oleh sebab itu segeralah periksakan ke dokter apabila muncul gejala-gejala awal demensia
agar segera dilakukan pemeriksaan dan pengobatan secepatnya.
Bersumber dari: Demensia : Gejala, Penyebab, Pengobatan | Mediskus

4 Jenis Umum Demensia

Penyakit Alzheimer
Penderita demensia yang mengalami Alzheimer umumnya berusia 65 tahun ke atas.
Meski demikian, gejala penyakit Alzheimer mungkin juga muncul di usia yang lebih
muda, seringkali dikarenakan cacat genetik.
Walaupun penyebab pasti penyakit Alzheimer tidak diketahui, namun diyakini bahwa
plak dan kusut di jaringan otak merupakan biang keladinya. Plak terbentuk akibat
protein beta-amyloid yang menggumpal. Selain itu, faktor genetik juga dipercaya
berperan penting dalam menyebabkan penyakit ini.
Alzheimer biasanya mengalami peningkatan secara perlahan dalam waktu 7-10 tahun.
Kemampuan mental Anda dalam mengolah informasi (logika) perlahan menurun.
Sampai pada akhirnya seluruh bagian otak yang dipengaruhi tidak bekerja dengan
semestinya, termasuk kemampuan berbahasa, penilaian, mengontrol memori, serta
kemampuan spasial.

Lewy Body Demensia


Kondisi ini memengaruhi sekitar 10-22 persen dari jumlah keseluruhan penderita
demensia dan menjadikannya salah satu jenis demensia yang paling umum
terjadi. Lewy body demensia lebih sering dialami oleh orang tua.
Jenis demensia ini terjadi jika terdapat gumpalan abnormal protein yang ditemukan
pada otak penderitanya. Gejala yang ditimbulkan lewy body demensia mirip dengan
yang dialami penderita penyakit alzheimer, di antaranya adalah sering berhalusinasi
serta tangan yang sering kaku dan bergetar sendiri.
Orang yang mengalami lewy body demensia sering kali merasakan gangguan tidur
yang diakibatkan oleh kelainan perilaku tidur/kelainan REM (Rapid Eye Movement).
Mereka sering bergerak padahal sedang tidur pulas.

Demensia Vaskular
Jenis demensia ini terjadi akibat kerusakan otakkarena penurunan atau penyumbatan
aliran darah di pembuluh darah yang menuju ke otak. Masalah ini berpotensi
menyebabkan struk, infeksi katup jantung (endokarditis), dan masalah pembuluh darah
lain.
Gejala demensia vaskular biasanya muncul secara mendadak dan terjadi pada orang
dengan tekanan darah tinggi , yang pernah terkena struk atau serangan jantung.
Penyakit Alzheimer dan jenis demensia lain dapat dialami berbarengan dengan
demensia vaskular.

Demensia Frontotemporal
Salah satu jenis demensia yang jarang dialami, dan cenderung terjadi pada usia antara
40-65 tahun. Jenis demensia ini dikaitkan dengan penurunan fungsi sel saraf di lobus
frontal dan temporal otak. Area ini secara umum mempengaruhi kepribadian, perilaku
dan kemampuan berbahasa.
Beberapa tanda dan gejala demensia frontotemporal terdiri dari kesulitan
berkomunikasi, sulit berpikir atau berkonsentrasi, perilaku yang tidak pantas, serta
kesulitan mengatur gerakan.
Terapi Non Farmakologi Penyakit Demensia
1. Konsumsi ikan
Ikan sangat penting untuk mengatasi penyakit demensia, karena ikan mengandung
senyawa omega-3 yang sangat tinggi, dimana kandungan tersebut menurut sebuah
penelitian mampu menggabungkan saraf-saraf yang sempat terputus atau tidak
berfungsi
akibat
dari penyakit
demensia,
terutama
untuk penyakit
demensia alzheimer, Anda dapat mengonsumsi ikan-ikan laut segar, seperti tuna,
tongkol dan masih banyak lagi.
2. Hindari stres
Stres dapat membuat otak bekerja lebih keras dari pada sebelumnya, menurut sebuah
penelitian di Swedia seseorang yang mengalami stres akan lebih beresiko
terkena penyakit demensia dari wanita normal, maka dari itu jika Anda saat ini saja
sudah menderita penyakit demensia, akan sangat tidak baik apabila Anda stres
terlalu banyak tekanan. Anda dapat menghindari stres dengan melakukan kegiatan

yang menyenangkan bersama dengan orang yang disayang, seperti keluarga, teman
ataupun kekasih.
3. Tidur cukup
Tidur sangat erat kaitanya dengan kesehatan tubuh dan otak, oleh sebab itu jika Anda
mengalami penyakit demensia, akan sangat lebih baik apabila menghindari
begadang dan tidur dengan cukup, minimal orang normal tidur selama 6 jam, namun
apabila Anda mengalami penyakit demensia perbanyak waktu tidur hingga minimal 8
jam setiap harinya, dengan begitu kondisi kesehatan dan otak Anda akan menjadi lebih
baik.
4. Berhenti merokok dan minum alkoho*l
Alkohon dan rokok merupakan konsumsi yang sangat tidak baik untuk tubuh, karena
baik antara rokok ataupun alkoho*l dan membuat penyumbatan pada bagia saluran
peredaran darah yang menuju ke otak, sehingga akan sangat tidak baik bagi Anda yang
saat ini sedang mengalami penyakit demensia, terutama demensia jenis vaskular.

Terapi Non Farmakologi Penyakit Alzheimer


[1] Mengoptimalkan dan mengasah kemampuan otak yang masih ada
- Daya Ingat
Terapi non farmakologi dapat kita lakukan dengan mengoptimalkan daya ingat pasien,
seperti membuat catatan kecil agar dia dapat mengingat sedikit demi sedikit, selain itu
ajak pasien ke tempat yang familiar di siang hari, seperti kerumahnya atau ketempat
yang sering dia kunjungi.
- Inkontinesia
Inkontinesia merupakan salah satu terapi non farmakologi dengan menggunakan
kemampuan kebiasaan yang sering dilakukan pasien, seperti kebiasaan buang air
besar, buang air kecil, mandi dan masih banyak lagi. Lakukan serangkaian kegiatan
tersebut dengan rutin kepada penderita atau pasien seperti membuat jadwal terlebih
dahulu agar pasien mampu mengigat hal-hal yang sering dilakukanya setiap hari.
- Komunikasi
Terkadang penderita penyakit alzheimer mengalami kesusahan dalam berkomunikasi
mungkin bisa tuli atau kurang perhatian, untuk terapi non farmakologi melalui

komunikasi pasang alat bantu komunikasi dan berusaha untuk membuat pasien
memusatkan perhatian dengan cara menepuk bahu atau menyentuh tangan.
[2] Berupaya mengatasi masalah perilaku
Prinsip pentalaksana terapi non farmakologi melalui masalah tingkah laku adalah
dengan menemukan perubahan tingkah laku sedini mungkin. Langkah awal yang dapat
ditempuh untuk mengatasi perubahan tingkah laku sebagai berikut:
1. Periksa kemungkinan adanya infeksi ataupun dehidrasi;
2. Evalusai terhadap perubahan fisik seperti penyakit yang diderita pasien;
3. Cegah stimulan lingkungan yang terlalu bising atau ramai seperti banyak orang,
lingkungan baru dan rutinitas yang tidak pernah dijalani sebelumnya;
4. Idetifikasi gangguan yang dialami oleh pasien atau penderita;
5. Lakukan pendekatan dengan tepat seperti mengalihkan perhatian pasien, memberi
rasa aman, menangani dengan lembut dan mengajarkan perilaku yang sebenarnya
kepada pasien.

Вам также может понравиться