Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 kondiloma akuminatum
a. definisi
Adalah pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah
genital. Penyebab : Virus golonganpapova. Kondiloma akuminata ialah vegetasi oleh
human papilloma virus tipe tertentu, bertangkai dan permukaannya berjonjot.1
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah
genitalia eksterna.1 Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna
kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Jika timbul infeksi
sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak
enak. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter
10 cm dan bertangkai.2
b. Etilogi
Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV), ialah virus DNA yang
tergolong dalam family virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 60 tipe
VPH , namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Tipe
yang pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16,18, 30,31,
33,35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, dan 56.1
c. Patogenesis
Sel-sel dari lapisan basal epidermis diserang oleh Human Papilloma Virus (HPV).
Penetrasi virus ini menembus kulit dan menyebabkan mikroabrasi mukosa. Awalnya
fase laten dari virus dengan tidak adanya tanda atau gejala dan dapat berlangsung dari
satu bulan sampai beberapa tahun. Setelah fase laten, produksi dari DNA virus, capsid
dan partikel dimulai. Sel host terinfeksi dan berkembang morfologi koilocytosis
atipikal dari kondiloma akuminata.2
Penularan HPV genital hampir semata-mata melalui hubungan kelamin, walaupun
autoinokulasi dan penularan melalui fomite juga dapat terjadi. Infeksi dapat
ditularkan kepada neonatus saat persalinan per vaginam. Para bayi ini kemudian dapat
mengalami papiloma saluran napas atas yang rekuren dan berpotensi mengancam
nyawa. Faktor risiko terbesar untuk timbulnya HPV adalah jumlah pasangan seks,

merokok, pemakaian kontrasepsi oral, dan kehamilan tampaknya meningkatkan


kerentanan terhadap infeksi HPV.9,10
Penularannya melalui kontak seksual, baik genital-genital, oral-genital, maupun
genital oral. Permukaan mukosa yang lebih tipis lebih susceptible untuk inokulasi
virus daripada kulit berkeratin yang lebih tebal sehingga mikroabrasi pada permukaan
epitel memungkinkan virion dari pasangan seksual yang terinfeksi masuk ke dalam
lapisan sel basal pasangan yang tidak terinfeksi. Selain itu penularannya dapat
melalui transmisi perinatal, dari ibu dengan kondiloma akuminata ke neonatus
sehingga mengakibatkan external genital wart atau kondiloma akuminata dan
papillomatosis laring.2
2.2 Benign Prostat Hyperplasia
a.Definisi
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh
penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang
berusia 50 tahun ke atas. Hiperplasia prostatik adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat; pertumbuhan tersebut dimulai dari
bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan
kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar
dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Prostat
tersebut

mengelilingi

uretra,

dan

pembesaran

bagian

periuretral

akan

menyebabkan obstruksi leher kandung kemih. 4


b.Etiologi
Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan
testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi
testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa perifer. Berdasarkan angka
autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 3040 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang, akan terjadi
perubahan patologik anatomik. Pada lelaki usia 50 tahun, angka kejadiannya

sekitar 50% dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut
di atas akan menyebabkan gejala dan tanda klinis. 4
C. Patofisiologi
Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Gejala dan
tanda obstruksi saluran kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan
miksi, miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah,
dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensitivitas otot
detrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan, dan
disuria. 4
Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup
kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga koneksi terputus-putus. Gejala
iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau
pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih sehingga
vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejala dan tanda ini diberi
skor untuk menentukan berat keluhan klinis. 4
Apabila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga
pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul
rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaaan ini berlanjut, pada suatu saat
akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena
produksi urin terus-menerus terjadi, pada suatu saat vesika tidak mampu lagi
menampung urin sehingga tekanan intra-vesika terus meningkat. 5
Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan
obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan
refluks

vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses

kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi, penderita
harus selalu mengedan sehingga lama-kelamaan menyebabkan hernia atau
hemoroid.4

Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam
kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan
hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks,
dapat terjadi pielonefritis. 4
2.3 karsinoma sel skuamosa serviks uteri
a. Definisi5
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher
rahim, yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
kea rah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita
(vagina).
b. Etiologi11
Infeksi HPV merupakan awal dari perkembangan neoplasia leher rahim.
HPV DNA ditemukan pada 99,7% dari seluruh karsinoma leher rahim. Tipe HPV
16 ialah yang paling sering ditemukan pada jenis karsinoma sel skuamosa dan
tipe HPV 18 paling sering ditemukan pada adenokarsinoma.
c. Patogenesis11-13
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut suamo-columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan sel dari
epitel ektoserviks yaitu epitel squamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu
epitel kuboid atau kolumnar selapis bersilia. Letak SCJ ini dipengaruhi usia,
aktivitas seksual dan paritas. Pada saat muda SCJ berada diluar ostium eksternum
sedangkan pada wanita dewasa SCJ berada di dalam kanalis serviks. Oleh karena
itu wanita usia muda yang mempunyai aktivitas seksual tinggi cenderung lebih
mudah terpapar oleh agen kanker serviks.
Dari seratus lebih tipe HPV, yang paling beresiko tinggi menyebabkan
karsinoma serviks adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 31. Tipe lain yang lebih jarang
adalah HPV tipe 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58 dan 59. Sementara itu, lesi ringan
seperti kondiloma berkaitan dengan infeksi HPV resiko rendah seperti tipe 6, 11,
42, dan 44.

Pada lesi ringan, DNA virus tidak berintegrasi dengan genome host dan
tetap dalam bentuk episom bebas. Sementara itu, HPV tipe 16 dan 18 biasanya
akan berintegrasi ke dalam genome host yang mengekspresikan protein E6 dan
E7 dalam jumlah besar sehingga gen p53 dan RB yang berfungsi sebagai
supressor tumor akan terinaktivasi atau terhambat. Akibatnya terjadi perubahan
fenotip sel yang bertransformasi, memungkinkan pertumbahan otonom dan bisa
terjadi mutasi lebih jauh lagi.

2.4 Karsinoma payudara


a. Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD).
b. Etiologi

Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk
berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki
beberapa faktor risiko tersebut.2 Beberapa faktor risiko tersebut 14,15 :

Umur :

Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring


bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata
pada wanita usia 45 tahun ke atas

Riwayat kanker payudara :

Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara


mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang
lainnya.

Riwayat Keluarga :

Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara
perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi jika anggota
keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga meningkat
bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker
payudara

c. Patogenesis
Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis ini terus
mengalami perubahan, seiring dengan diketemukannya peralatan untuk menguak

pengetahuan tentang sel. Pada tahun 1950, diketahui bahwa hormon steroid
memegang peranan penting untuk terjadinya kanker payudara. Tahun 1980 mulai
terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa onkogen dan gen suprespor,
keduanya memegang peranan penting untuk progresi tumor, adesi antara sel dan
faktor pertumbuhan. Abad 20, mulailah diketahui tentang siklus sel serta
perbaikan DNA.
dan kematian sel (apoptosis) serta regulasinya. Kemudian abad 21 ini
mulai berkembang pengetahuan yang menganalisa secara mendalam kegagalan
terapi kanker juga tentang mekanisme resistensi terhadap kemoterapi,
antiestrogen, radiasi dan pengetahuan tentang proses invasi, angiogenesis, dan
metastase.
2.5 Adenoma lactan
adenoma lactan adalah tumor jinak pada payudara dengan penyebabnya
belum di ketahui yang sering dikaitkan dengan kehamilan dan menyusui. Hal ini
terjadi selama periode khusus dengan adanya perubahan secara histologis serta
perubahan patologis dan mungkin dapat menentukan serta
keganasan.

Sebanyak

tiga

persen

dari

kanker

menyingkirkan

payudara,

dilaporkan

selamakehamilan dan menyusui (1). Meskipun kondisi ini jinak dan dapat di obati
setelah menyusui tetapi diagnosis tidak mudah, sehingga biopsi bedah sangat
penting untuk menegakkan diagnosis dan untuk melihat adanya perbedaan yang
menuju pada keganasan.16,17
lesi jinak pada payudara diketahui terjadi pada kehamilan dan menyusui.
Adenoma adalah massa payudara yang paling umum terlihat pada wanita hamil

Secara klinis, adenoma laktan mengeluarkan diskrit, teraba adanya massa


payudara, massa bergerak secara bebas pada wanita yang
menyusui.18,19,20

hamil atau

Вам также может понравиться