Вы находитесь на странице: 1из 4

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN

MAHNUM LAILAN NASUTION


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klien dengan Skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan persepsi
sensori : Halusinasi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi
pendengaran dan penglihatan. Gangguan halusinasi ini umumnya mengarah pada
perilaku yang membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungan.
Terkait dengan hal tersebut di atas penulis merasa perlu untuk melakukan
asuhan keperawatan pada Tuan H di ruangan Pusuk Buhit RSJ Medan, karena
kasus pada klien jiwa dengan gangguan halusinasi pendengaran cukup banyak
terjadi, selain keadaan klien yang cukup mendukung dalam proses perawatan
yang cukup mendukung perawat.
Selain masalah halusinasi klien juga mengalami permasalahan kejiwaan,
seperti : menarik diri, harga diri rendah kronis dan resiko tinggi perilaku
kekerasan. Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama lebih kurang 3 bulan
yang lalu
.
B. Batasan Masalah
Dalam pembahasan masalah ini pennulis membatasi permasalahan yaitu
tentang bagaimana aplikasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
utama perubahan sensori persepsi ; halusinasi pendengaran yang meliputi
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi .
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan
pada klien Tuan H dengan halusinasi pendengaran di ruang Pusuk Buhit RSJ
Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah
keperawatan, membuat pohon masalah, menetapkan pohon masalah,
menetapkan diagnosa keperawatan pada Tuan H dengan halusinasi
pendengaran di ruang Pusuk Buhit RSJ Medan.
b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
2004 Digitized by USU digital library 1

D. Metode
Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Studi kasus
Kelompok melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada
seorang klien dengan masalah perubahan sensori persepsi halusinasi
pendengaran di ruang Pusuk Buhit RSJ Medan.
2. Observasi
Mengobservasi gejala gejala perilaku yang dialami klien dengan
halusinasi dengar dan observasi keberhasilan standard asuhan
keperawatan yang diberikan.
3. Wawancara
Pengkajian dalam rangka pengumpulan data dilakukan terhadap
klien keluarga serta perawat ruangan
4. Studi perpustakaan
Dengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan
halusinasi termasuk bahan bahan perkuliahan agar makalah ini
mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari
- Latar belakang
- Batasan masalah
- Tujuan
- Metode
- Sistematika penulisan
2. Bab II : Tujuan Teoritis
- Teoritis Halusinasi
Defenisi halusinasi dan klasifikasi halusinasi
Proses terjadinya halusinasi
Faktor faktor yang dapat menyebabkan
halusinasi
Hubungan skizofrenia dengan halusinasi
Penatalaksanaan medis halusinasi pendengaran
- Teoritis keperawatan
Asuhan keperawatan :
Pengkajian
Diagnosa keperawatan
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
3. Bab III : Tinjauan Kasus
- Pengkajian
- Analisa data
- Pohon masalah
- Diagnosa keperawatan
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
4. Bab IV : Pembahasan
5. Bab V : Kesimpulan dan Saran
2004 Digitized by USU digital library 2

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. HALUSINASI
1. DEFENISI HALUSINASI
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa
adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental
Health Nursing, 1987).
2. KLASIFIKASI HALUSINASI
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar
suara, teruatama suara suara orang, biasanya klien mendengar
suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik,
gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk,
amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses.
Kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit
atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan
sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu
yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi
tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine.
3. PROSES TERJADINYA HALUSINASI
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara suara bising atau mendengung. Tetapi paling
sering berupa kata kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu
seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa
juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan
mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada
benda mati.
Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan
schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa
mania depresif dan syndroma otak organik.
2004 Digitized by USU digital library 3

4. FAKTOR FAKTOR PENYEBAB HALUSINASI


a. Faktor predisposisi
1. BIOLOGIS
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf syaraf pusat
dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul
adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul
perilaku menarik diri.
2. PSIKOLOGIS
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
3. SOSIOBUDAYA
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya
4. ( EMPAT) TAHAPAN HALUSINASI, KARAKTERISTIK DAN PERILAKU YANG
DITAMPILKAN
TAHAP
KARAKTERISTIK
PERILAKU KLIEN
Tahap I
- Memberi rasa nyaman
- Mengalami ansietas,
- Tersenyum, tertawa
tingkat ansietas sedang
kesepian, rasa bersalah
sendiri
secara umum,
dan ketakutan.
- Menggerakkan bibir
halusinasi merupakan
- Mencoba berfokus
tanpa suara
suatu kesenangan.
pada pikiran yang dapat - Pergerakkan mata
menghilangkan ansietas yang cepat
- Fikiran dan
- Respon verbal yang
pengalaman sensori
lambat
masih ada dalam kontol - Diam dan
kesadaran, nonpsikotik. berkonsentrasi
Tahap II
- Menyalahkan
- Tingkat kecemasan
berat secara umum
halusinasi menyebabkan
perasaan antipati

- Pengalaman sensori
menakutkan
- Merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori
tersebut
- Mulai merasa
kehilangan kontrol
- Menarik diri dari orang
lain non psikotik

- Terjadi peningkatan
denyut jantung,
pernafasan dan tekanan
darah
- Perhatian dengan
lingkungan berkurang
- Konsentrasi terhadap
pengalaman sensori
kerja
- Kehilangan
kemampuan

http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-mahnum2.pdf

Вам также может понравиться