Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Malnutrisi adalah masalah utama di dunia berkembang.
tampak
jelas
memiliki
berat
badan
kurang
dengan
seperti
adalah
pada
kondisi
bentuk
MEP
kelaparan
berat
dan
akibat
anoreksia.
protein
dan
jaringan tubuh
secara
bertahap terutama
subkutan
sehingga anak tampak lebih tua denagn kulit keriput dan turgor
kulit menurun.
Epidemiologi
Kurang Energi Protein paling sering ditemukan di negara-negara sedang
disebabkan karena perbedaan nilai anak, anak laki-laki dianggap lebih berharga
daripada anak perempuan sehingga anak laki-laki akan mendapatkan perawatan
kesehatan dan pemberian makanan yang lebih baik. Dari segi golongan umur,
balita penderita KEP lebih banyak ditemukan pada usia 12 s/d 23 bulan, yaitu
sebesar 50,00%. Balita pada usia ini, baru memasuki suatu tahapan baru dalam
proses tumbuh kembangnya. Di antaranya tahapan untuk mulai beralih dari
ketergantungan yang besar pada ASI atau susu formula ke makanan semi adat.
Sebagian balita mengalami masa ini tanpa kesulitan, namun sebagian lagi
menderita kesulitan makan yang berat.
2.3 Etiologi
Etiologi dari penyakit marasmus antara lain masukan zat
gizi yang tidak adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat,
kelainan metabolik dan malabsorpsi, malformasi kongenital pada
saluran pencernaan, penyakit ginjal menahun, keadaan ekonomi
keluarga (Arisman, 2004). Sedangkan menurut Nelson (2007),
penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang
dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan
makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan
anak terganggu, karena kelainan metabolik
atau
malformasi
dibawa
sejak
lahir,
infeksi
enteral misalnya
infantil
gastroenteritis,
Kelainan struktur
bawaan,
bawaan misalnya
penyakit
palatoschizis,
Hirschpurng,
: penyakit
deformitas
jantung
palatum,
tersebut
pemberian
ASI
kurang
akibat
reflek
Pemberian
ASI
yang
terlalu
lama
tanpa
pemberian
ditegakkan
bila
penyebab
maramus
yang
lain
disingkirkan
h.
tambahan
yang
kurang
akan
menimbulkan
marasmus
i.
Urbanisasi
mempengaruhi
dan
merupakan
predisposisi
pula
perubahan
kebiasaan penyapihan
dini
dan
Sedangkan
faktor-faktor
lain
selain
faktor
pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti
layaknya
lingkaran
setan
yang
sukar
diputuskan,
karena
gangguan
kulit,
gangguan
pencernaan
(sering
diare),
banyak
menangis
meskipun
setelah
makan,
karena
terasa lapar.
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan,
disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,
dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi,
muka bayi dapat teap tampak relatif normal selama beberapa
waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat
hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mulamula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan
hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja
berisi mukus dan sedkit (Nelson, 2000). Selain itu, tanda dan
gejala dari penyakit marasmus antara lain badan kurus kering
tampak seperti orang tua, lethargi, irritable, kulit keriput (turgor
kulit jelek), ubun-ubun cekung pada bayi, jaringan subkutan
hilang, malaise, kelaparan dan apatis.
2.5 Patofisiologi
marasmus
Marasmus
adalah
compensated
pokok
atau
energi.
Kemampuan
tubuh
untuk
sangat
penting
untuk
mempertahankan
kehidupan.
bahan
bakar,
namun
kemampuan
tubuh
untuk
terjadi
katabolisme
menghasilkan
kekurangan
glukosa.
protein
terjadi
setelah
asam
amino
yang
Hal
ini
mengakibatkan
beberapa
segera
jam
diubah
dengan
menjadi
menyebabkan
cadangan
protein
digunakan
juga
untuk
defisiensi
kalori
tidak
hanya
membantu
memenuhi
Tubuh
yang
hidup
seperti
halnya
dengan
mesin
makanan
tersebut
harus
cukup
tersedia
protein,
nutrient
dalam
dietnya.
Defisiensi
protein
akan
2.8
Pengobatan
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase
stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil
memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase.
a. Tahap Penyesuaian
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima makanan
hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein (TETP). Tahap
penyesuaian ini dapat berlangsung singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih
3. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat
hipomagnesimia.
4. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau
100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A
diberikan dengan dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal
400.000 SI.
5. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe)
dan asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP
berat.
2.9 Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap penyakit marasmus dapat
dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha
tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik
untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. Tindakan
pencegahan
bertujuan
untuk
mengurangi
insidensi
dan
Pencegahan
penyakit
infeksi,
dengan
meningkatkan
6.
Penyuluhan
pemberian
atau
makanan
pendidikan
yang
kesehatan
adekuat
gizi
merupakan
tentang
usaha
telah
dikemukakan
bahwa
meningkatnya
jumlah
bahan
makanan
setempat
yang
memadai
Menentukan
jenis
menterjemahkan
bahan
nutrien
makanan
yang
yang
dipilih
diperlukan
untuk
dengan
BAB 3. PATHWAY
Sosial
ekonomi
rendah
Malabsorbsi,
infeksi anoreksia
Kegagalan
melakukan sintetis
protein dan kalori
Marasmus
Risiko
Daya
Keadaan
Lipolisis
infeksi
tahan
Risiko
tinggi
Defisit
volume
umum
pada
protein
tubuh
saluran
lemah
<<
Infeksi
Anoreksia,
Kurang
Perubahan
Asam
amino esensial
pertumbuhan
Kemampuan
fisik
Atrofi
& produksi
albumin
danotot
Nafsu
makan
berkurang
Gangguan
nutrisi kurang
dari
Penurunan BB