Вы находитесь на странице: 1из 39

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial hidup berkelompok dan saling berhubungan untuk
memenuhi kebutuhan sosial. Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok.
Dengan demikian pula dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik yang
didapatkan melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak
positif dalam upaya pencegahan. pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan jiwa
seseorang. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi
aktifitas kelompok melalui dukungan pendidikan, meningkatkan hubungan interpersonal.
(Barkhead, 1989).
Kepuasan berhubungan dapat dicapai jika individu dapat terlibat secara aktif dalam
proses berhubungan. Peran serta yang tinggi daiam berhubungan disertai respon
lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal
balik yang sinkron (Stuart & Sundeen, 1995).
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan keluhan
tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi, keluyuran,
mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan dirawat di rumah sakit, hal
yang sama sering terjadi banyak klien diam, menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari hari
perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan tidur. Ada di antara klien yang dengan
inisiatif sendiri mencari perubahan situasi dengan jalan jalan di rumah sakit namun ada
diantara mereka yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika tertangkap ia dicap sebagai
klien yang melarikan diri kemudian dimasukan lagi ke dalam ruang isolasi.

B.

Rumusan Masalah

Jelaskan apa yang dimaksud dengan terapi aktivitas kelompok!

Jelaskan apa yang dimaksud dengan terapi lingkungan!

C.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan terapi music!

Jelaskan apa yang dimaksud dengan terapi keluarga!

Jelaskan apa yang dimaksud dengan psikoterapi suportif!

Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami terapi aktivitas kelompok.

Mengetahui dan memahami terapi lingkungan.

Mengetahui dan memahami terapi music.

Mengetahui dan memahami terapi keluarga.

Mengetahui dan memahami psikoterapi suportif.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Terapi Aktivitas Kelompok
a.

Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama.(Struart & Laraia, 2001).
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan
meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997).
Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk
identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive
(Stuart & Sundeen, 1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan
(Kelliat, 2005)
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk
klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan
tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat
khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara
tepat dan benar. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang dilakukan
atas kelompok penderita bersarna-sarna dengan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.
3

b. Tujuan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


Depkes RI (1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman
dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
b) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,
berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan
terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain.
c) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan
prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak
karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi
kognitif dan afektif.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri
tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
b) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh
seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada
waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan
dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari,
terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang
memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.
c.

Manfaat Terapi Aktifitas Kelompok


Ada manfaat dan keuntungan yang diperoleh (individu) melalui terapi aktivitas
kelompok (TAK) adalah:
1. Dukungan atau support.
2. Pendidikan
3. Meningkatkan hubungan interpersonal
4

4. Meningkatkan kernampuan pernecahan masalah halusinasi


Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman pelaksanaan
terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok sosialisasi, penyaluran
energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas.
d. Kerangka Teoritis Terapi Aktifitas Kelompok
1. Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermens, terapi kelompok berfokus pada
kelompok dari pada individu.
Prinsipnya :
Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari.
Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul kemudian konfrontir
konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu anggota kelompok
memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus memfasilitasi dan
memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekpresikan perasaan dan
mendiskusikan perasaan dan mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif
dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota kelompok, umpan
balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.
Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif,
masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa :
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi
verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan
yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
5

Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan


sosial anggota kelompok.
Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana
mereka berkomunikasi lebih efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip
komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa
proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan)
digambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari
tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota
kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan
persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan
merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan
interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi
tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan
mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan
perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat
terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai
dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu. Anggota
memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami
Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras
e.

Dampak Terapeutik Dari Kelompok


Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat
6

memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom (1985)
dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus yang terlibat
dalam efek terapeutik dari kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yang mempunyai
masalah dan bahwa perjuangannya adalah dengan membagi atau setidaknya dapat
dimengerti oleh orang lain.
2) Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang lain yang
telah dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan emosional yang
diberikan oleh kelompok lainnya.
3) Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan dukungan satu
sama lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya menerima ide dari yang
lainnya.
4) Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk kebanyakan
klien merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota lainnya dapat jadi
resepien reaksi tranferensi yang kemudian dapat dilakukan.
5) Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk
menghubungkan dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien dapat
memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan melatih
cara baru berinteraksi.
6) Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi tentang
ganguan seseorang terhadap umpan balik langsung tentang perilaku orang dan
pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya.
7) Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau
anggota lainnya memberikan model peran yang baik.
8) Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan
seseorang. Bila terapi kelompok menimbulkan berkembangnya rasa kesatuan dan
persatuan memberi pengaruh kuat dan memberi perasaan memiliki dan menerima
yang dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang.
9) Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar pribadi,
bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan mempunyai pengalaman
7

memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.


10) Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi
ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam kelompok.
11) Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui keterbatasan
seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang.

f.

Indikasi Dan Kontra Indikasi Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI
(1997) adalah:
1) Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok
kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic, delusi tak
terkontrol, mudah bosan.
2) Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok
antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu
gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa
kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok.
3) Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan
pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis
klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman relatif
setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan problem yang sama.

g.

Komponen Kelompok
Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :
1) Struktur kelompok.
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan
keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga
stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam
kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu
oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.
2) Besar kelompok.
8

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang


anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar
akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan,
pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi
dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).
3) Lamanya sesi.
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang
rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi
bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali perminggu, atau dapat
direncanakan sesuai dengan kebutuhan (Kelliat, 2005).
h. Proses Terapi Aktifitas Kelompok
Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada terapi
individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam
psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya
dan menyerahkan kepada kelompok.
Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang
tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka diri dan tidak
menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari
suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena
prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok
dan mereka dihadapkan dengan orang lain.
Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan
kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila ada
anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis kemudian
menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah
yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh
terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja,
bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat moderat dan

menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah.


Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara.
Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh
karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada
indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga
terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar mengajak temannya yang kurang
banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan.
Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan
dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan
penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang
datang dari anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi dengan
sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit. Terapis
lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak
menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang terdiri
dari individu-individu.
Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat
pembicaraan yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin
dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk
pertemuan berikutnya. (Kelliat, 2005).
i.

Perkembangan Kelompok
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan
kembang. Pemimpin akan mengembangkan kelompok melalui empat fase (Kelliat,
2005) yaitu :
1. Fase prakelompok.
Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah tujuan
dari kelompok. Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku pemimpin
dan pelaksana kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu perlu
disusun panduan pelaksanaan kegiatan kelompok.
2. Fase awal kelompok.
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru. Dan
10

peran yang baru. Fase ini terbagi dalam tiga fase (Kelliat, 2005) yaitu:
a) Tahap orientasi.
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan.
Pemimpin kelompok mengorientasikan anggota pada tugas utama dan
melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasian, waktu pertemuan,
struktur, kejujuran dan aturan komunikasi, misalnya hanya satu orang yang
berbicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa memiliki, atau kohesif antara
anggota kelompok diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
b) Tahap konflik.
Peran dependen dan independent terjadi pada tahap ini, sebagian ingin
pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin pemimpin lebih mengarahkan,
atau sebaliknya anggota ingin berperan sebagai pemimpin. Adapula anggota
yang netral dan dapat membantu menyelesaikan konflik peran yang terjadi.
Perasaan bermusuhan yang ditampilkan, baik antara kelompok maupun anggota
dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negative dan membantu kelompok
mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku yang tidak produktif,
seperti menuduh anggota tertentu sebagai penyebab konflik.
c) Tahap kohesif.
Setalah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang kuat satu
sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan. Pada tahap ini,
anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih
intim satu sama lain. Pemimpin tetap berupaya memberdayakan kemampuan
anggota kelompok dalam melakukan penyelesaian masalah. Pada tahap akhir
fase ini, tiap anggota kelompok belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan,
mereka belajar persamaan dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu
pencapaian tujuan yang menjadi suatui realitas.
3. Fase kerja kelompok.
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim, walaupun mereka bekerja keras,
tetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin kelompok. Kelompok menjadi
11

stabil dan realistis.


Tugas utama pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan tetap
menjaga kelompok kearah pencapaian tujuan, serta mengurangi dampak dari factor
apa saja yang dapat mengurangi produktivitas kelompok. Selain itu pemimpin juga
bertindak sebagai konsultan.
Beberapa problem yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, selfdesclosure,dan resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat akrab,
berlomba mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi kerahasian karena
keterbukaan sangat tinggi dan keengganan berubah perlu didefinisikan pemimpin
kelompok agar segera melakukan strukturisasi.
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan
kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada fase ini
kelompok segera masuk ke fase berikutnya yaitu perpisahan.
4. Fase terminasi
Terminasi dapat sementara atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karena
anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok.
Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian, baik kelompok
maupun individu. Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan instrument evaluasi
kemampuan individual dari anggota kelompok. Terminasi dapat dilakukan pada
akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang merupakan paket dengan memperhatikan
pencapaian tertentu. Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan
pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan seharihari
j.

Macam Terapi Aktifitas Kelompok


Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu :
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang mengalami
12

kemunduran orientasi dengan karakteristik: pasien dengan gangguan persepsi;


halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat
fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: pasien dapat mempersepsikan
stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah
yang timbul dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007).
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami
dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam
empat sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
1) Sesi pertama : mengenal halusinasi
2) Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi
3) Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan
4) Sesi keempat : cara minum obat yang benar
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan
stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubhan perilaku.
Bentuk stimulus :
1) Stimulus suara: musik
2) Stimulus visual: gambar
3) Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video
Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :
1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.
2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
Jenis TAK yaitu :
1) TAK Stimulasi Suara
2) TAK Stimulasi Gambar
3) TAK Stimulasi Suara dan Gambar

13

c. Terapi aktivitas orientasi realita


Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah
upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri,
orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu
Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai
realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat,waktu, dan
orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan
menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala
ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada
klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang
realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu
sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2. Klien mengenal waktu dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan
tepat.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang,
tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah
klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang
lain, tempat, dan waktu.
Tahapan kegiatan :
1) Sesi I : Orientasi Orang
2) Sesi II : Orientasi Tempat
3) Sesi III : Orientasi Waktu
d. Terapi aktivitas Sosialisasi
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perilaku
kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak
dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal kekerasan yang biasa dilakukan,
aktivitas mencegah kekerasan melalui kegiatan fisik, aktivitas mencegah perilaku
14

kekerasan melalui interaksi social asertif, aktivitas mencegah perilaku kekerasan


melalui kepatuhan minum obat, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui
kegiatan ibadah.

B. Terapi Lingkungan
a. Pengertian
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.
Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan,
pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati, harapan
lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga
diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan
kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien
dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang
diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah
tinggalnya.
b. Tujuan
Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai
orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
Menurut Stuart dan Sundeen:
1. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan
mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri.
2. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain

15

3. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain


4. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat, dan
5. Mencapai perubahan yang positif
c. Karakteristik
Lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu: mendorong terjadi proses
penyembuhan, lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik sbb:
1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya.
2. Pasien merasa senang /nyaman.dan tidak merawsa takut dengan lingkungannya.
3. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi
4. Lingkungan rumah sakit/ bangsal yang bersih
5. Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls
pasien.
6. Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien sebagai
individu yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku
pasien sebagai respon adanya stress.
7. Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau larangan dan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihannya dan
membentuk perilaku yang baru.
Disamping hal tersebut terapi lingkungan harus memiliki karakteristik:
1. Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok
selama 24 jam.
2. Adanya proses pertukaran informasi.
3. Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
4.Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak meraswa takut baik dari
ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
5. Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan focus komunikasi
terapeutik.
6. Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.
7.Personal dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yang memiliki hak,
kebutuhan, dan tanggung jawab.
8. Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
d. Jenis-jenis lingkungan
1.

Lingkungan Fisik
16

Aspek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan
bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Setting nya meliputi:
a. Bentuk dan struktur bangunan.
b. Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit.
Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:
a. Lingkungan fisik yang tetap.
b. Lingkungan fisik semi tetap.
c. Lingkungan fisik tidak tetap.
2. Lingkungan Fisik Tetap
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian
eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai
dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat.
Berada di tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta
tidak diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu
memelihara

hubungan

terapeutik

pasien

dengan

masyarakat.

Memberikan

kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta


menghindari kesan terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal
yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang
makan. Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk
memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental,
merangsang memori dan mencegah disorientasi ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi
aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus
misalnya rapat ruangan.
3. Lingkungan Fisik Semi Tetap
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja,
peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan
yang lainnya serta menjaga privasi pasien.

17

4. Lingkungan Fisik Tidak Tetap


Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat
dipengaruhi oleh social budaya.
5. Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan
pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta
toleransi terhadap tekanan eksternal.
a. Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.
b. Observasi pasien tiap 15 menit.
c. Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
d. Penuhi kebutuhan fisik pasien.
e. Libatkan keluarga.
Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi dengan
pasien:
1. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah
tingkah laku pasien.
2. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku
partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
3. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota
kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
4. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
5. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan
adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.
e. Peran Perawat dalam Terapi Lingkungan
1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
a. Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab,
menyenangkan, saling menghargai di antara sesame perawat, petugas kesehatan,
dan pasien.
b. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaankeadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau

18

perawat.
c. Menciptakan suasana yang nyaman.
d. Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang
lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.
2. Penyelenggara proses sosialisasi
a. Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang
lain, sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
b. Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan
perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan
tertentu.
c. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan
yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya
pada waktu yang luang.
3. Sebagai teknis perawatan
Fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien,
memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilakuperilaku yang menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang
timbul dalam terapi tersebut.
4. Sebagai leader atau pengelola.
Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik
yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun
secara psikologis kepada pasien.
f. Jenis-jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
a. Terapi rekreasi
yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien
dapat

melakukan

kegiatan

secara

konstruktif

dan

menyenangkan

serta

mengembangkan kemampuan hubungan sosial.


b. Terapi kreasi seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat.
19

c. Dance therapy/ menari


d. Terapi musik
e. Terapi dengan menggambar/melukis Dengan menggambar akan menurunkan
ketegangan dan memusatkan pikiran yang ada.
f. Literatur/ biblio therapy
Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel, majalah, buku-buku dan kemudian
mendiskusikannya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan wawasan diri dan
bagaimana mengekspresikan perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai dengan
norma-norma yang ada.
g. Pettherapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa
kesepian, menyendiri.
h. Planttherapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/mahluk
hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi
lainnya.

C. Terapi Music
a. Pengertian
Terapi music adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, tombre, bentuk dan gaya
yang di organisir sedemikian rupa hingga tercipta misik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental.
Terapi music adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua ornag
karena kita tidak menbutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan
music. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian
melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (system
limbic). Musik sangat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar
yang mendengarakan maupun bagi pemusik yang menggubahnya. Sasaran terapi
20

music dalam lapangan pandang kedokteran adalah pada perkembangan manusia


sebagai suatu kesatuan yang unik dan tak terpisahkan.
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar
yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang menggubahnya. Sasaran terapi musik
dalam lapangan pandang kedokteran adalah pada perkembangan manusia sebagai satu
kesatuan yang unik dan tak terpisahkan.
Salah satu figur yang paling berperan dalam terapi music di awal abad ke-20
adalah Eva Vescelius yang banyak mempublikasikan terapi musik lewat tulisantulisannya. Ia percaya bahwa objek dari terapi music adalah melakukan penyelarasan
atau harmonisasi terhadap seseorang melalui fibrasi. Demikian pula dengan Margareth
Anderton, seorang guru piano berkebangsaan inggris, yang meengemukakan tentang
efek alat music (khusus untk pasien dengan kendala psikologis) karena hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa timbre (warna suara) music dapat menimbulkan
efek terapeutik.
Kwalitas dari music yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam
pemgungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis yang di miliki,
yang mampu menuju pada ketidakberesan dalam kehidupan seseorang. Peran sertanya
Nampak dalam suatu pengalaman musical seperti menyanyi, dapat menghasilkan
intergrasi pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh. Bagi penyanyi dalam
sebuah kelompok, music memberikan suatu komunikasi yang intim dan emosional
antara pemimpin dan anggota kelompok secara individu, juga antara anggota itu
sendiri, dan masih terjadi ketika hubungan antarpribadi itu menjadi terbatas atau
pecah. Music dapat mempersatukan suatu kelompok yang beraneka ragam menjadi
suatu unit yang fungsional. Fungsi music sebagai ungkapan perhatian dapat dilihat
ketika music dialami sebagai suatu pemberian dari orang-orang yang kelihatannya
tidak memiliki apa-apa.
b. Musik sebagai Terapi dan Ungkapan Perhatian
Penggunaan musik sebagai ungkapan perhatian dan suatu terapi tambahan bagi
konseling pastoral melibatkan integrasi dari beberapa disiplin sejarah : pendidikan

21

musik, pelayanan musik, dan terapi musik. Terapi musik merupakan yang paling muda
dari ketiga bidang ini dan yang langsung berhubungan dengan aplikasi klinis music.
Musik dapat disebut sebagai terapi untuk menstimulasi, memulihkan,
menghidupkan, mempersatukan, membuat seseorang peka, menjadi saluran, dan
memerdekakan. Terapi musik memiliki suatu kapasitas yang unik dan mapan sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan hidup.
Musik mengandung kumpulan yang sistematis dan teratur dari berbagai
komponen suara irama, melodi, dan keselarasan untuk dapat dilihat dan dinikmati.
Musik, seperti bentuk seni lainnya, merupakan ekspresi yang penuh gaya. Musik
melibatkan pengelolaan serta keterampilan dari materi artistik sehingga dapat
menyajikan atau mengomunikasikan suatu hal tertentu, gagasan, atau keadaan
perasaan.
Biasanya tipe musikal dapat dipilih sendiri oleh pasien atau diusulkan oleh
terapis. Terapi musik formal sering menggunakan irama sederhana dan instrumen
perkusi yang dapat dimainkan oleh hampir setiap orang. Pilihan materi musik,
medium musik, tingkat kompleksitas, dan sasaran terapetik merupakan keputusan dan
kesepakatan antar terapis, dan antara terapis musik dan pasien. Seperti dalam semua
cara terapi, terapi musik menyangkut penilaian terhadap pasien, aktivitas yang akan
dilakukan (termasuk sasaran), pengalaman terapetik, dan evaluasi.
c. Musik sebagai Terapi Tingkah Laku
Terapi music lebih dari sekedar penghiburan : lebih daripada sekedar
pengalaman yang mendidik atau suatu aktifitas social, bersifat mendidik, dan maksudmaksud social. Secara teknis, tarapi music telah di definisikan sebagai suatu system
yang telah dikembangkan secara maksimal untuk menstimulasi dan mengarahkan
tingkah laku untuk mencapai perilaku untuk mencapai sasaran terapi yang benar-benar
jelas. Salah satu penyajian yang terbaik dan paling singkat dari kerangka konseptual
ini adalah yang diberikan oleh William Sears dalam makalahnya yang berjudul
Proses in Music Therapy.
1. Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
Sasarannya ialah untuk memperpanjang komiten kepada aktifitas, untuk
22

membuat aneka ragam komitmen, dan menumbuhkan kesadaran akan manfaat yang
di peroleh. Dengan cara yang tidak memaksa, music menuntut tingkah laku yang
sesuai dengan urutan waktu, realitas yang teratur, kecakapan yang teratur, dan
pengaruh yang teratur. Music menimbulkan gagasan dan asosiasi ekstramusikal.
2. Music memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri
Pengalaman mempengaruhi sikap, perhatian, nilai-nilai, dan pengertian
seseorang. Sasaran harus memberikan kepuasan sehingga seseorang akan berusaha
untuk memperoleh lebih banyak pengalaman serupa yang aman, baik, dan nikmat.
Music menyediakan kesempatan untuk ekspersi diri dan memperoleh kecakapan
baru yang memperkaya citra diri (terutma bagi yang memiliki keterbatasan tubuh
atau cacat)
3. Music memberikan pengalaman dalam hubungan antar pribadi
Music merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu
telah mengesampingkan kepentingannya demi kepentingan kelompok. Sasarannya
ialah untuk meperbanyak jumlah anggota dalam kelompok, menambah jangkauan
dan variasi interaksi, dan menyediakan pengalaman yang akan memudahkan
melakukan adaptasi terhadap kehidupan diluar lembaga. Pengalaman kelompok
memungkinkan seseorang berbagai rasa secara intens dalam cara-cara yang secara
social dapat diterima ; music memberikan penghiburan dan rekreasi yang
diperlukan bagi lingkungan terapi secara umum. Juga bantuan pengalaman dalam
pengembangan dalam pengembangan kecakapan social sexara reslitis dan pola
tingkah laku pribadi yang dapat diterima secar lembaga dan kelompok sebaya
dalam masyarakat.
d. Jenis Musik yang di Gunakan
Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa dinamakan untuk terapi musik.
Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada,
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberi pengaruh
berbeda kepada pikiran dan kita capai. Ada dua macam terapi musik:
1. Terapi musik aktif.
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan
23

alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain
pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik . untuk melakukan terapi musik aktif
tentu saja dibutuhkan bimbingan seorang pakar terapi musik yang kompeten.
2. Terapi musik pasif.
Inilah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal
mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan
dengan masalahnya. CD Terapi musik termasuk jenis terapi musik pasif. Hal
terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat
dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu, kami membuat puluhan jenis CD Terapi
musik yang disesuaikan dengan kebutuhan anda.
Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian
penting yaitu beat, ritme, dan harmony. Contoh paling nyata bahwa beat sangat
mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada
penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak.
Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih
ingat dengan head banger, suatu gerakan memutar mutar kepala mengikuti irama
music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah.
Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang
memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng,
bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah
untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat
mempengaruhi jiwa manusia.
Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor,
selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk
kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang
membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi,
manusia mendengar harmony dari suara-suara alam di sekelilingnya.
Terapi musik yang efektif menggunakan musik dengan komposisi yang tepat
antara beat, ritme dan harmony yang sesuaikan dengan tujuan dilakukannya terapi

24

musik. Jadi memang terapi musik yang efektif tidak bisa menggunakan sembarang
musik.
e. Manfaat Terapi Musik
1. Relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan
rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik memberikan
kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna.
Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan
mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh
diseimbangkan dan pikiran mengalami penyegaran

2. Meningkatkan kecerdasan.
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensi seorang disebut
efek mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh frances Rauscher et al
dari Universitas California. penelitian lain juga membuktikan bahwa masa dalam
kandungan dan bayi adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak
agar menjadi cerdas. Hal ini karena otak anak dalam masa pembentukan, sehinngga
sangat baik apabila mendapatkan rangsangan yang positif. Ketika seorang ibu yang
sedang

hamil

sering

mendengarkan

terapi

musik,

janin

di

dalam

kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak janin pun akan terstimulasi untuk
belajar sejak dalam kandungan. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan
memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang
dibesarkan tanpa dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik.
3. Meningkatkan motivasi.
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood
tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa
dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangatpun
menjadi lurus, lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian,
ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi, semangat dan
meningkatkan level energi seseorang.
25

4. Pengembangan diri.
Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan seseorang. Hatihati, karena musik yang anda dengarkan menentukan kualitas pribadi anda. Hasil
penelitian kami menunjukan bahwa orang yang punya masasalah perasaan,
biasanya cendrung mendengarkan musik yang sesuai perasaannya. Misalnya orang
yang putus cinta, mendengarkan musik atau lagu bertema putus cinta atau sakit
hati. Dan hasilnya adalah masalahnya menjadi semakin parah. Dengan mengubah
jenis musik yang didengarkan menjadi musik yang memotivasi, dalam beberapa
hari masalah perasaan bisa hilang dengan sendirinya atau berkurang sangat banyak
Dan jika anda mau, Anda bisa mempunyai kepribadian yang anda inginkan
dengan cara mendengarkan jenis music yang tepat
5. Meningkatkan Kemampuan Mengingat
Terapi music bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini
bisa terjadi karena bagian otak bisa memproses music terletak berdekatan dengan
memori. Sehingga ketika seseorang melatih otak dengan terapi music, maka secara
otomatis memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi music banyak
digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk meningkatkan
prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat rehabilitasi, terapi music banyak
digunakan untuk menangani masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.
6. Kesehatan Jiwa
ilmuan Arab, Abu Nasr al-farabi (873-950M) dalam bukunya Great Book
About Music, mengatakan bahwa music membuat rasa tenang, sebagai pendidikan
moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan
psikologis. Pernyataan itu tentu saja berdasarkan pengalamannya dalam
menggunakan music sebagai terapi. Sekarang di zaman Modern, terapi music
banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai
macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis.
7. Mengurangi Rasa Sakit
Musik bekerja pada system saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak,
26

yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua system


tersebut bereaksi sensitive terhadap music. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi
takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh,
hasilnua secara relaks secara fisik dan mental, sehingga membantu menyembuhkan
dan mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi
mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para penderita
nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi music terbukti membantu mengatasi rasa
sakit.
8. Menyeimbangkan Tubuh
Menurut penelitian para ahli, stimulasi music membantu menyeimbangkan
organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak. Jika organ keseimbangan
sehat maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
9. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek
dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan bahwa : Apabila
jenis music yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka
tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan jenis hormone (serotonin) yang dapat
menimbulkan rasa nikmat dan senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat
(dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih
sehat.
10. Meningkatkan Olahraga
Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan olahraga yang baik
dalam beberapa cara, diantaranya meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood
dan mengalihkan Anda dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga.
Ternyata penyembuhan terapi musik tidak hanya terbatas pada kesehatan mental
atau masalah psikologis saja. Telah dilakukan studi terhadap pasien-pasien
penderita luka bakar, penyakit jantung, hipertensi, stroke, nyeri kronis, alergi,
maag, kanker dan penyakit lainnya, terapi musik juga bisa digunakan untuk
membantu proses penyembuhan.
Terapi musik dapat mengurangi kebutuhan pengobatan selama kelahiran dan
27

dilengkapi fungsi mati rasa dalam operasi dan perawatan gigi, terutama jika yang
dirawat anak-anak serta pasien yang menjalani prosedur pembedahan. Musik juga
berguna untuk mengatasi trauma pada bayi yang lahir premature. Disamping situasi
akut ini, terapi musik juga membantu menghilangkan rasa sakit. Terapi musik juga
dapat memperbaiki kualitas bagi pasien yang mengalami sakit berkepanjangan dan
menambah kesehatan orang-orang jompo, termasuk untuk penderita Alzheimer.
Musik juga telah digunakan untuk melengkapi perawatan. Selain itu terapi musik
juga berguna untuk mendukung keharmonisan keluarga dan memotivasi kinerja
karyawan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa efek biologis dari suara dan
musik dapat mengakibatkan :
a.

Energi otot akan meningkat atau menurun terkait dengan stimulasi


irama

b.

Tarikan nafas dapat menjadi cepat atau berubah secara teratur

c.

Timbulnya berbagai efek pada denyut jantung, tekanan darah, dan


fungsi endokrin

d.

Berkurangnya stimulus sensorik dalam berbagai tahapan

e.

Kelelahan berkurang atau tertunda, tetapi tegangan otot meningkat

f.

Perubahan yang meningkatkan elektrisitas tubuh

g.

Perubahab pada metabolisme dan biosintesis pada beberapa proses


enzim

Setidaknya ada tiga sistem saraf dalam otak yang akan terpengauh oleh musik yang
didengarkan, yaitu :
a)

Sistem Otak yang Memproses Perasaan


Musik adalah bahasa jiwa, ia mampu membawa perasaan ke arah mana saja.
Musik yang Anda dengar akan merangsang sistem saraf yang akan menghasilkan
suatu perasaan. Perangsangan sistem saraf ini mempunyai arti penting bagi
pengobatan, karena sistem saraf ambil bagian dalam proses fisiologis. Dalam ilmu
kedokteran jiwa, jika emosi tidak harmonis, maka akan mengganggu sistem lain
dalam tubuh kita, misalnya sistem pernafasan, sistem endokrin, sistem immun,
28

sistem kardiovaskuler, sistem metabolik, sistem motorik, sistem nyeri, sistem


temperatur dan lain sebagainya. Semua sistem tersebut dapat bereaksi positif jika
mendengar musik yang tepat.
b)

Sistem Otak Kognitif


Aktivasi sistem ini dapat terjadi walaupun seseorang tidak mendengarkan
atau memperhatikan musik yang sedang diputar. Musik akan merangsang sistem
ini secara otomatis. Jika sistem ini dirangsang maka seseorang akan
meningkatkan memori, daya ingat, kemampuan belajar, kemampuan matematika,
analisis, logika, intelegensi dan kemampuan memilah, disamping itu juga adanya
perasaan bahagia dan timbulnya keseimbangan sosial.

c)

Sistem Otak yang Mengontrol Kerja Otot


Musik secara langsung bisa mempengaruhi kerja otot kita. Detak jantung dan
prnafasan bisa melambat atau cepat secara otomatis, tergantung alunan musik
yang didengar. Bahkan bayi dan orang tidak sadar pun tetap terpengaruh oleh
alunan musik. Bahkan ada suatu penelitian tentang efek terapi musik pada pasien
dalam keadaan koma. Ternyata denyut jantung bisa diturunkan dan tekanan darah
pun turun, kemudian begitu musik dimatikan, maka denyut jantung dan tekanan
darah kembali naik. Fakta ini juga bermanfaat untuk penderita hipertensi karena
musik bisa mengontrol tekanan darahh.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, dunia kedokteran serta
psikologi membuktikan bahwa terapi musik berpengaruh dalam mengembangkan
imajinasi dan pikiran kreatif. Musik juga mempengaruhi sistem imun, sistem
saraf,

sistem

endokrin,

sistem

pernafasan,

sistem

metabolik,

sistem

kardiovaskuler dan beberapa sistem lainnya dalam tubuh. Dari berbagai penelitian
ilmiah tersebut, dinyatakan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu
penyembuhan beberapa penyakit seperti insomnia, stress, depresi, nyeri,
hipertensi,

obesitas,

parkinson,

epilepsi,

kelumpuhan,

aritmia

kanker,

psikosomatis, mengurangi rasa nyeri saat melahirkan dll.


Namun perlu diingat, meskipun manfaat terapi musik sangat besar, terapi

29

musik tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengobatan medis. Terapi musik


digunakan sebagai terapi pengobatan pelengkap yang bisa mempercepat proses
penyembuhan suatu penyakit.
Dalam memproduksi CD terapi muik, kami menggabung terapi musik, terapi
gelombang otak dan terapi pemmrograman pikiran untuk hasil maksimal. Jadi
sebenarnya yang kami sebut CD terapi musik tidak hanya berisi terapi musik saja,
melainkan telah diperkaya dengan jenis terapi lain yang bisa meningkatkan hasil
terapi musik.

D. Terapi Keluarga
a. Pengertian
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi
keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman,
Kniskern & Pinsof, 1986).
Terapi keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat masalah
individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada
proses interpersonal. Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan
membina komunikasi secara terbuka dan teraksi keluarga secara sehat.
b. Tujuan
1. Menurunkan konflik kecemasan keluarga
2. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota
keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
4. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
5. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota
keluarga.
6. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan
anggota keluarga.
c. Perkembangan
Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang
30

Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada
keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California.
Pada pertengahan 1970-an, masyarakat prefesional mulai menganggap serius
perspektif dan terapi keluarga. Sejalan dengan itu, buku-buku dan artikel-artikle
bermunculan, begitu juga program pelatihan terapi keluarga (Gale dan Long, 1996)
Munculnya buku-buku semipopuler sejak tahun 1968 hingga 1992 memberikan
pandangan dan proses yang melekat pada kehidupan perkawinan dan pasangan yang
senantiasa berubah.
Perkembangan dari fokus pada individu, psikodinamik berdasarkan psikoterapi
ke fokus pada keluarga sebagai unit dari terapi, dikemukakan of Jones sebagai "
Sceentific Revoketion ".
Penggunaan terapi keluarga ini yaitu untuk mengerti perilaku manusia,
khususnya disfungsi manusia. Berikut ini adalah asumsi yang digunakan sebagai
pedoman untuk menggunakan pendekatan pendekatan dalam praktek perawatan
kesehatan.
Keluarga merupakan unti sosial dasar dalam fungsi manusia.
Keluarga adalah fenomena sosial yang multikultural dan multidimensi.
Keluarga mempengaruhi seluruhnya sistem sosial baik pada perkembangan maupun
kelangsungan perilaku seseorang.
Sebagai satu sistem sosial dasar keluarga mempunyai fungsi utama untuk
mentransfer nilai budaya dan tradisi melalui generasinya. Perkembangan dan
peningkatan sistem keluarga melalui organisasi yang kompleks berlangsung melalui
tahap tahap perkembangan. Individu juga berkembang melalui tahap tahap
perkembangan dan perjalanan ini umumnya terjadi dalam konteks keluarga.
Keluarga mengalami transisi dalam periste\iwa perkembangan seperti :
melahirkan, meninggal, dan menikah. Kejadian ini menimbulkan perubahan pada
anggota

dan

komposisi

dari

sistem

keluarga.

Keluarga

memproses

dan

mengembangkan kekuatan dan sumber internal. Diantara sumber sumber tersebut


adalah kemampuan untuk beradaptasi dan berubah dalam respon terhadap kebutuhan
internal dan eksternal.
31

Perubahan dalam struktur dan proses keluarga menunjukkan perubahan dalam


seluruh anggota keluarganya. Perubahan dalam perilaku dan fungsi individu sebagai
anggota keluarga berpengaruh terhadap sistem keluarga dan seluruh anggota keluarga
lainnya. Keluarga sebagai sistem adalah lebih dari sejumlah fungsi dari tiap tiap
individu dari anggotanya. Perubahan dalam struktur dan fungsi keluarga dapat
difasilitasi melalui terapi keluarga.
d. Kerangka teoritis
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi
keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman,
Kniskern & Pinsof, 1986).
Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada
terapi individual mempunyai konsekuensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang
menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi
setelah kembali pada keluarganya.
Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang
terdiri dari 3 prinsip :
Pertama, adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling
bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arahefek perhubungan.
Kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola
integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga,
perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain.
Ketiga, adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif
terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari
masalah keluarga.
Ketika masalah muncul, terapi akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah
keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota
keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi
keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya
pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Patterson, 1982).
Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :
1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga.

32

2. Ketidak harmonisan seksual atau perkawinan


3. Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan
Beberapa teori yang mendasari terapi keluarga adalah :
Psychodynamik Family Therapy.
Safir mengatakan bahwa ada hubungan antara psikopatologi individual dengan
dinamika keluarga.
Contoh :seseorang yang mempunyai harga diri rendah akan menampilkan suatu "
False Self" yang ditampilkan pada saat yang sama diajuga takut kecewa dan sulit
mempercayai orang lain termasuk pasangan hidupnya. Hal ini menyebabkan kesulitan
yang serius dalam perkawinannya.
Tujuan dari terapi keluarga yang berorientasi psikodinamika yaitu untuk
menolong anggota keluarga mencapai suatu pengertian tentang dirinya dan caranya
beraksi satu sama lain di dalam keluarga.
Di sini anggota keluarga didorong kearah asosiasi bebas dengan membiarkan
pikiran mereka berjalan bebas tanpa sensor alam sadar dan memverbalisasilan
pikirannya. Terapist hendaknya dab tudak secara aktif melakukan intervensi juga
hindari memberi saran dan memanipulasi keluarga.
1. Behavioural Family Therapy
Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola perilaku
keluarganya untuk menentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku itu.
Berdasarkan analisis ini, terapist membuat rencana untuk merubah keadaan tersebut
dengan cara intervensi langsung dalam keluarga.
Tujuan utamanya adalah meningkatkan perilaku yang positif yang diinginkan dan
menghilangkan perilaku negatif. Hal ini dilakukan dengan mengatur keluarga
sehingga perilaku yang diinginkan diperkuat dengan memberi " Reward ".
2. Group Therapy Approaches
Terapi kelompok dapat diterapkan didalam keluarga.
Tujuannya adalah menolong anggota keluarga mendapatkan insight melalui
proses interaksi didalam kelompok. Peranan terapist adalah sebagai fasilitator dan
kadang kadang menginter pretasi apa yang terjadi pada anggota kelompok.
Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi
didalam keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
3. Komunikasi dan kognisi
33

Terapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan
menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh
anggota keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh anggota keluarga yang lain saat
menyatakan sesuatu.
Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses komunikasi yang terjadi
pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah pengertian, juga diperhatikan
bahwa non verbal yang digunakan.
4. Komunikasi dan kekuatan
Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada
orang lain berati dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan.
Contoh : orang tua bertanggung jawab terhadap anak anak dan dia punya hak untuk
membatasi perilaku anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri untuk
mengambil keputusan. Cara ini sering ditemukan pada terapi struktural dimana
tujuan proses, terapi untuk merubah posisi dari batasan diatara sub sistem yang
berbeda dalam keluarga.
5. Komunikasi dan Perasaan.
Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dari
perasaan.
Dikatakan bahwa pasangan perkawinan yang mempunyai kebutuhan emosional
diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan kebutuhan emosional
hari setiap orang maka komunikasi perasaan ini sangat penting artinya : Tujuan dari
terapi adalah memperbaiki bila terdapat ketidakpuasan.
6. Structural Family Therapy.
Dikembangkan oleh Salvador Minuchin.
Perlu dinilai 6 aspek dari fungsi keluarga.
Struktur keluarga yang terdiri dari susunan yang mengatur transaksi diatara anggota
keluarga.
Fleksibilitas dari fungsi keluarga dan kemampuannya untuk berubah.
" The Family Resonance " pada anggota keluarga dapat saling terikat atau saling
merenggang.
Konteks kehidupan keluarga ini merupakan supra sistem yang teridiri dari keluarga
34

besar, tetangga lingkungan kerja, lingkungan sekolah dari anggota keluarga supra
sistem bisa merupakan sumber stress atau sumber supprot dari lingkungan.bisa
merupakan.
7. Tingkatan perkembangan keluarga
Cara keluarga memperlakukan gejala gejala yang terdapat pada anggota keluarga
yang sakit.
Terapist memulai terapi dengan cara bergabung dengan keluarga dan berpartisipasi
dalam transaksi, sehingga terapist dapat mengobservasi aspek tertentu dari fungsi
keluarga dan struktur keluarga tersebut. Kemudian tentukan seberapa jauh gejala dari
pasien atau masalah keluarga berkaitan dengan fungsi keluarga (struktur keluarga).
Jika berkaitan maka intervensi merubah struktur diperlukan.
e. Indikasi
Terapi keluarga akan sangat bermanfaat jika digunakan pada kasus yang tepat.
Indikasi terapi keluarga menurut walrond skinner adalah :
Gejala yang timbul merupakan ekspresi disfungsi dari sistem keluarga.
Gejala yang timbul lebih menyebabkan beberapa perubahan dalam hubungan anggota
keluargannya dapat merupakan masalah secara individual.
Kesulitan berpisah.
Terapi keluarga yang berorientasi psikomaktika menyatakan bahwa terapi
keluarga akan berguna pada keluarga keluarga dapat fungsi yang didasari oleh
paranoid Skizoid, hubungan yang " part object " kurangnya " ego goundaries " dan
terlalu banyakmemamakai denial projeksi. a " Saverely Disorganized Family " dan
keadaan sosial ekonomi yang sangat buruk.
f. Teknis
Terapi keluarga dilakukan dengan menggunakan tehnik berikut :
1. Terapi Keluarga Berstruktur.
Terapi keluarnya berstruktur adalah suatu kerangka teori tehnik pendekatan
individu dalam konteks sosialnya.
Tujuan adalah mengubah organisasi keluarga.
Terapi keluarga berstruktur memepergunakan proses balik antara lingkungan
dan orang yang terlibat perubahan perubahan yang ditimbulkan oleh seseorang
terhadap sekitarnya dan caracara dimana umpan balik terhadap perubahan
perubahan

tadi

mempengaruhi

tindakan

selanjutnya.

Terapi

keluarga
35

mempergunakan tehnik tehnik dan mengubah konteks orangorang terdekat


sedemikian rupa sehingga posisi mereka berubah dengan mengubah hubungan
antara seseorang dengan konteks yang akrab tempat dia berfungsi, kita mengubah
pengalaman subyektifnya.
2. Terapi Individu / Perorangan
Melihat individu sebagai suatu tempat yang patologis dan mengumpulkan data
yang di peroleh dari atau tentang individu tadi.
Pada terapi perorangan dilakukan pengungkapan pikiran dan perasaan tentang
kehidupannya sekarang, dan orang orang didalamnya. Riwayatnya perkembangan
konfliknya dengan orang tua dan saudara saudaranya.
Bila akan dirujuk ke dalam terapi keluarga maka terapist akan mengekporasi
interaksi individu dalam konteks hidup yang berarti.
Dalam wawancara keluarga terapist mengamati hubungan individu dengan
anggota keluarga lainnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga.
h. Karakteristik
1. Mempertahankan keseimbangan, fleksibel & adaptif perubahan tahap transisi dalam
hidup.
2. Problem emosi merupakan bagian dari fungsi tiap individu
3. Kontak emosi dipertahankan oleh tiap generasi & antar keluarga
4. Hubungan antar keluarga yang erat & hindari menjauhi masalah
5. Perbedaan antar anggota keluarga mendorong untuk meningkatkan pertumbuhan &
kreativitas individu.
6. Orang tua & anak hubungan terbuka.
i. Peran Perawat
1. Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
3. Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan.
4. Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi, dll.
Aktifitas :
1. Komponen dikdaktik : memberikan informasi & pendkes tentang gangguan jiwa,
sistem keswa & yankep.
36

2. Komponen ketrampilan : latihan komunikasi, asertif, menyelesaikan konflik,


mengatasi perilaku & stress
3. Komponen emosi : memberikan kesempatan untuk memvalidasi perasaan &
bertukar pengalaman
4. Komponen proses keluarga fokus pada koping keluarga & gejala sisa terhadap
keluarga.
5. Komponen sosial : meningkatkan penggunaan dukungan jaringan formal/informal
untuk klien & keluarga
Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat
membantu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien kambuh.

E. Psikoterapi Suportif
a. Pengertian
Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan
mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi
keseimbangan dalam diri individu tersebut.
Dalam psikoterapi sangat diperlukan hubungan yang baik antara dokter dan
pasien.
b. Tujuan
1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik
untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan
c. Jenis Terapi
1. Ventilasi
Psikoterapi ventilasi adalah bentuk psikoterapi yang memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya dan sebagai
hasilnya ia akan merasa lega serta keluhannya akan berkurang.
a. Sikap terapis: menjadi pendengar yang baik dan penuh pengertian
b. Topik pembicaraan: permasalahan yang menjadi stres yang utama

37

2. Persuasi
Persuasi adalah psikoterapi suportif yang dilakukan dengan menerangkan
secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara
berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya.
a. Sikap terapis:
1. Terapis berusaha membangun, mengubah, dan menguatkan impuls tertentu
serta membebaskannya dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dan
sesuai hati nurani
2. Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa
gejalanya akan hilang
b. Topik pembicaraan: ide dan kebiasaan pasien yang mengarah pada terjadinya
gejala.
3. Psikoterapi reassurance
Psikoterapi reassurance adalah psikoterapi yang berusaha meyakinkan kembali
kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya.
a. Sikap terapis: meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan hasil-hasil
yang telah dicapai pasien.
b. Topik pembicaraan: pengalaman pasien yang berhasil nyata
4. Psikoterapi sugestif
Psikoterapi

sugestif

adalah

psikoterapi

yang

berusaha

menanamkan

kepercayaan pada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang.


a. Sikap terapis: meyakinkan dengan tegas bahwa gejala pasien pasti hilang
b. Topik pembicaraan: gejala-gejala bukan karena kerusakan organik/fisik dan
timbulnya gejala-gejala tersebut adalah tidak logis
5. Bimbingan
Bimbingan adalah psikoterapi yang memberi nasihat dengan penuh wibawa
dan pengertian
a. Sikap terapis: menyampaikan nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
b. Topik pembicaraan: cara hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, dan
cara bekerja dan belajar yang baik

38

6. Penyuluhan
Penyuluhan atau konseling adalah psikoterapi yang membantu pasien mengerti
dirinya sendiri secara lebih baik, agar ia dapat mengatasi permasalahannya dan
dapat menyesuaikan diri.
a. Sikap terapis: menyampaikan secara halus dan penuh kearifan.
b. Topik pembicaraan: masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan pribadi

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis
terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan
hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997).
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada
nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Terapi music adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, tombre, bentuk dan gaya yang
di organisir sedemikian rupa hingga tercipta misik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik
dan mental.
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi
keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern
& Pinsof, 1986).
Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan
mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi
keseimbangan dalam diri individu tersebut.

39

Вам также может понравиться