Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NIM
: 131614153073
UJIAN TENGAH SEMESTER TEORI KEPERAWATAN
1. Jurnal Terambil :
1) Knowledge Sharing : Nursing Ambience (U. Syed Aktharsa and H. Anisa, 2012. SC MS
Journal of Indian Management, April June, 2012)
2) Nurses as Instruments of Healing Self-Care Practices of Nurses in a Rural Hospital
Setting (Comer, L., & Metcalfe, S. E. (2016). jhn, 221228)
3) Improving Self-Efficacy Using Caring-Based Self-Efficacy Enhancement Intervention
Program In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus (Christianto Nugroho, 2015)
4) Virginia Hendersons Principles And Practice Of Nursing Applied To Organ Donation
After Brain Death (Bruce Nicely,RN,BSN,CPTC. And Ginger T. Delario, PhD, MT
(ASCP), CPCT. 2011. Journal Progress in Transplantation, Vol 21, No.1, March 2011)
5) Hiring Nurse Re-Entering The Workforce After Chemical Dependence (Miller. T et al.
2015. Journal of Nursing Education and Practice Vol. 5, No. 11,2015)
6) Testing a Caring Assessment for Care Givers Instrument ( Moses. S.S. et al. 2011.
Journal of Creative Nursing Vol 17, Issue 1, 2011. DOI: 10.1891/1078-4535.17.1.43)
2. Kritisi jurnal Nurses as Instruments of Healing Self-Care Practices of Nurses in a
Rural Hospital Setting dan menentukan konsep, statement, dan teori.
Pada jurnal tersebut menyatakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah
memperbaiki pemahaman teori self-care dan perilaku health-promoting pada perawata
teregistrasi, perawat praktikan, dan asisten perawat di setting rumah sakit pedesaan.
Penelitian ini mengevaluasi seberapa jauh perkembangan program keperawatan holistic pada
staf rumah sakit. Hasil dari penelitian ini akan diperlukan jika program yang dilakukan
diperlukan dan focus pada pelaksanaan program. Penelitian ini menggunakan teory self-care
yang di dalamnya terkandung konsep Self-care, dependent-care, self-care deficit dan
nursing system. Sedangkan teori health-promoting di dalamnya terkandung konsep perilaku
sebelumnya (prior related behavior), faktor personal (personal factor), persepsi terhadap
manfaat tindakan (perceived benefits of action), hambatan yang dirasakan (perceived barrier
to action), kemampuan diri (perceived self efficacy), afek sikap yang berhubungan dengan
aktifitas (activity related affect), pengaruh individu (interpersonal influences), pengaruh
situasi (situational influences), komitmen dengan rencana tindakan (commitment to plan of
action), kebutuhan untuk berkompetisi (immediate competing demans and preferences),
perilaku peningkatan kesehatan (health promoting behavior) .
3. Konsep dilakukan analisis, sintesis, dan derivasi
a. Analisis Konsep
Self Care adalah pengaturan fungsi tubuh yang merupakan sebuah
keharusan bagi individu, dengan perrtimbangan, menunjukkan kepada mereka
sendiri keharusan untuk mempertahankan hidup, sehat, berkembang dan sejahtera.
Self-care terdiri dari kegiatan atau aktivitas yang mendewasakan dan menginisiasi
manusia untuk memulai dan melakukan, dalam kerangka waktu, untuk
kepentingannya dalam mempertahankan hidup, sehat, melanjutkan perkembangan
personal, dan kesejahteraan dengan mengetahui keperluan mereka dalam
pengembangan fungsional.
Self-care defisit adalah istilah yang menggambarkan hubungan antara
kemampuan individu dan kebutuhan dalam perawatannya. Ide utama dari konsep ini
adalah kebutuhan seseorang dalam perawatan dirinya, berhubungan dengan
subjektivitas dan kedewasaan, untuk mendewasakan seseorang yang mempunyai
keterbatasan perilaku atau kemampuan yang berhubungan dengan perawatan
kesehatan. Keterbatasan ini menjadikan mereka tidak mampu mengetahui adanya
kebutuhan pengaturan perawatan diri mereka dan ketergantungan mereka. Mereka
juga mempunyai keterbatasan kemampuan dalam melaksanakan keberlanjutan
perawatan untuk mengontrol atau mengatur faktor-faktor yang mereka miliki atau
ketergantungan dan pengembangannya.
Dependent-Care adalah menunjukkan perawatan yang diberikan kepada
seseorang yang karena faktor usia atau faktor lain yang berhubungan, tidak mampu
untuk melakukan pemenuhan kebutuhan perawatan dirinya dalam rangka
mempertahankan
hidup,
sehat,
melanjutkan
perkembangan
personal,
dan
memiliki
dalam melakukan perawatan diri, dan bagi keluarga atau kelompok-kelompok yang
lain.
Menurut Pender (Tomey & Alligood, 2006), efikasi diri (self efficacy)
adalah keyakinan akan kemampuan individu untuk mengatur atau melakukan
perilaku yang mendukung kesehatan. Nola J. Pender menggambarkan pentingnya
proses kognitif dalam merubah perilaku, dengan efikasi diri sebagai titik sentral
konstruksi teori.
Menurut
Schwarzer
(1992
dalam
Jerusalem
&
Scwarzer,
1993)
menyampaikan bahwa efikasi diri secara umum (general self efficacy) merefleksikan
sebuah kepercayaan diri yang optimis, bahwa seseorang mampu menyelesaikan
tugas yang sulit atau melakukan koping terhadap masalah yang dihadapi dalam
berbagai situasi.
Antecendent yaitu kejadian atau yang menyebabkan terjadinya suatu teori.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri pasien penyakit jantung
koronenr dalam konteks asuhan keperawatan di RSD dr. Soendi Jember (Wantiyah,
Tesis, FIK-UI, 2010). Sebagai contoh: Pengaruh edukasi preoperasi terstruktur
(dengan teori kognitif sosial) terhadap self-efficacy dan perilaku latihan post operasi
pada pasien fraktur dengan pembedahan di Surabaya (Puji Astuti, Tesis, FIK-UI,
2011)
Consequences merupakan kebalikan dari antecendent yaitu suatu kejadian
yang merupakan implikasi dari suatu teori. Sebagai contoh : Analisis hubungan
kesadaran diri pasien dengan kejadian komplikasi diabetes mellitus dlam konteks
asuhan keperawatan di RSUD Dr Adnan W. D. Payakumbuh (Sri Yanti, Tesis, FIKUI, 2009)
b. Sintesis Konsep
Self-care, dependent-care, self-care deficit dan nursing system adalah saling
berhubungan. Empat konsep tersebut yang menjadi bagian dari terbentuknya teori
keperawatan Self-care deficit (SCDNT). Dalam Nursing system berisi tentang Selfcare deficit. Sedangkan Self-care defisit memiliki komponen Self-care. Self-care
deficit dibentuk dari dua komponen yaitu self-care dan care demand, yaitu hubungan
antara kebutuhan perawatan diri individu dan kekuatan dalam mengembangkan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya.
Lima hal yang menggambarkan manusia merupakan hal yang penting dalam
pengembangan pemahaman konsep yang membangun SCDNT dan untuk
memahami nursing system interpersonal dan sosial. Lima hal tersebut adalah
manusia, agen, pengguna simbol, organisme, dan objek.
Konsep perceived self efficacy (kesadaran akan kemampuan diri) pada teori
HPM disintesis oleh beberapa faktor pembentuk. Menurut Bandura, faktor
pembentuknya yaitu pengalaman pribadi / langsung dan pencapaian prestasi
(enactive attainment and performance accomplishment), pengalaman orang lain
(vicarious experience), persuasi verbal (verbal persuasion), serta kondisi fisik dan
emosional.
Cara paling efektif untuk membentuk efikasi diri yang kuat adalah melalui
pengalaman langsung dan pencapaian prestasi (enactive attainment and performance
accomplishment). Orang yang hanya memiliki pengalaman sukses cenderung
menginginkan hasil yang cepat dan lebih mudah jatuh karena gagal. Hal tersebut
mengajarkan betapa pentingnya usaha dalam pencapaian suatu yang diharapkan,
sehingga memotivasi diri untuk terus bangkit dan berusaha.
Seseorang dapat belajar dari pengalaman orang lain (vicarious experience),
dan membandingkan dan meniru perilakunya untuk mendapatkan seperti yang orang
lain peroleh. Sehingga dapat mengobservasi dari hasil interaksi dalam hubungan
sosial, baik keluarga maupun masyarakat untuk dapat saling bertukar pengalaman
dan informasi yang dibutuhkan.
Persuasi verbal (verbal persuasion) dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang bertindak atau berperilaku. Individu akan mendapat pengaruh atau
tersugesti dengan persuasi verbal bahwa ia mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Seseorang yang senantiasa diberikan keyakinan untuk sukses, maka akan
menunjukkan perilaku untuk mencapai kesuksesan tersebut. Hal tersebut
kebanyakan dilakukan dalam bentuk peer discussion.
Kondisi fisik yang dapat berupa nyeri dan kelemahan dapat dianggap
sebagai hambatan fisik yang dapat mempengaruhi kemampuan diri (efikasi diri).
Kondisi fisik dapat mempengaruhi kondisi emosional, sehingga keduanya akan
mempengaruhi dalam upaya pengambilan keputusan seseorang terkait efikasi
dirinya.
c. Derivasi Konsep
Teori HPM (Health Promoting Model) menurut Nola J. Pender
mengintegrasi dari teori nilai pengharapan (expectancy-value) dan teori kognitif
sosial (sosial cognitif theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai
fungsi yang holistik. Teori kognitif sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menyatakan ada tiga faktor yang berperan penting dalam pembelajaran yaitu :
perilaku, person (kognitif), dan lingkungan. Faktor lingkungan mempengaruhi
perilaku,
perilaku
mempengaruhi
lingkungan,
faktor
person
(kognitif)
2. Self-care: Bathing
3. Self-care: Hygiene
4. Self-care: Oral Hygiene
practice dimana segala sumber informasi dan sumber potensial untuk proses kesembuhan
terpusat pada pasien dengan caring dari perawat.
1) Teori Dasar Praktik Keperawatan
Pada penelitian tersebut menggabungkan dua teori milik Bandura mengenai kognitif
sosial dan teori caring Jean Watson. Bandura berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup
untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus
memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma
behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu
konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran,
pemahaman, dan evaluasi.
Menurut Bandura bahwa self efficacy adalah keyakinan individu mengenai
kemampuan dirinya dalam melakukam tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai
hasil tertentu. Teori self efficacy merupakan pengembangan dari teori belajar sosial oleh
Bandura. Self efficacy mengacu pada kemampuan yang dirasakan untuk membentuk
perilaku yang relevan pada tugas atau situasi khusus. (Ghufron dan Risnawita, 2011).
Menurut Bandura bahwa self efficacy dapat mempengaruhi setiap tingkat dari
perubahan pribadi, baik saat individu tersebut mempertimbangkan perubahan kebiasaan
yang berkaitan dengan kesehatan, seberapa berat usaha yang dipilih, seberapa banyak
perubahan, dan seberapa baik perubahan yang akan dipelihara. Selain mempengaruhi
kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan, perasaan self efficacy akan meningkatkan
kekebalan terhadap stress dan depresi dan mengaktifkan perubahan- 15 perubahan biokemis
yang dapat mempengaruhi berbagai macam aspek dari fungsi kekebalan (immune function).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa self efficacy adalah keyakinan
seorang individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan
untuk mencapai suatu tujuan dimana individu yakin mampu untuk menghadapi segala
tantangan dan mampu memprediksi seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a
whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai
kondisi yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat
kesesuaian
antara
diri
yang
dipersepsikan
dan
diri
yang
diwujudkan.
sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari
keadaan penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk
mencapai hal tersebut.
3.
oleh kaum perempuan dengan total sebesar 4,9 juta penderita atau lebih besar daripada kaum
laki-laki yakni sebesar 3,6 juta penderita. Diperkirakan pada tahun 2035 dengan asumsi
tanpa adanya perbaikan, angka diabetes mellitus di Indonesia akan meningkat sebesar 165%
pada masing-masing gender. Hal ini sangat memprihatinkan karena diabetes mellitus dapat
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler yang akan menyebabkan kematian (WHO
2013).
Penderita DM seringkali mengalami kesulitan untuk menerima diagnose DM,
terutama ketika ia mengetahui bahwa hidupnya diatur oleh diet makanan dan obat- obatan
(Kai G.Kahl, 2014). Berdasarkan jurnal tersebut hasil survey pendahuluan penderita DM di
wilayah kabupaten Kediri memiliki self efficacy kurang DMSES (46-58%) dan PTES (3037%). Maka untuk mengatasi permasalahan diabetes mellitus HillBriggs (2003) dan
PERKENI (2011) memaparkan sebuah model skematis perilaku manajemen diri pasien
diabetes mellitus yang meliputi edukasi, diet, aktivitas fisik, obat, dan monitoring. Menurut
Gao et al, (2013) dan Aditama (2011) dalam penerapannya terdapat pengaruh langsung dari
dukungan keluarga dan edukasi pasien oleh tenaga medis.
Pengelolaan mandiri DM secara mandiri yang efektif diperoleh jika individu
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan self efficacy untuk melakukan perilaku pengelolaan
DM. salah satu cara memperbaiki self efficacy tersebut dengan menerapkan SEEIP (Self
Efficacy Enhancement Intervention Program) berbasis Caring pada penderita DM. Tujuan
penelitian ini adalah membuktikan pengaruh SEEIP berbasis caring terhadap peningkatan
self efficacy pada pasien DM tipe 2.
Seseorang yang hanya memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tertentu tanpa
adanya self efficacy yang tinggi, menunjukkan keyakinan bahwa dirinya mampu untuk
melakukan sesuatu, maka kecil kemungkinan seseorang tersebut akan melakukan tindakan
atau perilaku tersebut (Edberg, 2010). Berdasarkan penelitian yang terdahulu Wu,et. Al
(2011) menyatakan bahwa program SEEIP mempunyai pengaruh terhadap self efficacy.
Damayanti (2012) juga menyatakan hal sama bahwa self efficacy enhancing intervention
program pada pasien DM, program ini meningkatkan efikasi diri pasien dalam melakukan
perawatan mandiri.
SEEIP merupakan salah satu tehnik pembelajaran untuk meningkatkan efikasi diri
pasien yang diadopsi teori kognitif social (social cognitive theory, SCT) yang dikemukakan
oleh Bandura berasal dari empat sumber utama yang berpengaruh, antara lain :
(1)performance accomplishments,(2)vicarious experience (3)verbal persuasion, (4)somatic
and emotional state (Bandura, 1997). Sedangkan untuk menunjang kesadaran terhadap
dirinya sendiri dan orang lain kami tambahkan model caring menurut Jean Watson dengan
menggunakan
menggunakan
paired
t-test,
kuesioner
DMSES
independent
t-test,
dan
PTES,
sedangkan
kemudian
variabel
dianalisa
konfounding
penelitian
menunjukkan
bahwa
SEEIP
berbasis
Caring
signifikan
mempengaruhi Self Efficacy penderita DM tipe 2, ini dibuktikan dengan adanya perubahan
bermakna setelah dilakukan perlakuan dengan memiliki nilai Self Efficacy (DMSES &
PTES) memiliki nilai
bermakna sebelum dan sesudah dilakukan SEEIP dan ditunjang adanya perbedaan antara
kelompok perlakuan dan kontrol yaitu Self Efficacy(DMSES & PTES) pada post1(T2),
post2(T3) memiliki nilai value = 0,000, >0,05 yang artinya bahwa self-efficacy ada
perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol.
Penerapan SEEIP berbasis Caring ini dapat diterapkan pada institusi pelayanan
kesehatan dengan mengembangkan system pelayanan secara terintegrasi dan menyediakan
sarana untuk Center Self Efficacy Restoration sebagai upaya peningkatan keyakinan diri
pasien DM tipe 2 dalam merawat dirinya. Program SEEIP berbasis Caring dapat diterapkan
pada kasus penyakit kronis lain yang memerlukan perawatan misalnya pasien dengan
hipertensi, stroke, gagal ginjal, dan pada perawatan paliatif.
5. Keterkaitan jurnal Knowledge Sharing : Nursing Ambience dengan riset
keperawatan
Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat, ini akan terus
berubah seirama dengan berubahnya masyarakat yang terus-menerus berkembang dan
mengalami perubahan, demikian pula dengan keperawatan. Keperawatan dapat dilihat dari
berbagai aspek, antara lain keperawatan sebagai bentuk asuhan profesional kepada
masyarakat, keperawatan sebagai iptek, serta keperawatan sebagai kelompok masyarakat
ilmuwan dan kelompok masyarakat profesional (Nursalam, 2008).
Perawat rumah sakit memiliki kaitan yang erat dalam upaya peningkatan untuk
memahami perilaku terhadap pengetahuan (Muafi, 2009). Untuk mencapai tingkat
perkembangan yang diinginkan oleh komunitas profesional, maka upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan menghasilkan masalah baru dalam keperawatan melalui proses
berkelanjutan. Dalam proses berkembangnya, ilmu keperawatan dituntut adanya riset dan
pengembangan sehingga diharapkan perawat dapat melakukan penelitian. Penyelidikan yang
dilakukan secara ilmiah merupakan bagian dari suatu penelitian (Kelana, K, 2011). Tujuan
penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan, apakah pertanyaan tersebut muncul dari
kebutuhan praktis atau dari keingintahuan yang sederhana (Brink J & Wood J, 2000).
Tidak semua pengetahuan disebut sebagai ilmu atau pengetahuan ilmiah. Sehingga
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, ilmuan harus memahami metode ilmiah dengan
benar. Metode ilmiah adalah salah satu metode untuk mendapatkan pengetahuan. Metode ini
menghasilkan pengetahuan yang disebut sebagai pengetahuan ilmiah yang kita kenal sebagai
ilmu pengetahuan. (Kelana, K, 2011).
Studi ini menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) dari Icek Ajzen untuk
mengembangkan dan menguji model riset pada variabel-variabel yang mempengaruhi
perilaku perawat terhadap budaya diskusi antar perawat maupun dengan profesi lain di
setiap unit di Rumah Sakit. TPB merupakan pengembangan dari theory of reason action
(TRA) dari Fishbein dan Ajzen (1975), TPB muncul sebagai suatu alternatif untuk
memprediksi perilaku secara lebih akurat. TRA menekankan pada rasionalitas perilaku
seseorang dimana tindakan atau perilaku seseorang berada dalam kontrol kesadaran orang
tersebut. Namun pada kenyataannya beberapa perilaku tidak dalam kontrol penuh, dengan
memperluas dan menambah variabel kontrol perilaku inilah
menyempurnakan menjadi Theory of Planned Behavior.
Ajzen (1989)
Kerangka Konseptual Perilaku Sharing Ilmu Antar Perawat Berdasarkan Analisis Faktor dari Theory
of Planned Behavior (Ajzen, 2005)
selain itu Walker dan Avant (1995), mendefinisikan middle range theory merupakan
sesuatu yang spesifik pada teori yang dijelaskan dalam kategori Grand theory.
2) Hiring nurses re-entering the workforce after chemical dependence
Kerangka kerja dari penelitian pada jurnal ini adalah berdasarkan teori yang
disampaikan Imogene King. King 1971 memperkenalkan suatu model konseptual yang
terdiri atas tiga sistem yang saling berinteraksi, model keperawatan dari King
memadukan tiga sistem interaksi yang dinamis personal, interpersonal, dan sosial yang
mengarah pada pencapaian tujuan. Imogene King mengembangkan teori yang masih
berupa konseptual sehingga termasuk dalam tingkatan kategori Grand theory , penulis
jurnal tersebut mengaplikasikan teori King dengan menganalogikan tiga sistem interaksi
tersebut yaitu
1
Sosial (interaksi perawat denga tatanan yang lebih luas seperti pada ruang
lingkup profesi, atau perawat dengan lingkungan kerja)
DAFTAR RUJUKAN
ADA, 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus. Diabetes Care, II(1), p.35.
Alligood, Martha R., 2014. Nursing Theorist and Their Work. 8th ed. United Satates of America:
Elsevier.
Atak, N. Gurkan,T. & Kose,K., 2006. The effect of education on knowledge, self management
behaviour and self efficacy of patient with type 2 diabetes. Australian journal of advanced
nursing , pp.66-74.
Ajzen, I & Fishbein, M. 2005. Theory-based Behavior Change Interventions: Comments on Hobbis
and Sutton. Journal of Health Psychology, Vol. 10, No. 1, 2731.
Brink J & Wood J. 2000. Langkah Dasar Dalam perencanaan Riset Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Bandura, A., 1977. Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. New York:
Psychological Review.
Bandura, A., 1994. Self-efficacy. 1st ed. New York: Academic Press.
Bandura, A., 1997. Self-Efficacy: The exercise of kontrol. New York: Academic Press.
Dharma, K, Kelana. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans info media.
Damayanti, S., 2012. Analisis Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah: Penerapan teori
adaptasi Roy pada pasien dengan gangguan sistem endokrin. Jakarta: Universitas Indonesia.
Edberg, M., 2010. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat; Teori Sosial dan Perilaku. Jakarta: EGC.
Kai G.Kahl, Ulrich, Christoph, Conrad, Marie, Michael, Peter., 2014. Depression, anxiety disorder,
and metabolic sydrome in a population at risk for type 2 Diabetes Melitus. Brain and
Behaviour, pp.1-7.
Muafi. 2009. A Configuration and Contingency Approach to Understanding Export Performance,
International Review of Business Research Paper Volume 10, No. 1, Maret 2011.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Patricia A Potter, A.G.P., 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sandhi W.Nyut, Nopporn H, Nawarat S, Thiltipat R., 2010. self-efficacy, self-care behaviour and
glycemic kontrol among type-2 diabetes patients attending two private clinic in
yangon,myanmar. Southeas Asian J Trop Med Public Health, pp.943-51.
Shu-Fang V.W, Mei-chen L,Shu-Yuan L, Yu-Ying L, Tsae J.W, Heng H T., 2011. Effectiveness of a
self-efficacy program for persons with diabetes: A randomized kontrolled trial. Nursing and
Health Science, pp.335-43.