Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KEMBALI KEWARGANEGARAAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Siti Aminah
Handika Perkasa
Novita Sari Marpaung
Auliatul Fahmil Azmi
Ali Rahman Hakim
Halimatussadiah
Surya Darma
Kelompok : 3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi
merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan kesetiaannya
pada negara itu, menerima perlindungan darinya, serta menikmati hak untuk ikut
serta dalam proses politik. Mereka mempunyai hubungan secara hukum yang tidak
terputus dengan negaranya meskipun yang bersangkutan telah didomisili diluar
negeri, asalkan ia tidak memutuskan kewarganegaraannya.
Sedangkan orang asing adalah orang-orang yang untuk sementara atau
tetap bertempat tinggal di negara tertentu, tetapi tidak berkedudukan sebagai
warga negara. Mereka adalah warga negara dari negara lain yang dengan izin dari
pemerintah setempat menetap di negara yang bersangkutan. Mereka mempunyai
hubungan secara hukum dengan negara dimana ia tinggal hanya ketika ia masih
bertempat tinggal di wilayah negara tersebut.
Di dalam suatu negara terdapat sejumlah orang-orang yang berstatus
sebagai warga negara sekaligus sebagai penduduk dan sejumlah penduduk yang
berstatus bukan sebagai warga negara (orang asing).
Perbedaan status atau kedudukan sebagai penduduk dan bukan
penduduk, juga penduduk warga negara dan bukan penduduk warga negara
menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban. Kebanyakan negara menentukan
bahwa hanya mereka yang berstatus sebagai penduduk sajalah yang boleh
bekerja dinegara yang bersangkutan, sedang bagi mereka yang berstatus bukan
penduduk dilarang melakukan pekerjaan apapun. Demikian juga di indonesia
misalnya, hanya warga negara yang boleh mempunyai hak milik atas tanah, dan
hak untuk memilih atau dipilih dalam pemilihan umum. Sedang orang asing baik
yang berstatus sebagai penduduk maupun bukan penduduk tidak diperbolehkan
melakukan hal-hal tersebut.
Warga Negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu Negara,
karena status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga
Rumusan Masalah
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka dibentuk undang-undang
kewarganegaraan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU No.12 Tahun 2006) sebagai pelaksana pasal 26 ayat
(3) UUD1945 yang mengamanatkan agar hal-hal mengenai warga Negara dan penduduk diatur
dengan undang-undang. Pokok materi muatan yang diatur dalam UU No. 12 Tahun 2006 yang
akan dibahas dalam makalah ini meliputi:
1. Siapa saja yang menjadi warga Negara Indonesai?
2. Apa saja Syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia?
3. Apa saja sebab Kehilanagan kewarganegaraan republik Indonesia?
4. Bagaimana Syarat dan tata cara untuk memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia?
5. Apa saja Hak dan kewajiban warga Negara?
Tujuan
Tuajan pembuatan makalah ini berdasar atas beberapa alasan, diantaranya:
1) Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang siapa saja yang menjadi warga
Negara Indonesai
2) Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang syarat dan tata cara
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
3) Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang sebab Kehilanagan
kewarganegaraan republik Indonesia
4) Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang syarat dan tata cara untuk memperoleh
kembali kewarganegaraan Republik Indonesia
5) Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang apa saja hak dan kewajiban warga
negara
Batasan Masalah
Batasan pembahasan dalam makalah ini mencakup beberapa permasalahan, diantaranya; siapa
saja yang menjadi warga Negara Indonesai, apa saja Syarat dan tata cara memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia, apa saja sebab Kehilanagan kewarganegaraan republik
Indonesia, bagaimana syarat dan tata cara untuk memperoleh kembali kewarganegaraan
Republik Indonesia dan apa saja Ketentuan pidana yang akan diperlakukan kepada warga negara
ketika melanggar Tata cara tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Kewarganegaraan
Pengertian kewarganegaraan dapat dibedakan dalam dua arti yaitu kewarganegaraan dalam
arti formal dan kewarganegaraan dalam arti material.
Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada hal ikhwal masalah kewarganegaraan
yang umumnya berada pada ranah hukum publik. Kewarganegaraan dalam arti formal
membicarakan hal ikhwal masalah kewarganegaraan seperti siapakah warga negara, bagaimana
cara memperoleh kewarganegaraan, pewarganegaraan, bagaimana kehilangan kewarganegaraan,
dan seterusnya.
Sedangkan kewarganegaraan dalam arti material adalah akibat hukum dari pengertian
kewarganegaraan itu sendiri. Kewarganegaraan dalam arti material menunjuk pada akibat hukum
dari status kewarganegaraan yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara. Kewarganegaraan
dalam arti material ini merupakan isi dari kewarganegaraan itu sendiri yaitu masalah hak dan
kewajiban warga negara.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian hukum serta
tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Kewarganegaraan menghasilkan akibat hukum
yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara maupun negara. Disamping itu akibat hukum yang
lain adalah bahwa orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau
kewenangan negara lain.negara lain juga tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum
pada orang yang bukan warga negaranya.
Penentuan Kewarganegaraan
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang dikenal dengan adanya asas
kewarganegaraan yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis.
Asas ius adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau
negara tempat dimana orang tersebut dilahirkan.Asas ius soli disebut juga asas daerah kelahiran.
Sedang asas ius sanguinis ialah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut
pertalian daerah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.
Asas ius solidan asas ius sanguinis dianggap sebagai asas yang utama dalam menentukan
status hukum kewarganegaraan. Pada sekarang ini umumnya negara menganut kedua asas
tersebut secara simultan.
Negara-negara imigran yaitu negara yang sebagian besar warganya merupakan kaum
pendatang atau cenderung didatangi orang asing, maka kecenderungannya menggunakan asas ius
soli sebagai asas kewarganegaraannya. Adapun dasar pertimbangannya adalah negara
menghendaki warga baru segera melebur diri sebagai warga negara di negara tersebut. Contoh:
Amerika Serikat menerapkan asas ius soli , yaitu menentukan kewarganegaraan berdasarkan
faktor tanah kelahiran.
Sebaliknya negara-negara emigran yaitu negara yang warganya cenderung keluar dari
negara, maka kecenderungannya lebih menggunakan asas ius sanguinis. Penentuan asas
kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap warga negara dapat menimbulkan masalah
kewarganegaraan bagi seorang warga. Masalah kewarganegaraan tersebut adalah timbulnya
apatride dan bipatride.
Apatride berasal dari kata a yang artinya tidak dan patride yang artinya kewarganegaraan.
Jadi patride adalah orang-orang yang tidak memiliki kenegaraan. Apatride ini bisa dialami oleh
orang yang dilahirkan dari orang tua yang negaranya menganut asas ius soli dinegara atau dalam
wilayah negara yang menganut asas ius sanguinis. Kemudian Bipatride berasal dari kata bi yang
artinya dua dan patride yang berarti kewarganegaraan. Jadi bipatride adalah orang-orang yang
memiliki kewarganegaraan rangkap (ganda). Bipatride ini bisa dialami pada orang yang
dilahirkan dari orang tua yang negaranya menganut asas ius sanguinis didalam wilayah negara
yang menganut asas ius soli. Oleh negara asal orang tuanya orang itu dianggap sebagai warga
negara karena ia adalah keturunan dari warga negaranya.
Tata Cara Permohonan Pewarganegaraan
Orang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2006 dapat mengajukan permohonan pewarganegaraan kepada Presiden melalui Menteri jika
memenuhi persyaratan: (a) telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin ; (b) pada
waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia
paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10(sepuluh) tahun
tidak berturut-turut;(c) sehat jasmani dan rohani; (d) dapat berbahasa Indonesia serta mengakui
Dasar Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (e)
tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukn tindak pidana karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih; (f) Jika dengan memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi kewarganegaraan ganda; (g) mempunyai
pekerjaan tetap;dan (h) membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.Permohonan diajuakan
di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermaterai
cukup dan sekurang-kurangnya memuat (a) nama lengkap, (b). tempat dan tanggal lahir; (c).
Jenis kelamin; (d). status perkawinan; (e). alamat tempat tinggal; (f). pekerjaaan; dan
(g).kewarganegaraan asal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1)
2)
3)
4)
a)
b)
c)
Penduduk ialah warga indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di indonesia.
3.
Kelahiran: Setiap anak yang lahir dari orang tua (ayah atau ibunya) berkewargaan
negara indonesia akan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia.
Pengangkatan: Anak warga negara asing yang berumur 5 tahun yang diangkat secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara negara indonesia memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia.
Turut Ayah atau Ibu: Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal diwilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya berkewarganegaraan Republik
Indonesia.
Pemberian: Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau
dengan alasan kepentingan negara dapat diberi kewarganegaraan Republik Indonesia oleh
presiden setelah memperoleh petimbangan DPR Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian
kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda (pasal
20).
Masuk dalam dinas tentara asing tanpa ijin terlebih dahulu dari presiden.
5.
Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan semacam itu di indonesia
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan hanya boleh dijabat oleh warga negara indonesia.
6.
Secara sukarela menyatakan sumpah atau janji setia kepada negra asing.
7.
Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan
untuk suatu negara asing.
8.
Mempunyai paspor dari negra asing atau surat yang dapat diartikan sebagai
kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya.
9.
Bertempat tinggal diluar wilayah negara republik indonesia selama 5 tahun terus menerus
bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan
keinginannya untuk tetap menjadi warga negara indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu
berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin
tetap menjadi warga negara indonesia kepada perwakilan negara republik indonesia.
5. Cara Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia
Dalam pasal 31 UU No.12 tahun 2006 dinyatakan bahwa seseorang yang kehilngan
kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh kembali kewarganegaraannya melalui
3.
4.
5.
6.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi merupakan
anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan kesetiaannya pada negara itu, menerima
perlindungan darinya, serta menikmati hak untuk ikut serta dalam proses politik. Mereka
mempunyai hubungan secara hukum yang tidak terputus dengan negaranya meskipun yang
bersangkutan telah didomisili diluar negeri, asalkan ia tidak memutuskan kewarganegaraannya.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian hukum
serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Kewarganegaraan menghasilkan akibat
hukum yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara maupun negara. Disamping itu akibat
hukum yang lain adalah bahwa orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada
kekuasaan atau kewenangan negara lain.negara lain juga tidak berhak memperlakukan kaidahkaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya.
Asas ius adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau
negara tempat dimana orang tersebut dilahirkan.Asas ius soli disebut juga asas daerah kelahiran.
Sedang asas ius sanguinis ialah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut
pertalian daerah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.
Asas ius solidan asas ius sanguinis dianggap sebagai asas yang utama dalam menentukan
status hukum kewarganegaraan. Pada sekarang ini umumnya negara menganut kedua asas
tersebut secara simultan.
Negara-negara imigran yaitu negara yang sebagian besar warganya merupakan kaum
pendatang atau cenderung didatangi orang asing, maka kecenderungannya menggunakan asas ius
soli sebagai asas kewarganegaraannya.
Sebaliknya negara-negara emigran yaitu negara yang warganya cenderung keluar dari
negara, maka kecenderungannya lebih menggunakan asas ius sanguinis. Penentuan asas
kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap warga negara dapat menimbulkan masalah
kewarganegaraan bagi seorang warga. Masalah kewarganegaraan tersebut adalah timbulnya
apatride dan bipatride.
UU No 12 Tahun 2006 yang diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus
2006 memerintahkan pelaksanaan beberapa ketentuan untuk diatur lebih lanjut denan Peraturan
Pemerintah, yaitu pasal 22,pasal 30, dan pasal 35 Undang-Undang No 12tahun 2006, Tentang
Kewaraganegaraan Indonesia telah ditetapkan peraturan pemerintah Nomor 2 Tahun 2007
tentang tata cara memperoleh, kehilangan, pemabtalan dan memperoleh kembali
kewrganegaraanRepublik Indonesia.
3.2. Saran
Berikut upaya-upaya menghargai persamaan kedudukan warga negara yang diantaranya akan
menjawab beberapa pertanyaan dalam segala persoalan kesamaan kedudukan warga negara, baik
diantara warga negara asing yang menjadi warga negara Indonesia dan sebaliknya:
1.
Setiap kebijakan pemerintah hendaknya bertumpu pada persamaan dan menghargai
pluralitas
2.
Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat berperan serta dalam
pembangunan nasional tanpa membeda-bedakan sara, gender, budaya
3.
Produk hukum atau peraturan perundang-undangan harus menjamin persamaan warga
Negara
4.
Partisipasi masyarakat dalam politik harus memperhatikan kesetaraan sara dan gender.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang S. Sulasmono. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. FKIP UKSW Salatiga
Dwi Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Bumi Aksara
Winarno. 2009. Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosiologi Menuju Yuridis. Bandung Alfa Beta
Gultom ( Ed ). 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kewrganegaraan dan Demokrasi Jurusan Studi PPKN-FKIP-UKSW Salatiga
Hestu Cipto Handoyo. 2003. Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Bab V
SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 31
Seseorang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh
kembali kewarganegaraannya melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 18 dan Pasal 22.
Pasal 32
(1) Warga Negara Indonesia yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf i, Pasal 25, dan Pasal 26 ayat (1) dan
ayat (2) dapat memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri tanpa melalui prosedur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 17.
(2) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat tinggal di luar
wilayah negara Republik Indonesia, permohonan disampaikan melalui Perwakilan
Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon.
(3) Permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia
dapat diajukan oleh perempuan atau laki-laki yang kehilangan kewarganegaraannya
akibat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) sejak
putusnya perkawinan.
(4) Kepala Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari setelah menerima permohonan. Pasal 33 Persetujuan atau
penolakan permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia
diberikan paling lambat 3 (tiga) bulan oleh Menteri atau Pejabat terhitung sejak
tanggal diterimanya permohonan. Pasal 34 Menteri mengumumkan nama orang
yang memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh kembali
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah.