Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm
terjadi 1% dari semua
kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran
prematur sebanyak 30%.
Gambar 1. Ketuban Pecah
Penyebab
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang
disebutkan memiliki kaitan
dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan
selama kehamilan. Beberapa
faktor risiko dari KPD :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3. Riwayat KPD sebelumya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5. Kehamilan kembar
6. Trauma
7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
8. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Gambar 2. Inkompetensi leher Rahim
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban
berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes,
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti
atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala
janin yang sudah terletak di
bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk
sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine,
A. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan
dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya
selaput janin sebelum proses persalinan dimulai.
1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu
2. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan
risiko infeksi intra-amnion
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono
Prawiroharjo, 2002)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/ premature rupture of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebsalum partu : yaitu bila pembukaan pada primigravida
dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Rustam Mochtar 1998)
B. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain
itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :
1. Serviks inkompeten.
2. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramion.
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4.
Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
5.
Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah. (Amnionitis/ Korioamnionitis).
a.
b.
Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas
janin
C. Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%)
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan
inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
D. Komplikasi ketuban pecah dini
1. Infeksi intrapartum (korioamnionitis)
2. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
3. Prolaps tali pusat
4. Oligohidramnion
E. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau
melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b.
Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
c.
Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d.
Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis
F. Penatalaksanaan
Perlu dilakukan pertimbangan tentang tata laksana yang paling tinggi mencapai well
born baby dan well health mother. Masalah berat dalam menghadapi ketuban pecah dini
adalah apabila kehamilan kurang dari 26 minggu karena untuk mempertahankannya
memerlukan waktu lama. Bila berat janin sudah mencapai 2000 gram, induksi dapat
dipertimbangkan. Kegagalan induksi disertai dengan infeksi yang diikuti histerektomi.
Selain itu, dapat dilakukan pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan. Tindakan ini
akan menambah reseptor pematangan paru, meningkatnya maturitas paru janin. Pemberian
betametason 12 minggu dilakukan dengan interval 24 jam dan 12 minggu tambahan,
maksimum dosis 24 minggu, masa kerjanya sekitar 2-3 hari. Bila janin setelah satu minggu
belum lahir, pemberian berakortison dapat diulang lagi.
Indikasi melakukan pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
1. Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu apakah 6, 12, atau
24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38c, dengan pengukuran per
rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur
air ketuban.
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam laterbelakang maka penulis menarik suatu
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ketuban pecah sebelum waktunya?
2. Bagaimana epidemiologi ketuban pecah sebelum waktunya?
3. Apa saja klasifikasi ketuban pecah sebelum waktunya?
4. Bagaimana fisiologi air ketuban?
5. Apa etiologi ketuban pecah sebelum waktunya?
6. Apa tanda dan gejala ketuban pecah sebelum waktunya?
7. Bagaimana patogenesis ketuban pecah sebelum waktunya?
8. Bagaimana cara mendiagnosa ketuban pecah sebelum waktunya?
9. Apa saja komplikasi dan prognosis ketuban pecah sebelum waktunya?
10. Bagaimana penatalaksanaan ketuban pecah sebelum waktunya?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Saya mengangkat makalah tentang ketuban pecah sebelum waktunya adalah untuk
menambah pengetahuan mengenai pelayanan atau asuhan yang diberikan pada masa nifas
dengan keadaan tersebut.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian ketuban pecah sebelum waktunya.
b. Mengetahui epidemiologi ketuban pecah sebelum waktunya.
c. Mengetahui apa saja klasifikasi ketuban pecah sebelum waktunya.
d. Mengetaui fisiologi air ketuban.
e. Mengetahui etiologi ketuban pecah sebelum waktunya.
f. Mengetahui tanda dan gejala ketuban pecah sebelum waktunya.
g. Mengetahui patogenesis ketuban pecah sebelum waktunya.
h. Mengetahui cara mendiagnosa ketuban pecah sebelum waktunya?
i. Mengetahui komplikasi dan prognosis ketuban pecah sebelum waktunya?
j. Mengetahui penatalaksanaan ketuban pecah sebelum waktunya?
D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini, yaitu:
1. Bagi mahasiswa
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada penderita
ketuban pecah sebelum waktunya.
2. Bagi pembaca
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sehingga
dapat mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta penanganan ketuban pecah
sebelum waktunya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban
pecah prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses
persalinan.
Beberapa penulis mendefinisikan KPD yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti
tanda-tanda persalinan, ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu, misalnya 1
jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan servik
pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan servik pada primigravida 3 cm dan
pada multigravida kurang dari 5 cm.
Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes (PROM) adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Jika ketuban pecah sebelum umur
kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini kehamilan preterm atau preterm premature
rupture of the membranes (PPROM).
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya membran korioamnion sebelum inpartu. Periode laten
adalah jarak antara pecahnya ketuban dan inpartu. Tidak ada kesepakatan tentang lamanya
jarak antara pecahnya ketuban dan inpartu yang dibutuhkan untuk mendiagnosa KPD.
Rentang waktu yang telah diajukan dalam laporan yang berbeda-beda, berkisar antara 1 12
jam. Beberapa penulis menyarankan istilah KPD lama untuk menjelaskan periode laten
yang lebih dari 24 jam, namun jarang digunakan. Akibat dari KPD tergantung kepada usia
kehamilan. Karenanya, kondisi tersebut diklasifikasikan kepada KPD preterm atau KPD
aterm, tergantung apakah munculnya sebelum atau sesudah masa kehamilan 37 minggu.
B. Epidemiologi
Beberapa peneliti melaporkan hasil penelitian mereka dan didapatkan hasil yang bervariasi.
Insidensi KPD/KPSW berkisar antara 8 10 % dari semua kehamilan. Hal yang
menguntungkan dari angka kejadian KPD/KPSW yang dilaporkan, bahwa lebih banyak
terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %,
sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD/KPSW pada kehamilan preterm
terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.
KPD/KPSW merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan
mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang
bulan. Pengelolaan KPD/KPSW pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek,
bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS.
C. Klasifikasi
1. Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset
persalinan aau disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of
Membrane = PROM. Insiden PROM adalah 6-19% kehamilan.
2. Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik sebelum
onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm
Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM.
Insiden PPROM adalah 2% kehamilan.
D. Fisiologi Air Ketuban
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya agak
alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin,
urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam
anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin. Volume air
ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 1500 cc.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah
janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin pertanda
bahwa permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk
berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak
sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur
dengan mekonium.
1. Fungsi Air Ketuban
a. Untuk proteksi janin.
b. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
c. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
d. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
e. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang
kemudian dikeluarkan melalui kencing janin.
f. Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
g. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350500 cc.
2. Asal Air Ketuban
a. Kencing janin (fetal urin)
b. Transudasi dari darah ibu
c. Sekresi dari epitel amnion
d. Asal campuran (mixed origin)
E. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan
tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan
infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase).
3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya
tumor, hidramnion, gemelli.
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya
KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi
5. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan
antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan
Neischeria gonorhoe.
7. Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka usaha preventif
tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
8. Faktor lain yaitu: Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor
mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi
adalah faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD antara lain :
a. Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal
b. Inkompetensi serviks
c. Infeksi vagina/serviks
d. Kehamilan ganda
e. Polihidramnion
f. Trauma
g. Distensi uteri
h. Stress maternal
i. Stress fetal
j. Infeksi
k. Serviks yang pendek
l. Prosedur medis
F. Tanda dan Gejala
1. Maternal : Demam (dan takikardi), uterine tenderness, keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina, cairan amnion yang keruh dan berbau, leukositosis (peningkatan sel darah
putih) meninggi, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urin
2. Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik.
3. Cairan amnion : Volume cairan ketuban berkurang, tes cairan amnion, diantaranya dengan
kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin.
G. Patogenesis
Taylor dkk. telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut :
Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakitpenyakit seperti pielonefritis- sistitis, servisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan
hipermotilitas rahim ini.
a. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
b. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
c. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multipara, malposisi, disproporsi,
cerviks inkompeten dan lain-lain.
d. Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
PROM berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode laten = LP = lag period. Makin muda umur
kehamilan makin memanjang LP nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasa,
yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jam.
H. Diagnosa
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif palsu
berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang
sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin,
ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa KPD
ditegakkan dengan cara :
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba
dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan
tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas. Adanya cairan
yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih) rambut lanugo atau
(bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau. Terdapat infeksi genital (sistemik).
3. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri
eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta
batuk, mengejan atau mengadakan manuver valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan
tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior. Lihat dan
perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah
pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior
4. Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang
kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena
pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim
dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi
patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD sudah dalam persalinan atau
yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sesedikit mungkin.
5. Gejala chorioamnionitis
Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka
respiratory distress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan
yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret
vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
1. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 7,5, darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif palsu.
2. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada
kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (oligohidramnion) . Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada
umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana. Secara
klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya
air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke
ketuban pecah dini.
I. Komplikasi dan Prognosis
1. Infeksi intrauterin
2. Tali pusat menumbung
3. Prematuritas
4. Distosia (partus kering)
Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
1. Prognosis Ibu
a. Infeksi intrapartal/dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang
selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
b. Infeksi puerperalis/ masa nifas
c. Dry labour/Partus lama
d. Perdarahan post partum
e. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)
f. Morbiditas dan mortalitas maternal
2. Prognosis Janin
a. Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress
sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity, intraventricular
hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy),
hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.
b. Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat
c. Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score rendah,
ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.
d. Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas
dan pertumbuhan janin terhambat (PJT)
e. Morbiditas dan mortalitas perinatal
J. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola
KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun
bayinya.
Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama ada beberapa
masalah yang masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup bulan, kalaupun segera
mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan jika
menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau
menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus
bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak
diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui
umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang
bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan
perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur
kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang
diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan
mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan
lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten.
Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan dalam
mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD yaitu umur kehamilan dan ada
tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu.
1. Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi
intrauterin.
2. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan
melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk
memperkecil resiko infeksi intrauterin.
ampisillin 21 gr IV dan penisillin G 42 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi
persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.
17. KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin
42 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada umumnya ketuban akan pecah saat inpartu, menjelang pembukaan lengkap, yang
selanjutnya diikuti oleh tekanan langsung pada pleksus Frankenhausen, sehingga parturien
akan mengejan secara reflex.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu
dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya.
Sebagian besar pecahnya ketuban secara dini terjadi sekitar usia kehamilan 37 minggu.
Etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai
penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang
berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual
misalnya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorrhea.
Pengelolaan ketuban pecah dini merupakan masalah yang masih kontroversial dalam
kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan baku masih belum ada, selalu berubah. KPD
seringkali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas
pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal
yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan
kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan partus buatan yang
sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.
Neonatologis dan ahli obstetri harus bekerja sebagai tim untuk memastikan perawatan yang
optimal untuk ibu dan janin.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada
komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Dilema sering terjadi pada
pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup
bulan atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan
memanjang, yang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap
konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan
tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.
B. Saran
Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam penurunan AKI dan AKB, sebab upaya ini
tidak hanya bisa dilakukan oleh salah satu pihak. Akan tetapi hal ini memerlukan dukungan
dari berbagai pihak.
Kita sebagai tenaga kesehatan juga harus ikut berperan aktif dalam pelaksanaan progam
tersebut salah satunya adalah dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik dan tepat serta
sesuai dengan kebutuhan pasien agar derajat kesehatan dimasyarakat bisa tercapai. Inform
concent harus selalu dilakukan, apalagi dalam hal berbagai persiapan rujukan. Bagi petugas
kesehatan, khususnya bidan dapat menyarankan beebrapa hal kepada ibu hamil, yaitu :
1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau
DAFTAR PUSTAKA
Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.YBPSP. Jakarta
Aria wibawa dept obstetri dan ginekologi FKUI-RSUPN CM
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
EGC. Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta
Varney, Helen. 2000. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta
Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. 2006. YBPSP. Jakarta
http://www.conectique.com/tips_solution/pregnancy/during_pregnancy/article.php?
article_id=6580
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/ketuban-pecah-sebelum-waktunya-kpswatau-ketuban-pecah-dini-kpd-atau-ketuban-pecah-prematur-kpp/
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/09/08/ketuban-pecah-dini