Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB IV
BATUAN SEDIMEN
4.1.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui dan membedakan batuan sedimen berdasarkan klasifikasinya.
2. Menginterpretasikan penamaan batuan-batuan sedimen berdasarkan
deskripsinya.
4.2.
Dasar Teori
Alam tanpa henti-hentinya menggerus serta menghanyutkan bahanbahan tanah dan batuan dari suatu tempat ke tempat lain, hasil gerusan
tersebut kemudian diakumulasikan di suatu tempat menjadi suatu bahan
endapan (sedimen) di lembah sungai, danau, lautan, atau angin, di Indonesia
pengangkutan oleh air lebih dominan. Pengikisan dan pengendapan bahanbahan tanah pada suatu tempat berlangsung secara terus menerus, jadi
pengendapan dapat terjadi di semua tempat (Prawira, 2010).
Terjadinya lapisan tebal berasal dari akumulasi endapan, maka seluruh
partikel-partikel yang menjadi dasar dari lapisan berubah menjadi padat
disebabkan adanya tekanan (beban) yang terlalu berat. Tekanan tersebut
berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga lapisan-lapisan tersebut
membentuk sebuah agregat batuan yang padat. Melalui pemadatan dan
penyemenan,
endapan-endapan
tersebut
berangsur-angsur
mengalami
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dalam batuan endapan dapat terlihat ada beberapa segi persaman yang
terdapat pada batuan beku, misalnya dalam hal unsur pokoknya, mineralnya,
tekstur, dan warna. Beberapa perbedaan antara batuan beku dan batuan
endapan di antaranya; dari mana endapan tersebut berasal; bagaimana cara
pengangkutannya; apa yang menyebabkan terjadinya pengendapan; dan apa
yang dapat diceritakan mengenai lingkungan zaman dahulu di permukaan
bumi (Prawira, 2010).
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan
materi hasil erosi. Jadi asalnya dari batuan yang telah ada, baik batuan beku,
metamorf, ataupun batuan sedimen lainnya, yang mengalami pelapukan,
tererosi, terbawa pergi kemudian diendapkan di tempat lain.
Sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, walaupun
volumenya hanya sekitar 5% dari volume kerak bumi. Berdasarkan tenaga
yang mengangkut dan erosi batuan sedimen dapat digolongkan atas tiga
bagian utama, yaitu :
1. Sedimen aquatic, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air.
Contohnya: flood plain, natural levee, alluvial fan, dan sebagainya.
2. Sedimen aeolis atau aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga
angin (aeolis). Contohnya: tanah loss, sand dunes, serir, dan sebagainya.
3. Sedimen glacial, yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser. Contohnya:
morena, drumlin, dan sebagainya.
(Prawira, 2010)
Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material
sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya
mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan
pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur
sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa
macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu
pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna
untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya struktur-struktur
sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta
lingkungan pengendapan tertentu.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi
dari data struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi
sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus
relatif. Selain itu beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk
menentukan atas dan bawah suatu lapisan.
Di dalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme
atau tumbuhan, yang karena tertimbun, terawetkan. Dan selama proses
diagenesis tidak rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen atau
membentuk lapisan batuan sedimen. Sisa-sisa organisme atau tumbuhan yang
terawetkan ini dinamakan fosil. Jadi fosil adalah bukti atau sisa-sisa
kehidupan zaman lampau. Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan,
seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak ataupun cetakan. Dari
studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkonstruksi
geografi purba di mana pengendapan terjadi.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik,
kimia dan biologi pada tempat di mana material sedimen terakumulasi. Jadi,
lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya
material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang
dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Secara umum dikenal tiga lingkungan pengendapan, yaitu lingkungan
darat transisi, dan laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan
sungai dan endapan danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan
gurun dan glestser yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian.
Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan
laut seperti delta, lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut
adalah endapan-endapan neritik, batial, dan abisal. Contoh Lingkungan
pengendapan pantai : proses fisik : ombak dan akifitas gelombang laut, proses
kimia : pelarutan dan pengendapan dan proses biologi : burrowing. Ketiga
proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai, sebagai
material sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur dan
mineralogi.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Untuk mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan
dalam suatu cekungan mungkin ada baiknya kita dapat memahami prinsip apa
saja yang bisa kita temukan dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip tersebut
sangatlah beragam di antaranya prinsip uniformitarianism. Prinsip penting
dari uniformitarianism adalah proses-proses geologi yang terjadi sekarang
juga terjadi di masa lampau. Prinsip ini diajukan oleh Charles Lyell di tahun
1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut dalam mempelajari prosesproses geologi yang terjadi sekarang, kita bisa memperkirakan beberapa hal
seperti kecepatan sedimentasi, kecepatan kompaksi dari sedimen, dan juga
bisa memperkirakan bagaimana bentuk geologi yang terjadi dengan prosesproses geologi tertentu.
Lapisan horisontal yang ada pada batuan sedimen disebut bedding.
Bedding terbentuk akibat pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut
oleh air atau angin. Kata sedimen sebenanrya berasal dari bahas latin
sedimentum yang artinya endapan. Batas-batas lapisan yang ada pada
batuan sedimen adalah bidang lemah yang ada pada batuan di mana batu bisa
pecah dan fluida bisa mengalir. Selama susunan lapisan belum berubah
ataupun terbalik maka lapisan termuda berada di atas dan lapisan tertua
berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip superposition.
Susunan lapisan tersebut adalah dasar dari skala waktu stratigrafi atau skala
waktu pengendapan. Pengamatan pertama atas fenomena ini dilakukan
oleh Nicolaus Steno di tahun 1669. Beliau mengajukan beberapa prinsip
berkaitan dengan fenomena tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip
horizontality, superposition, dan original continuity. Prinsip horizontality
menjelaskan bahwa semula batuan sedimen diendapkan dalam posisi
horisontal. Pembentuk batuan sedimen adalah partikel-partikel atau sering
disebut sedimen yang terbentuk akibat hancuran batuan yang telah ada
sebelumnya seperti batuan beku, batuan metamorf, dan juga batuan sedimen
sendiri.
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor
yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
gravitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju.
Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda.
Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat
susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum
dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar
ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem
yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen
cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju
atmosfer.
Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang
disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan
terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya
dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya gravitasi dari
sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati
cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan,
maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut
semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan.
Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari
sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar
cekungan seperti adanya patahan. Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara :
a. Suspensi
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam
suspensi, jika arus cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya
material halus saja yang dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil
pengendapan suspensi ini adalah mengandung massa dasar yang tinggi
sehingga butiran tampak mengambang dalam massa dasar dan umumnya
disertai pemilahan butir yang buruk. Ciri lain dari jenis ini adalah butir
sedimen yang diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.
b. Bedload transport
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat
dibagi menjadi :
1) Endapan arus traksi,
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2) Endapan arus pekat (density current), dan
3) Endapan suspensi.
Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen
didasarnya. Pada umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang
lainya seperti angin atau pasang-surut air laut. Sedimen yang dihasilkan
oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur silang siur,
dengan sifat-sifat :
1) Pemilahan baik.
2) Tidak mengandung masa dasar.
3) Ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke
bawah (coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded
bedding).
Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara
arus traksi dan suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu
endapan campuran antara pasir, lanau, dan lempung dengan jarang -jarang
berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat (density)
disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa
disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam.
Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di
bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam
cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam
udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan
gas yang keluar dari gunungapi.
c.
Saltation
Dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada
sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap
dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya gravitasi
yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar. Pada
saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam
membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh
atau mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimensedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen.
Karena kondisi pengendapan dari waktu ke waktu tidak seragam dan
tidak kontinu maka akan dijumpai bahwa batuan sedimen kelihatan berlapislapis, atau dikenal dengan istilah stratifikasi. Kenampakan stratifikasi ini
merupakan gambaran umum dari batuan sedimen.
Selain itu, batuan sedimen merupakan gudang keterangan yang sangat
berguna bagi para geologis dari waktu ke waktu, khususnya para ahli
palaeontologi yang mempelajari kehidupan masa silam lewat fosil yang
banyak terkandung di dalam batuan endapan. Materi yang diendapkan tadi,
karena tekanan lapisan dari atas dan dibantu oleh adanya bahan-bahan yang
bersifat melekatkan seperti liat, silikat, kapur, kuarsa, dan sebagainya akan
mengalami sementasi dan dipadatkan menjadi batuan sedimen.
Klasifikasi batuan endapan berdasarkan cara terjadinya (genesa) dapat
dibagi menjadi :
1. Pengendapan Secara Mekanik
Batuan endapan hasil dari pembentukan secara mekanik dapat
dibagi berdasarkan ukuran butir. Batuan ini terbentuk oleh batuan yang
telah ada terlebih dahulu yang mengalami pelapukan, hancur lalu dibawa
oleh air, es, angin atau ombak dan diendapkan di tempat yang lain yang
lebih rendah. Setelah itu mengalami proses diagenesis menjadi batuan
yang kompak. Pengendapan dapat terjadi di mana-mana, baik di daratan
(tepi rawa, danau), pantai dan di bawah permukaan laut.
2. Pengendapan Secara Kimiawi
Pembentukan endapan ini karena proses penguapan pada larutan,
sehingga menjadi jenuh dan yang tertinggal kandungan garam. Biasanya
endapan ini tersusun dari kristal-kristal garam, misalnya garam dapur,
gips, dan sebagainya. Tidak ditemukan fosil (bekas hewan atau
tumbuhan). Karena pada air yang mempunyai konsentrasi tinggi tidak ada
kehidupan.Syaratsyarat yang diperlukan untuk pembentukan garam yang
tebal yaitu :
a.Iklim kering, penguapan tinggi.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Pada cekungan yang terpisah dari lautan.
3. Pengendapan Secara Biologis (Organik)
Batuan endapan yang terbentuk oleh adanya organisme, baik
berupa binatang ataupun tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Non-klastik, yang terbentuk oleh organisme di tempat itu, jadi belum
mengalami perpindahan.
b. Klastik, terbentuk dari batuan endapan organik yang telah mengalami
transportasi. Cirinya adalah berlapis, terdiri dari bahan-bahan organik.
Ada enam golongan utama batuan sedimen berdasarkan (R. P.
Koesoemadinata 1980,) yaitu :
1. Golongan Detritus Kasar
Golongan detritus kasar merupakan golongan batuan sedimen
yang
diendapkan
dengan
proses
mekanis.
Lingkungan
tempat
Gambar 4.1.
Batupasir
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya diendapkan di
lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Termasuk golongan
ini antara lain batulanau, serpih, batulempung dan napal.
Gambar 4.2.
Batulempung
3. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari sekumpulan cangkang
moluska, alga, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Jenis
batuan ini banyak sekali, tergantung material penyusunnya, misalnya
batugamping terumbu tersusun oleh material terumbu.
Gambar 4.3.
Batugamping Terumbu
4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses
organik, dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Yang termasuk
golongan ini adalah rijang, radiolaria, dan tanah diatom. Batu jenis ini
hanya tersebar dengan jumlah yang sedikit dan terbatas.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.4.
Rijang
5. Golongan Evaporit
Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut
yang tertutup dan untuk terjadinya, batuan sedimen ini harus ada air yang
memiliki kandungan larutan kimia yang cukup pekat. Yang termasuk ke
dalam golongan ini yaitu gypsum, anhydrit, batugaram dan lain-lain.
Gambar 4.5.
Gypsum
6. Golongan Batubara
Golongan ini terbentuk oleh adanya suatu akumulasi zat-zat
organik yang kaya unsur C (karbon), umumnya terjadi dari tumbuhan
yang telah mati. Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik,
yaitu dari tumbuh-tumbuhan di mana sewaktu tumbuhan tersebut mati,
dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya sehingga
tidak memungkinkan untuk terjadi pelapukan terlebih dahulu. Lingkungan
terbentuknya batubara sangat khusus sekali.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.6.
Batubara
4.2.1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali
detritus atau pecahan batuan asal. Pembatuan atau lithifikasi adalah
proses terubahnya materi pembentuk batuan yang lepas-lepas
(unconsolidated rock-rock forming mineral) menjadi batuan sedimen.
Litifikasi dapat disebabkan oleh proses :
a. Cementation (Sementasi), penyemenanan atau perekatan oleh
SiO2, Fe2O3. atau CaCO3.
b. Compaction (Pemadatan), termampatnya butir sedimen satu sama
lain.
c. Desiccations (Pengeringan), keluarnya air dari pori-pori karena
pemadatan atau penguapan.
d. Crytallization
(Pengkristalan),
pengkristalan
kembali
suatu
mineral.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari kegiatan
pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, yang kemudian tererosi
dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah
pengendapan berlangsung, sedimen akan mengalami diagenesa.
Proses-proses diagenesa itu meliputi :
a. Kompaksi Sedimen
Kompaksi sedimen (termampatnya butir sedimen satu
terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya).
Dalam hal ini volume sedimen berkurang dan hubungan antar
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
butir yang satu dan yang lain menjadi rapat. Pemampatan
menyebabkan butiran sedimen akan tertekan sewaktu tertimbun.
Susunan butiran akan tersusun kembali dengan lebih padat. Akibat
dari pemampatan, lapisan menjadi lebih tipis, porositas berkurang.
Air akan mengalir ke kawasan yang berkedap tinggi seperti
pasir dan akan berperan penting dalam pelarutan dan pengendapan
kimia dalam pasir. Setelah tersusun kembali, pemampatan yang
terus menerus menyebabkan butiran bersentuhan satu sama lain.
Silika yang terlarut akan masuk dalam rongga antar butiran dan
dapat membentuk semen.
b. Sementasi
Sementasi adalah turunnya material-material di ruang antar
butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen
satu dengan yang lain. Penyemenan merupakan proses dimana
mineral baru yang berasal dari cairan rongga (pore fluids) akan
terbentuk
atau
terendapkan
di
permukaan
butiran
atau
ada.
Jenis
semen yang utama ialah kuarsa dan kalsit. Semen kuarsa berasal
dari air yang jenuh terhadap silika, yaitu hasil dari
organisme bersilika, larutan tekanan
pelarutan
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
e. Metasomatisme
Proses pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral
autigenik,
tanpa
pengurangan
volume
asal.
Contohnya
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a) Masif, apabila tidak menunjukkan struktur dalam atau
ketebalan > 120 cm.
Gambar 4.7.
Masif
b) Perlapisan sejajar, dikatakan sejajar apabila bidang
perlapisan saling sejajar satu sama lain.
Gambar 4.8.
Perlapisan Sejajar
c) Laminasi, perlapisan sejajar yang ketebalannya < 1 cm.
Gambar 4.9.
Laminasi
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
d) Perlapisan pilihan, bila perlapisan tersusun atas batuan
yang berubah teratur dari kasar ke halus (vertikal).
Gambar 4.10.
Perlapisan Pilihan
e) Perlapisan silang siur, perlapisan yang saling membentuk
sudut terhadap bidang batas.
Gambar 4.11.
Perlapisan Silang Siur
2) Bidang perlapisan
Terbentuk dapat diakibatkan oleh pengerusan akibat
pembebanan ataupun oleh penguapan. Macam-macam bidang
perlapisan antara lain :
a) Gelembur gelombang, terbentuk sebagai akibat pergerakan
air atau angin.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.12.
Gelembur Gelombang
b) Rekah kerut, rekahan pada permukaan bidang perlapisan
sebagai akibat proses penguapan.
Gambar 4.13.
Rekah Kerut
c) Cetak suling, cetakan akibat pengerusan media terhadap
batuan dasar.
Gambar 4.14.
Cetak Suling
d) Cetak beban, cetakan akibat pengerusan pada batuan
sedimen yang masih plastis.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.15.
Cetak Beban
e) Bekas dan jejak organisme, bekas rayap, rangkakan,
maupun tempat berhentinya binatang.
Gambar 4.16.
Bekas dan Jejak Organisme
3) Struktur Deformasi
Terbentuk akibat deformasi non-tektonik (gravity) dari
sedimen pada waktu sedimentasi atau segera tersedimentasi
sebelum terkonsolidasi. Macamnya antara lain :
a) Konvoluth, terbentuk akibat deformasi sedimen yang
dihasilkan oleh arus turbidit.
Gambar 4.17.
Konvoluth
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b) Slump, struktur pemula suatu turbidit.
Gambar 4.18.
Slump
b. Tekstur Batuan Sedimen Klastik
Tekstur batuan sedimen klastik adalah suatu kenampakan
yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta
susunannya. Pembahasan tekstur meliputi :
1) Ukuran Butir
Ukuran butir pada batuan sedimen klastik didasarkan
pada:
Tabel 4.1.
Skala Wentworth
Bongkah
Nama Butir
Boulder
Berangkal
Couble
64 - 256
Kerakal
Pebble
4 - 64
Kerikil
Granule
2-4
1-2
Pasir kasar
Coarse Sand
-1
Pasir sedang
Medium Sand
Pasir halus
Fine sand
1/8 -
1/16 1/8
Lanau
Silt
1/256 1/16
Lempung
Clay
< 1/256
2) Pemilahan
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Pemilahan adalah nilai keseragaman dari ukuran butir
penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam
ukuran besar butirnya maka pemilahan batuan sedimen
tersebut semakin baik.
Pemilahan dapat dibagi, menjadi :
a) Pemilahan sangat baik (very well sorted)
b) Pemilahan baik (well sorted)
c) Pemilahan sedang (medium sorted)
d) Pemilahan buruk (poorly sorted)
e) Pemilahan sangat buruk (very poorly sorted)
Gambar 4.19.
Pemilahan
3) Derajat Pembundaran (Roundness)
Derajat pembundaran adalah nilai membulat atau
meruncingnya butiran, di mana sifat ini hanya bisa diamati
pada batuan sedimen klastik kasar. Ada enam batasan dalam
pemerian derajat pembundaran, yaitu :
a) Menyudut baik (very angular), permukaan konkaf dengan
ujungnya yang sangat tajam.
b) Menyudut (angular),
permukaan
konkaf
dengan
tanggung
(subangular),
permukaan
pada
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
e) Membundar (rounded), pada umumnya permukaan bundar
dengan ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar.
f) Membundar baik (well rounded), semua permukaan
konveks dan hampir equidimensional.
Gambar 4.20.
Derajat pembundaran
4) Porositas
Porositas adalah perbandingan volume pori batuan
dengan volume total batuan. Porositas terbagi atas tiga macam,
yaitu :
a) Porositas baik
b) Porositas sedang
c) Porositas buruk
Adapun
jenis-jenis
porositas
adalah
Gambar 4.21.
Porositas
5) Kemas
Khairi Ramdhani
H1C113061
sebagai
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Di dalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam
kemas, yaitu :
a) Kemas terbuka, butiran tidak saling bersinggungan
(mengembang di dalam matrik).
Gambar 4.22.
Kemas Terbuka
b) Kemas tertutup, butiran bersentuhan satu sama lain.
Gambar 4.23.
Kemas Tertutup
c. Komposisi Mineral Batuan Sedimen Klastik
Komposisi mineral pada batuan sedimen klastik dapat
dibedakan sebagai berikut :
1) Fragmen
Bagian butir yang ukuran butirannya paling besar dan
dapat berupa pecahan-pecahan batuan, mineral dan cangkang
fosil.
2) Matrik
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Bagian butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen
dan terletak di antara fragmen sebagai massa dasar. Matrik
bisa juga berbentuk batuan mineral, dan fosil.
3) Semen
Bahan pengikat antara semen dengan matrik dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a) Semen karbonat, contohnya kalsit dan dolomit.
b) Semen silika, contohnya kalsedon dan kuarsa.
c) Semen oksida, contohnya limonit dan hematit.
Gambar 4.24.
Komposisi Mineral Batuan Sedimen Klastik
4.2.2. Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang
terbentuk dari proses kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil
evaporasi dan batuan rijang sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen
non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses organik, seperti
batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati
atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan
ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang
larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena
proses kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam,
atau dengan bantuan proses biologi.
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Struktur sedimen non-klastik terbentuk dari proses reaksi
kimia ataupun kegiatan organik. Di bawah ini adalah macammacam struktur batuan sedimen non-klastik, yaitu :
1) Fossilliferous, struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil
(sedimen organik).
Gambar 4.25.
Fossiliferous
2) Oolitik, struktur di mana suatu fragmen klastik diselubungi
oleh mineral non-klastik, bersifat konsentrasi dengan diameter
< 2 mm.
Gambar 4.26.
Oolitik
3) Pisolitik, sama dengan oolitik tapi ukuran diameternya > 2
mm.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.27.
Pisolitik
4) Konkresi, sama dengan oolitik tetapi tidak menunjukkan
adanya sifat konsentrasi.
Gambar 4.28.
Konkresi
5) Bioherm, tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu.
Gambar 4.29.
Bioherm
6) Cone in cone, struktur pada batu gamping kristalin yang
menunjukkan pertumbuhan kerucut per kerucut.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.30.
Cone In Cone
7) Biostrome, seperti bioherm tetapi bersifat klastik (fosilnya
pecah-pecah).
Gambar 4.31.
Biostrome
8) Septaria, sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi
lempungan dengan ciri khas adanya rekahan-rekahan yang
tidak teratur akibat penyusutan bahan lempungan tersebut.
Gambar 4.32.
Septaria
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
9) Geode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa ronggarongga yang terisi oleh mineral-mineral yang tumbuh ke arah
pusat rongga tersebut.
Gambar 4.33.
Geode
10) Styolit, merupakan hubungan antar butir yang bergerigi.
Gambar 4.34.
Styolit
b. Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik
Tekstur batuan sedimen non-klastik dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Kristalin,
terdiri
dari
kristal-kristal
yang
interlocking
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Contohnya :
1) Batugamping : Kalsit dan dolomit
2) Chert
: Kalsedon
3) Gipsum
: Mineral gypsum
Gambar 4.35.
Mud Stone
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Wake Stone, berbutir lempung (fragmen < 10 %) identik dengan
kalkarenetik dan kalkilutit.
Gambar 4.36.
Wake Stone
c. Pack Stone, berbutir mierit, identik dengan batu pasir
lempungan, diendapkan pada kondisi air berenergi cukup besar.
Gambar 4.37.
Pack Stone
d. Grain Stone, berkomposisi hampir seluruhnya butiran.
Gambar 4.38.
Grain Stone
e. Bound Stone, terdiri dari fragmen-fragmen yang diikat oleh matrik
dan mikrit.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 4.39.
Bound Stone
f. Kristalin Karbonat, terdiri dari kristal-kristal karbonat.
Gambar 4.40.
Kristalin Karbonat
Secara umum batugamping dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Batugamping Klastik
Batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali
detritus batugamping asal. Contoh :
1) Kalsirudit (butiran berukuran rudit atau granule),
2) Kalkarenit (butiran berukuran arenit atau sand), dan
3) Kalsilutit (butiran berukuran lutit atau clay).
b. Batugamping Non-Klastik
Batugamping yang terbentuk dari proses-proses kimiawi
maupun organisme. Umumnya bersifat monomineral.
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2) Hasil larutan kimia (turvertin, tufa), dan
3) Hasil replacement seperti batugamping fosfat, batugamping
dolomit, batugamping silikat dan lain-lain.
Khairi Ramdhani
H1C113061
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4.3.1. Tempat dan Tanggal Praktikum
Praktikum ini bertempat di Ruang 15 Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat pada tanggal 04 November 2014
pada pukul 10.00 WITA.
4.3.2. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1) Komparator
2) Lembar deskripsi batuan sementara
3) Alat tulis
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1) Sampel batuan sedimen
2) Larutan HCl
4.3.2. Prosedur
Tahap-tahap prosedur yang dilakukan di praktikum ini adalah :
1. Menentukan warna sampel batuan sedimen baik warna segar
maupun warna lapuk.
2. Menentukan struktur yang tampak pada sampel batuan sedimen.
3. Menentukan tekstur sampel batuan sedimen yang digunakan
berdasarkan struktur yang tampak. Apabila termasuk klastik maka
tekstur yang ditentukan yaitu ukuran butir, sortasi, kemas,
derajat pembundaran dan porositas. Apabila non-klastik maka
teksturnya antara kristalin atau amorf.
4. Menentukan komposisi mineral pada sampel batuan sedimen yang
terdiri dari fragmen, matrik dan semen.
5. Menentukan jenis batuan sedimen dan penamaannya berdasarkan
pendeskripsian yang telah dilakukan di atas.
Khairi Ramdhani
H1C113061