Вы находитесь на странице: 1из 53

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN


A.

HASIL PENELITIAN
1.

Gambaran Umum Lembaga


a.

Nama, Alamat, dan Status Lembaga


Lembaga tempat pelaksanaan penelitian ini bernama Indigrow
Child Development Center. Berempat di Jalan Haruman No. 35 Bandung
40262. Indigrow adalah sebuah organisasi sosial yang bernaung dibawah
Lembaga Peduli Anak Indonesia, sebagai sebuah organisasi sosial,
Indigrow bergerak dalam bidang usaha pusat terapi perkembangan anak
dan autisme.
Setiap anak unik dan berhak tumbuh dan berkembang optimal. Oleh
karenanya setiap anak perlu memperoleh stimulasi, pendidikan dan
penanganan yang sesuai agar mampu mengembangkan seluruh potensi
fisik, emosi, kognisi, bahasa dan kemandiriannya. Jika anak memiliki
hambatan dalam satu atau lebih aspek perkembangannya tentu ia tidak
berkembang optimal sesuai usia dan potensinya, oleh karenanya
hambatan yang dimiliki anak harus dideteksi sedini mungkin sehingga
dapat ditangani dengan cepat untuk hasil yang baik.
Hambatan

dan

potensi

setiap

anak

berbeda-beda

maka

penanganannya pun akan berbeda tergantung kebutuhan tiap anak.


Penanganan

yang

terpadu

akan

memberikan

konsistensi

dalam

37

pendekatan, penetapan tujuan dan evaluasi secara menyeluruh terhadap


setiap anak sehingga diharapkan dapat dicapai proses pengembangan anak
secara optimal.
Indigrow hadir sebagai partner orang tua dan sekolah dalam
mengembangkan anak
masalah

perkembangan

mencapai potensinya.
anak

Indigrow membantu

secara terpadu dengan tim ahli

perkembangan anak dari berbagai disiplin ilmu diantaranya dokter syaraf


anak, dokter anak, dokter rehabilitasi medik, psikolog, terapis perilaku,
terapis okupasi, dan terapi wicara.

38

b. Sejarah Berdirinya Indigrow Bandung


Lahirnya Indigrow sebagai pusat terapi perkembangan anak dan
autisme tidak lepas dari berkembangnya Gagas Ceria. Gagas Ceria adalah
sebuah lembaga pendidikan yang berdiri pada tahun 1999, dibawah
naungan Yayasan Anak Indonesia. Ketika itu Gagas Ceria mendirikan
playgroup (PG). Kemudian pada tahun 2001 Gagas Ceria mendirikan
taman kanak-kanak (TK). Dan pada tahun 2003 Gagas Ceria mendirikan
Sekolah Dasar (SD).
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, Gagas Ceria menyadari
bahwa

setiap anak itu perlu dan berhak untuk mendapatkan

pendidikan, pun tidak terkecuali bagi anak-anak berkebutuhan khusus


(ABK). Walaupun pada saat ini keberadaan ABK dibatasi jumlahnya pada
setiap kelas, tetapi Gagas Ceria mau menerima ABK sebagai siswanya
untuk dididik bersama dengan siswa lainnya. Dalam perkembangannya,
Gagas Ceria menyadari bahwa proses penanganan ABK merupakan
proses yang kompleks sehingga membutuhkan penanganan integratif
yang melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu, tidak hanya
pendidikan tetapi juga ilmu medis dan psikologi.

39

Pada awalnya, untuk anak-anak yang mengalami kesulitan dalam


belajar Gagas Ceria menyarankan kepada orang tua mereka agar
melakukan pemeriksaan anak ke dokter ahli dan atau ke psikolog.
Pemeriksaan ke dokter ahli dilakukan untuk mengetahui apakah anak
mengalami masalah secara medis, sedangkan pemeriksaan ke psikolog
dilakukan untuk mengetahui apakah anak memiliki masalah secara
psikologis. Jika ternyata diperlukan terapi maka Gagas Ceria akan
merujuk anak untuk melakukan terapi di pusat terapi perkembangan anak
yang ada di Kota Bandung.
Di sinilah awal mula Gagas Ceria mengalami kesulitan. Sebagai
lembaga pendidikan, Gagas Ceria menyarankan kepada orang tua ABK
untuk melakukan pemeriksaan dan terapi terhadap anak-anak di lembaga
yang

fokus

menangani

masalah

ini

agar

dapat

mendukung

perkembangan mereka dari segi medis dan atau psikologi. Hal ini juga
dilakukan untuk mendapatkan profil lengkap atas anak-anak tersebut.
Profil setiap ABK diperlukan oleh Gagas Ceria untuk digunakan sebagai
pengetahuan tentang setiap anak agar pendidik dapat memberikan
pengajaran yang sesuai untuk masing- masing individu ABK. Tetapi pada
kenyataanya profil anak atau setidaknya laporan tentang pemeriksaan dan
terapi yang dilakukan pada anak sulit untuk didapatkan.

40

Untuk mendapatkan profil setiap anak, diperlukan sinergi dan


komunikasi yang baik dari semua pihak yang berperan dalam membantu
perkembangan anak; dalam hal ini pihak-pihak yang berperan adalah
orang tua, sekolah, dan para ahli (dokter, psikolog, terapis) yang
menangani ABK. Saat itu ahli yang digunakan berada di bawah naungan
lembaga lain, sehingga hal ini menyebabkan Gagas Ceria kesulitan untuk
melakukan komunikasi dengan mereka. Masalah ini menghambat upaya
Gagas Ceria untuk membantu perkembangan anak.
Pada tahun 2004, pengelola Gagas Ceria bertemu dengan Dr.
Purboyo Solek, beliau adalah seorang dokter ahli syaraf anak yang fokus
pada bidang penanganan sindrom autistik. Awalnya, Dr.Purboyo hanya
tertarik untuk menangani kasus pada anak-anak yang mengalami
sindrom autistik, tetapi setelah perbincangan lebih lanjut yang
mengutarakan bahwa masalah yang dihadapi anak dalam belajar itu
tidak hanya sindrom autistik akhirnya beliau dan pihak pengelola Gagas
Ceria sepakat untuk menangani masalah-masalah yang terkait dengan
perkembangan anak. Akhirnya, Dr. Purboyo dan pihak pengelola Gagas
Ceria menemukan kesamaan niat, yaitu untuk membantu perkembangan
anak secara optimal. Mereka percaya bahwa setiap anak adalah unik dan
memiliki potensi yang dapat diraih jika ada pihak yang membantu mereka
dalam berkembang, atau minimal membantu agar ABK mampu menjalani
hidup mereka dengan mandiri.

41

Dengan niat ini disertai tujuan untuk melakukan sinkronisasi


program dan pembagian peran, maka lahirlah Indigrow. Sinkronisasi
program disini maksudnya adalah penyesuaian antara program yang
dilakukan Gagas Ceria sebagai lembaga pendidikan dan Indigrow sebagai
pusat terapi perkembangan anak yang melayani pemeriksaan medis,
psikologi dan terapi untuk membantu perkembangan anak secara terpadu.
Sedangkan, pembagian peran disini maksudnya adalah agar Gagas Ceria
dan Indigrow dapat memperhatikan fokusnya masing-masing tetapi
memiliki mekanisme komunikasi yang terkendali.

Indigrow lahir pada

Tahun 2004 atas prakarsa pengelola Gagas Ceria dan Dr.Purboyo Solek,
sebagai pusat terapi perkembangan anak yang berlokasi di Jl. Haruman
No.35, Bandung., di bawah naungan PT. Peduli Anak Indonesia.

42

Indigrow bernaung disebuah badan hukum yang berbentuk PT


(Perseroan Terbatas) tidak dalam bentuk Yayasan seperti kebanyakan
organisasi sosial karena pengelola menginginkan mekanisme keuangan
yang lebih profesional,

mengingat organisasi ini tidak mendapatkan

subsidi dari pemerintah dan bergerak berdasarkan modal swasta. Nama


Indigrow dipilih sesuai dengan niat untuk membantu ABK agar dapat
berkembang dan hidup mandiri. Indigrow dilambangkan dengan simbol
pohon untuk menggambarkan bahwa seorang anak berkebutuhan khusus
itu seperti juga pohon, ia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika
dirawat dan diarahkan, sehingga pada akhirnya ia akan kuat hidup dengan
akarnya sendiri.
c.

Visi dan Misi


Visi Indigrow Child Development Center adalah menjadi pusat
terapi pilihan yang terpadu, terpercaya, terdepan, dalam ilmu untuk anak
berkembang optimal dan untuk Indonesia yang lebih baik.
Misi Indigrow Child Development Center adalah memberikan
pelayanan terapi terpadu dalam mengembangkan anak mencapai potensi
optimal,menjadikan seluruh komponen sebagai pembelajar aktif untuk
perkembangan keilmuan, peningkatan layanan dan terjalinnya kemitraan
yang professional, memebangun sinergi dengan berbagai pihak agar
tercipta taaklaksana penanganan masalah perkembangan anak di
Indonesia yang lebih baik, sebagai pusat pegembangan ilmu mengenai

43

anak-anak berkebutuhan khusus melalui penelitian ataupun kerja sama


dengan lembaga pendididkan.
d.

Personalia
Indigrow Child Development Center terdiri dari berbagai dispilin
ilmu yang terintegrasi menangani pengoptimalisasian potensi anak
berkebutuhan khusus, tim dari Indigrow Child Development Center
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Pengelola
Konsultan syaraf anak
Dokter spesialis anak
Psikolog perkembangan anak

5.
Administrasi
6. Terapis perilaku

7. Terapis wicara
8. Terapis okupasi
9. Fisioterapis

e.

:Fisianty Harahap, MT
: dr. Purboyo Solek, Sp. A (k)
: dr. Kristiantini Dewi, Sp. A
: Diah Puspasari, S. Psi, Mpsi
Ari Apriliana, S. Psi
: Rini
: Fefi Nuryanti
Nastii Anggraini Wiraputri
Rizka Husnullia
Sri Tanjung Pinasti
Ilma Zaini
Fahmi Nur Aqli, S.ST
Frandika Dwiarma
Sri Laksmi Wulandari
Siti Juwita
: Anjar Wahyudi, Amd, Tw
Irin, Amd, Tw
Erna mariana Dewi. Amd, Tw
: Anja Rakanita, Amd, OT
: Nila Kencana Wuri, AMF

Sarana dan Prasarana

44

Indigrow Child Development Center menyediakan tempat yang


nyaman, aman dan menyenangkan serta dilengkapi dengan fasilitas
sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
f.

Ruang terapi
: 7 ruangan
Ruang bermain indoor
: 2 ruangan
Kamar mandi/WC
: 3 ruangan
Gudang
: 1 ruangan
Dapur
: 1 ruangan
Ruang administrasi
: 1 ruangan
Ruang rapat
: 1 ruangan
Ruang tunggu
: 1 ruangan
Ruang konsultasi
: 2 ruangan
Perpustakaan
: 1 ruangan
Proses Pelayanan
Alur penanganan anak di Indigrow Child Development Center

adalah sebagai berikut:

45

Bagan Alur Penanganan Anak di Indigrow Bandung


Surat rujukan dari sekolah/dokter
Keluhan danlain
data awal dari orang tua

Anak
Data dari orangtua dan sekolah (jika anak bersekolah)
Pemeriksaan oleh
dokter
Observassi dan
psikotest (jika perlu)
oleh psikolog
Observasi+interview oleh timUsia,
Indigrow
perhatikan milestone

iperoleh hasil diagnosis, tingkat IQ, rencana penanganan, longterm outcome, dan jenis terapi
Pembuatan program terapi

Home programe

Pelaksanaan terapi

Evaluasi hasil
Konsultasi
rutinterapi (dokter dan atau psikolog, terapis, dan orangtua)

Out Term
Lanjut terapi, tes, dan atau terapi tambahan/lain

Untuk

menjamin

mutu

pelayanan

metdologi

pembelajaran,

Indigrow Child Development Center menetapkan standar prosedur


penerimaan anak (seperti tertera pada gambar di atas), menetapkan

46

peraturan dan memberikan pelatihan berkala dan incidental kepada


seluruh staf dan terapis. Berikut ini adalah beberapa hal yang sudah
dilakukan Indigrow Child Development Center untuk menjamin mutu
pelayanan:
1) Untuk mendapatkan hasil diagnosis dilakukan pemeriksaan terlebih
dahulu oleh tim ahli yaitu dokter dan atau psikolog.
2) Program yang dibuat oleh terapis untuk setiap anak harus melalui
proses pemeriksaan dan diskusi dengan psikolog dan dokter apabila
diperlukan.
3) Indigrow Child Development Center menerapkan jadwal tidak
berubah-ubah selama satu termin untuk memberikan pelayanan yang
maksimal.
4) Ada sistem penggantian jam terapi apabila terapis tidak dapat hadir
pada saat terapi yang telah dijadwalkan.
5) Evaluasi yang dilakukan berkala setiap tiga bulan
g.
Program
Program yang diberikan Indigrow Child Development Center
meliputi:
1)
2)
3)

Konsultasi, observasi dan pemeriksaan komperhensif


Pemeriksaan gangguan/kelainan syaraf pada anak
Diagnosis dan tata laksana gangguan perkembangan

syaraf anak seperti palsi selebral, epilepsy, retardasi mental, dan


sebagainya
4)

Diagnosis dan tata laksana gangguan perilaku seperti

5)

retardasi mental, hiperaktif, dan sebagainya


Asesmen gangguan kesulitan belajar/kesulitan belajar
spesifik

6)

Psikokonseling bagi anak dan atau orang tua


47

7)
Griffith Mental Developmental Scales
8)
Terapi perilaku
9)
Terapi wicara
10) Terapi sensori integritas/terapi okupasi
11) Fisioterapi
12) Kelas remedial
13) Kelas layanan disleksia
14) Parenting Class
15) Home visit
16) School visit
17) Konseling bagi guru sekolah
18) Workshop bagi guru sekolah
19) Kelas transisi
20) Kelas lanjutan

2.

Deskripsi Hasil Penelitian


a.

Masuk
Lapangan Penelitian
Peneliti memasuki lokasi penelitian setelah sebelumnya sudah
melakukan penjajakan awal di Indigrow dengan cara observasi atau
pengamatan langsung terhadap suasana Indigrow, yaitu pada hari
Sabtu tanggal 10 Juni 2012. Peneliti merasa tertarik terhadap anak
Disleksia namun lebih ke pola asuh orang tua, jumlah anak disleksia
yang sedang mengikuti kelas khusus berjumlah 15 anak, seringkali
orang tua pasien Indigrow jarang mangantar anaknya untuk mengikuti

48

kelas disleksia namun kebanyakan di antar oleh supir pribadi, namun


ada juga yang diantar oleh orang tuannya. Sebagian besar anak yang
mengikuti kelas disleksia kebanyakan berasa dari luar jawa barat
seperti Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan dan adapun dari daerah
Ambon, pada saat peneliti berbincang dengan salah satu guru kelas
disleksia yang bernama diketahui, ia mengungkapkan bahwa ada
beberapa orang tua yang dapat menjadi pilihan peneliti sebagai
informan dengan karakter yang bermacam-macam yaitu adapun orang
tua yang sangat cemas saat anaknya sedang dalam proses terapi
prilaku,dan ada orang tua yang sering kali sesekali menengok kedalam
ruangan terapi. Seringkali orang tua telat mengantarkan anaknya
sehingga sang anak tidak mau masuk kedalam ruangan kelas dengan
alasan terlambat, malu dengan teman-temannya.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka langkah selanjutnya peneliti
menentukan informan yang sesuai kriteria. Informan yang peneliti
gunakan sebagai sumber informasi pada penelitian ini adalah orang tua
yang memiliki anak disleksia. Untuk itu, peneliti memilih 3 orang
informan, yaitu : 1). AS, 2). VT, dan 3). LC
b.

Pengala
man Lapangan
Dalam menemukan informan, peneliti tidak mendapatkan
kesulitan yang berarti, karena dalam menentukkan informan peneliti
49

dibantu oleh guru kelas disleksia untuk meminta ketiga orang tua anak
disleksia tersebut membantu peneliti dengan memberikan informasi
mengenai pola asuh mereka terhadap anaknya yang mengalami
disleksia. Walaupun demikian peneliti juga mengalami hambatan yaitu
yang berkaitan dengan penggunaan alat rekam, yaitu hasil rekaman
yang kurang maksimal (suara kurang jelas) dan kesulitan untuk
menggali informasi lebih dalam karena informan yang cenderung
bersikap tertutup kepada peneliti.
Hasil penelitian ini menggambarkan tentang pola asuh orang tua
terhadap anak disleksia yang meliputi:
1)Karakteristik informan
2)Pengawasan (control) informan terhadap anak disleksia
3)Komunikasi informan terhadap anak disleksia
4)Penggunaan hukuman dan hadiah yang diterapkan informan
terhadap anak disleksia
c.

Hasil
Penelitian
Pada bagian ini, diawal dengan menggambarkan karakteristik
informan.

a)

1)Keluarga Bapak AS
Karakteristik informan
Nama
Tempat Lahir/Umur

: AS
: Garut/ 45 tahun

50

Alamat
Pekerjaan
Agama
Orang tua dari

: Komplek permata biru


: Pegawai swasta
: Islam
:I

Bapak AS merupakan seorang ayah yang memiliki lima


orang anak yang kesemuanya adalah

laki-laki, informan

memiliki tinggi badan sekitar 175cm dengan kulit berwarna


sawo matang dan berambut sedikit bersulah. Pekerjaan Bapak
AS sebagai pegawai di Al-Ihsan cara berpakaian infoman
terbilang rapih dengan menggunakan

kemeja dan celana

kanvas bersepatu kulit, cara berbicara Bapak AS sangat


tenang dengan ekspresi wajah yang sangat terbuka di samping
itu Bapak AS dikenal memiliki kepribadian sangat baik dan
ramah dilingkungannya.
Kebersamaan keluarga Bapak AS sangatlah harmonis
dengan memiiki anak lima yang selalu ada saja pertengkaran
namun Bapak AS menyikapinya dnegan cara melakukan
musyawarah dengan memeberi nasihat dan penerapan
peraturan

sehingga

ketertiban

didalam

rumah

selalu

terkontrol. Sikap Bapak AS dengan anak anaknya terlihat


begitu akrab dengan batasan tertentu seperti tetap menjaga
rasa sopan santun antara ayah dan anak. Bapak AS menjadi
keras bilamana anaknya melakukan kesalahan atau tidak
51

menuruti Bapak AS. Bapak AS selalu memukul bahu atau


mencepret

tangannya

dengn

kesalahan

anaknya

yang

melalaikan sholat karena terlihat informan membatasi


keluarganya dengan benteng agama.
Bapak AS dapat memahami setiap keluhan anaknya dan
dapat berbaur dengan anaknya seperti bercerita, tertawa
bersama dan bila marah pun beliau hanya menasihatinya
jarang sekali informan melakukan kontak fisik bila marah
terhadap anaknya. Cara bekomunikasi i Bapak AS dengan
anaknya sangat terbuka bila mana anaknya mengalami
kesulitan dalam belajar maupun tidak senang dengan teman
yang suka mengejeknya informan sangat peduli terhadap
anaknya sehingga dapat memahami apa yang anaknya
ungkapkan.
Ketika anaknya mengikuti kelas khusus disleksia di
indigrow bandung informan selalu mengantarnya bahkan
menunggu hingga anaknya beres, bahkan setelah anaknya
keluar informan seringkali memberikan

motivasi terhadap

anaknya untuk menguatkan motivasi belajarnya. Di samping


itu informan selalu berkonsultasi mengenai perkembangan
anaknya selama mengikuti kelas khusus disleksia dengan
terapis anaknya.
52

Bapak AS merupan ayah yang adil dan bijak terhadap


anak anaknya apalagi yang berhubungan dngan agama
informan selalu mengingatkan anak anaknya, dan sering
melakukan sholat berjamaah dengan keluarga besrnya.
Komunikasi informan dengan terapis terhadap perkembangan
anaknya selalau berkonsultasi atas kemajuan atau kekurangan
kegiatan atau blajar anak di luar lingkungan indigrow.
b)

Pengawasan (control) informan terhadap anak disleksia


Pengawasan orang tua adalah usaha yang dilakukan oleh orang
tua untuk membantu mengarahkan anak, memperhatikan,
mengamati dengan baik segala aktivitas anaknya dalam
fungsinya sebagai guru dalam rangka mengembangkan aspek
jasmaniah dan rohaniah anaknya, sehingga anak memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya, keluarga
dan lingkungannya dalam rangka membentuk kepribadian anak
(Daradjat, 1992). Bila pengawasan yang dilakukan baik, maka
orang tua tentu akan lebih cepat sadar saat ada sesuatu yang
berbeda dari anaknya dengan anka-anak lainnya.
Hal ini juga dilakukan oleh Bapak AS saat menyadari bahwa
anaknya I mengalami disleksia. Saat I duduk di kelas 2 SD, I
selalu mendapatkan nilai yang buruk, terbata-bata saat
membaca, membuat huruf yang terbalik-balik saat menulis dan
sulit mengingat perintah. Dari lima perintah hanya satu yang I
53

kerjakan. Hal ini membuat Bapak AS

menyangka bahwa

anknya bodoh dan malas belajar sehingga ia mengajari I habishabisan tetapi tetap tidak bisa membuat perubahan yang berarti
pada kemampuan akademik I. Hingga saat Bapak AS
disarankan oleh tetangganya untuk memeriksakan I ke
Indigrow, setelah beberapa tes dr.Tian menyatakan bahwa I
mengalami disleksia.
Berikut pernyataan Bapak AS saat pertama kali mencurigai ada
keanehan pada anaknya I:

di buku catatannya kadang huruf yang di tampilkan tidak


sesuai dengan hurufnya, setelah saya teliti ternyata banyak
huruf yang terbalik contoh b-d kadang p,q,g,w terutama pada
Saat mengetahui bahwa anaknya I mengalami disleksia Bapak
huruf yang hampirsama seperti b-d.
(wawancara 1/17-06-12/18)
AS merasa kaget dan terpukul. Apalagi, guru dan kepala
sekolah I juga awam mengenai disleksia. Mereka hanya bisa
mengatakan bahwa anaknya I itu bodoh dan menyarankan
Bapak AS agar I berhenti sekolah saja dan memasukkan I ke
bimbingan belajar saja. Tidak menerima akan saran dari kepala
sekolah tersebut membuat Bapak AS pergi lagi ke Indigrow
untuk mendapatkan saran yang lebih baik untuk anaknya.
Setelah berkonsultasi dengan dr.Tian, Bapak AS disarankan
agar I mengikuti kelas khusus disleksia selama tiga bulan.
Selama mengikuti kelas disleksia tersebut I tidak perlu

54

mengikuti sekolah dulu dan akhirnya Bapak AS menyetujui hal


itu.
Layanan kelas khusus disleksia yang ada di Indigrow adalah
layanan kelas disleksia satu-satunya yang ada di Indonesia dan
Indigrow menjadi pusat peduli anak disleksia di Indonesia
dengan dr.Tian sebagai ketuanya. Dengan reputasi Indigrow
yang sudah sedemikian baik, Bapak AS mempercayakan I
untuk mengikuti kelas khusus disleksia di Indigrow selama tiga
bulan.
Setelah tiga bulan mengikuti kelas khusus disleksia, I sudah
membuat banyak kemajuan dalam akademiknya, dr.Tian pun
menyarankan Bapak AS untuk menyekolahkan I kembali
sambil terus mengikuti kelas khuusus disleksia tetapi di
sekolah yang berbeda untuk membuat I kembali percaya diri
karena berada di lingkungan baru yang tidak mengolok-olok I
ssebelumnya. Akhirnya, I dipindahkan dari SDN Cibiru 7 ke
SDN Cibiru 1. Kepindahan I tidaklah sulit karena kepala
sekolah SDB Cibiru 7 dan SDN Cibiru 1 adalaah orang yang
sama. Mengenai perubahan yang terjadi pada diri I berikut
pernyataan Bapak AS:
sekarang rasa minder I mulai hilang dan motivasi belajarnya
sudah mulai bertambah. Sekarangpun saya selalu berusaha
mengembalikan semangatnya dengan memotivasi dalam
menghapal huruf dan selalu menemaninya saat setelah pulang
bekerja walaupun sekarang dia sedang mengikuti kelas
khusus disleksia di Indigrow Bandung.
(wawancara 1/17-06-12/20)
55

Meskipun kegiatan I sudah mulai padat kembali dengan


bersekolah sambil mengikuti kelas khusus disleksia di
Indigrow, Bapak AS tetap memperlakukan I sama seperti
sebelumnya dalam kegiatan sehari-hari, mulai dari bangun
tidur selalu shalat subuh berjamaah, sarapan bersama dan
mengaji bersama, kan tetapi, Bapak AS tidak terlalu
memaksakan I dalam kegiatan belajar di rumah. Berikut
pernyataan Bapak AS mengenai hal tersebut:
kalau belajar kami tidak pernah memaksa soalnya jika di
paksa I akan marah dan malah tidak ingin belajar sama sekali
jadi kami biarkan sampai dia termotivasi untuk belajar
Tidak
penolakan
dari I dalam
menjalankan
berbagai
sendiri,ada
kecuali
kalau I memiliki
tugas yang
harus diselesaikan
saya selalu mengingatkannya untuk mengerjakan tugasnya
kegiatan
dilakukannya
lebih banyak dibandingkan dengan
tersebut. yang
(wawancara
1/17-06-12/24)
saudara-saudaranya. I dengan senang hati bersekolah juga
mengikuti kelas khusus disleksia di Indigrow yang tberhasil
membuat kemajuan dalam bidang akademik I. Tentang hal
tersebut berikut pendapat Bapak AS mengenai penyebab dari
perubahan I tersebut:
ada pendekatan emosional dari terapisnya sehingga I merasa
nyaman selama menjalani kelas disleksia karena setelah
mengikuti
beberapa kelas
pelajaran
akhirnya
I merasa
bisa dan tidak
Setelah
mengikuti
khusus
disleksia
di Indigrow
mulai kembali rasa percaya dirinya, dan saya lihat I mulai
tergali motivasi
saat ini karna
mulai senang
membuat
Bapakbelajarnya
AS mengendorkan
pengawasannya
terhadap I,
sehingga di sekolah senang di indigrow pun senang.
(wawancara
1/17-06-12/26)
malah
pengawasannya
terhadap I semakin ketat dilakukan
seperti memeriksa tas I untuk memastikan tidak ada tugas yang
56

terlupa atau surat yang tidak tersampaikan juga mengantarjemput I sebagai bentuk perhatiannya kepada I. Selain itu, yang
paling ditekankan Bapak AS kepada I adalah dalam hal
keagamaannya karena bila agama I kuat maka I akan terbebas
dari pergaulan bebas yang ditakutkan Bapak AS. Berikut
pernyataan Bapak AS mengenai hal tersebut:
Pengawasan saa terhadap I lebih saya tunjukkan untuk
memperkuat agamanya agar I tidak terjerumus ke hal-hal yang
tidakbanyak
baik, peraturan
seperti masuk
geng motor
menggunakan
Tidak
yang diterapkan
olehatau
Bapak
AS kepada
narkoba. (wawancara 1/17-06-12/28)
anak-anaknya. Peraturan yang diterapkan Bapak AS hanya
sebatas melarang anak-anaknya bermain melampaui maghrib,
pengawasannya saya lebih memperkuat agamanya ajah agar I
setiap subuh sholat berjamaah, setelah beres sholat ketika jam
tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, sepreti masuk
geng motor atau menggunakan narkoba.
enam pagi sering berbagi tugas dan ketika pulang sekolah
(wawancara 1/17-06-12/28)
Bapak AS menyampaikan terhadap semua anaknya untuk tidak
bermain dulu sebelum mengrjakan PR dan bila tidak ada yang
mengerti bisa ditanyakan kepada bapak atau ibunya pulang
selalu membahasnya bersama-sama. Hal terpenting yang
diterapkan Bapak AS kepada anak-anaknya adalah dalam hal
agama, berikut pernyataan Bapak AS:
saya sering menekannkan terhadap kelima anak saya untuk
mendekatkan diri pada agama jangan meninggalkan sholat.
Mengenai kesulitan yang dialami Bapak AS dalam pengawasan
(wawancara 1/17-06-12/32)
yang diberikan, Bapak AS hanya menyatakan sebagai berikut:
c)

Komunikasi informan terhadap anak disleksia


mungkin bila di perintah sering kali harus berkali-kali,
padahal posisinya I sedang diem sehingga selalu membuat 57
jengkel. (wawancara 1/17-06-12/34)

Tidak ada masalah mengenai komunikasi Bapak AS dengan


anaknya I, sebagaimana dalam pernyataannya berikut:
saya selalu ada waktu untuk I malahan selalu banyak waktu
beda dengan ibunya karena bekerja sebagi PNS, dan saya
sering pentingnya
berkomunikasi
dengan Idengan
dalam hal
belajar maupun
Begitu
pertemuan
anak-anaknya,
hal ini
bagaimana selama ada di sekolah atau di indigrow.
(wawancara
1/17-06-12/36)
dinyatakan
Bapak
AS dalam pernyataan berikut:
sangat penting sekali namanya anak karena saya harus tau
apa yang
I kerjakan
setiap keluarga,
sekolah atau
bagaimana
Ketika
waktu
untuk dalam
berkumpul
Bapak
AS lebih
pergaulan dengan temannya, di samping itu kita selalu
berliburmenggunkan
seperti berenang
bersama,
pokonya
bagi sayabersama.
anak
banyak
waktu
tersebut
ntuk aktiitas
adalah segalanya walaupun I memiliki masalah dengan
kesulitanhal
belajarnya.
1/17-06-12/38)
Mengenai
tersebut, (wawancara
berikut pernyataan
bapak AS:
ketika malam kami sekeluarga sebisa mungkin
menghabiskan
waktu
bersama
seperti sholat tidak
bersama,
Menurut
pernyataan
Bapak
AS, ank-anaknya
mengalami
mengaji bersama, makan bersama, belajar bersama hingga
hanya sekedar
bercanda bersama.
Pokonya
kegiatan
kesulitan
dalam menyampaikan
keinginan
maupun
keluhannya.
bersama keluarga diperbanyak. (wawancara 1/17-06-12/40)
Namun, untuk menyampaikan keinginan ank-anak, Bapak AS
memberlakukan cara yang unik seperti yang dijelaskan oleh
Bapak AS sebagai berikut:

Bila
keinginan
anak-anaknya
tidak menggambarkan
dapat dipenuhi oleh
saya
dan ibunya
sering menyuruh
apa Bapak
yang
mereka inginkan dengan catatan hasil rapot baik dan
AS,
beliauhasil
memberi
pengertian
anak-anaknya
memiliki
yang cukup,
namunkepada
tidak semua
anak saya dan
berikan hadiah yang sesuai mereka inginkan namun saya
meminta
mereka untuk
bersabar.
Bila hanya
menunggu
hanya membelikan
hadiah
yang mungkin
terjangkau
olehakan
saya dan ibunya. (wawancara 1/17-06-12/42)
membuat keinginan mereka sulit terkabul, Bapak AS
menerapkan cara berikut kepada anak-anaknya sekaligus untuk

58

menanamkan kebiasaan baik untuk mereka. Cara tersebut


diungkapkan Bapak AS dalam pernyataan berikut:
saya sering bilang pada anak-anak saya untuk rajin menabung,
agar anak saya ada usahanya. Dalam mendapatkan
keinginannya. Minimal mereka terbiasa rajin menabung
Kesulitan berkomunikasi Bapak AS dengan I biasanya hanya
sehingga ketika mereka meminta sesuatu tinggal saya tambah
uangnya dengan hasil uang yang mereka tabung. (wawancara
sekedar I yang sulit untuk memperhatian perintah yang Bapak
1/17-06-12/44)
AS berikan. Hal ini dikarenakan anak disleksia memang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan perintah karena
perhatiannya sulit terfokus. Mengenai hal tersebut berikut
pernyataan dari Bapak AS:
kadang suka jengkel ketika saya menyuruh I misalnya, I
tolong
matiin airsehari-hari
namun dia tidak
anteng
diam Isampai
saya dengan
bilang
Dalam
kehidupan
jarang
bertengkar
kamu punya telinga gak, jadi setiap perintah harus berulangulang, tetapi ketikayang
saya lain.
nonton
tv hal
I selalu
menggangu
saudara-saudaranya
Bila
ini terjadi
Bapak AS
dengan ngajakin ngobrol dengan kata-kata kalo orang ngobrol
katanya harus
Hahaha.. (wawancara
melakukan
hal didengar.
yang diungkapkannya
dalam1/17-06-12/46)
pernyataan
berikut:
saya selalu memusyawarahkan dengan mengumpulkan
anak-anak saya dan ibunya memberikan sedikit aturan
dan tidak saling mengejek dengan keluarga dan kadang
saya suka membuat mereka merasa menyesal ketika ada
diantarahal
mereka
yang selalu
usil terhadap
saudaranya
Setelah
itu Bapak
AS menyuruh
I dan
saudara-saudara I
dengan cara saya ceramahin dan dengan ancaman tidak
akan saya
urussaling
kamu.meminta
(wawancara
lainnya
untuk
maaf1/17-06-12/48)
dan berjanji untuk tidak
d)

mengulangi pertengkaran mereka.


Penggunaan hukuman dan hadiah yang diterapkan
informan terhadap anak disleksia
Bapak AS jarang dan hampir tidak pernah memberikan
hukuman kepada anak-anak mereka. Adapun Bapak AS
59

memberikan hukuman bila anak-anaknya melalaikan shalat,


seperti pernyataannya berikut ini:
Mengenai perbuatan anak yang pantas diberi hukuman, Bapak
AS
menjelaskan
dalam pernyataan
sebagai
kita
jarang memberikan
hukumanbeliau
kecuali
kalo berikut:
meninggalkan sholat saya suka mencepret tangannya, jika
tidak
saya haya
memberikan
ketikasekolah
malas sholat
sayamenasihati
sering kali tanpa
mencepret
tangannya,
hukuman.
1/17-06-12/50)
saya
pukul(wawancara
pantatnya namun
tidak terlalu keras, kadang
ketika mereka
sedang kesal
ibunya
mereka
suka ringan.
Hukuman
yang diberikan
olehpada
Bapak
AS pun
tergolong
melawan ibunya hukuman yang saya berikan hanya
nasihat.kadang
I pernahBapak
pulangAS
sehabis
Meskipun
begitu,juga
anak-anak
akan maghrib
menurut dan ini
namun kejadian itu tidak terulang lagi sampai sekarang.
(wawancara bahwa
1/17-06-12/52)
membuktikan
tidak memakai kekerasan yang berlebihan
akan membuat anak patuh terhadap orang tua. Hukuman yang
diberikan Bapak AS Nampak seperti dalam perrnyataan
berikut:
Atas hukuman yang Bapak AS berikan kepada anak-anaknya,
yah hanya memukul pantat dan mencepret tangannya
memakai satu sapu lidi. (wawancara 1/17-06-12/54)
Bapak AS menyatakan sikap anak-anaknya akan hukuman
yang ia berikan dalam pernyataan berikut:
pada dasarnya nak-anak saya memang merasa segan
terhadapa saya sehingga mereka sangat mematuhi aturan yang
Sedangkan
untuk
perilaku
apa sehingga
saja yangmereka
menurut
Bapak
saya terapkan
dalam
keluarga
takut
ketikaAS
membuat kesalahan dan tentunya saya sering menasihati
pantas
untuksaya
diberikan
Bapak AS menytakan hal
anak-anak
terutamahadiah,
I.
(wawancara 1/17-06-12/56)
tersebut dalam pernyataan berikut:
terutama
ketika
mendapat
nilai yang
baik
danbisa
cukup
Hadiah
yang
diberikan
biasanya
hadiah
yang
dimainkan I
memuaskan, sholat lima waktunya tak telewatkan dan ketika.
(wawancara
1/17-06-12/58)yang lain. Hadiah tersebut berupa:
bersama
saudara-saudaranya
Aya memberikan hadiah kepada anak-anak yang dapat
digunakan secara bergantian atau bersama-sama seperti
mobil remot, sepatu roda dan sepeda.
(wawancara 1/17-06-12/60)

60

Seperti anak-anak lainnya, I juga menunjukkan ekspresi senang


saat diberikan hadiah oleh bapak AS.
mereka seringkali loncat-loncat menunjukan ekspresi
kegembiraannya mendapatkan hadiah yang mereka
inginkan.
2)Keluarga
Ibu VT(wawancara 1/17-06-12/62)
a) Karakteristik informan
Nama
: VT
Tempat Lahir/Umur
: Jakarta/ 35 tahun
Alamat
: Situsari Wetan
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Orang tua/Ibu dar i
:A
Ibu VT merupakan ibu rumah tangga yang memiliki dua
orang anak berjenis kelamin laki-laki. Suaminya bekerja
sebagai pengusaha distro di luar kota yaitu di kota Jakarta. Ibu
VT berkulit putih dan berambut panjang serta tinggi badan
sekitar 152cm dengan anggota tubuh yang sempurna.
Kediaman Ibu VT di daerah Buah Batu beralamat di Situsari
Wetan Bandung, lokasi rumahnya berada di dalam komplek.
Ibu VT tinggal besama kedua anaknya dan pengasuh serta
pembantu.
Suami ibu VT karena bekerja diluar kota saking sibuknya
beliau hanya pulang dalm satu minggu sekali dan itu pun
tidak tentu, akan tetapi komunikasi mereka tetap berjalan
lancar. Disamping itu, ibu VT merupakan seorang ibu yang
sangat mengkhawatirkan anaknya sehingga sering kali
61

mengkekang anaknya seperti jarang diizinkan bermain di luar


rumah terkecuali bila teman temanya lebih dari satu mengajak
A untuk bermain.
Ibu VT hanya ibu rumah tangga, diwaktu luang ibu VT sering
kali membuat desain pakaian untuk membantu usaha
suaminya. Komunikasi ibu VT dengan anak anaknya terbilang
sangat baik karena mereka sering bertukar pendapat atau
masukan, namun bila ibu VT merasa jengkel seringkali ibu
VT mengeluarkan amarahnya dengan cara seperti berteriak
mata melotot dan kadang mencubit namun tiadak keras.
Hubungan ibu VT dengan suaminya harmonis walaupun
mereka jauh namun komunikasi baik dan bila suaminya
pulang kerumah sering keluarga ibu VT untuk melakukan
rekreasi serta nonton bioskop bersama. Bangunan rumah ibu
VT terlihat mewah bertingkat dua dan memiliki tiga buah
mobil serta dua motor dan dapat dilihat ekonominya pun
sangat mencukupi untuk kebutuhan keluarganya. Selain itu
ibu VT adalah seorang ibu yang baik terhadap

anaknya

terlihat dari perhatian terhadap anaknya apalagi A sering dan


selalu diantar jemput ketika mengikuti terapi dan kelas khusus
disleksia di Indigrow bandung.
b) Pengawasan (control) informan terhadap anak disleksia
Tidak sulit bagi Ibu VT untuk mengetahui bahwa anaknya A
mengalami disleksia. Awalnya saat A duduk di kelas TK B,
62

gurunya sering mengeluhkan A yang sulit berkonsentrasi


dalam pelajaran. Ciri-ciri A mirip dengan kakaknya D yang
mengalami disleksia, ia kesulitan mengenal huruf dan
hitungan. Setelah itu barulah Ibu VT memeriksakan A ke
Indigrow dan hasilnya memang benar bahwa A mengalami
disleksia. Tentang disleksia yang dialami oleh A, berikut
pernyataan Ibu VT:
jadi A memiliki memori hafalan yang pendek sehingga
susah mengingat setiap di berikan perintah atau intruksi
sehingga sering kali harus di ulang-ulang, sebetulnya
kakany D dan A memang mengalami kesulitan belajar
Setelah
bahwa A mengalami
disleksia,
spesifikmengetahui
karena konsentrasinya
sering terganggu
dan Ibu VT
memang awalnya dicurigai dileksia karena sering menolak
mengikuti
saran membaca
dokter danatau
psikolog
untuk mengikutkan A ke
ketika disuruh
menghitung.
(wawancara 2/24-06-12/20)
kelas khusus disleksia di Indigrow. Selain itu Ibu VT mulai
memperketat jadwal belajar A, bila saatnya belajar A dilarang
bermain game dan jam belajar A di rumah itu mulai dari pukul
19.00-20.00 atau setelah A pulang dari Indigrow. Selain
memperketat jadwal belajarnya A, Ibu VT juga menerapkan
sikap lain setelah mengetahui A disleksia yang dinyatakan Ibu
VT dalam pernyataan berikut:
kegiatan sehari-hari saya adalah melatih kemandirian
seperti harus mengingat setiap intruksi yang diberikan oleh
saya dandengan
mungkin
hanya seperti
lainnya
hanya
Berbeda
kakaknya
D yangitu.dan
sudah yang
banyak
dijadwalkan
mengikuti terapi yang disarankan oleh Indigrow.
(wawancara
untuk
berbagai2/24-06-12/22)
kegiatan oleh Ibu VT, A bisa dibilang masih
belum terlalu diperketat, hal ini dikarenakan Ibu VT

63

menganggap umur A yang masih lima tahun dan juga masih


duduk di kelas TK B adalah umur untuk bermain, jadi untuk
belajar Ibu VT mengikuti mood A bila A sedang tidak ingin
belajar

maka

beliau

tidak

memaksakannya.

Berikut

pernyataan Ibu VT mengenai caranya membantu A membagi


waktu untuk mengikuti berbagai kegiatan.
Jadwalnya sih saya atur setelah A bermain atau setelah maghrib
jadi diulang aja apa yang biasanya di sekolah misalkan menghafal
dan menulis
huruf A sampai
sayaada
selalupenolakan
mengulangnya
di
Respon
A sampai
saat iniF dan
belum
terhadap
rumah huruf yang telah diajarkan Indigrow.
(wawancara
2/24-06-12/26)
berbagai
kegiatan
yang A ikuti karena selain bersekolah di TK
jadwalnya sih saya atur setelah A bermain atau setelah
B, A juga pernah mengikuti LEC Farming Support selama
maghrib jadi diulang ajah apa yang biasanya disekolah
ngapain belajar apa misalkan menghafal dan menulis huruf A
satu tahun dan kegiatannya hampir sama seperti di Indigrow
sampai F dan saya selalu mengulangnya dirumah huruf yang
telah di ajarkan di indigrow. (wawancara 2/24-06-12/26)
namun lebih spesifik di Indigrow karena di Indigrow benarbenar menggunakan teknik-teknik khusus pendekatan diri
kepada anak disleksia. Mengenai respon A terhadap kegiatan
yang diikutinya selama ini, berikut pernyataan Ibu VT:
pernah A bertanya mengapa A sekolah disini (Indigrow) dan
saya bilang untuk
masuk
dan intinya
hanyaA
Pengawasan
yang persiapan
dilakukanAIbu
VTSD
terhadap
kegiatan
memberikan pengertian terhadap A agar A tidak ketinggalan
disekolah dan
pundalam
hanya mengatakan
udah
A mau-mau
sehari-hari
baikA di
maupun di ya
luar
rumah,
sebisa
ajah. (wawancara 2/24-06-12/28)
mungkin ia mendampingi A untuk melakukan kegiatannya.
Misalnya, bila A ada les ia mengantarnya dan saat A belajar di
rumah pun sebisa mungkin Ibu VT mendampingi. Namun,
bila Ibu VT sedang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak bisa
64

mendampingi A, Ibu VT selalu menelpon pengasuh A untuk


memonitor kegiatan yang sedang A lakukan. Berikut
pernyataan dari Ibu VT:
Tetap saya control harus sering ada latihan walaupun Cuma
sedikit-sedikit
aja pengawasan
(wawancara yang
2/24-06-12/30)
Selain
menerapkan
cukup ketat terhadap A,
Ibu VT juga menerapkan peraturan-peraturan khusus sebagai
bentuk pengawasannya, pengaturan itu berupa, melarang A
bermain game di hari-hari tertentu dan bila pun diperbolehkan
main game hanya satu sampai satu setengah jam saja karena A
dan kakaknya D pernah terganggu sekolahnya karena bermain
tetap saya kontrol dan setiap hari harus sering ada latihan
walaupun
sedikit-sedikit
saja. pun diizinkan Ibu VT
game
setiap cuman
hari. Bermain
di luar rumah
(wawancara 2/24-06-12/30)
kepada kedua anaknya dengan catatan harus sudah pulang ke
rumah sebelum maghrib. Berikut pernyataan dari Ibu VT:

jika main game saya bikin aturan kalau selama satu


semester kemarin sih saya bikin aturan A dapat bermain
game di hari rabu, jumat, sabtu itukan nego juga terhada A
Kesulitan yang dihadapi Ibu VT dalam melakukan
mau hari apa dan diluar hari itu tidak ada main game dan
disaat main game juga saya memberikan batasan waktu satu
pengawasan terhadap anaknya adalah terkadang A dan D tidak
jam. kalo kegiatan sehari-hari misalkan mereka pulang
sekolah ingin main diluar main sepeda atau semacamnya
mau menuruti peraturan yang telah diterapkan Ibu VT seperti
saya perbolehkan dengan aturan jam sekian harus mandi
dan sebelum maghrib harus sudah ada dirumah.
halnya perraturan tentang bermain game yang dijadwal. A dan
(wawancara 2/24-06-12/32)
D sering mengingkari janji mereka dan itu membuat Ibu VT
harus memberlakukan peraturan baru. Berikut pernyataan dari
Ibu VT:
65

kadang A tidak mau nurut dan kadang tidak konsisten


dengan aturan malah kadang kadang membuat saya ingin
membuat aturan baru karena kedua anak saya selalu nego
dengan aturan yang saya berikan, dan akhirnya saya selalu
meberikan aturan baru. (wawancara 2/24-06-12/34)
c)

Komunikasi informan terhadap anak disleksia


Karena anaknya A masih sangat kecil, Ibu VT selalu
mendampingi anaknya sehingga Ibu Vt setiap hari bertemu
dengan. A masih sulit beradaptasi dengan teman-temannya
misalkan saat ada perbincangan A lebih banyak diam karena
kesulitan untuk merangkai kata-kata dan karena anak-anak
suka saling mengejek, A bersikap menghindari konflik namun
semakin membuat A malah terlihat menjauhi temantemannya. Berbeda dengan Ibu VT yang bertemu A setiap
hari, ayahnya yang bekerja di luar kota tidak dapat bertemu
dengan A setiap hari. Berikut pernyataan Ibu VT:
ayahnya memang lebih sibuk karena pekerjaanya
wiraswasta sehingga pulang kerumahnya juga tidak seperti
orang yang bekerja dikantoran bisa cepet kadang bisa
Ibu
VTtapi
mengaku,
dirinya
dengan
anak-anaknya
lama
kalau paspertemuan
misalkan ada
ayahnya
dirumah
anakanak suka minta ke ayahnya main seperti main game atau
sangatlah
Hal
beliau nyatakan
dalam
nonton kepenting.
bioskop,
tapiiniayahnya
kalo memang
adapernyataan
di
rumah sih mau saja. (wawancara 2/24-06-12/36)
berikut:
hampir setiap saat saya selalu sama anak-anak mau acara
santai bila saya tidak ada kegiatan saya selalu bareng sama
Saat berada di rumah, selain membimbing A untuk mengulang
anak-anak dan selalu mengontrol kegiatan anak setiap
mereka melakukan aktivitas seperti belajar, bergaul dengan
pelajarannya Ibu VT juga selalu menemani A bermain. Dalam
temannya dan yang jelas saya selalu berkomunikasi dengan
anak-anak saya. (wawancara 2/24-06-12/40)
waktu santainya bersama A, seringkali Ibu Vt membacakan

66

buku cerita, mengajari A menggambar, dan menemani A


bermain lego seperti pernyataanya berikut:

Menurut Ibu VT, A merupakan anak yang mudah untuk


kalau misalkankeinginannya.
berada dirumah
kadang
saya hati
sukamengatakan
menyampaikan
A akan
senang
membacakan buku cerita pada anak-anak selain itu A lebih
senang keinginannya
menggambar walaupun
gambarnya
tidak begitu
apapun
kepada ibunya
tersebut.
Namun, A
bagus seperti gunung saya selalu mengajarkannya sedikit
demi sediki kesulitan
kalo gunung
bentuknya
seperti ini karena
yang
mengalami
untuk
menyampaikan
keluhannya,
A gambar gunungnya agak bullet gituh dan A pun suka
mengikuti
saya walau
kadang-kadang,
di
seperti
yang arahan
Ibu VTdari
ungkapkan
berikut
ini:
samping itu anak suka bermain lego juga.
(wawancara 2/24-06-12/42)
A sulit bila untuk menyampaikan keluhan, sangat susah
untuk A cara mengungkapkannya dan A hanya bilang saya
tidak suka dan gak suka itu kenapa sulit dia untuk
Sikap
Ibu VT terhadap
keinginan
yangterhadap
disampaikan
menjelaskannya,
tapi ketika
A senang
sesuatuoleh
A A
gampang mengungkapkannya. (wawancara 2/24-06-12/44)
adalah dengan mengabulkan keinginan A tersebut. Hal ini
dikarenakan A jarang meminta kepadanya karena selalu sudah
dibelikan oleh ayahnya. Namun ketika mengeluh karena
pemberiannya tersebut tidak sesuai dengan permintaannya
membuat Ibu VT kesal karena A sendiri yang memilih barang
tersebut. Selain itu, Ibu VT menyampaikan kecerobohan
anaknya yang sering tidak membereskan mainan sehingga
saat A ingin memainkannya, A kerepotan untuk menvcari dan
menyalahkan Ibu VT karena A mersa Ibu VT telah

67

menyembunyikannya. hal tersebut diungkapkan Ibu VT dalam


pernyataan berikut:

bila A mempunyai keinginan sikap saya selalu tidak tegaan


karena A jarang sekali meminta mainan karena memang
sering dibelikan oleh ayahnya ketika ayahnya pulang dari
luar kota, saya kadang suka jengkel seperti ketika saya
Tidak
sulit bagi
Iburemot
VT padahal
dalam berkomunikasi
sudah belikan
mobil
A yang memilihdengan
namun A,
setelahnya sampai dirumah A selalu mengeluh karena
walaupun
kadangbagus,dan
A menggunakan
kosakata
yang sulit
mobilnya kurang
membuat saya
selalu ingin
mencubitnya. (wawancara 2/24-06-12/44)
dimengerti karena A sulit mengucapkannya. Kedekatan Ibu
VT dengan anaknya A tergambar dari kemudahannya dalam
berkomunikasi dengan A seperti pernyataannya berikut:
ketika A sedih atau kesal A tidak mau bicara dan tidak mau
mengungkapkannya jadi selalu saya gali terus agar A dapat
Walaupun ayahnya berada jauh di Jakarta, tetpi komunikasi A
mengungkapkan segalanya dengan kesabaran saya.
(wawancara 2/24-06-12/48)
dengan ayahnya tetap terjalin baik. Ayahnya sering
menanyakan kondisi A dan D kepada Ibu VT. Mengenai
kedekatan komunikasi A dengan ayahnya diceritakan Ibu VT
dalam pernyataan berikut:
bila A sedang kangen sama ayahnya A sring menangis agar
Saat A mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, tepatnya
meminta ayahnya menelpon, dan bila ayahnya pulang A
sering dibawakan mainan seperti robot atau mobil tamiya.
adalah kesulitan dalam menyampaikan maksudnya, Ibu VT
(wawancara 2/24-06-12/24)
membantunya dengan cara yang beliau nyatakan berikut:
paling saya bertanya pada A maksudnya apa dan maunya
bagaimana atau kadang-kadang A maunya ini atau
maksudnya pengen begini yah pokonya segala curahannya
selalu saya pancing dengan menggerakan anggota tubuh
saya dan menunjukan pada hal yang mungkin ada sangkut
pautnya dengan kondisi didalam rumah dan terus mengajak
ngobrol ajah terus, ya paling itu sih ngajak ngobrol dengan 68
ayahnya untuk menggali konsep keinginnanya apa dan
kemaunnya apah. (wawancara 2/24-06-12/50)

d) Penggunaan hukuman dan hadiah yang diterapkan


informan terhadap anak disleksia
Ada aturan-aturan yang diterapkan oleh Ibu VT kepada anakanaknya dalam kehidupan sehari-hari seperti membatasi main
game yang telah dibahas seblumnya. Berikut pernyataan Ibu
VT:
Perilaku
yang ditampilkan
sehingga
menurut
Ibu VT A
saya menerapkan
waktunya A
belajar
yah belajar
dalam
artian kedisiplinan. (wawancara 2/24-06-12/52)
pantas untuk mendapatkan hukuman adalah ketika A tidak
mendengarkan perintahnya untuk tidak sering-sering bermain
game dan bila A mengatakan hal yang tidak sopan kepada Ibu
VT. Berikut pernyataan dari Ibu VT:
bila tidak mengikuti aturan seperti contohnya tidak main
Hukuman
yang
oleh Ibu
VTsuka
kepada
A berupa
game setiap
hari diberikan
atau dari perilaku
yang
mengata-ngatai
saya ketika mereka kesal sama saya.
menjauhkan
dari hal yang A sukai yaitu game. Berikut
(wawancaraA2/24-06-12/54)
pernyataan dari Ibu VT:
hukumannya tidak boleh main game. Hampir setiap hari
saya langsung meberhentikan main gamenya selama satu
Hal
ini (wawancara
tentu membuat
A kesal kepadanya namun karena A
bulan.
2/24-06-12/52)
kapok akhirnya menuruti peraturan yang diterapkan oleh Ibu
VT. Sikap A terhadap hukuman yang Ibu VT berikan adalah
seperti yang dinyatakan Ibu VT berikut ini:
mereka marah terhadap saya dengan mengatakan mamah
jahat atau menyebalkan tapi ujung-ujungnya mereka
menjadi segan dan selalu mematuhi apa yang saya
perintahkan atau aturan tersebut.
(wawancara 2/24-06-12/52)

69

Setelah A mau mengikuti dan menuruti peraturan yang Ibu VT


berikan, Ibu VT memberikan hadiah kepada anak-anaknya.
Selain karena anaknya mau menuruti peraturan yang Ibu VT
terapkan, ada hal yang menurut Ibu VT pantas untuk
diberikan hadiah setelah yang A berhasil caapai seperti dalam
pernyataannya berikut:
kalo misalkan hasil rapot bayangannya bagus suka saya
wujudin namun bila tidak juga paling beberapa hari
kemudian suka
sayasesuatu
penuhi yang
(wawancara
2/24-06-12/56)
Hadiahnya
berupa
diinginkan
oleh A seperti
yang dinyatakan Ibu VT berikut ini:
seringnya sih mainan kalo engga sih seperti kemarin A ingin
berkunujung
ke Trans
Studio.seringnya
sih kebanyakan
Seperti
anak-anak
lainnya
yang senang terhadap
hadiah yang
mainan. (wawancara 2/24-06-12/56)
diberikan, A juga senang dan malah setelah Ibu VT
memberikan hadiah A menjadi anak yang lebih baik dan
penurut seperti pernyataannya berikut ini:

jelas merea sangat senang Adan D tiba-tiba nurut dengan


saya dan baik dengan saya yah yang namanya orang tua
jelas sangat tersentuh bila perilaku anak seperti ini.
(wawancara 2/24-06-12/58)
3)Keluarga Ibu LC
a)
Karakteristik informan
Nama
Tempat Lahir/Umur
Alamat
Pekerjaan
Agama

: LC
: Medan/40 tahun
: Buah batu
: Pengusaha butik
: Kristen
70

Orang tua/ Ibu dari

:P

Ibu LC merupakan seorang ibu yang sangat baik terhadap anakanaknya, hal ini terlihat ketika permitaan anaknya selalu ibu LC
penuhi. Ibu ince memiliki postur tubuh lumayan agak gemuk
dengan tinggi 167cm serta berkulit putih langsat dan berambut
panjang sedikit keriting,. Ibu LC bekerja sebagai pengusaha
butik walaupun ibu LC sibuk dengan kerjaannya namun dapat
meluangkan waktu dengan anaknya serta mengajak anakanaknya untuk ke mall. Selain komunikasi ibu LC dengan
anaknya tidak bermasalah karena walaupun bekerja ibu LC
selalu mengabari pembantunya untuk menanyakan setiap
kegiatan yang anaknya kerjakan dan setelah itu ibu LC selalau
berbicara dengan anaknya untuk mengetahui apa yang anaknya
kerjakan pada saat ibu LC bekerja.
Kediaman ibu LC berada di daerah Buah batu, Bandung.
Ketika ibu LC berkumpul dengan anak-anaknya di rumah
sering kali ibu LC bercanda dengan anaknya seperti bermain
puzzle kalau tidak membacakan komik. Di samping itu
perlakuan ibu LC terhadap kedua anaknya sangat perhatian dan
tidak pernah marah dengan menggunakan kekerasan fisik tetapi
hanya meninggikan suara, dan mengunci PL di kamar dengan

71

lampu yang dimatikan. Ibu LC juga merupakan ibu rumah


tangga yang mentaati suaminya. Ibu LC memiliki satu orang
pembantu untuk mengurusi rumah. Keharmonisan keluarga ibu
LC terlihat dari seringnya Ibu LC berkomunikasi dengan anak
dan suami, selain itu keluarga Ibu LC selalu mengadakan
liburan keluarga keluarga seperti bersafari ke Kebun Binatang
atau ke Trans Studio bahkan ke luar kota.
b)

Pengawasan (control) informan terhadap anak disleksia


Ibu LC pertama kali mengetahui P mengalami disleksia adalah
saat P duduk di kelas 3 SD. Pada saat itu, gurunya mengeluh
kepada Ibu LC bahwa P sulit sekali untuk focus dan
berkonsentrasi saat pelajarn berlansung dan itu terjadi di setiap
mata pelajaran. Bila disuruh membaca, P selalu berkeringat dan
menunjukkan raut muka yang sangat tegang dan P tidak bisa
membaca seperti apa yang diperintahkan gurunya. Saat itu
kakak Ibu LC menyarankan dirinya untuk memeriksakan P ke
Indigrow. Setelah diperiksa di Indigrow, P benar mengalami
disleksia. Berikut pernyataan Ibu LC:
Saya pikir P memiliki IQ yang rendah atau bodoh lalu saat
ayahnya membawa P ke tempapat terapi Indigrow dan saat
itu P langsung diperiksa oleh dokter dan psikolog dan setelah
saya sampaikan
keluhan
saya
P sampai
saat iniIbu
belum
Setelah
mengetahui
bahwa
P seperti
mengalami
disleksia,
LC
bisa membaca dan sulit untuk menulis akhirnya dokter
mengatakan
mengalami
merasa
kaget bahwa
karenaPmasih
belumkesulitan
paham belajar
apa ituspesifik
disleksia.
atau disleksia. (wawancara 3/01-07-12/18-20)
Setelah diberi penjelasan oleh pihak Indigrow bahwa anak
72

disleksia itu anak yang ber-IQ normal bahkan di atas rata-rata


akan tetapi mengalami keslutian belajar yang spesifik, Jadi
yang perlu dilakukan adalah menerapkan pola belajar yang
tepat agar anak disleksia mampu mengejar ketertinggalannya
tanpa membuat anak stress. Berikut pernyataan dari Ibu LC:
sebelum mengikuti terapi, dokter mengundang pihak sekolah
untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi oleh P kepada
dan akhirnya P dapat melanjutkan sekolah sekaligus
Setelah mengikuti kelas khusus disleksia di indigrow, kegiatan
mengikuti terapi serta kelas khusus disleksia di Indigrow.
(wawancara 3/01-07-12/22)
P menjadi semakin banyak. Hal ini membuat Ibu LC harus
pintar-pintar mengatur jadwal P agar P tidak terlalu capek
dalam melaksanakan kegiatan yang harus dilakukannya karena
selain bersekolah dan mengikuti kelas khusus disleksia di
Indigrow, Ibu LC dan suami disarankan untuk mengulang
pelajaran kepada P di rumah. Berikut pernyataan Ibu LC dalam
mengatur kegiatan P:
yang jelas saya menyesuaikan waktu sekolahnya dan terapi,
sekolah SD Gagas Ceria masuk sekolah dari jam 07.00-11.30
dan karena ada kebijakan dari sekolah hari sekolahnya pun
senin sampai kamis, jadi saya lebih memperbanyak P
Respon P terhadap kegiatannya yang padat ini pada awalnya p
mengikuti terapi dan kelas khusus disleksia sedangkan
jadwal terapi selasa sampai sabtu dari jam 13.00-15.00.
merasa aneh karena berada di tempat baru, namun Ibu LC
saya selalu mengulang-ngulang setiap pelajaran yang
diberikan ketika P pulang dari indigrow dan itupun saya
memberi pemahaman bahwa hal ini ibu LC lakukan agar P
lakukan ketika P sudah istirahat sekitar jam 17.00 WIB.
(wawancara 3/01-07-12/24)
bertambah pintar dan fokus belajarnya. Selama mengikuti kelas
khusus disleksia di Indigrow P melakukannya dengan senang

73

hati walaupun di tengah perjalanan ada hal yang membuat P


tidak suka seperti pada pernyataan Ibu LC berikut:
paling sih P sering mengeluhkan terapis yang ngajarin P
sering mendesak P untuk fokus sehingga P suka kesal dan
Sebagai
bentuk
pengawasan
yang
diberikan
olehdan
Ibu Lc,
terus ingin
pulang
namun setelah
terapisnya
diganti
paham akan P akhirnya P senang mengikuti belajarnya.
meskipun
kegiatannya
padat ia selalu menyempatkan diri untuk
(wawancara
3/01-07-12/26)
mengantar P ke Indigrow meskipun tidak selalu Ibu LC tunggu
hingga P pulang karena kesibukannya tetapi menyuruh
pembantunya untuk menjemput P. Berikut pernyataan dari Ibu
LC:
saya selalu mengantar P untuk belajar diindigrow namun
setelah saya antar saya suka langsung ketempat kerja saya
Aturan yang diterapkan oleh Ibi LC kepada P lebih kepada agar
namun bila setelah beres belajar di indigrow kadang saya yang
jemput kalau tidak saya suka menyuruh pembantu saya
P tidak bermalas-malasan. Ibu LC sudah membuatkan jadwal
menjemputnya. (wawancara 3/01-07-12/28)
untuk P sehari-harinya seperti misalnya waktu untuk belajar ya
memang harus P isi dengan belajar, waktu untuk mandi harus
dilakukan untuk mandi, jadi P dibiasakan untuk hidup disiplin
sejak dini. Berikut pernyataan Ibu LC:

saya selalu membuat aturan seperti saat saya mendapat


evaluasi dari Indigrow misalnya P masih sulit menghitung dari
angka 30-50 saya selalu memperketat belajar dengan saya
Kesulitan
dialami
Ibu LC bila
dalam
menerapkan
kedisiplinan
dirumah yang
dengan
iming-iming
kamu
mampu ntar
ibu kasih
hadiah. (wawancara 3/01-07-12/32)
bagi P adalah P yang sangat sulit menurut untuk diatur. Anak
disleksia memang kesulitan untuk dapat hidup sesuai dengan

74

aturan yang sistematis, namun Ibu LC ingin agar P tidak seperti


itu karena hidup disiplin dapat membuat hidup P menjadi lebih
baik dan teratur. Bila P benar-benar tidak mau menurut, ayah P
menggunakan cara terakhirnya yaitu dengan mengancam P
seperti yang diungkapkan Ibu LC kepada peneliti:
kadang P suka bilang peduli amat, namun ayahnya sering
berkata kalau kamu tidak nurut sama ibu kamu sudah kamu
tinggal sama nenek kamu saja di medan dan P sangat takut
karena neneknya di medan sangat galak, dan pada akhirnya P
ngikutininforman
apa yang terhadap
saya dan ayahnya
perintahkan.
c) sering
Komunikasi
anak disleksia
(wawancara
3/01-07-12/34)
Karena kesibukan, Ibu LC jarang untuk dapat bertemu dengan
P setiap hari. Akan tetapi, komunikasi Ibu LC dan P tetap
mungkin tidak setiap hari yah terkecuali ketika sore kalau
tidak saat libur karena memang saya bekerja dan ayahnya
terjalin melalui media komunikasi handphone atau dengan
lebih sibuk dengan pekerjaanya. pembantu dirumah selalu
saya kontrol dengan hp, menyanyakan tolong diperiksa
mengingatkan pembantunya untuk memeriksa kalau-kalau P
bukunya sapa tau ada PR karena P memang sulit untuk
mengingat, saya selalu minta tolong terhadap pembantu saya
ada PR karena P itu anaknya pelupa. Berikut pernyataan Ibu LC
bila saya kerja menyuruh P belajar dan hasil nya ntar saya
periksa setelah saya pulang. (wawancara 3/01-07-12/38)
mengenai seberapa sering beliau bertemu dengan ank-anaknya:

Meskipun Ibu LC adalah seorang ibu yang sibuk, beliau


menyatakan

bahwa

pertemuannya

dengan

anak-anaknya

sangatlah penting. Jadi, beliau lebih mengandalkan quality time


daripada quantity time yang walaupun jarang bertemu dengan P
saat bertemu beliau maksimalkan untuk perkembangan P.
Berikut pernyataan dari Ibu LC:
sebetulnya sangat penting soalnya bukan hanya kegiatannya
saja dan bila saya sedang tidak ada kegiatan saya selalu
bareng dengan anak-anak dan selalu mengontrol kegiatan
anak setiap mereka melakukan aktivitas seperti belajarnya, 75
bergaul dengan temannya dan yang jelas saya selalu
berkomunikasi dengan anak-anak saya.
(wawancara 3/01-07-12/40)

Ketika waktu untuk santai berkumpul dengan anak-anaknya


tiba, Ibu Lc memanfaatkannya untuk mendekatkan diri dengan
anak-anaknya seperti dengan mendengarkan cerita anak-anak
mereka atau menceritakan anak-anak mereka cerita yang
mereka sukai seperti dalam pernyataannya berikut:

bila saya berada disamping anak-anak saya selalu bercerita


bagaimana belajarnya di indigrow terus apa ada kesulitan
yang kamu hadapi bila ada saya selalau membantunya dan
mengarahkannya,
selain itu seya
selalu membacakan
cerita
Saat
memiliki keinginan,
P tidak
akan sungkan
untuk
buku komik seperti kesukaan anak saya komik Crayon
shincan dan kepada
mereka Ibu
sangat
bila saya
membacakannya
memintanya
LC,senang
akan tetapi
terkadang
P kesulitan
sampai sampai mereka tertidur. (wawancara 3/01-07-12/42)
untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya
tersebut. Berbeda dengan menyampaikan keinginannya, P
jarang mengungkapkan keluhannya kepada Ibu LC. Akan
tetapi, Ibu LC sudah paham bila P berteriak di kamar mandi
dengan suara keran menyala sebagai penyamar suara teriaknya,
itu menandakan P sedang marah atau kesal kepada seseorang.
Hal tersebut diungkapkan Ibu Lc dalam pernyataan berikut:
sering bila P ingin membeli boneka barbie dia selalu
menyampaikannya walaupun dengan kata menyebutkan
barangnya susah kadang P selalu menggambarnya dan
menunjukannya pada saya, dan bila P sedang kesal dengan
saya atau adiknya dan atau bila kesal oleh terapisnya P
Saat pertama kali P melakukan hal seperti berteriak di kamar
sering berteriak di kamar mandi dengan menyalakan Air
keran mungkin agar kedengerannya tidak terlalu berisik
mandi itu, Ibu LC kaget dan belum paham apa maksud dari
namun perilaku tersebut selalu dilakukannya ketika P sedang
marah atau kesal. (wawancara 3/01-07-12/44)
76

yang dilakukan anaknya P. Setelah P keluar dari kamar mandi


Ibu Lc menanyakan apa yang terjadi kepada P namun P tidak
menghiraukan pertanyaan Ibu Lc seperti tidak terjadi apa-apa.
Hal ini dikonsultasikan Ibu LC kepada terapis P di Indigrow
untuk meminta agar P dapat menghentikkan kebiasaan tersebut
karena hal itu membuat Ibu LC sangat khawatir. Berikut
pernyataan Ibu LC kepada peneliti:
saat awal saya tahu sih saya sangat takut terjadi apa-apa
dengan P namun ketika P beres berteriak di kamar mandi
meluapkan kekesalannya saya pernah bertanya mengapa
yang kamu lakukan harus seperti itu jawaban P hanya diam
dan setelah masuk di indigrow memang sudah tidak
melakukan
hal seperti menjadi
itu lagi sih.sosok seorang ibu yang
Ibu
LC cenderung
(wawancara 3/01-07-12/46)
memanjakkan anak-anaknya. Hal itu terlihat saat P meminta
sesuatu darinya bila itu bisa dijangkau oleh Ibu Lc, Ibu Lc akan
langsung memberikannya. Hal ini lebih dikarenakan P yang
masih beradaptasi dengan keadaannya selalu terlihat murung
karena di sekolah, P selalu menjadi bahan ejekan oleh temantemannya karena perbedgaan dirinya dan postur tubuh P yang
agak gemuk dengan rambut yang keriting. tapi P tidak pernah
mengadukan kepada saya akan keluhannya tersebut sehingga
Ibu LC selalu ingin mengobati perasaan sedih P dengan
mewujudkan keinginan P seperti pernyataannya berikut:
saya sangat luluh ketika melihat anak saya sedang cemerut
atau manja ingin minta sesuatu yang mereka ingininkan
terkecuali barang yang mahal saya suka memberi
pengertian. (wawancara 3/01-07-12/48)

77

Sebelum Ibu LC mengetahui bahwa anaknya P mengalami


disleksia, Ibu LC sangat kesulitan untuk berkomunikasi dengan
P karena kosakata yang digunakan oleh P saat bekomunikasi
kurang dipahaminya. Namun setelah Ibu LC mengetahui
keadaan P, Ibu LC menjadi lebih memaklumi dan memberi
perhatian lebih atas apa yang ingin diucapkan oleh P seperti
terungkap dalam pernyataannya berikut:
dulu memang iya namun saaat ini sepetinya tidak yah
karena setiap apa yang P sampaikan walaupun kosa katanya
kurang dimengerti namun saya paham apa yang di harapkan
seperti ingin tidur dengan saya atau ketika P sangat
semangatberkomunikasi
ingin mengulang
dari
dengan
Kesulitan
ini pelajaran
ditanggapi
Ibuindigrow
LC dengan
sangat
saya, saya hanya mengartikan dengan menyuruh P bawa
sesuatuBila
yangPkamu
inginmengungkapkan
tunjukan pada saya
selebihnya
bijak.
ingin
keinginan
maupun
hanya seperti itu.dengan ayahnyapun tidak jauh beda
dengan saya.
(wawancara
keluhannya
kepada
Ibu LC,3/01-07-12/50)
walaupun dengan kosakata yang
sulit untuk dipahami maksudnya Ibu LC selalu meminta P
untuk melanjutkan pembicaraannya hingga Ibu LC paham. Hal
ini juga dimaksudkan Ibu LC untuk melatih cara P
berkomunikasi sehingga orang lain juga dapat berkomunikasi
secara lancar dengan P. Berikut pernyataan dari Ibu LC:
terus mengajak ngobrol aja sampai saya paham maksudnya
dia apa. (wawancara 3/01-07-12/52)
d)

Penggunaan hukuman dan hadiah yang diterapkan


informan terhadap anak disleksia

78

Meskipun ingin mendidik anak untuk hidup disiplin, tetapi Ibu


LC memahami keadaan P yang tidak bisa langsung menjadi apa
yang Ibu Lc inginkan. Apalagi, P masih banyak kesulitan untuk
melakukan kegiatan sehari-harinya dengan mandiri sehinga
peraturan dasar yang diterapkan kepada P adalah untuk
membiasakan P dulu untuk melakukan segala hal sendiri tanpa
bantuan orang lain seperti setiap bangun tidur menyuruh P
membereskan tempat tidurnya sendiri, mandi dengan bersih,
memakai baju sendiri walaupun P masih kesulitan untuk
memasukkan kancing saat memakai seragam sekolah ataupun
kemeja tetap Ibu LC. Selain itu adalah kegiatan belajar P yang
diungkapkan Ibu LC sebagai berikut:
yang lainnya hanya kegiatan dengan belajarnya seperti
menulisyang
hurufdapat
kecil hingga
besar
saya meberikan
garis
Perilaku
membuat
Ibudegan
LC memberikan
hukuman
agar huruf tidak keluar garis. (wawancara 3/01-07-12/54)
kepada P adalah bila P tidak mau disuruh untuk belajar seperti
yang dikatan Ibu LC kepadga peneliti berikut ini:
mungkin bila belajarnya malas yah saya suka mengancam
untuk mengeramnya
di kamar
dengan
dimatikan
dan
Hukuman
yang diberikan
Ibu LC
kepadalampu
P tidak
pernah berupa
respon dia sih yang jelas minta ampun terus setelah saya
kelaurkan
dariBegitu
kamar langsung
P membuka
dan
hukuman
fisik.
pula dengan
ayahnya buku
P. Hukuman
yang
menyeret saya untuk belajar bersama-sama.
(wawancara
diberikan
Ibu 3/01-07-12/56)
Lc hanya sebatas meninggikan suara dan
mengunci P di kamar mandi dengan mematikan lampu saja
seperti yang diungkapkan Ibu LC kepada peneliti:
yah paling mengeramnya dikamar dengan lampu dimatikan
terus memarahinya dengan nada bicara yang menyolot
79
namun tidak yah bila dengan fisik bapanya pun sama seperti
saya. (wawancara 3/01-07-12/58)

Sikap P setelah diberikan hukuman tersebut menurut Ibu LC


adalah sebagai berikut:
yang jelas P suka menangis dan kadang tidak ingin bicara
namun setelah beberapa saat P kembali membaik dan
Ibu
LC lebih
menekankan
hukuman pada
P bila
P menolak
seringnya
P menunjukan
penyesalannya
dengan
mengikuti
perintah dari saya seperti tiba-tiba kalo ada PR langsung
untuk
disuruh
Sebaliknya
bila P patuh untuk menuruti
dikerjakan
danbelajar.
dibarengi
dengan saya.
(wawancara 3/01-07-12/60)
perintah Ibu LC untuk belajar, Ibu LC tidka segan-segan pula
untuk member P hadiah seperti yang beliau ungkapakan pada
peneliti berikut ini:
yang pasti sih mau mengikuti arahan dari saya atau nurut
pada saya
terusdiberikan
mau, bertanggung
terhadap
Hadiah
yang
adalah jawab
hal yang
sesuai dengan
belajarnya apalagi terhadap PR serta mempunyai keinginan
untuk membereskan
tidurnya.
keinginan
P pada saattempat
itu seperti
apa yang dinyatakan Ibu LC
(wawancara 3/01-07-12/62)
berikut ini:
mungkin
kemarin
itu boneka,
jalan-jalan
ayahnya
Respon
anak
terhadap
pemberian
hadiah dengan
pun sangat
baik.ke
Hal
mall dan yang paling anak saya senang sih makan pizza dan
ayam bakar.
(wawancara
3/01-07-12/64)
tersebut
terwujud
dalam pernyataan
Ibu LC berikut:
jelas mereka sangat senang apalagi ketika di mall itu kan
banyak menyediakan mainan sampai saya di tarik untuk main
mainanan yang di fasilitasi oleh mall seperti nari dance,
tembak-tembakan
terus masuk kerumah kaca seperti itu.
B. Analisis Masalah
Penelitian
(wawancara 3/01-07-12/66)
Dari deskripsi masalah penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya
peneliti membuat rangkuman pola asuh yang diberikan oleh ketiga informan yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
80

Pola Asuh yang diberikan Informan


Sub Problematik
Bapak AS

Informan
Ibu VT
3

Ibu LC
4

1
Karakteristik

2
Seorang ayah yang

3
Seorang ibu rumah

4
Seorang pengusaha

Informan
1

memiliki lima
2

tangga yang

butik yang

orang anak laki-

memiliki dua orang

memiliki dua orang

laki, anaknya yang

anak laki-laki.

anak. Anak

ketiga I mengalami

Kedua anaknya

perempuan yang

disleksia. Bapak

mengalami

pertamanya

AS selalu

disleksia. Ibu VT

mengalami

mengutamakan

menerapkan pola

disleksia. Ibu LC

keagamaan dalam

asuh demokratis

jarang di rumah,

penerapan pola

dengan

meskipun begitu

asuhnya.
Secara keseluruhan

menerapkan

Ibu LCmenerapkan

beberapa peraturan

pola asuh

tetapi anak-

demokratis yang

anaknya tetap bisa

cenderung permisif

bernegosiasi akan

karena

Bapak AS
menerapkan pola
asuh demokratis
cenderung otoriter.
Pengawasan

Pengawasan

peraturan tersebut.
Pengawasan

kesibukannya.
Pengawasan

(control)

(control) yang

(control) yang

(control) yang

Informan

diberikan Bapak

diberikan Ibu VT:


- menemani setiap

diberikan Ibu PL:


- mengantar P

81

terhadap

Anak AS:

Disleksia

- mengantarjemput I sekolah

A menjalani
kegiatan
- mengulang
3
pelajaran di rumah

beraktivitas bila
4
ada kesempatan
- memonitor
kegiatan P melalui

dan ke Indigrow
2
- mengajari I

bersama A
pembantunya
- tidak membiarkan - mengatur jadwal

belajar di rumah

anak selalu

- membekali I

bermain game
- melarang A

hari
- membantu P

bermain hingga

mengulang
pelajarannya

sekolahkan I untuk

maghrib
- tidak

menciptakan

memaksakan

suasana baru bagi I

kehendak kepada

- melarang I pulang

anak

kegiatan P sehari-

dengan keagamaan
- memindah

lebih dari maghrib


- memberi I tugas
Komunikasi
Informan
terhadap
Disleksia

rutin setiap pagi


Komunikasi bapak

Komunikasi Ibu

Komunikasi Ibu

AS dengan I:
- selalu bertemu

VT dengan A:
- selalu bertemu

LC dengan P:
- jarang bertemu
- meras

setiap hari dengan I


- merasa

dengan A setiap

Anak

pertemuannya

pertemuannya

hari
- merasa

dengan P sangat

dengan I sangat

pertemuannya

penting

82

penting
2
-memperbanyak
aktivitas bersama

dengan A sangatlah
3
penting
- mengajari A

- di waktu santai,
4
Ibu LC membantu
P belajar dan

seperti shatal

mengenal huruf
- membacakan

menemani P

mengaji, dan

cerita untuk A
- bermain bersama

bercerita
- P kesulitan untuk

belajar bersama
- memfasilitasi I

A
- dapat mengerti

mengungkapkan

untuk dapat

keinginan dan

sesuatu hal
- P cenderung suka

menyampaikan

keluhan yang

mengurung diri di

keluhan dan

disampaikan walau kamar mandi

keinginannya
- bersikap tidak

kosakata yang

sambil berteriak

digunakan A sulit

bila P marah dan

dimengerti
- selalu mencari

kesal
- Ibu LC mengajak

tahu kesulitan yang

P untuk terus

sedang dialami A
- memfasilitasi

berkomunikasi

berjamaah,

memanjakan
terhadap keinginan
I
- tidak mengalami
kesulitan dalam

untuk
berkomunikasi

keinginan A
- sabar dalam

membiasakan P

dengan I
- mengadakan

mendengarkan

berkomunikasi

musyawarah bila I

keluhan dan

dengan lancar

bertengkar dengan

keinginan A
- membantu A

saudara-saudaranya

83

yang lain
- membiasakan I

untuk
menyampaikan

menabung
- menasehati I bila
I melakukan

Penggunaan
Hukuman
Hadiah

keinginan dan
keluhannya
- menelpon ayah A

kesalahan
-selalu

bila A kangen

menanyakan

terhadap ayahnya

bagaimana I di

di Jakarta

sekolah
Penggunaan

Penggunaan

Penggunaan

hukuman dan

hukuman dan

hadian yang

hadian yang

dan hukuman dan


yang hadiah yang

diterapkan

diterapkan Bapak

diterapkan Ibu VT

diterapkan Ibu LC

Informan

AS kepada I:
- memberi

kepada A:
- memberi

kepada P:
- membiasakan P

hukuman bila I

hukuman bila A

hidup mandiri
- menghukum bila

meninggalkan

terlalu sering

terhadap

Anak

Disleksia

shalat
- memberi2

bermain game
- hukuman
3 berupa

hukuman bila I

melarang A

pulang lebih dari

bermain game
- memberi hadiah

P malas belajar
- hukuman
4 hanya
membentak dan
mengunci di kamar

maghrib
- hukuman berupa

bila A mendapat

teguran dan

nilai bagus

mandi tanpa
kekerasan fisik
- member hadiah

84

memukul namun

- hadiah berupa

bila P rajin belajar

tidak keras
- member hadiah

mainan atau pergi

dan menuruti

jalan-jalan

perintahnya
- hadiah berupa

bila I mendapat
nilai yang bagus
- bila puasa tamat

keinginan P saat itu

juga diberikan
hadiah
- hadiah berupa
mobil remot dan
sepatu roda juga
sepeda
Sumber : hasil observasi dan wawancara dengan informan tahun 2012
Berdasarkan dari hasil tabel analisis masalah penelitian, dapat
dijelaskan bahwa secara keseluruhan keluarga Bapak AS, keluarga Ibu VT,
dan keluarga Ibu LC menerapkan pola asuh demokratis. Hal ini
dikarenakan ketiga keluarga tersebut mempertimbangkan keputusan anak
dalam melakukan segala hal yang berhubungan dengan anak. Dilaksanakan
atau tidak sebuah kegiatan disepakati bersama oleh orang tua dan anak. Hal
ini merupakan hal yang baik bagi anak disleksia yang membutuhkan
kepercayaan diri lebih untuk memperbaiki prestasi akademik mereka dan
dengan dihargai pendapatnya akan membuat anak disleksia menigkat rasa
percaya dirinya.

85

Meskipun ketiga keluarga tersebut sama-sama menerapkan pola


asuh yang demokratis ada perbedaan dari demokratis yang diterapkan oleh
ketiga keluarga tersebut.

Bila keluarga Bapak AS cenderung otoriter

dengan penerapan keagamaannya yang kental dan tidak segan-segan


memberikan hukumunan kepada anak-anaknya apabila ada kelalaian
terhadap kewajiban beribadah seperti melaksanakan shalat, sedangkan
keluarga Ibu VT lebih kearah demokratis karena saat beliau menerapkan
peraturan kepada anak-anaknya, anak-anaknya dapat bernegosiasi dengan
dirinya mengenai peraturan tersebut dan penggunaan hukuman dan hadiah
diterapkan sesuai dengan perjanjian awal mereka dan Ibu LC menerapkan
pola asuh demokratis yang cenderung permisif karena Ibu LC jarang
bersama anak-anaknya dan lebih mengandalkan pembantunya dalam
mengurus anak-anaknya.
Ciri utama dari penerapan pola asuh demokratis adalah komunikasi
anak dan orang tua yang berjalan dengan baik. Berjalan dengan baik di sini
maksudnya bukan hanya intensitasnya saja yang cukup banyak dan kuat,
akan tetapi isi pembicaraan antara orang tua dan anak tersebut bersifat dua
arah. Orang tua dapat memberikan pertaturan tertentu yang harus dipatuhi
oleh anak dan anak dapat mengungkapkan keinginan dan keluhan mereka
akan apa yang telah dilakukan orang tua kepada mereka.
Bagi keluarga Bapak AS, tidak masalah bila anak tidak
mendapatkan nilai yang baik dalam pelajarannya asalkan mereka tidak
86

meninggalkan shalat dan bila anak mereka meninggalkan shalat, maka


Bapak AS tidak akan segan untuk memukul mereka. Memukul di sini
dimaksudkan untuk member anak efek jera atas pelanggaran peraturan di
keluarga yang dilakukannya bukan untuk maksud menyiksa. Ketegasan
Bapak AS dalam masalah keagamaan ini memberi warna pada pola asuh
demokratisnya menjadi cenderung otoriter.
Bagi keluarga Ibu VT, kebersamaan bersama anak-anak sangatlah
penting. Ibu VT yang memiliki dua putra yang sama-sama mengalami
disleksia menerapkan pola asuh demokratis karena Ibu VT dan anakanaknya selalu melakukan negosiasi akan peraturan dan hukuman yang
berlaku untuk anak-anaknya dan bila anak-anaknya melanggar peraturan,
Ibu VT akan menerapkan hukuman sesuai dengan perjanjian awal mereka.
hal ini adalah adil dan membiasakan anak-anak Ibu VT untuk hidup
disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku.
Bagi keluarga Ibu LC yang jarang mempunyai kegiatan
kekeluargaan bersama, komunikasi diantara orang tua dan anak masih bisa
dijalin dengan baik. Namun, karena kesibukan itu pula, Ibu LC tidak dapat
sepenuhnya

memperhatikan

perkembangan

anak-anaknya

sehingga

memberikan tanggung jawab dalam mengwasi anak kepada pembantunya.


Hal ini memberikan penilaian akan kelonggaran adalam pola asuh yang
diterapkan oleh Ibu LC menjadi demokratis yang cenderung permisif.
3.

Identifikasi Sistem Sumber


87

Keberhasilan informan (orang tua) dalam mengatasi suatu


permasalahan yang ada dalam hal ini adalah ketika anak mereka
mengalami disleksia, tidaklah terlepas dari adanya pemanfaatan sumbersumber yang dapat diakses, sumber-sumber tersebut antara lain :
a.

Sumber Informal
Sumber informal merupakan suatu sumber yang dapat diakses
(digunakan) oleh informan atau keluarga jika sedang menghadapi
suatu masalah. Masalah yang dimaksud adalah masalah yang berkaitan
dengan anak mereka yang mengalami disleksia baik masalah di bidang
akademik, pergaulan, kedisiplinan, dan sebagainya.
Sumber tersebut dapat berupa dukungan moral, nasehat, perhatian dan
atau berupa petunjuk lainnya sesama orang tua yang anaknya
mengalami disleksia, keluarga, terapis (guru kelas khusus disleksia)
dan orang-orang yang selama ini dianggap dekat dan dapat
memberikan motivasi atau dukungan moral.
Dalam suatu kondisi yang mendesak atau tertekan, sumber informal
sangat dibutuhkan oleh informan untuk menumbuhkan kekuatan moral
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Sumber ini adalah orangorang yang diharuskan mengerti tentang permasalahan anak disleksia
sehingga dapat memebrikan saran yang tepat saat informan (orang tua)
membutuhkan saran atas permasalahan mereka.

b.

Sumber Formal
88

Sumber formal yang dapat dimanfaatkan oleh ketiga orang informan


ini adalah adanya suatu wadah yang dapat memfasilitasi dalam
penanganan masalah mereka yaitu wadah untuk membantu anak
mereka yang mengalami disleksia yaitu Indigrow Child Development
Center yang memiliki layanan kelas khusus disleksia satu-satunya di
Indonesia.
Di Indigrow, banyak kegiatan-kegiatan yang diadakan yang dapat
membantu para informan (orang tua) dalam menghadapi anaknya yang
mengalami disleksia seperti parenting class yang memfasilitasi para
orang tua tentang bagaimana mendidik anak disleksia, psikokonseling
bagi anak dan atau orang tua anak disleksia, home visit, school visit,
konseling bagi guru-guru sekolah yang anak didiknya mengalami
disleksia, dan seringkali mengadakan workshop bagi guru-guru
sekolah sebagai kepedulian Indigrow terhadap pendidikan anak
disleksia di sekolah.

89

Вам также может понравиться