Вы находитесь на странице: 1из 17

ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS
PENDAHULUAN
Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktik kesehatan komunitas dan
praktik kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan
upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan kesehatan.
Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh, lebih
banyak tidak langsung dan diberikan secara terus menerus melalui kerja sama.
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga
binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah
adalah melalui pendidikan kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan
pemerintah.
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di rumah, di
Puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses
keperawatan komunitas.
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi
data yang penting mengenai klien.

Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :


a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan.
Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress.
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi.
System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR

(Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan
sesuai status ekonomi tersebut.
Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka
mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa
berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun
diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi,
karakteristik lingkungan.
Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan
Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya
mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.
3. Perencanaan (intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan
untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah
pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam
menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan
sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah
kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka
sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahnya.
c) Tahap pendidikan dan latihan
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
Melakukan pengkajian
Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
Melatih kader

Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat


d) Tahap formasi kepemimpinan
e) Tahap koordinasi intersektoral
f) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan
umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan
laboratorium
Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas
bila stressor dari lingkungan
Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Pelaksanaan (Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi
seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit,
contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan
pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan
kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara
teratur ke Posyandu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah
:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau

pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.


c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan
program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap
tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan
yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

KONSEP PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi
kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan
misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL, dan
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :
1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)
2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui
kegiatan pelatihan.
3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan
dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini dapat
dilakukan pada berbagai kesempatan dan media yang ada.
Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah mencakup
:
Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud disini
adalah mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan gejalanya,
bagaimana cara pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang tepat.
Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas maupun
kualitas, termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan gizi.
Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air bersih,
pembuangan sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.
pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai zat
adiktif/narkotik
Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif, dalam uraian selanjutnya akan dibahas
berturut-turut mengenai PRINSIP, CIRI dan CONTOH serta INDIKATOR KEBERHASILAN
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
1. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam
masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.
Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat
Berbagai potensi yang terdapat dalam masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan
sumberdaya alam. SDM, meliputi penduduk sedang potensi sumberdaya alam meliputi kondisi
geografisnya. Kemampuan SDM mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan
menghasilkan sumber daya ekonomi. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara penduduk

kaya dan miskin, berpendidikan tinggi dan rendah.


Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat
Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada di masyarakat, tak akan berkembang dari
dalam tanpa adanya kegotong royongan diantara sesama anggota masyarakat.
Menggali Kontribusi Masyarakat
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah
menggali potensi masyarakat terutama potensi ekonomi yang ada dimasing-masing anggota
masyarakat.
Menjalin Kemitraan
Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara berbagai
sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat serta individu
dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Disini, untuk membangun
kemandirian, kemitraan adalah sangat penting perannya. Masyarakat yang mandiri adalah wujud
dari kemitraan antar anggota masyarakat itu sendiri atau diantara masyarakat dengan pihak-pihak
luar, baik pemerintah maupun swasta.
Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala
bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat
setempat, sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat,
peranan sistem yang ada diatasnya adalah fasilitator dan motivator.
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan.
Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah
memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau
memfasilitasi pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak lain yang dapat
membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan
kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut.
Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar
rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider
kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar
berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.
2. Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan kedalam pemberdayaan masyarakat apabila
kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan
atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain
sebagai berikut :
a. Tokoh atau Pimpinan Masyarakat
Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit atau pemukiman

kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh masyarakat.
Pemimpin atau tokoh masyarakat (Toma) ini dapat bersifat formal (Camat, Lurah, Ketua
RT/RW) maupun bersifat informal (Ustad, Pendeta, Kepala Adat). Pada tahap awal
pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan
pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.
b. Organisasi Masyarakat
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal maupun
informal, misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan sebagainya.
c. Pendaaan Masyarakat
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris bawahi
beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak lama
(tahun 1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).
d. Material Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.
e. Pengetahuan Masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat yang
meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).

f. Teknologi Masyarakat (Community Technologi)


Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau
arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya
ditaruh kaca, untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.
3. Contoh Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi
pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama menanggulangi
masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam memecahakan masalah yang
dihadapi.
b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi
Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan peduli
terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat.
Hal yang perlu diperhatikan :
Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam

rangka meningkatkan pendapatan.


Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda setempat
untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.
c. Pemberdayaan Petugas
d. Subsidi Langsung
1. Indikator Input :
a. Para pemimpin, toma formal dan informal berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
b. Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada, baik dana yang berasal dari
kontribusi masyarakat maupun yang bersumber dari luar.
c. Bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan
2. Proses, misalnya seperti
a. Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis
b. Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis
c. Banyaknya kader yang telah dilatih
d. Jumlah pertemuan yang terselenggara dsb
3. Output, a.l. seperti
a. Jumlah/jenis UKBM
b. Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat
perilaku kesehatannya.
c. Jumlah keluarga yang memperoleh akses untuk income generating.
4. Dampak
a. Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit
b. Penurunan angka-angka kematian secara umum
c. Penurunan angka-angka kelahiran kasar
d. Peningkatan status gizi balita dsb.

UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA


MASYARAKAT (UKBM)
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang sehat,
meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan yang
lebih besar pengaruhnya pada kesehatan (Blum).
Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya
yaitu pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam
kaitannya dengan peningkatan dan kemajuan masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat terhindar dari
kematian dini, kecacatan, bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga produktivitas
penduduk.
JENIS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan Posyandu ini

telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak dari tahun 1982. Saat ini telah popular di
lingkungan Desa dan RW diseluruh Indonesia.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah posyandu
diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.
Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu dan kesehatan anak
lainnya.
Kegiatan di Pondok Bersalin Desa antara lain melakukan pemeriksaan (Ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan balita), memberikan pertolongan persalinan normal yang bersih dan aman,
memberikan pelayanan KB, memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama
kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan masyarakat.
Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos Obat Desa merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan sederhana
terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (Penyakit rakyat/penyakit
endemik).
Dilapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada.
Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanannya a.l. menyediakan
obat bebas dan obat khusus untuk keperluan beberapa Program Kesehatan.
Pos Gizi (Pos Timbang)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan
pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat
menurunkan status gizi.
Dengan sasaran kegiatan yakni: 1) Bayi umur 6 11 bulan terutama mereka dari keluarga
miskin, 2) Anak umur 12 23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 3) Anak umur 24
59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 4) Seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang
menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada Pos Gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak
masih menderita Kekurangan Energi Protein (KEP) maka, makanan tambahan terus dilanjutkan
sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke Puskesmas (dirujuk).
Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara nasional
hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa peningkatan
jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa
(PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat kecamatan.
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh Poskestren adalah takjauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos ini
khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui
cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.
Saka Bakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembang minat, pengetahuan dan ketrampilan dibidang kesehatan bagi

generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada
masyarakat dilingkungan sekitar.
Sasarannya adalah para peserta didik antara lain: Pramuka Penegak dan Pandega, Pramuka
Penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan
anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pimpinan saka.
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam
meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan penyuluhan kesehatan,
melakukan pemeriksaan secara berkala, memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin
kemitraan.
Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan teurtama
dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.
Karang Taruna Husada.
Karang Taruna Husada adalah wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang besar
perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya.
Dimasyarakat Karang Taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu
mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya
termasuk pula dalam pembangunar, kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan Posyandu, gerakan
kebersihan lingkungan, gotonog-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi
Karang Taruna ini sangat besar.
Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayan kesehatan diwilayah
terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan melalui Puskesmas Keliling. Upaya
pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat
rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera
diatas.

POSYANDU
1. POSYANDU
Latar Belakang
Puskesmas adalah ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan pertama di masyarakat yang
diperkenalkan mulai tahun 1968. Sejak berdirinya Puskesmas banyak bentuk pemberdayaan
masyarakat yang telah diselenggarakan, antara lain: Karang Balita (gizi), Pos KB Desa (KB), Pos
Imunisasi (Imunisasi), Daerah Kerja Intensif Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (penyuluhan).

Pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat
dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini dalam rangka 1)
Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga
kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.
Dasar Pelaksanaan
Penyelenggaraan Posyandu didasarkan pada keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri,
Menteri Kesehatan dan KBN melalui Surat Keputusan Bersama: dengan Nomor 23 tahun 1985,
21 /Men. Kes/Inst. B./IV 1985, dan 112/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu,
yaitu:
a. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu dalam lingkup
LKMD dan PKK
b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi Posyandu serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program pembangunan masyarakat desa.
c. Meningkatkan peran fungsi LKMD dan PKK dengan mengutamakan peranan kader
pembangunan.
Tujuan penyelenggaraan Posyandu
Departemen Kesehatan (1988) telah merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu
adalah untuk:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia, dari Sejahtera (NKKBS)
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang menunjang
kesehatan, dan
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan lainnya yang
menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan Dinas Kesehatan DKI (2006) merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu
antara lain :
a. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar.
Penyelenggaraan Posyandu
Pada permulaan munculnya ide pembentukkan Posyandu, dibeberapa daerah sudah ada pos-pos
pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat, namun pada umumnya pelayanan yang
diberikan hanya salah satu pelayanan kesehatan, misalnya: pos penimbangan, pos imunisasi, pos
KB desa, atau pos kesehatan Untuk itu, maka Posyandu diselenggarakan berdasarkan
pengembangan dari pos-pos tersebut dengan melaksanakan berbagai pelayanan kesehatan secara
terpadu. Sedangkan bagi daerah yang belum ada, dihimbau untuk pembentukan yang baru.
Sedangkan kegiatan lain atau yang disebut kegiatan tambahan anatara lain:
a. Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)

c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Lear Biasa (KLB), Misalanya:
ISPA, DBD, Gizi buruk, Polio, Campak, Diphteri, pertusis, atau tetanus neonatorum.
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD),
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD),
f. Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN)
g. Tabungan Masyarakat (TABUMAS)
h. Suami Siap Antar Jaga (SIAGA),
i. Ambulan Desa.
j. Penyehatan Air bersih clan penyehatan lingkungan pemukiman
k. Program diversivikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat
Keluarga (TOGA),
Jenjang Posyandu
Menurut "Konsep ARRIF Jenjang Posyandu dikelompokkan menjadi empat strata:
a. Posyandu Pratama (warna merah)
Belum mantap
Kegiatan belum rutin
Kader terbatas
b. Posyandu Madya (warna Kuning)
Kegiatan lebih teratur
Jumlah kader minimal lima orang
c. Posyandu Purnama (warna Hijau)
Kegiatan sudah teratur
Cakupan program/kegiatan baik
Jumlah kader lebih dari lima orang
Mempunyai program tambahan
d. Posyandu Mandiri (warna biro)
Kegiatan teratur dan mantap
Memiliki dana sehat clan JKM yang mantap
2. KADER KESEHATAN
Pengertian
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara Posyandu. L.A
Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan:
kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang
dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat". Direktorat
Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan, bahwa:"Kader adalah warga
masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara
sukarela ".
Dasar Pemikiran
a) Dari segi kemampuan masyarakat
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dalam bidang kesehatan, bentuk
pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek, akan

tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.


b) Dari segi kemasyarakatan
Perilaku kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat perlu memperhatikan keadaan sosial
budaya masyarakat, sehingga untuk mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan
dibidang kesehatan, harus berusaha menumbuhkan kesadaran untuk dapat memecahkan
permasalahan sendiri dengan memperhitungkan sosial budaya setempat.
Persyaratan menjadi kader
Proses pemilihan kader hendaknya melalui musyawarah dengan Masyarakat, dan Para pamong
desa harus juga mendukung. Persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan
kader antara lain:
a. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
c. Mempunyai penghasilan sendiri
d. Tinggal tetap di desa yang bersangkutan,
e. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya,
f. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat,
g. Berwibawa,
h. Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga untuk meningkatkan keadaan kesehatan
keluarga.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Dr. Ida Bagus, mengenai persyaratan bagi seorang kader
antara lain :
a. Berasal dari masyarakat setempat
b. Tinggal di desa tersebut
c. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama
d. Diterima oleh masyarakat setempat
e. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah
f. Sebaiknya yang bias baca tulis
Fungsi Kader
a. Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan data-data, melaksanakan survey mawas diri,
membahas hasil survey, menyajikan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), menentukan
masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat, menen tukankegiatanpenanggulangan masalah
kesehatan ada bersama-bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
b. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi, wawanmuka (kunjungan), dengan
menggunakan alat peraga dan percontohan.
c Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk bergotong royong, memberikan
informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
d. Memberikan pelayanan yaitu,:
Membagi obat
Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
Memberikan pertolongan pemantauan penyakit

Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya


5) Melakukan pencatatan, tentang:
Jumlah akseptor KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb
KIA: jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
Imunisasi: jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan
Gizi: jumlah bayi yang ada, jumlah bayi atau balita yang mempunyai KMS, balita yang
ditimbang dan yang naik timbangan.
Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk.
6) Melakukan pembinaan keluarga mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan. Keluarga
binaan untuk masing-masing kader berjumlah 10-20 KK atau sesuai dengan kemampuan kader
setempat.
Tugas Kader
Kader bukanlah tenaga professional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun
jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh kader dan semua pihak dalam
rangka melaksanakan kegiatan, antara lain :
a. Kegiatan di Posyandu:
Melaksanan pendaftaran.
Menimbang bayi dan balita, Bumil/ ibu menyusui, WUS atau PUS,
Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan,
Mengisi KMS
Memberikan penyuluhan.
Memberi dan membantu pelayanan.
b. Kegiatan- diluar Posyandu:
Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan Posyandu,
Melaksanakan kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan yang ada, misalnya:
Pemberantasan penyakit menular.
Penyehatan rumah dan pembuangan sampah.
Pembersihan sarang nyamuk.
Penyediaan sarana air bersih.
Penyediaan sarana jamban keluarga.
Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
3. REVITALISASI POSYANDU
Permasalahan yang dirasakan pada tataran konsep dan operasionalisasi Posyandu antara lain:
a) Kurang dilibatkannya anggota dan tokoh masyarakat yang secara sosial, budaya, dan ekonomi
lebih potensial, membatasi akses sumber daya,
b) Pengertian pemberdayaan masyarakat hanya secara fisik, menghambat keterlibatan semua
anggota masyarakat
c) Pengertian kerelawan yang dicerna secara kaku, menghambat pemanfaatan tenaga profesional,
d) Kegiatan Posyandu yang kurang variasi dan tidak partisipatif, membosankan para pengelola
dan peserta,
e) Penampilan Posyandu yang kurang variasi dan tidak atraktif, kurang menarik pengelola dan
peserta,

f) Ekspektasi peran yang berlebihan (bimbingan medis dan manajerial), membebani tugas dan
tanggungjawab Puskesmas.
DESA SIAGA DAN RW SIAGA
A. DESA SIAGA
Latar Belakang
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ IV/2000 telah
ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut
menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tingginya angka kematian, terutama kematian pada ibu (AKI) dan bayi (AKB) menunjukkan
masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan
yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti malaria
dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit bare yang bersifat pandemik seperti
HIV/AIDS, SARS dan flu burung serta masih banyak ditemukan penyakitpenyakit endemis
seperti diare dan demam berdarah. Keadaan tersebut diperparah lagi dengan timbulnya berbagai
jenis bencana karna faktor alam.
LANDASAN HUKUM PENGEMBANGAN DESA SIAGA
1. Undang Undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1.
2. Undang Undang Nomor 4 tahun 1984 Tentang wabah penyakit menular
3. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
4. Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
6. Undang Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pernbangunan Keuangan antara Pusat dan
pemerintah Daerah
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/ V/2000 Tentang Pembangunan
Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.
8. KEPMENDAGRI No.9 tahun 2001 tentang Kader Pemberdayaan masyarakat.
PENGERTIAN DESA SIAGA
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dalam
rangka mewujudkan Desa Sehat.
TUJUAN DESA SIAGA
1. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan
di wilayahnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa adanya resiko dan bahaya
yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan (bencana, wabah penyakit, kegawatdaruratan
dan sebagainya). .
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

d. Meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam pembiayaan kesehatan.


e. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pengampu (stakeholders) dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat desa.
f. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya dibidang
kesehatan.
SASARAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi :
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,
serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga
atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader desa, serta petugas
kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundangundangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait,
swasta, para donator, dan stakeholders lainnya.
TITIK AWAL PENGEMBANGAN DESA SIAGA
Pengembangan Desa Siaga dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan
desa yang akan dikembangkan.
KRITERIA DESA SIAGA
Kriteria dari Desa Siaga adalah sebagai berikut :
1. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses ke
Puskesmas/Pustu, dikembangkan Pos Kesehatan Desa)
2. Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (misalnya
Posyandu, Pos/Warung Obat Desa dan lain-lain)
3. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
4. Memiliki system pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-faktor resiko yang berbasis
masyarakat.
5. Memiliki system kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis
masyarakat.
6. Masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat.

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


MASYARAKAT (JPKM) DAN DANA SEHAT
A. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN JPKM
1. Dalam undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 1 No.1 5
JPKM adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan
azas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin
serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya.
2. Pasal 66 ayat (1) UU No. 23 tahun 1992

Pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong jaminan pemeliharaan kesehatan


masyarakat sebagai cara yang dijadikan landasan setiap penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan, yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya berazaskan usaha bersama dan
kekeluargaan.
TUJUAN JPKM
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pemeliharaan kesehatan pari
purna yang bermutu dan merata dengan mengendalikan biaya yang berasal dari peserta.
POKOK-POKOK KEGIATAN PENYELENGGARAAN JPKM
1. Pengembangan Organisasi Badan penyelenggara
Fungsi utama badan penyelenggara
a. Fungsi pengelolaan kepesertaan
b. Fungsi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan
c. Fungsi pengelolaan keuangan
d. Fungsi pengelolaan system informasi manajemen
b. Pengembangan Kepesertaan JPKM
Peserta adalah mereka yang telah menyetarakan kesediaannya untuk memakai jasa pemeliharaan
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam ikatan kontrak.
Kepesertaan JPKM bersifat aktif, masyarakat melaksanakan kewajibannya untuk ikut serta
memelihara kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya seperti dinyatakan dalam pasal 5 UU no.
23 tahun 1992 tentang kesehatan, dan memilih secara aktif salah satu badan penyelenggara yang
paling sesuai dengan kebutuhannya.
3. Pengembangan Pemeliharaan Kesehatan
Diselenggarakan melalui suatu paket pemeliharaan kesehatan yang merupakan rangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan serta berkesinambungan.
Paket tersebut terdiri dari :
a. Paket pemeliharaan kesehatan dasar
b. Paket pemeliharaan tambahan
4. Pengembangan Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan dalam JPKM mempunyai dua sisi. Di satu pihak mengupayakan agar
terkumpul dana seoptimal mungkin dan dilain pihak mengupayakan agar dengan dana yang
terkumpul tersebut dapat dibiayai seluruh kegiatan Badan Penyelenggara yang telah terencana.
5. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Bapel JPKM merupakan suatu organisasi yang bertanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan
sejumlah orang yang menjadi pesertanya.
BERBAGAI BENTUK UPAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Pemeliharaan kesehatan pegawai negeri, penerima pension dan keluarga
2. Pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarga
3. Pemeliharaan kesehatan swasta

Beberapa pengusaha swasta telah mulai menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan


berdasarkan JPKM untuk golongan tertentu dari masyarakat, terutama segmen yang
berpenghasilan menengah ke atas.
4. Pemeliharaan kesehatan diri oleh dan untuk masyarakat (Dana Sehat)
Dana sehat adalah suatu upaya pemeliharaan kesehatan diri oleh dan untuk masyarakat umum.
MASALAH JPKM DI INDONESIA
Banyak faktor yang sebagai penyebab kenapa program JPKM belum berkembang di tanah air
secara garis besar dapat dibedakan atas 5 macam :
1. Kurangnya komitmen serta dukungan politis dari pemerintah dalam mengembangkan program
JPKM
2. Tidak siapnya aparat yang menangani program JPKM yang dapat dilihat antara lain dari masih
rendahnya pemahaman petugas tentang program JPKM. Hasil penelitian. DepKes mencatat
hanya sekitar 20% dari petugas kesehatan yang diteliti mengetahui apa yang dimaksud dengan
JPKM.
3. Belum berkembangnya badan pelaksanan (Bapel) JPKM. Tercatat sampai dengan akhir tahun
1998, hanya 17 Bapel JPKM saja yang telah memperoleh izin operasional
4. Tidak siapnya penyelenggara pelayanan kesehatan dengan cara pembayaran yang baru, yakni
yang semula menerapkan cara pembayaran tunai (fee for service) merubah menjadi cara
pembayaran pra upaya (prospective payment)
5. Rendahnya minat masyarakat menjadi peserta program JP-KM, yang menyebabkan intara lain
masih terjangkaunya pelayanan kesehatann adanya kebiasaan meminta bantuan dari anggota
keluarga (exteitdvd family) serta rendahnya kesadaran berasuransi.
Posted by edy mahyudin at 6:28 AM
Labels: Keperawatan, Kesehatan, PKS

Вам также может понравиться