Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Batuan Metamorf
Ditulis pada 20 April 2012
1. Pendahuluan
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P), temperatur
(T) atau keduanya di mana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan
komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur
berkisar antara 200-800 derajat C.
Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik
tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau
keduanya akan mengubah mineral dan hubungan antar butiran/kristalnya bila batas kestabilannya
terlampaui. Selain faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf juga tergantung
pada jenis batuan asalnya.
1.2. Tipe-tipe metamorfosa Tipe-tipe metamorfosa :
Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T), biasanya
dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas daerah kontak bisa beberapa meter sampai
beberapa kilometer, tergantung dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi,
dimensi dan kedalaman intrusi.
Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan) tekanan (P) dan
temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur orogen (jalur pembentukan
pegunungan atau zona subduksi) yang meliputi daerah yang luas, perubahan secara
progresif dari P & T rendah ke P & T tinggi..
Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi di daerah pergeseran yang dangkal
(misal zona sesar) dimana tekanan lebih berperan daripada temperatur, yang menyebabkan
terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal), milonit, filonit (lebih dalam)
kemudian diikuti oleh rekristalisasi.
Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di cekungan sedimentasi,
perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.
Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean floor
Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :
Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida yang terdapat pada
batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut.
Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk membuat ruang
pertumbuhan.
Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan yang
lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri kristaloblastik yang menunjukan bahwa
mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak
mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya
besar dan euhedral (Tabel 3).
Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan metamorf. Dalam
hal ini dikenal dua kelompok mineral yaitu stress mineral dan antistress mineral. Stress mineral
merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin besar bila terkena tekanan atau
merupakan mineral yang tahan terhadap tekanan, contoh : kloritoid, staurolit, dan kyanit.
Antistress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin kecil bila terkena
tekanan atau merupakan mineral yang tidak tahan terhadap tekanan, contoh : andalusit, kordierit,
augit, hypersten, olivin, potasium felspar dan anortit.
Tabel 3. Seri Kristaloblastik
Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap daripada
batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral
granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya disebut phyllite (filit).
Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih
orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close schistosity, batuannya
disebut schist (sekis).
Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih
orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open schistosity, batuannya
disebut gneis.
1.4.2. Struktur Non Foliasi
Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang equidimensional dan
umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.
Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan :
Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular
Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan
equigranular, tidak terorientasi, khusus akibat metamorfosa termal, batuannya disebut
hornfels.
Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral
berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi akibat
metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat dan
belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut mylonite (milonit).
Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya halus, sudah
terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut phyllonite (filonit).
1.5. Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa (Gambar 1 dan
2) :
Tekstur relic (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur batuan
asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf tersebut.
Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur
sisa), misalnya : tekstur blastoporfiritik (batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku
asal nya masih bisa dikenali) atau dengan memberi awalan meta untuk memberikan nama
batuan metamorf bila masih dikenali sifat dari batuan asalnya, misalnya metasedimen,
metagraywacke, metavolkanik, dsb.
Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.
Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai untuk memberikan nama tekstur
yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorfosis, misal tekstur porfiroblastik yaitu
batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi
tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk individu kristal :
Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral
Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral
Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral
Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk mineral (Gambar 2) :
Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja yaitu :
Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika
(muskovit, biotit)
Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas, kfelspar, piroksen
Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas
mineralnya sutured (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas
mineralnya unsutured (lebih teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya
kuarsa.
Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik, misalnya
lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik dan granoblastik.
Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan petrogarafi
(pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi) yaitu (Gambar 2) :
Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh mineral-mineral yang
berukuran lebih kecil.
Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan porphyroblast tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar Texture : fragmen mineral yang besar terdapat pada masa dasar material yang
berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
Decussate Texture : tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukan
keteraturan orientasi.
Sacaroidal Texture : tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
metamorf
karbonatan,
berasal
dari
batuan
yang
berkomposisi
CaCO3
(batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal (batugamping)
mengandung MgO dan SiO2 diharapkan terbentuk mineral tremolit, diopsid, wolastonit dan
mineral karbonatan yang lain, bila batuan asal mengandung cukup Al2O3 diharapkan
terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblenda yang hampir mirip dengan mineralogi
batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa.
Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%), batuan
metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO dan
Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis hijau) dan
hornblenda (fasies amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan ortopiroksen dan
plagioklas.
Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil metamorfosa
berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah metamorf yang mengandung glaukofan.
1.6.2. Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya
Tekstur, struktur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan metamorf.
Secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan mencerminkan tekstur,
misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur sekistosa pada batuannya. Penamaan
batuan metamorf bisa berdasarkan struktur, misal sekis, gneiss, dll. Untuk memperjelas dalam
penamaan, banyak digunakan kata tambahan yang menunjukan ciri khusus batuan metamorf
tersebut, misalnya keberadaan mineral pencirinya (contoh sekis klorit), atau nama batuan beku
yang mempunyai komposisi sama (contoh granite gneiss). Bisa juga berdasarkan jenis mineral
penyusun utamanya (contoh kuarsit) atau berdasarkan fasies metamorfiknya (contoh granulit).
Tabel 4 di bawah ini bisa digunakan untuk membantu dalam determinasi batuan metamorf.
Tabel 4. Tabel untuk determinasi batuan metamorf
regional.
Filit (Phyllite)
Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan : plagioklas, mineral bijih. Warna : terang,
abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada batu sabak. Struktur : foliasi
(sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak (tekstur filitik). Tekstur : mulai granoblastik
sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat perselingan antara mineral pipih dan mineral granular,
butiran mulai lebih kasar daripada batusabak. Metamorfosa : regional.
Sekis (Schist)
Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk (sekis talk) dll. Warna :
tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih, hitam, mengkilap. Struktur :
foliasi (sekistose tertutup). Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral
pipih dan mineral granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar. Metamorfosa : regional.
Geneis (Gneis)
Mineral utama : k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa. Warna : sesuai dengan batuan
asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose. Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.
Metamorfosa : regional.
Migmatit (Migmatite)
Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering memperlihatkan sifat yang
heterogen dan terlihat seperti percampuran antara metasedimen dan batuan granitis, batuan yang
demikian ini lazim disebut migmatit, material granitis diperkirakan berasal dari luar, hasil dari insitu
partial melting atau dapat juga dari segregasi akibat proses metamorfosis. Struktur : foliasi
(sekistose terbuka/gneisose). Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh
mineral granular. Metamorfosa : regional, pada zona T tinggi, dan selalu dijumpai berasosiasi
dengan batuan granit.
Milonit (Mylonite)
Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa kataklastik. Struktur dan
tekstur : terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari batuan yang tidak hancur
berbentuk mata, butiran umumnya halus. Tekstur : granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur
mosaik. Metamorfosa : kataklastik.
Filonit (Phyllonite)
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah terjadi
rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit. Matriks terdiri dari mika
berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat halus), menunjukan kilap silky,
S H A R E T HI S:
Suka
Jadilah yang pertama menyukai ini.
T E R K A IT
Basic Geologi
dalam "Geophysics"
Batuan Beku
dalam "Geophysics"
Basic Geologi
dalam "Geophysics"
Batuan Beku
dalam "Geophysics"
Entri ini ditulis dalam Geophysics oleh Basdar Purwansah BS. Buat penanda ke permalink
[https://basdargeophysics.wordpress.com/2012/04/20/batuan-metamorf/] .
ONE THOUGHT ON BATUAN METAMORF
hellen
pada 6 Februari 2013 pukul 9:40 pm berkata: