Вы находитесь на странице: 1из 27

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Ginjal


1) Anatomi

Manusia memiliki sepasang ginjal. Dua ginjal terletak pada dinding posterior
abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah
lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik,
suplai saraf , dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke kandung kemih,
tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilengkapi oleh kapsul fibrosa yang
keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh. Posisi ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal kanan tertekan oleh organ hati. Kedua
ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3, sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas.
Bentuk makroskopis ginjal pada orang dewasa, bentuknya seperti kacang
polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1
inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 125- 150

gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia terdiri dari
kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk urine. Ginjal tidak
dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma ginjal, penyakit ginjal,
atau proses penuaan yang normal5 akan terjadi penurunan jumlah nefron secara
bertahap. Bentuk makroskopis ginjal pada orang dewasa, bentuknya seperti kacang
polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1
inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 125- 150
gram, kira-kira seukuran kepalan tangan.
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih satu juta nefron,
masing-masing mampu membentuk urine. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru.
Oleh karena itu, pada trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal
akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus.
Glomerulus terdiri dari sekumpulan kapiler glomerulus yang dilalui sejumlah
besar cairan yang difiltrasi dari darah. Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler
glomerulus yang bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai tekanan hidrostatik
tinggi (kira-kira 60 mmHg) bila dibandingkan dengan kapiler lainnya. Kapiler
glomerulus dilapisi oleh sel- sel epitel, dan keseluruhan glomerulus dibungkus dalam
kapsula bowman. Sedangkan tubulus merupakan tempat cairan hasil filtrasi diubah
menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.
Meskipun setiap nefron mempunyai semua komponen seperti yang
digambarkan diatas, tetapi tetap terdapat beberapa perbedaan, bergantung pada
seberapa dalam letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki glomerulus dan
terletak di korteks sisi luar disebut nefon kortikal; nefron tersebut mempunyai ansa
henle pendek yang hanya sedikit menembus ke dalam medula. Kira-kira20-30%
nefron mempunyai glomerulus yang terletak di korteks renal sebelah dalam dekat
medula, dan disebut nefron jukstamedular; nefron ini mempunyai ansa henle yang
panjang dan masuk sangat dalam ke medula.
2) Fisiologi
Pada manusia, ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital
yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh. Ginjal melakukan
fungsinya yang paling penting ini dengan cara menyaring plasma dan memisahkan

zat filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, brgantung pada kebutuhan tubuh.
Kemudian zat- zat yang dibutuhkan oleh tubuh akan dikembalikan ke dalam darah
dan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dikeluarka melalui urine.
Selain fungsi yang telah dijelaskan, ginjal juga mempunyai fungsi multiple
yang lainnya, diantaranya yaitu mengeksresikan produk sisa metabolik dan bahan
kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan osmolalitas
cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan
keseimbangan asam-basa, sekresi, metabolisme, dan eksresi hormon serta untuk
proses glukoneogenesis.
Proses pembentukan urine juga dilakukan oleh nefron yang merupakan bagian
dari ginjal. Proses pembentukan urine terjadi melalui tiga tahapan yaitu filtrasi di
glomerulus, reabsorpsi di tubulus dan eksresi di tubulus. proses pembentukan urin
yaitu Pada saat cairan, darah, serta zat-zat masuk ke dalam ginjal, semua bahan-bahan
itu akan difiltrasi di dalam glomerulus dan selanjutnya akan mengalir ke dalam
kapsula bowman dan masuk ke tubulus proksimal yang terletak di dalam korteks
ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan akan mengalir ke ansa henle yang masuk ke
dalam medula renal, cairan masuk ke makula densa dan kemudian ke tubulus distal,
dari tubulus distal cairan masuk ke tubulus renalis arkuatus dan tubulus koligentes
kortikal dan masuk ke duktus yang lebih besar yaitu duktus koligentes medula.
Duktus koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih besar yang mengalir
menuju pelvis renal melalui papila renal. Dari pelvis renal, urine akan terdorong ke
kandung kemih melalui saluran ureter dan dikeluarkan melalui uretra. Dibawah ini
adalah gambaran tentang proses pembentukan urine.
2.2 Definisi Gagal Ginjal Kronik ( GGK )
Gagal ginjal kronis (Chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif
yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (Urea dan limbah nitrogen lainnya
yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal) (Nursalam, 2009:47).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (Toksik uremik) di
dalam darah (Muttaqin, 2011:166).

Menurut Mary Baradero, (2008:124) gagal ginjal kronik terjadi apabila kedua
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk
kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua ginjal ireversibel, kerusakan vaskular
akibat diabetes melitus, dan hipertensi yang berlangsung terus menerus dapat
mengakibatkan pembentukan jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi
ginjal secara progresif.
Menurut Muhammad, (2012:16) menyatakan gagal ginjal kronis adalah proses
kerusakan ginjal selama rentang waktu lebih dari 3 bulan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Gagal Ginjal Kronik
(Chronic renal failure) adalah perkembangan gagal ginjal yang progresif dan ditandai
dengan fungsi nefron yang berkurang. Dapat disimpulkan pula bahwa pada penderita
gagal ginjal kronis terjadi penurunan fungsi ginjal secara perlahan-lahan. Dengan
demikian, gagal ginjal merupakan stadium terberat dari ginjal kronis. Oleh karena itu,
penderita harus menjalani terapi pengganti ginjal, yaitu cuci darah (Hemodialisis)
atau cangkok ginjal yang memerlukan biaya mahal.
2.2.1 Etiologi
Menurut Muttaqin, (2011:166) begitu banyak kondisi klinis yang bisa
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan tetapi, apa pun sebabnya, respons
yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan Gagal Ginjal Kronis adalah:
2.1.3.1 Penyakit dari ginjal
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Penyakit pada saringan (Glomerulus): glomerulonefritis.


Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
Batu ginjal: nefrolitiasis.
Kista di ginjal: polcystis kidney.
Trauma langsung pada ginjal.
Keganasan pada ginjal.
Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.

2.1.3.2 Penyakit umum di luar ginjal


1)
2)
3)
4)
5)
6)

Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.


Dyslipidemis.
Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis.
Preeklamsi.
Obat-obatan.
Kehilangan banyak cairan yang mendadak (Luka bakar).

2.2.2 Patofisiologi
Menurut Smeltzer (2001:1448) patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai dari
fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
Gangguan Klirens renal, banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai
akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan
urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya filtrasi glomerulus
(Akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar
kreatinin serum akan meningkat.Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya
meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator yang paling sensitif dari fungsi
renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya
dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
katabolisme (Jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid.
Retensi cairan dan natrium, ginjal juga tidak mampu mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang
sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi.
Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema,
gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetus risiko
hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan
natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
Asidosis, dengan semakin berkembangnya penyakit renal terjadi asidosis
metabolik sering denga ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam yang
berlebihan.Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal
untuk menyekresi amonia dan mengabsorpsi natrium bikarbonat. Penurunan ekskresi
fosfat dan asma organik lain juga terjadi.

10

Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk
mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran
gastrointestinal. Eritropoetin, suatu substansi normal yang diproduksi oleh ginjal,
menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Pada gagal
ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan,
angina, dan sesak napas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat, abnormalitas utama yang lain pada
gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat maka yang lain akan turun. Menurunnya filtrasi melelui glomerulus ginjal,
terdapat peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum
kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari
kelenjar paratiroid. Namun demikian, pada gagal ginjal tubuh berespons secara
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan akibatnya, kalsium ditulang
menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang. Selain itu,
metabolit aktif vitamin D yang secara normal dibuat di ginjal menurun seiring dengan
berkembang gagal ginjal. Penyakit tulang uremik, sering disebut osteodistrofi renal,
terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.
Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan
gangguan yang mendasari, ekskresi protein dalam urin, dan adanya hipertensi. Pasien
yang mengekskresikan secara signifikan sejumlah protein atau mengalami
peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk dari pada mereka yang
tidak mengalami kondisi ini.

11

Phatway
Vesikuler

Infeksi

Arterio
Skerosis

Zat Toksik

Obstruksi Saluran
Kemih

Reaksi Antigen
Antibody

Suplai Darah
Ginjal Turun

Tertimbun
Diginjal

Retensi Urin

GFR Turun

GGK

B1

B2

B3

Retensi Na

Sekresi
eritropoitin

Tek. Kapiler
Produksi Hb
Turun
Beban
Jantung Naik
Tek. Vena
pulmonalis
Kapiler paru
naik

Oksi Hemoglobin
Turun

Vol. Intersial
naik
Vol.
Intersial
Naik
Suplai O2
jaringan turun

Suplai O2
kasar turun

Timb. Asam
Laktat

Mk : Gangguan
Perfusi Jaringan

-Fatigue
-Nyeri sendi

B5

B6

Obstruksi
Ginjal

Sekresi protein
terganggu

Sindrom
Uremia

Fungsi Ginjal
Menurun

Gangguan
Keseimbangan Asam
Basa

Perporasi
Ospaleimia

GFR

Pruritis
Asam Lambung Naik

Retensi air dan


natrium

Mk : Kelebihan
Volume Cairan

Iritasi Labung

Mk : Gangguan
integritas kulit

Mual, muntah
Mk : Gangguan Nutrisi

Edema Paru

Mk.
Gangguan

B4

Mk : Intoleransi
Aktivitas

12

2.2.3 Manifestasi Klinis


Menurut Smeltzer (2001:1450) manifestasi klinis gagal ginjal kronik yaitu:
2.2.5.1 Kardiovaskuler
Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital,
pembesaran vena leher.
2.2.5.2 Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
2.2.5.3 Pulmoner
Krekels, sputum kental, napas dangkal, pernapasan kusmaul.
2.2.5.4 Gastrointestinal
Napas berbau amoniak, ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual
dan muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran gastrointestinal.
2.2.5.5 Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
2.2.5.6 Muskuloskeletal
Kram otot, kekakuan otot hilang, dan fraktur tulang.
2.2.5.7 Reproduktif
Amenore, dan atrofi testikuler.
2.2.4 Klasifikasi
KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus) :
a) Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan
LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
b) Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 89 mL/menit/1,73 m2)
c) Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
d) Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)
e) Stadium 5: kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.

13

2.2.5 Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001:1449), komplikasi gagal ginjal kronik yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan mencakup:
2.2.5.1 Hiperkalemia
Diakibatkan penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme, dan
masukan diet berlebihan.
2.2.5.2 Perikarditis
Efusi perikardial, dan temponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
2.2.5.3 Hipertensi
Disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta malfungsi sistem renin
angioaldosteron.
2.2.5.4 Anemia
Disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, dan
pendarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, dan kehilangan darah selama
hemodialisa.
2.2.5.5 Penyakit Tulang
Hal ini disebabkan oleh retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah,
metabolisme vitamin D, abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muttaqin (2011:172), pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan
gagal ginjal kronik adalah:
1) Laju Endap Darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit
yang rendah.
2) Uremia dan kreatinin: meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang: ureum lebih kecil
dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang
menurun.

14

3) Hiponatremia: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya


terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
4) Hipokaslemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK.
5) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal (Resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
6) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peninggian hormon insulin dan menurunya lipoprotein lipase.
7) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun disebabkan retensi asam-asam organik pada
gagal ginjal.
8) Foto polos abdomen
Untuk menilai bentuk dan besar ginjal (Adanya batu atau adanya suatu
obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
9) Intra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini
mempunyai risiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya:
usia lanjut, diabetes melitus, dan nefropati asam urat.
10) USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandungan kemih, dan prostat.
11) Renogram
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(Vaskular, parenkim, ekskresi), serta sisa fungsi ginjal.
12) EKG
Untuk melihat kemungkinan: hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (Hiperkalemia).
2.2.7 Penatalaksanaan Medis
Menurut Muttaqin (2011:173), tujuan dari penatalaksanaan medis pada
pasien dengan gagal ginjal kronik untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit
dan mencegah komplikasi.
2.1.9.1 Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Dialisis memperbaiki
abnormalitas biokimia; menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat

15

dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan perdarahan dan


membantu penyembuhan luka.
2.1.9.2 Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan
menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga
dapat di diagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka
pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
2.1.9.3 Koreksi anemia
Usaha pertama harus di tunjukan untuk mengatasi faktor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
Pengendalian gagal ginjal

pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.

Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada
insufisiensi koroner.
2.1.9.4 Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus di hindari.natrium
bikarbonat dapat di berikan peroral atau perenteral. Pada permulaan 100 mEq
natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
2.1.9.5 Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan
mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena
tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
2.1.9.6 Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal
ginjal dengan ginjal yang baru.

16

2.2.8 Penatalaksanaan Keperawatan


Menurut Price (2005:965) prinsip-prinsip dasar penatalaksanaan konservatif
sangat sederhana dan didasarkan pada pemahaman mengenai batas-batas ekskresi
yang dapat dicapai oleh ginjal yang terganggu. Selain itu, terapi diarahkan pada
pencegahan dan pengobatan komplikasi yang terjadi, yaitu:
2.1.10.1 Pengaturan diet protein
Pengaturan diet penting sekali pada pengobatan gagal ginjal kronik.
Pembatasan asupan protein telah terbukti menormalkan kembali kelainan dan
memperlambat terjadinya gagal ginjal. Kemungkinan mekanisme yang terkait
dengan fakta bahwa asupan rendah protein mengurangi beban ekskresi sehingga
menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, tekanan intraglomerulus, dan cedera
sekunder pada nefron intak.
2.1.10.2 Pengaturan diet kalium
Hiperkalemia umumnya menjadi masalah dalam gagal ginjal lanjut, dan
juga menjadi penting untuk membatasi asupan kalium dalam diet. Tindakan yang
harus dilakukan adalah dengan tidak memberikan obat-obatan atau makanan yang
tinggi kandungan kalium. Makanan atau obat-obatan ini mengandung tambahan
garam (Yang mengandung amonium klorida dan kalium klorida), ekspektoran,
kalium sitrat, dan makanan seperti sup, pisang dan jus buah murni. Pemberian
makanan atau obat-obatan yang tidak diperkirakan akan menyebabkan
hiperkalemia yang berbahaya.
2.1.10.3 Pengaturan diet natrium dan cairan
Pengaturan Natrium dalam diet memiliki arti penting dalam gagal ginjal.
Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan terjadinya retensi cairan, edema
perifer, edema paru, hipertensi, dan gagal jantung kongestif. Asupan cairan
membutuhkan regulasi yang hati-hati dalam gagal ginjal lanjut, karena rasa haus
pasien merupakan panduan yang tidak dapat diyakini mengenai keadaan hidrasi
pasien. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi,
edema, dan intoksikasi cairan. Asupan yang kurang optimal dapat menyebabkan
dehidrasi, hipotensi, dan pemburukan fungsi ginjal. Aturan umum untuk asupan
cairan adalah keluaran urine dalam 24 jam lebih dari 500 ml.

17

2.3 Manajemen Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sismatis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masayarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut ermasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun
spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan
yaitu: pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan dan prioritas masalah (Mubarak, 2006:73). Menurut
Doenges (1999:626) pengkajian pada pasien gagal ginjal adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Kelelahan ekstrem, kelemahan,malaise.
Gangguan tidur (Insomnia/gelisah atau somnolen)
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang

gerak.

2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat
Palpitasi : nyeri dada (Angina)
Tanda: Hipertensi: nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak, tangan.
Disritmia jantung.
Nadi lemah halus, hipertensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang
jarang pada penyakit tahap akhir.
Friction rub pericardial (Respons terhadap akumulasi sisa).
Pucat;kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan.
3. Integritas Ego
Gejala: Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya Perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda: Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala: Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (Gagal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.

18

Tanda: Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan.
Oliguria, dapat menjadi anuria.
5. Makanan/Cairan
Gejala: Peningkatan berat badan cepat (Edema), penurunan berat badan
(Malnutrisi) Anoreksia. Nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak
sedap pada mulut (Pernapasan amonia).
Penggunaan diuretik
Tanda: Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (Tahap akhir)
Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (Umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga.
6. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, penglihatan kabur.
Tanda: Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri panggul, sakit kepala;kram otot/nyeri kaki (Memburuk saat
malam hari)
Tanda: Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
8. Pernapasan
Gejala: Napas pendek; dispnea noktural paroksimal; batuk dengan/tanpa
sputum kental dan banyak
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (Pernapasan
kusmaul), Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (Edema
paru).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang aktual maupun potensial (Mubaraq, 2006:81). Menurut Smeltzer,
(2001:1451-1456) pasien gagal ginjal kronis memerlukan asuhan keperawatan
yang tepat untuk menghindari komplikasi akibat menurunnya fungsi renal dan

19

stress serta cemas dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa ini.
Diagnosa keperawatan potensial untuk pasien-pasien ini mencakup yang berikut:
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran
mukosa mulut.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia.
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program penanganan.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisis.
6) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
7) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pemasangan jarum
infus dan jarum cimino/hemodialisa.
2.3.3 Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien
(Mubaraq,

2006:84).

Menurut

Smeltzer,

(2001:1452-1454)

perencanaan

keperawatan dari diagnosa diatas adalah:


2.3.3.1 Diagnosa keperawatan: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.

Kriteria hasil:
Klien tidak sesak napas, edema ekstrimitas berkurang, produksi urine >600
ml/hari.
Intervensi:
1. Kaji status cairan:
1) Timbang berat badan harian.
2) Keseimbangan masukan dan haluaran.
3) Turgor kulit dan adanya edema.
4) Distensi vena leher.
5) Tekanan darah, denyut dan irama nadi.

20

Rasional: Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan


untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
2. Batasi masukan cairan.
Rasional: Pembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal,
haluaranurin, dan respon terhadap alergi.
3. Identifikasi sumber potensial cairan:
1) Medikasi dan cairan yang di gunakan.
2) Makanan
Rasional:Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat
diidentifikasi.
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan.
Rasional: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan.
5. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan
cairan.
Rasional: Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap
pembatasan diet.
6. Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering.
Rasional: Hygiene oral mengurangi kekeringan mebran mukosa
mulut.
2.3.3.2 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran
mukosa mulut.
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil:
Asupan nutrisi tubuh pasien terpenuhi dengan baik.
.
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi:
1) Perubahan berat badan.
2) Pengukuran antropometrik.
3) Nilai laboratorium (elektrolit serum,BUN, kreatinin, protein,
tranferin, dan kadar besi).
Rasional: Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
2. Kaji pola diet nutrisi pasien:
Riwayat diet.
1) Makanan kesukaaan.
2) Hitung kalori.

21

Rasional: Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan


dalam menyusun menu.
3. Kaji faktor yang berperan dalam merubahmasukan nutrisi:
1) Anoreksia, mual atau muntah.
2) Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien.
3) Depresi.
4) Kurang memahami pembatasan diet.
5) Stomatitis.
Rasional: Menyediakan informasi mengenal faktor lain yang dapat
diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
4. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
Rasional: Mendorong peningkatan masukan diet.
5. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis
tinggi: telur, produk susu, daging.
Rasional: Protein lengkap di

berikan

untuk

mencapai

keseimbangan nitrogen yang di perlukan untuk pertumbuhan dan


penyembuhan.
6. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium
diantara waktu makan.
Rasional: Mengurangi makanan dari protein yang dibatasi dan
menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
7. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan
sebelum makan.
Rasional: Ingesti

medikasi

sebelum

makan

menyebabkan

anoreksia dan rasa kenyang.


8. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan
penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
Rasional: Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan
antara diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal.
9. Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan
anjuran untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium dan
kalium.
Rasional: Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif
terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien
dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.
10. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan.

22

Rasional: Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam


menimbulkan anoreksia dihilangkan.
11. Timbang berat badan harian.
Rasional: Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
12. Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat.
1) Pembentukan edema.
2) Penyembuhan yang lambat.
3) Penurunan kadar albumin serum.
Rasional: Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan
penurunan albumin dan protein lain, pembentukan edema, dan
perlambatan penyembuhan.
2.3.3.3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia.
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria hasil: Kulit tidak lecet, kulit lembab, dan kulit pasien tidak
gatal.
Intervensi:
1) Inspeksi

kulit

terhadap

perubahan

warna,

turgor, perhatikan

kemerahan, eksoriasi.
Rasional: Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat menimbulkan
dekubitus.
2) Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya eksoriasi.
Rasional: Sirkulasi darah darah yang kurang menyebabkan kulit
mudah rusak dan memudahkan timbulnya dekubitus/infeksi.
3) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa.
Rasional: Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi integritas
jaringan pada tingkat seluler.
4) Ganti posisi tiap 2 jam sekali beri bantalan pada tonjolan tulang,
pelindung siku dan tumit.
Rasional: Mengurangi/menurunkan tekanan pada daerah yang edema.
Daerah yang perfusinya kurang baik untuk mengurangi/menurunkan
iskemia jaringan.
5) Jaga keadaan kulit tetap kering dan bersih.
Rasional: Kulit yang basah terus-menerus memicu terjadinya
dekubitus.
6) Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian tipis dan kering
yang menyerap keringat dan bebas keriput.
Rasional: Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
7) Anjurkan pasien gunakan kompres lembab dan dingin.

23

Rasional: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko


cedera.
8) Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin.
Rasional:Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan yang
dapat membatasi perfusi seluler, sehingga dapat mengurangi iskemik
jaringan.
2.3.3.4 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan mengenal kondisi dan penanganan
yang bersangkutan.
Kriteria hasil:
Pasien mengetahui tentang kondisi dan penanganan yang diberikan dan
terpenuhinya informasi kesehatan.
Intervensi:
1. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya,
dan penanganannya:
1) Penyebab gagal ginjal pasien.
2) Pengertian gagal ginjal.
3) Pemahaman tentang fungsi renal.
1) Hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal.
2) Rasional
penanganan
(Hemodialisis,
dialisis
peritoneal,
transplantasi).
Rasional: Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan
penyuluhan lebih lanjut.
2. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan
tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.
Rasional: Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan
setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan
konsekuensinya.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami
berbagai

perubahan

akibat

penyakit

dan

penanganan

yang

mempengaruhi hidupnya.
Rasional: Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus
berubah akibat penyakit.
4. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat
tentang:
1) Fungsi dan kegagalan renal.
2) Pembatasan cairan dan diet.
3) Medikasi.
4) Melaporkan masalah, tanda dan gejala.

24

5) Jadwal tindak lanjut.


6) Sumber dikomunitas.
7) Pilihan terapi.
Rasional: Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk
klarifikasi selanjutnya di rumah.
2.3.3.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisis.
Tujuan:Berpatisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Kriteria hasil:
Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat dilakukan sendiri.
Intervensi:
1. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan:
1) Anemia.
2) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Retensi produk sampah.
4) Depresi.
Rasional: Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
2. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat di
toleransi; bantu jika keletihan terjadi.
Rasional: Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki
harga diri.
3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Rasional: Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang
dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
4. Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.
Rasional: Istirahat yang adekuat di anjurkan setelah dialisis, yang
bagi banyak pasien sangat melelahkan.
2.3.3.6 Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
Tujuan: Memperbaiki konsep diri.
Kriteria hasil:
Mekanisme koping yang diterapkan positif dan pasien tidak rendah diri.
Intervensi:
1. Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan
penanganan.
Rasional: Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan
keluarga terhadap penyakit dan penanganan.
2. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat.
Rasional: Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi.

25

3. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga.


Rasional: Pola koping yang telah efektif di masa lalu mungkin
potensial destruktif ketika memandang pembatasan yang ditetapkan
akibat penyakit dan penanganan.
4. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat
penyakit dari penanganan:
1) Perubahan peran.
2) Perubahan gaya hidup.
3) Perubahan dalam pekerjaan.
4) Perubahan seksual.
5) Ketergantungan pada tim tenaga kesehatan.
Rasional: Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkahlangkah yang diperlukan untuk menghadapinya.
5. Gali cara alternatif untuk ekspresi seksual lain selain hubungan
seksual.
Rasional: Bentuk alternatif ekspresi seksual dapat diterima.
6. Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan, dan
kemesraan.
Rasional: Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu,
tergantung pada tahap maturitasnya.
2.3.3.7 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Jarum infus, jarum
cimino/hemodialisa).
Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi.
Kriteria hasil:
Leukosit dalam batas normal dan pasien tidak mengalami infeksi.
Intervensi:
1. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan invasif baik itu infus
dan jarum cimino (Jarum hemodialisa).
Rasional: Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap
kemungkinan terjadi infeksi.
2. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat di
ketahui dari penyimpangan tanda-tanda vital.
3. Observasi daerah pemasangan infus dan jarum cimino (Jarum
hemodialisa) apakah adanya tanda-tanda infeksi.
Rasional: Mengetahui tanda- tanda infeksi rubor, dolor, kalor, tumor
dan fungsio laesa.

26

2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun (Mubaraq, 2006:87).
2.2.4.1 Diagnosa keperawatan: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil:
Klien tidak sesak napas, edema ekstrimitas berkurang, produksi urine
>600 ml/hari.

Implementasi:
1. Mengkaji status cairan:
1) Timbang berat badan harian.
2) Keseimbangan masukan dan haluaran.
3) Turgor kulit dan adanya edema.
4) Distensi vena leher.
5) Tekanan darah, denyut dan irama nadi.
2. Membatasi masukan cairan.
3. Mengidentifikasi sumber potensial cairan:
1) Medikasi dan cairan yang digunakan.
2) Makanan
3) Menjelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan.
4) Membantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan.
5) Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering.
2.2.4.2 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran
mukosa mulut.
Tujuan: mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil:
Asupan nutrisi tubuh pasien terpenuhi dengan baik.
Implementasi:
1. Mengkaji status nutrisi:
1) Perubahan berat badan.
2) Pengukuran antropometrik.
3) Nilai laboratorium (elektrolit serum,BUN, kreatinin, protein,
tranferin, dan kadar besi).

27

2. Mengkaji pola diet nutrisi pasien:


1) Riwayat diet.
2) Makanan kesukaaan.
3) Hitung kalori.
3. Mengkaji faktor yang berperan dalam merubahmasukan nutrisi:
1) Anoreksia, mual atau muntah.
2) Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien.
3) Depresi.
4) Kurang memahami pembatasan diet.
5) Stomatitis.
4. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
5. Meningkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis
tinggi: telur, produk susu, daging.
6. Menganjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah
natrium diantara waktu makan.
7. Mengubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera
diberikan sebelum makan.
8. Menjelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan
penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
9. Menyediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan
anjuran untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium dan
kalium.
10. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu
makan.
11. Menimbang berat badan harian.
12. Mengkaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat.
1) Pembentukan edema.
2) Penyembuhan yang lambat.
3) Penurunan kadar albumin serum.
2.2.4.3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia.
Tujuan: Pasien tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria hasil:Kulit tidak lecet, kulit lembab, dan kulit pasien tidak
gatal.
Implementasi:
1.

Menginspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, perhatikan

kemerahan, eksoriasi.
Mengkaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya eksoriasi.
2. Memantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa.
3. Mengganti posisi tiap 2 jam sekali beri bantalan pada tonjolan tulang,
2.

pelindung siku dan tumit.

28

4. Menjaga keadaan kulit tetap kering dan bersih.


5. Menganjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian tipis dan
kering yang menyerap keringat dan bebas keriput.
6. Menganjurkan pasien gunakan kompres lembab dan dingin.
7. Berkolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin.
2.3.4.4 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
Tujuan: meningkatkan pengetahuan mengenal kondisi dan penanganan
yang bersangkutan.
Kriteria hasil:
Pasien mengetahui tentang kondisi dan penanganan yang diberikan dan
terpenuhinya informasi kesehatan.
Implementasi:
1. Mengkaji

pemahaman

mengenai

penyebab

gagal

ginjal,

konsekuensinya, dan penanganannya:


1) Penyebab gagal ginjal pasien.
2) Pengertian gagal ginjal.
3) Pemahaman tentang fungsi renal.
4) Hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal.
5) Rasional penanganan (Hemodialisis, dialisis peritoneal,
transplantasi).
2. Menjelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai
dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.
3. Membantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk
memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan
yang mempengaruhi hidupnya.

4. Menyediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan


tepat tentang:
1) Fungsi dan kegagalan renal.
2) Pembatasan cairan dan diet.
3) Medikasi.
4) Melaporkan masalah, tanda dan gejala.
5) Jadwal tindak lanjut.
6) Sumber di komunitas.
7) Pilihan terapi.
2.3.4.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisis.

29

Tujuan: berpatisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.


Kriteria hasil:
Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat dilakukan
sendiri.
Implementasi:
1. Mengkaji faktor yang menimbulkan keletihan:
1) Anemia.
2) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Retensi produk sampah.
4) Depresi.
2. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang
dapat di toleransi; Membantu jika keletihan terjadi.
3. Menganjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
4. Menganjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.
2.3.4.6 Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
Tujuan: memperbaiki konsep diri.
Kriteria hasil:
Mekanisme koping yang diterapkan positif dan pasien tidak rendah diri.
Implementasi:
1. Mengkaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit
dan penanganan.
2. Mengkaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga
terdekat.
3. Mengkaji pola koping pasien dan anggota keluarga.
4. Menciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat
1)
2)
3)
4)
5)
5.

penyakit dari penanganan:


Perubahan peran.
Perubahan gaya hidup.
Perubahan dalam pekerjaan.
Perubahan seksual.
Ketergantungan pada tim tenaga kesehatan.
Menggali cara elternatif untuk ekspresi seksual lain selain

hubungan seksual.
6. Mendiskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan,
dan kemesraan.
2.3.4.7 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Jarum infus, jarum
cimino/hemodialisa).
Tujuan:pasien tidak mengalami infeksi.

30

Kriteria hasil:
Leukosit dalam batas normal dan Pasien tidak mengalami infeksi.
Implementasi:
1. Melakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan invasif baik itu
infus dan jarum cimino (Jarum hemodialisa).
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
3. Mengobservasi daerah pemasangan infus dan jarum cimino (Jarum
hemodialisa) apakah adanya tanda-tanda infeksi.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi

memuat

keberhasilan

proses

dan

keberhasilan

tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara


proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut (Mubaraq, 2006:88).
2.2.5.1 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin,
diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Kriteria hasil: Tidak sesak napas, edema ekstremitas berkurang,
produksi urine >600 ml/hari.
2.2.5.2 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran
mukosa mulut.
Kriteria hasil: Masukan nutrisi dapat terpenuhi dengan baik.
2.2.5.3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia.
Kriteria hasil: Kulit tidak lecet, kulit lembab, dan kulit pasien tidak
gatal.
2.2.5.4 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program penanganan.
Kriteria hasil: Pasien mengetahui tentang kondisi dan penanganan yang
diberikan dan terpenuhinya informasi kesehatan.
2.2.5.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisis.
Kriteria hasil: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat
dilakukan sendiri.
2.2.5.6 Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
Kriteria hasil: Mekanisme koping yang diterapkan positif dan pasien
tidak rendah diri.

31

2.2.5.7 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Jarum infus, jarum
cimino/hemodialisa).
Kriteria hasil: Leukosit dalam batas normal dan pasien tidak mengalami
infeksi.

Вам также может понравиться

  • Laporan Pendahuluan GGK
    Laporan Pendahuluan GGK
    Документ27 страниц
    Laporan Pendahuluan GGK
    Ricka Hui Hui Ciep
    Оценок пока нет
  • LP Gagal Ginjal Kronik (GGK)
    LP Gagal Ginjal Kronik (GGK)
    Документ30 страниц
    LP Gagal Ginjal Kronik (GGK)
    Adelia Arifah
    Оценок пока нет
  • Gagal Ginjal Kronik
    Gagal Ginjal Kronik
    Документ13 страниц
    Gagal Ginjal Kronik
    WindiMarchella
    Оценок пока нет
  • Sabikhis-Laporan - Pendahuluan Chronic Kidney Disea
    Sabikhis-Laporan - Pendahuluan Chronic Kidney Disea
    Документ20 страниц
    Sabikhis-Laporan - Pendahuluan Chronic Kidney Disea
    Lenny Anggun
    Оценок пока нет
  • LP CKD
    LP CKD
    Документ19 страниц
    LP CKD
    charisma
    Оценок пока нет
  • CKD LAPORAN
    CKD LAPORAN
    Документ52 страницы
    CKD LAPORAN
    Aguss Suhardi
    Оценок пока нет
  • CKD Patofisiologi
    CKD Patofisiologi
    Документ22 страницы
    CKD Patofisiologi
    charisma
    Оценок пока нет
  • LP GGK DAN HD Mentari C 1901034
    LP GGK DAN HD Mentari C 1901034
    Документ32 страницы
    LP GGK DAN HD Mentari C 1901034
    mentari cahyaningtyas
    Оценок пока нет
  • LAPORAN GINJAL
    LAPORAN GINJAL
    Документ25 страниц
    LAPORAN GINJAL
    Aldry Umagap
    Оценок пока нет
  • Anatomi Dan Fisiologi Ginjal
    Anatomi Dan Fisiologi Ginjal
    Документ10 страниц
    Anatomi Dan Fisiologi Ginjal
    Faradila Zahro Ananto
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan GGK Dan Hemodialisa
    Laporan Pendahuluan GGK Dan Hemodialisa
    Документ29 страниц
    Laporan Pendahuluan GGK Dan Hemodialisa
    anggun rahman
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan CKD
    Laporan Pendahuluan CKD
    Документ25 страниц
    Laporan Pendahuluan CKD
    MardHaa
    Оценок пока нет
  • LP CKD Dengan ALO + HD
    LP CKD Dengan ALO + HD
    Документ26 страниц
    LP CKD Dengan ALO + HD
    zarkasy
    Оценок пока нет
  • Gagal Ginjal Kronis
    Gagal Ginjal Kronis
    Документ27 страниц
    Gagal Ginjal Kronis
    Blank Neko
    Оценок пока нет
  • LP Gagal Ginjal Kronik................
    LP Gagal Ginjal Kronik................
    Документ17 страниц
    LP Gagal Ginjal Kronik................
    Anonymous YsP8RA765
    Оценок пока нет
  • LP CKD
    LP CKD
    Документ21 страница
    LP CKD
    tirta wiranda
    Оценок пока нет
  • GagalGinjal
    GagalGinjal
    Документ23 страницы
    GagalGinjal
    Fitri Yani
    Оценок пока нет
  • Askep Clara Ximenes A3
    Askep Clara Ximenes A3
    Документ46 страниц
    Askep Clara Ximenes A3
    Derfina Bahagia idu
    Оценок пока нет
  • LP CKD
    LP CKD
    Документ32 страницы
    LP CKD
    Agnes Erlita Distriani Patade
    Оценок пока нет
  • CKD LAPORAN
    CKD LAPORAN
    Документ6 страниц
    CKD LAPORAN
    Nurhayati Qhueenz Abdul
    Оценок пока нет
  • Askep Perkemihan Kelompok 6
    Askep Perkemihan Kelompok 6
    Документ47 страниц
    Askep Perkemihan Kelompok 6
    Indah Nopiyanti
    Оценок пока нет
  • GagalGinjalKronik
    GagalGinjalKronik
    Документ23 страницы
    GagalGinjalKronik
    AnitaWahyunita
    Оценок пока нет
  • ANATOMIFISIOLOGI GINJAL
    ANATOMIFISIOLOGI GINJAL
    Документ20 страниц
    ANATOMIFISIOLOGI GINJAL
    adnyana29
    Оценок пока нет
  • Konsep Medis CKD
    Konsep Medis CKD
    Документ21 страница
    Konsep Medis CKD
    ApriliaLarasatiDumbi
    Оценок пока нет
  • CKD 1
    CKD 1
    Документ13 страниц
    CKD 1
    Roif Syahnureka
    Оценок пока нет
  • Gagal Ginjal Kronik
    Gagal Ginjal Kronik
    Документ16 страниц
    Gagal Ginjal Kronik
    NurLailyMahzumah
    100% (1)
  • Sistem Genitourinari (40
    Sistem Genitourinari (40
    Документ14 страниц
    Sistem Genitourinari (40
    Baiq Dian
    Оценок пока нет
  • Referat Gagal Ginjal Kronik
    Referat Gagal Ginjal Kronik
    Документ32 страницы
    Referat Gagal Ginjal Kronik
    Shaffura
    Оценок пока нет
  • Tugas Kep Kritis 5 LP Gagal Ginjal Kronik Kelompok 1
    Tugas Kep Kritis 5 LP Gagal Ginjal Kronik Kelompok 1
    Документ34 страницы
    Tugas Kep Kritis 5 LP Gagal Ginjal Kronik Kelompok 1
    mika wahyuni
    Оценок пока нет
  • CKD LAPORAN
    CKD LAPORAN
    Документ41 страница
    CKD LAPORAN
    Ni Putu arista
    50% (2)
  • LP CKD
    LP CKD
    Документ38 страниц
    LP CKD
    ritaitha59
    Оценок пока нет
  • CKD ON HEMODIALISA
    CKD ON HEMODIALISA
    Документ30 страниц
    CKD ON HEMODIALISA
    Rivaldhy Nardi
    Оценок пока нет
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Документ31 страница
    Askep Keluarga
    Nurhayati Lisa Pindan
    Оценок пока нет
  • CKD
    CKD
    Документ25 страниц
    CKD
    Anggie Adhela
    Оценок пока нет
  • Askep Gagal Ginjal Kronik
    Askep Gagal Ginjal Kronik
    Документ41 страница
    Askep Gagal Ginjal Kronik
    Anonymous bV9rU3I
    0% (1)
  • Dewa Ayu Sri Purniati - 183212865 - A12b - Askep Dan LP Ckd-Dikonversi-2
    Dewa Ayu Sri Purniati - 183212865 - A12b - Askep Dan LP Ckd-Dikonversi-2
    Документ66 страниц
    Dewa Ayu Sri Purniati - 183212865 - A12b - Askep Dan LP Ckd-Dikonversi-2
    kadek yulidamayanti
    Оценок пока нет
  • LP Gagal Ginjal
    LP Gagal Ginjal
    Документ15 страниц
    LP Gagal Ginjal
    Cut Aida Ramawati
    Оценок пока нет
  • ASKEP Chronic Kidney Disease
    ASKEP Chronic Kidney Disease
    Документ22 страницы
    ASKEP Chronic Kidney Disease
    Handi Rustandi
    Оценок пока нет
  • Referat Radiologi: Chronic Kidney Disease
    Referat Radiologi: Chronic Kidney Disease
    Документ25 страниц
    Referat Radiologi: Chronic Kidney Disease
    Ar
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan CKD Anugrah
    Laporan Pendahuluan CKD Anugrah
    Документ22 страницы
    Laporan Pendahuluan CKD Anugrah
    Anug
    Оценок пока нет
  • LP (CKD) Gagal Ginjal Kronis Aldiyanor
    LP (CKD) Gagal Ginjal Kronis Aldiyanor
    Документ29 страниц
    LP (CKD) Gagal Ginjal Kronis Aldiyanor
    Muhammad Aldiyanoor
    Оценок пока нет
  • LP CKD
    LP CKD
    Документ40 страниц
    LP CKD
    viesta
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan CKD
    Laporan Pendahuluan CKD
    Документ24 страницы
    Laporan Pendahuluan CKD
    Uswatun Hasanah
    Оценок пока нет
  • Zahrotul Mutingah - 1710711088 - LP Dan LK Kritis
    Zahrotul Mutingah - 1710711088 - LP Dan LK Kritis
    Документ44 страницы
    Zahrotul Mutingah - 1710711088 - LP Dan LK Kritis
    Sonya
    Оценок пока нет
  • LP CKD SEROJA Tambah
    LP CKD SEROJA Tambah
    Документ29 страниц
    LP CKD SEROJA Tambah
    Rivaldhy Nardi
    Оценок пока нет
  • LP DAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN - Limbong Dameria Shyntia C - 1902026
    LP DAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN - Limbong Dameria Shyntia C - 1902026
    Документ82 страницы
    LP DAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN - Limbong Dameria Shyntia C - 1902026
    Limbong Dameria Shyntia Christin
    Оценок пока нет
  • BAB 2 Tinjauan Pustaka CKD
    BAB 2 Tinjauan Pustaka CKD
    Документ26 страниц
    BAB 2 Tinjauan Pustaka CKD
    caturwulandari
    Оценок пока нет
  • LP Gadar Muskuloskletal Diana
    LP Gadar Muskuloskletal Diana
    Документ52 страницы
    LP Gadar Muskuloskletal Diana
    DIANA
    Оценок пока нет
  • CKD_LAPORAN
    CKD_LAPORAN
    Документ39 страниц
    CKD_LAPORAN
    Al Harits
    Оценок пока нет
  • GagalGinjalKronik
    GagalGinjalKronik
    Документ19 страниц
    GagalGinjalKronik
    Limbong Dameria Shyntia Christin
    Оценок пока нет
  • CKD PENDAHULUAN
    CKD PENDAHULUAN
    Документ34 страницы
    CKD PENDAHULUAN
    Atirah Mopoliu
    Оценок пока нет
  • GKK
    GKK
    Документ30 страниц
    GKK
    ni komang rahayu
    Оценок пока нет
  • Leaflet
    Leaflet
    Документ3 страницы
    Leaflet
    Derek Wolf
    Оценок пока нет
  • Koper Luar
    Koper Luar
    Документ1 страница
    Koper Luar
    Derek Wolf
    Оценок пока нет
  • Leaflet
    Leaflet
    Документ3 страницы
    Leaflet
    Derek Wolf
    Оценок пока нет
  • Leaflet
    Leaflet
    Документ3 страницы
    Leaflet
    Derek Wolf
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Derek Wolf
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar
    Derek Wolf
    Оценок пока нет
  • DAFTAR PUSTAKA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
    DAFTAR PUSTAKA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
    Документ1 страница
    DAFTAR PUSTAKA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
    Derek Wolf
    Оценок пока нет
  • LP CRF Di HD
    LP CRF Di HD
    Документ12 страниц
    LP CRF Di HD
    Derek Wolf
    Оценок пока нет
  • RAPAT DINAS SMU
    RAPAT DINAS SMU
    Документ1 страница
    RAPAT DINAS SMU
    Ellen Demi Winata
    Оценок пока нет